Anda di halaman 1dari 66

M.SHOBICHUL IMAM ROSYIDIN, S.

Pt

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP)


BELANTIKAN RAYA
APA KOMENTAR DAN PENDAPAT
ANDA
1. PENGENALAN VARIETAS

• Varietas tomat yang telah dilepas oleh


Menteri Pertanian sampai tahun 2006
sebanyak 54 varietas
• Varietas yang sering dibudidayakan antara lain
: Intan, Ratna, Berlian, Mutiara, Permata,
TM 42, Victory, Tomindo, Doreta, Bonanza,
Anggur, Kaliurang dll
2. Syarat Tumbuh
 Ketinggian tempat 0 -1.250 mdpl,
 Tumbuh optimal di dataran tinggi >750
mdpl( sesuai dengan jenis/varietas yang
diusahakan )
 Suhu siang hari 24°C dan malam hari antara
15°C-20°C. Pada temperatur tinggi (diatas
32°C) warna buah tomat cenderung kuning,
sedangkan pada temperatur yang tidak
tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata.
Temperatur ideal antara 24 °C - 28°C.
 Curah hujan antara 750-125 mm/tahun,
dengan irigasi yang baik.
 Ph (Kemasaman tanah )sekitar 5.5 - 6.5,
penyerapan unsur hara terutama fosfat,
kalium dan besi oleh tanaman tomat.
 Drainase tanah baik, tanah lempung berpasir
yang subur, gembur, kaya akan bahan
organik dan unsur hara serta mudah
merembeskan air
3. Persiapan Persemaian

• Arah persemaian menghadap ke timur


dengan naungan atap plastik atau rumbia.
• Media tumbuh dari campuran tanah dan
pupuk kandang atau kompos yang telah
disaring, dengan perbandingan 3 : 1.
• Media tumbuh perlu diberi furadan/
carbofuran.
• Media dimasukkan polibag bibit ukuran
4 x 6 cm atau contong daun pisang.
4. Persyaratan Benih
• Tingkat kemurnian > 95 %
• Viabilitas tinggi (daya kecambah dan
vigor tinggi)
• Kadar air rendah atau maks 10 %
• Bebas kotoran (biji jenis lain)
• Sehat dan tidak cacat
• Bebas OPT
5. Penyemaian

• Benih yang dipilih merupakan benih yang jelas varietasnya


• Varietas yang dipilih memiliki daya adaptasi dengan
agroklimat setempat
• Benih diberi perlakuan (direndam air hangat atau pestida)
• Benih ditiriskan dan diletakkan di atas kertas koran sampai
kecambah
• Siram media dengan air sebelum dilakukan penyemaian
• Tanam benih tomat satu per satu kedalam polibag, lalu
ditutup lapisan tanah + pupuk kandang matang yang telah
disaring
• Tempatkan polibag di tempat teduh (tidak terkena sinar
matahari langsung)
6. PEMELIHARAAN
BIBIT
• Persemaian disiram untuk menjaga agar media selalu
lembab tetapi tidak terlalu basah
• Pembersihan gulma dilakukan secara manual
• Pengendalian HP dilakukan apabila serangan sudah
melewati ambang batas toleransi
• Untuk menjaga kesuburan bibit perlu diberi pupuk daun
yaitu pada saat semaian berumur 10 hari
• Bibit siap ditanam setelah umur 15 – 20 hari (4 – 5 helai
daun sudah tumbuh)
• Penanaman dilahan sebaiknya dilakukan pagi atau sore
hari
7. Penyiapan lahan
• Bajak lahan sedalam 30 - 40 cm berupa gumpalan-gumpalan
lalu dibalik dan diblarkan selama 6 hari terkena sinar
matahari untuk membunuh bibit penyakit.
• Buat bedengan selebar 100 - 200 cm, panjang 10-15m
( menurut keadaan lahan) selanjutnya tanah bedengan
dihaluskan dan diratkan serta tepi bedengan dipadatkan
agar tanah tidak mudah longsor.
• Buat pula saluran air antar bedengan selebar 20 cm dan
datamnya 30 cm
• Berikan pupuk dasar sebelum penanaman : pupuk kandang
20 ton/ha (0,5 kg/tanaman)
• Penanaman pada musim kemarau sebaiknya menggunakan
mulsa plastik hitam perak (MPHP)atau dengan mulsa jerami
kering setebal 3-5 cm.
• Sedangkan penanaman pada musim hujan bedengan
sebaiknya diberi atap dari ptastik tembus pandang.
8. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP)
Beberapa keuntungan penggunaan mulsa plastik yaitu :
 Mengurangi fluktuasi suhu tanah.
 Mengurangi evaporasi tanah, sehingga kelembaban tanah
dapat dipertahankan.
 Mengurangi kerusakan (erosi) tanah karena air hujan.
 Menekan pertumbuhan gulma, mengurangi pencucian hara
terutama
 Nitrogen dan meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah.
 Mengurangi serangan hama pengisap (Thrips, tungau dan
kutu daun) dan penyakit tular tanah (rebah kecambah dan
akar bengkak).
9. Pemilihan Bibit
• Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan
tumbuh mulus
• Bibit memiliki 4 - 5 helai daun (umur
15 - 20 hari)
10.Penanaman

