SHAFFAN BURHAN
H0716108
PERTANIAN ORGANIK
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem,
termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi
tanah.
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Sistem yang mengabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan ilmu lain ysng terkait dengan pertanian dalam satu lahan
sehingga diharapkan sebagai salah satu solusi bagi peningkatan
produktifitas lahan, progaram pembangunan, dan konserfasi lingkungan,
serta pengembangan desa secara terpadu
PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK
Prinsip kesehatan : Melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman,
hewan dan manusia serta bumi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Prinsip ekologi : Didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan, bekerja,
meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Produksi didasarkan atas proses dan daur ulang ekologis. Bersifat
universal tetapi dalam opersionalnya bersifat lokal sepesifik.
2. Aspek Ekologi
Memanfaatkan input lokal, meminimalkan polusi, memperbaiki tekstur dan
kesuburan tanah, menyeimbangkan keanekaragaman biologi, mengedepankan
usahatani berkelanjutan, konservasi sumberdaya alam dan berupaya menjaga
keseimbangan ekosistem.
3. Aspek Sosial.
Peka terhadap lingkungan, penghargaan terhadap budaya lokal, pemenuhan
kebutuhan produk yang sehat dan aman dikonsumsi, mengutamakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat serta menjaga keharmonisan sosial di pedesaan
PRAKTEK PERTANIAN ORGANIK
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =
Genetikally Modified Organisme).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, pengendalian gulma, hama
dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, rotasi tanaman dan
menggunakan pestisida organik.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan
pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan
dipelihara dengan menambah residu tanaman, pupuk kandang dan bantuan
mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuhan dan bahan aditif sintetis dalam
makanan ternak.
MODEL PERTANIAN TERPADU
Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4 sebagai langkah pengamanan
terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energi secara regional maupun nasional
F3 (FUEL); Dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio
gas) untuk kebutuhan domestik maupun industri. Hasil akhir dari bio gas adalah
bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos.
Mengintegrasikan tanaman, ternak, dan ikan dalam satu siklus (biosiklus) agar hasil
panen dari kegiatan A dapat sebagai bahan untuk kegiatan B dan sisanya dapat
dipasarkan. Misal pakan untuk ternak dan ikan sebagian dapat dipenuhi dari hasil
tanaman dan limbah, sedangkan kebutuhan pupuk organik dapat diperoleh dari
kotoran hasil ternak.
Kotoran ternak ditampung biodigester, diambil gas untuk memasak dan energi listrik.
Petani memperoleh sumber penghasilan yang beragam dari diversifikasi produk hasil
pertanian; panen harian (misal telur, susu), panen musiman (misal gabah, jagung) dan
panen tahunan (anak sapi).
TEKNOLOGI KOMPOS BIOAKTIF
Masalah dalam pertanian organik adalah kandungan bahan organik dan status hara
tanah yang rendah.
Petani mengatasi dengan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu
adalah limbah organik yang mengalami penghancuran dan menjadi tersedia bagi
tanaman.
limbah organik harus dikomposkan secara alami dan memakan waktu yang sangat
lama,enam bulan-setahun agar bahan organik menjadi tersedia bagi tanaman. Proses
pengomposan dapat di percepat dengan menggunakan mikroba penghancur
(dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat
mempersingkat proses dekomposisi dan beberapa bulan menjadi beberapa minggu
saja.