• Buat jarak tanam 50 x 50 cm atau 60 x 60 cm dengan pola


bujur sangkar atau segitiga sama sisi.
• Buat lubang tanam sedalam ± 15 cm diameter ± 20 cm
• Lakukan pindah tanam bibit setelah berumur 2 - 3 minggu,
pemidahan dilakukan pada sore hari supaya tidak stress
• Celupkan akar bibit dalam larutan benomil dengan dosis
1.000 ppm untuk mencegah penyakit layu fusarium.
• Masukan bibit kedalam lubang tanam secara hati-hati.
• Berikan tanah halus sampai penuh di sekitar lubang tanam
lalu tekan dengan jari.
• Siram bibit dengan gembor halus
11. Pengairan
• siram tanaman tiga hari sekali pada fase
vegetatif
• siram tanaman dua hari sekali pada saat
tanaman fase berbunga
• upayakan tanaman tidak kekurangan air pada
fase berbuah supaya buahnya tidak rontok.
• Tanaman tomat memerlukan air dalam jumlah
yang banyak untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Semakin sering frekuensi
pemberian air semakin baik pula sifat fisik buah
tomat yang dihasilkan.
12. Penyiangan

• lakukan penyiangan gulma secara


teratur agar tanaman tidak bersaing
dalam pemanfaatan zat-zat makanan
• lakukan penggemburan tanah
• Hati-hati jangan sampai terkena
perakaran
13. Pangajiran
• Beri penopang tanaman dari bilah
bambu saat tanaman setinggi
10-15 cm
• Olesi ajir dengan ter untuk
mencegah serangan rayap
• Pemasangan ajir dimaksudkan agar
tanaman dapat tumbuh tegak,
mengurangi kerusakan fisik tanaman,
memperbaiki pertumbuhan daun
dan tunas serta mempermudah
penyemprotan pestisida dan
pemupukan.
14. Pemangkasan/Perempelan/Pewiwilan
• Salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil buah tomat adalah dengan cara
pemangkasan.
• Pemangkasan cabang dengan
meninggalkan satu cabang utama per
tanaman akan menghasilkan buah
tomat dengan diameter yang lebih
besar dibandingkan dengan tanpa
pemangkasan.
• Jumlah cabang yang harus
dipertahankan per tanaman tergantung
pada kultivar yang ditanam.
• Buang tunas air yang tumbuh di ketiak
daun agar tidak menjadi cabang.
• Lakukan perempelan pada pagi hari
15. Pemupukan
• Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 alternatif:
320 kg ZA/ha + 200 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha.
- Pupuk dasar: seluruh SP36 + KCl + 1/3 ZA.
- Pupuk susulan I tanaman umur 2 minggu (1/3 ZA)
- Pupuk susulan II, tanaman umur 4 minggu.
• Atau
300 kg urea + 300 kg TSP + 300 kg KCl per ha.
- Pupuk dasar: seluruh TSP dan KCl.
- Pupuk susulan I tanaman umur 1 minggu (1/2 urea)
- Pupuk susulan II tanaman umur 3 minggu (1/2 urea)

Pemupukan berimbang dengan (Sistem MPHP):


-  Pupuk kandang sapi (30 ton/ha) atau kira-kira 1 kg/
lubang tanam.  
-  Pupuk buatan : pupuk majemuk NPK (15 : 15 : 15)
dengan dosis 1000 – 1200 kg/ha atau pupuk tunggal
dengan Urea (125 kg/ha), ZA (300 kg/ha), (TSP (250
kg/ha) dan KCl (200 kg/ha).
16. PANEN

• Penyemprotan pestisida sudah dihentikan paling tidak 1 – 2 minggu


sebelum panen
• lakukan panen pada waktu tidak hujan dan udara cerah
• Tanaman tomat pertama kali siap dipanen umur 75 setalah pindah
tanam atau 90 hari dari semai
• Panen selanjutnya dilakukan setiap 3 – 5 hari sekali
• Pemasaran jarak jauh hendaknya dipanen dengan tingkat
kematangan75% (3-7 hari sebelum merah)
• Pemasaran jarak dekat bisa dipanen dengan tingkat kematangan 90%.
• Cara panen dengan dipetik dan menyertakan tangkai buahnya
• Tampung hasil panen dan angkut ketempat pengepakan dengan
keranjang kaku seperti keranjang plastik untuk menghindarkan
terjadinya gesekan antar buah.
17. Pembersihan buah
• Bersihkan buah secara hati-
hati dengan menggunakan
kain halus
• Bila pembersihan dilakukan
dengan pencucian, gunakan
air bersih yang mengalir dan
kemudian tiriskan dan
keringkan
18. Sortasi dan pengkelasan
• Tujuannya untuk
mempermudah
penentuan harga jual
sesuai dengan mutunya
Kegiatan ini sebaiknya
• berpedoman pada
syarat jaminan mutu
yang direncanakan.
OPT UTAMA PADA TANAMAN
TOMAT
(Lycopersicon esculentum Mill.)
A. HAMA
1. Ulat Tanah
(Agrotis ipsilon Hufn.)
Gejala Serangan
ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang atau tangkai daun. Pangkal batang yang digigit akan
mudah patah dan mati. Kerusakan berat biasanya terjadi pada awal musim kemarau.
Pengendalian
a).  Kultur teknis
-     Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.
-     Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma
b).  Pengendalian fisik / mekanis
dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera, Apanteles (=
Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator penting adalah Carabidae.
Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp.
serta nematoda Steinernema sp.
d). Pengendalian kimiawi
Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling
tanaman tomat.
2. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)
Gejala Serangan
ditandai dengan buah-buah tomat yang berlubang-lubang. Buah tomat yang terserang menjadi busuk
dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-
cabang
tanaman.

Pengendalian
a).  Kultur teknis
- Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan September terserang ringan oleh larva
H. armigera.
- Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099.
- Penanaman tanaman perangkap tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat.
- Sistem tumpangsari tomat dengan jagung dapat mengurangi serangan H. armigera.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang terserang H. armigera.
- Pemasangan perangkap feromonoid seks  untuk ngengat H. armigera sebanyak 40 buah / ha.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : parasitoid telur H. armigera yaitu Trichogramma sp., parasitoid
larva  yaitu Eriborus argenteopilosus, dan virus HaNPV sebagai patogen penyakit larva H. armigera.  
d). Pengendalian kimiawi
Bila ditemukan ulat buah ≥ 1 larva / 10 tanaman contoh, dapat diaplikasikan insektisida yang efektif
dan diizinkan, antara lain piretroid sintetik (sipermetrin, deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida
mikroba (spinosad), dan patogen penyakit serangga H. armigera HaNPV 25 LE.
3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.)
Gejala Serangan
• Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago
dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak
nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan
daun.  Ekskresi  kutu kebul menghasilkan madu yang
merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya
embun jelaga yang berwarna hitam.  Hal ini menyebabkan
proses fotosintesa tidak berlangsung normal.
• Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa,
kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak
sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan
hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis
virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain :
Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus,
Rod-shape DNA Virus.
Pengendalian
1. Di lapangan :
a).  Kultur teknis
-Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai
barier dan memperbanyak populasi agens hayati;
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang (terutama bukan famili
Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun). 
Pergiliran tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas
mungkin;
- Sanitasi lingkungan, terutama untuk mengendalikan gulma daun lebar babadotan
dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk
mengurangi risiko serangan;

b).  Pengendalian fisik / mekanis


-  Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
-  Pemasangan kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat
populasi tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;
-  Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
c).   Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami antara lain
- Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa 200 - 400 ekor
nimfa kutu kebul.  Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu ekor betina mampu menghasilkan
telur 3000 butir;
-  Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu menghasilkan telur
sebanyak 100 - 200 butir;
Cara pelepasan E. formosa untuk tanaman tomat : 1 ekor E. formosa setiap 4 tanaman/minggu,
dilakukan selama 8 - 10 minggu;
-  Untuk meningkatkan musuh alami di lapangan diperlukan pelepasan parasitoid dan predator
secara berkala;

d).  Pengendalian kimiawi
- Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5
WP (imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);
- Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah.  Perlu dihindari penggunaan pestisida
secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya populasi kutu kebul;
- Penggunaan pestisida nabati seperti : nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut untuk
mengendalikan kutu kebul
2. Di rumah kaca
a). Pengendalian hayati
-Kalau memungkinkan dilakukan pelepasan serangga tabuhan E. formosa sebagai parasit
nimfa sebanyak 5 ekor/tanaman tomat; dan kumbang predator M. sexmaculatus
-Tingkat parasitasi mencapai 40 - 50 %;
-Parasit nimfa E. formosa sangat peka terhadap insektisida;
b). Pengendalian fisik / mekanik
-Sisa tanaman terserang dimusnahkan / dibakar di tempat terpisah/khusus supaya tidak
menjadi sumber penularan ke tanaman lain;
-Pemasangan perangkap  likat kuning baik jumlah maupun ketinggiannya disesuaikan 
dengan luas rumah kaca dan keadaan pertanamannya;
c). Pengendalian kimiawi
- Untuk pengendalian kutu kebul dewasa pada kondisi populasi tinggi, dapat dilakukan
pengasapan dengan insektisida kimia sintesa efektif dan diizinkan Menteri Pertanian, antara
lain Mitac 200 EC (amitraz) yang dapat diaplikasikan dengan fogger (campuran larutan
semprot solar); sedangkan Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid
5%), dan Orthene 75 SP (asefat 75%) tidak dianjurkan digunakan dengan larutan semprot
solar;
-Pada kondisi populasi rendah, dapat digunakan pestisida nabati nimba, tagetes, eceng
gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan kutu kebul (cara pembuatan dan
penggunaan nimba lihat pada
d). Pencegahan
-Perlu dijaga jangan sampai terjadi serangan baru kutu kebul ke dalam rumah kaca.
4.Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala Serangan
• Larva yang masih kecil merusak daun dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva
instar lanjut merusak tulang daun.
• Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya
lubang tidak beraturan pada buah tomat. Biasanya
larva berada di permukaan bawah daun, menyerang
secara serentak berkelompok.
• Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena
daun dan buah habis dimakan ulat, umumnya terjadi
pada musim kemarau.
Pengendalian
a).  Kultur teknis
- Sanitasi lahan dari gulma,
- Pengolahan tanah yang intensif.
b).  Pengendalian fisik / mekanis
- Pembutitan, mengumpulkan larva atau pupa  dan bagian tanaman yang
terserang kemudian memusnahkannya,
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per
hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu. 
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti :  patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear
Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, nematoda Steinernema sp., predator
Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d).  Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida
yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama
dengan 12,5 % per tanaman contoh.
5. Lalat Pengorok Daun (Liriomyza

huidobrensis Blanchard)
• Daun yang terserang memperlihatkan gejala bintik-
bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa
liang korokan larva yang berkelok-kelok.

• Serangan berat dapat mengakibatkan hampir seluruh


helaian daun penuh dengan korokan, sehingga daun
menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar
atau mirip gejala busuk daun.
 
Pengendalian
a).  Kultur teknis
Budidaya tanaman sehat, upayakan pengairan yang cukup, pemupukan berimbang,
pembumbunan dan penyiangan gulma. Tanaman yang tumbuh subur lebih toleran
terhadap serangan hama. Pertumbuhan jaringan daun yang cepat dapat menyebabkan
telur L. huidobrensis terdorong keluar sehingga tidak berhasil menetas.
b).  Pengendalian fisik / mekanis
- Pengambilan daun yang menunjukkan gejala korokan dengan dipotong, dikumpulkan
lalu ditimbun / dimusnahkan.
- Penggunaan mulsa plastik warna perak,
- Pemasangan perangkap kartu warna kuning, 80 – 100 buah / ha yang disebar merata
di
pertanaman. 
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : parasitoid Asecodes sp., Chrysocharis sp.,
Closterocerus sp., Cirrospilua ambigus, Neochrysocharis formosa, Phigalia sp.,
Quadrastichus sp., Zagrammosoma sp., Hemiptarsenus varicornis Girault., Gronotoma
sp., Opius sp. Predator penting adalah Coenosia humilis. . H. varicornis merupakan
musuh alami yang paling potensial untuk mengendalikan L. huidobrensis dengan tingkat
parasitasi sekitar 0,51 – 92,31 % (Setiawati, dkk., 2000a).
d).  Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida yang
efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.
6.Trips (Thrips parvispinus Karny.)

Gejala Serangan
• Dampak langsung serangan : pada permukaan bawah daun
berwarna keperak-perakan, daun mengering atau keriput.
Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke
dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan
tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati.
• Dampak secara tidak langsung : trips merupakan vektor
penyakit virus mosaik dan virus keriting.  Gejala serangan awal
timbul akibat hama menghisap cairan permukaan bawah daun
dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak keperakan
mengkilat, daun akan menjadi keriting atau bersembelit dan
keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka
akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan
pada akhirnya layu dan kemudian akan mati.
Pengendalian
a). Kultur teknis
-Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap
caisin dapat menunda serangan yang biasanya terjadi pada umur 14 hari
setelah tanam menjadi 41 hari setelah tanam.
-Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman sebelumnya.
-Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap likat warna biru, putih atau kuning sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak
tanaman berumur 2 minggu.  Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau
perekat.  Perangkap kilat dipasang dengan ketinggian ± 50 cm (sedikit di atas
tajuk tanaman).
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami predator kumbang Coccinella repanda, Amblysius
cucumeris, Orius minutes, Arachnidea dan patogen Entomophthora sp.
d). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian, apabila
berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai
lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.
7. Kutu Daun Persik
(Myzus persicae Sulz.)

• Gejala Serangan
• Dampak langsung serangan : tanaman menjadi keriput,
tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu dan
mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan
daun, menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman
yang masih muda (pucuk). Eksudat yang dikeluarkan kutu
mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya
cendawan embun jelaga pada daun yang dapat
menghambat proses fotosintesa.

• Dampak secara tidak langsung : kutu daun merupakan


vektor lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus
CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Y), dan
CVMV.
Pengendalian

a). Kultur teknis


Sanitasi gulma dan bagian tanaman yang terserang, dan selanjutnya dibakar
atau dimusnahkan.
b).Pengendalian fisik / mekanis
-Penggunaan kain kassa / kelambu di bedengan pesemaian baik untuk menekan
serangan kutu daun,
-Penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah
per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. 
c).Pengendalian hayati
Pemanfaatan parasitoid Aphidius sp., predator kumbang Coccinella transversalis,
Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata,
Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
d). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida
yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian, apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, jumlah kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun contoh
atau intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.
8.   Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gejala Serangan
• Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat
kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga
dewasa memasukkan telur.
• Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari
langsung, pada buah yang agak lunak dengan
permukaan agak kasar.
• Larva membuat saluran di dalam buah dengan
memakan daging buah serta menghisap cairan buah
dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain,
buah menjadi busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva
berubah menjadi pupa.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong
yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya
dan akhirnya mati,
- Sanitasi buah yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada
di pohon, dikumpulkan dan dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dibenamkan dalam tanah.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap dengan atraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak
Melaleuca brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml / perangkap sebanyak 40
buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 yang dipasang di tengah
pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.  Setiap 2 minggu atraktan
diganti.
c).  Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp.,
Opius sp.), predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba),
Staphylinidae (kumbang), Dermaptera (cecopet).
d). Pengendalian kimiawi
Jika cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang terdaftar dan diizinkan Menteri
9. Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks)

Gejala Serangan
• Hama mengisap cairan tanaman dan
menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
perubahan bentuk menjadi abnormal seperti
daun menebal dan perubahan warna daun
menjadi tembaga / kecoklatan, terpuntir,
menyusut serta keriting, tunas dan bunga
gugur. Pada awal musim kemarau biasanya
serangan bersamaan dengan serangan trips
dan kutu daun.
Pengendalian
a). Kultur teknis
Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman
terserang dan memusnahkannya.
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Amblyseius
cucumeris.
c).  Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi
hama, dapat digunakan pestisida yang efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian ,
apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman
contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama
dengan 15 % per tanaman contoh.
B. PENYAKIT
1.  Layu Fusarium
(Fusarium oxysporum (Schlecht.) 
Gejala Serangan

- Gejala awal tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun
merunduk dan tanaman menjadi layu.
- Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun
menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2 – 3 hari
setelah infeksi.
-Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin
coklat dari berkas pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat.
-Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas.
-Pada tanaman muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara mendadak,
karena kanker yang melingkar pada pangkal batang. Bila serangan terjadi pada saat
pertumbuhan tanaman sudah maksimum, maka tanaman masih dapat menghasilkan
buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Pergiliran tanaman,
- Perbaikan drainase, agar tidak terjadi genangan air dan
kelembaban yang tinggi,
- Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman terserang dengan cara
dicabut dan dimusnahkan.
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan agens hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram  per
kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan
penanaman benih. (Penggunaan agens hayati  Trichoderma spp.
dan Gliocladium spp.
c).  Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit, dapat
digunakan fungisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri
Pertanian .
2.Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum
sinonim Pseudomonas solanacearum)
Gejala Serangan

• Tanaman layu dimulai dari pucuk (daun muda) menjalar ke


daun bagian bawah sampai seluruh daun layu dan tanaman
mati.
 
• Pada penyakit stadium lanjut, bila batang dipotong akan
keluar lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir ini dapat
dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan
layu Fusarium.
• Serangan pada buah menyebabkan warna buah menjadi
kekuningan dan busuk. Infeksi terjadi melalui lenti sel dan
akan lebih cepat berkembang bila ada luka mekanis (oleh
gigitan hama dll). Penyakit berkembang dengan cepat pada
musim hujan.
Pengendalian
a). Kultur teknis
-Pergiliran tanaman,
-Perbaikan aerasi tanah dengan pembuatan guludan dengan tinggi 40 – 50
cm dapat menekan serangan penyakit (agar tidak terjadi genangan air dan
kelembaban yang tinggi).
-Penurunan pH tanah dengan memberi belerang,
-Penggunaan benih sehat.
-Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman terserang dan sisa tanaman sakit
dengan cara dicabut dan dimusnahkan.
b). Pengendalian hayati
-Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram  per
kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan
penanaman benih, (Penggunaan agens hayati  Trichoderma spp. dan
Gliocladium spp.
-Pemanfaatan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens.
c). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit, dapat
digunakan bakterisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri
Pertanian.
3.Busuk Daun / Hawar Daun (late blight) / Busuk Buah  (fruit rot) :
Phytophthora infestans (Mount.) de Barry. 

• Bercak pada daun pada awalnya berupa bercak kebasahan


kemudian meluas secara cepat menjadi bercak hijau pucat sampai
coklat dengan bentuk yang tidak beraturan. Pada kondisi lembab
bercak akan cepat meluas, pada permukaan bawah daun terdapat
gejala busuk berwarna abu-abu keputihan dan tampak adanya
kapang putih pada pinggiran bercak, kemudian berkembang menjadi
bercak besar berwarna coklat.

• Gejala bercak pada buah yang terserang nampak berwarna hijau


kelabu kebasahan, meluas menjadi bercak yang bentuk dan
besarnya tidak tertentu. Bercak dapat membesar sehingga
menutupi seluruh buah. Pada buah muda bercak berwarna coklat
tua, agak keras dan berkerut. Bercak mempunyai batas yang cukup
jelas dan tetap hijau pada bagian yang sehat matang. Gejala busuk
lunak oleh bakteri biasanya mengikuti gejala hawar daun sehingga
menyebabkan timbulnya bau busuk.
Pengendalian
a). Kultur teknis
-Penggunaan benih sehat,
-Perlakuan desinfeksi permukaan benih dengan air
hangat  atau larutan fungisida efektif, terdaftar dan diizinkan
oleh Menteri Pertanian (seperti fungisida yang berbahan aktif
propamokarb) 1 ml/l selama ± 1 jam.
b).  Pengendalian fisik / mekanis
-Apabila ditemukan bagian tanaman yang memperlihatkan gejala busuk
daun segera dipetik, dikumpulkan dan dimusnahkan.
c). Pengendalian kimiawi
-Apabila terdapat 1 bercak aktif / 10 tanaman, dan bila curah hujan
tinggi serta cuaca berkabut, dapat diaplikasikan fungisida efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.
4.   Bercak Kering Alternaria (early blight, Alternaria blight) :
Alternaria solani Sorauer.

Gejala Serangan
• Patogen dapat menyerang bibit dan tanaman muda. Gejala dapat
terjadi pada daun, batang, dan buah. Pada daun terdapat bercak
-bercak kecil bulat, bersudut, dan berwarna coklat tua sampai
hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit. Pada
serangan berat banyak terdapat bercak, daun menjadi layu dan
gugur sebelum waktunya.
• Bercak pada batang dan tangkai tanaman tampak gelap, lonjong
memanjang dan membesar yang mempunyai lingkaran-lingkaran
terpusat, dan dikenal dengan nama “busuk leher”..
• Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx. Terjadi
bercak coklat gelap atau hitam dengan lingkaran-lingkaran
terpusat.   Buah yang terinfeksi permukaannya menjadi sedikit
kempot dan pecah-pecah, akan gugur sebelum masak.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Untuk mencegah terbawanya jamur oleh biji
dapat dilakukan disinfestasi benih.
b).  Pengendalian fisik / mekanis
Mengeradikasi tanaman terserang dengan cara
dicabut dan dimusnahkan.
c). Pengendalian kimiawi
Apabila kerusakan tanaman > 25 %, dapat
diaplikasikan fungisida efektif, terdaftar dan
diizinkan Menteri Pertanian
5.   Rebah Kecambah, Busuk Pangkal Batang
(damping off, collar rot : Rhizoctonia solani Kuhn.)  

Gejala Serangan
• Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu
terjadinya gejala pembusukan, tanaman terkulai lalu mati.
• Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, berair dan memar, adanya pembusukan dengan
warna coklat kemerahan. Pembusukan dimulai dari lapisan
luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung,
kanker berwarna coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam
kondisi yang menguntungkan penyakit dapat berkembang
ke bagian atas maupun bawah tanaman. Bila tanaman
sembuh kembali, batang di sekitar luka tadi mengeras
seperti kawat dan pertumbuhannya terhambat.
• Serangan meningkat bila kelembaban udara tinggi atau
pada musim hujan.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan, lalu disulam (penyulaman
dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu),
- Penjarangan atap pesemaian dan penyiraman dilakukan pada pagi hari
untuk mengatur kelembaban.
b). Pengendalian fisik / mekanis
-Tanaman yang terserang rebah kecambah dicabut dan dimusnahkan.
c). Pengendalian hayati
-Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram  per
kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan
penanaman benih, (Penggunaan agens hayati  Trichoderma spp. dan
Gliocladium spp.
d). Pengendalian kimiawi
- Penggunaan fungisida efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian
6.Cucumber Mosaic Virus (CMV)     

disebabkan oleh virus secara tunggal ataupun gabungan.


Umumnya penyakit mosaik disebabkan oleh gabungan
beberapa virus, yaitu CMV, PVY, dan TMV.
Gejala Serangan
• Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan
kultivar tanaman. Pada tanaman tomat gejala diawali
dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan
gejala mottle mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV).
• Gejala karakteristik adalah bentuk daun seperti tali
sepatu (shoestring-like) yang dapat dikacaukan dengan
gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).
Pengendalian
-     Menggunakan bibit tanaman sehat (tidak mengandung virus) atau bukan
berasal dari daerah terserang,
-     Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera
dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke
tanaman lain yang sehat,
-     Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus
(terutama bukan dari famili solanaceae seperti cabai, kentang, tembakau,
dan famili cucurbitaceae seperti mentimun)
-     Melakukan sanitasi lingkungan untuk mengendalikan gulma yang dapat
menjadi inang virus,
-     Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah
untuk mengurangi infestasi serangga vektor,
-     Immunisasi tanaman tomat dengan virus CMV yang dilemahkan dengan
satelit virus CARNA-5 (Cucumber Mosaic Virus Assosiated RNA-5) dapat
menahan serangan CMV yang lebih ganas di lapangan,
-     Usaha pengendalian penyakit virus (khususnya dengan pestisida)
terutama ditujukan kepada serangga vektornya, karena sampai saat ini
tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian
yang dapat mematikan virus.
7. Tobacco Mosaic Virus (TMV)
(Virus Mosaik Tembakau : ToMV)
Gejala Serangan
• Virus mosaik : daun tanaman yang terserang menjadi berwarna belang hijau muda
sampai hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun
normal. Jika menyerang tanaman muda, pertumbuhan tanaman terhambat dan
akhirnya kerdil.
• Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman,
kultivar/varietas tanaman, serta strain virus. Secara umum gejala yang timbul dapat
dikelompokkan :
a).  Gejala mosaik dan mottle pada daun (pada musim panas di rumah kaca) warna
belang bercampur lebih dari satu warna. Mosaik pada daun biasanya berwarna
pucat atau kekuning-kuningan yang menyebar berupa percikan-percikan. Pada
kondisi intensitas rendah dan suhu rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun
(fern-leaf) dimana adanya perubahan bentuk  menjadi tidak sempurna atau tidak
normal pada daun dan buah.
b).  Gejala klorosis berupa warna pucat, baik pucat yang menyeluruh maupun hanya
berupa bercak saja.
c).  Gejala vein-clearing : warna pucat pada urat daun sehingga urat daun kelihatan
transparan dan berkilau diantara warna daun yang hijau.
d).  Gejala nekrotik : kematian jaringan, biasanya terjadi pada urat daun, batang berupa
garis-garis coklat, bercak pada daun atau bercak cekung nekrotik pada buah, dan
kematian pada titik tumbuh.
Pengendalian

-    Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus)


atau bukan berasal dari daerah terserang,
-    Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala
segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber
penularan ke tanaman lain yang sehat,
-    Penanganan bibit secara hati-hati agar tidak bersentuhan satu sama
lain,
-    Menghindari menanam tomat pada lahan yang sama untuk jangka
waktu minimum 7 bulan,
-    Benih dapat dibebaskan dari kontaminasi virus dengan cara
merendam benih dalam larutan 10 % (w/v), Na3 PO4 selama 20
menit,
-     Perlakuan benih dengan pemanasan (heat treatment) pada suhu
70o C selama 2 – 4 hari dapat mengeradikasi virus yang terbawa
dalam endosperm.
8. Tomato  Yellow  Leaf  Curl  Virus (TYLCV)
/ Penyakit Virus Kuning  : 
Geminivirus  “TYLCV”.

Gejala  Serangan
• Helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai
dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi
warna kuning yang jelas, tulang daun menebal
dan daun menggulung ke atas (cupping).
• Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun
mengecil dan berwarna kuning terang,
tanaman  kerdil dan  tidak  berbuah.
Pengendalian

Usaha pengendalian penyakit virus kuning (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada serangga
vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang
dapat mematikan virus.
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning, antara lain ;
- Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang ;
-  Pengerodongan pesemaian dengan kain kassa/nylon untuk menghindari serangan vektor, dan di lapangan
dengan menanam “companion planting” jagung dan tagetes (Tagetes erecta) ;
-  Pemasangan perangkap likat kuning (40 buah/ha) ;
-  Penggunaan mulsa plastik perak yang memantulkan sinar untuk menolak kedatangan vektor dan memutus
siklus hidup (stadia pupa) ;
-  Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili
solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti mentimun). Rotasi
tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan,
dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin ;
-  Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/gulma berdaun lebar dari
jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
-  Pemanfaatan musuh alami, dengan melepas parasitoid dan predator secara berkala, antara lain Menochilus
sexmaculatus atau melepas parasitoid Encarcia formosa (1 ekor setiap 4 tanaman/minggu, selama 8 – 10
minggu) ;
-  Penggunaan pestisida nabati nimba, tagetes, eceng gondok atau rumput laut ;
-  Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya
tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat ;
    TEKNOLOGI PENERAPAN PHT
 PADA TANAMAN TOMAT
1.   Budidaya Tanaman Sehat
1. Gunakan bibit tomat yang sehat dan yang tahan / toleran terhadap OPT seperti :
-   Artaloka, Mirah, Opal, Zamrud, toleran terhadap penyakit layu bakteri.
-   LV 2100 dan LV 2099, tahan terhadap  H. armigera.       
2. Untuk menghindari serangan hama H. armigera atau kutu kebul, di sekeliling
pertanaman tomat ditanami dua baris tanaman Tagetes erecta atau jagung
sebagai tanaman perangkap.
3. Pemupukan berimbang dengan :
-  Pupuk kandang sapi (30 ton/ha) atau kira-kira 1 kg/lubang tanam.  
-  Pupuk buatan : pupuk majemuk NPK (15 : 15 : 15) dengan dosis 1000 – 1200
kg/ha atau pupuk tunggal dengan Urea (125 kg/ha), ZA (300 kg/ha), (TSP (250
kg/ha) dan KCl (200 kg/ha).
4. Gunakan mulsa plastik berwarna hitam – perak sebelum bibit tomat ditanam
atau
mulsa jerami dipasang ketika tanaman tomat berumur dua minggu.
5. Penggunaan perangkap dengan atraktan untuk menekan serangan hama yang
dipasang di tengah pertanaman sebanyak 40 buah per hektar sejak tanaman
berumur 2 minggu.             
2. Pengendalian Hayati
Beberapa jenis musuh alami / agens hayati pada tanaman
tomat antara lain  :
• H. armigera  : parasitoid telur (Trichogramma sp.) dan
parasitoid larva (Eriborus argenteopilosus) serta patogen
penyakit larva (HaNPV).
• B. tabaci : predator (Scymnus sp., Menochillus sp. dan
Amblyseius sp.)
• L. huidobrensis : parasitoid (Hemiptarsenus varicornis).
• Ulat grayak (S. litura) : Sl-NVP, nematoda Steinernema sp.
• Layu bakteri, layu Fusarium, rebah kecambah :
Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas
fluorescens.
3.   Pengamatan Mingguan
• Cara penarikan contoh bentuk – U atau sistem
diagonal. (Bentuk – U biasanya digunakan untuk
pertanaman tomat yang sempit atau pada petak
pertanaman yang memanjang.

• Contoh : pertanaman tomat di teras-teras atau di


lereng-lereng ; Bentuk diagonal, khususnya untuk
pertanaman tomat  yang luas).

 
    
Skema pengambilan tanaman contoh secara sistematis bentuk – U :
Skema pengambilan tanaman contoh secara sistematis bentuk diagonal :
  Jumlah tanaman contoh : 10 tanaman setiap 0,2
ha atau 50 tanaman contoh / ha.
• Pengamatan tanaman contoh :
a.  Hama :
- Jumlah larva Helicoverpa armigera per 10
tanaman contoh.                  
b.  Penyakit :
- Hitung jumlah bercak aktif P. infestans pada
tanaman contoh.
- Jumlah larva Meloidogyne spp. / kg contoh
tanah (dilakukan sebelum tanam).
D.  Pengendalian Secara Mekanis dengan
Perangkap Likat
• Untuk ngengat H. armigera : setelah tanaman
tomat berumur dua minggu, dipasang
perangkap Feromonoid Seks (sex pheromone)
sebanyak 40 buah perangkap / ha.
• Untuk L. huidobrensis, B. tabaci : gunakan
perangkap likat berwarna kuning sebanyak 40
buah / ha.
E.  Pengendalian Secara Kimiawi
a. Untuk hama :
·        Gunakan jenis insektisida yang efektif/selektif bila populasi hama
mencapai / melampaui Ambang Pengendalian (AP), yaitu :
-     Untuk hama ulat buah Helicoverpa armigera (AP = 300
larva/tanaman contoh) dengan ekstrak daun Lantana sp. atau ekstrak
biji sirsak, atau formulasi insektisida Protiofos atau Bacillus
thuringiensis var. aizawai (Florbac).
b.   Untuk penyakit :
·        Meloidogyne spp. (AP = 300 larva/kg contoh tanah), gunakan
nematisida Furadan 3 G (30 kg/ha).
·        Busuk daun (P. infestans) :
Gunakan fungisida yang efektif bila AP tercapai :
-     AP P. infestans = 1 bercak aktif per 10 tanaman contoh.
-     Strategi penggunaan fungisida Kontak (K) – Sistemik (S) :
K – K – S – K – K – S - dan seterusnya.
Contoh fungisida kontak adalah Dithane M-45 80 WP, dan fungisida
sistemik adalah Ridomilgold MZ 4/64 WP.

Anda mungkin juga menyukai