Anda di halaman 1dari 309

KLASIFIKASI PUPUK

BERDASARKAN BENTUK, SIFAT


DAN KARAKTERISTIK
PENDAHULUAN
DEFINISI UMUM
• PUPUK : suatu bhn yg diberikan ke dlm tnh
utk menaikkan produksi tnm dlm keadaan
lingkungan yg baik.

• PEMUPUKAN : Penambahan bhn tsb ke dlm


tnh agar tanah menjadi lebih subur.

• AMELIORASI : Penambahan bahan yg dapat


memperbaiki sifat tanah baik
fisik,kimia&biologi. CONTOH : pemberian
pasir pd tanah liat, tanah mineral pada tanah
organik, pengapuran, dsb.
TUJUAN PEMUPUKAN
• Menyediakan UH
1 bagi tanaman

• Meningkatkan
produktivitas
2 tanah
MENGAPA KITA HARUS MEMUPUK???

Adanya PEMANENAN
yang diangkut keluar perlu
diganti dgn PEMUPUKAN

Jika TDK ADA


PEMANENAN, TDK PERLU
DIPUPUK karena bahan
tanam yg digunakan
sebagai hasil akan kembali
ke dlm tanah
Kebutuhan unsur hara tanaman
PRINSIP DASAR PEMUPUKAN
1 • TANAMAN YANG AKAN
DIPUPUK

2 • JENIS TANAH YANG AKAN


DIPUPUK

3 • JENIS PUPUK YANG


DIGUNAKAN

4 • DOSIS (JUMLAH) PUPUK


YANG DIBERIKAN

5 • WAKTU PEMUPUKAN

6 • CARA PEMUPUKAN
KLASIFIKASI PUPUK
1) KANDUNGAN UNSUR HARANYA tdd:

a. Pupuk Tunggal b. Pupuk Majemuk


2) MENURUT KADAR UNSUR HARANYA, tdd:
a. Berkadar rendah (UH< 20%) pupuk Dolomite CaMg(CO3)2 (18-20%)
b. Berkadar sedang (UH 20-30%) ZA (20,5-21,0% N)
c.Berkadar tinggi (UH ≥ 30%), Urea (45%N), SP-36 (45-46% P2O5),KCl
(50%)
3) MENURUT KELARUTANNYA (mudah tidaknya
pupuk larut dalam air)
a. Larut dalam air: Urea, KCl dsb.
b. Larut dalam asam : fosfat alam, dsb.

4). MENURUT ASAL PEMBUATANNYA, terdiri dari:


a. Pupuk alam.
b. Pupuk buatan.

5). MENURUT SUSUNAN BAHAN KIMIA, tdd :


a. Pupuk organik
b. Pupuk anorganik
PUPUK ORGANIK

Pupuk yg dibuat dr bahan2 organik


yg telah mengalami proses
pelapukan atau dekomposisI

Sisa tanaman dan hewan


Sampah organik/rumah tangga/kota/Pasar
Limbah pabrik, dll
PUPUK KOHE (KOTORAN HEWAN)

“Pupuk kohe adalah pupuk yang


diperoleh dari kotoran padat dan cair
dari hewan ternak yang tercampur
dengan sisa-sisa makanan ataupun
alas kandang yang telah disimpan
beberapa lama sehingga terjadi proses
dekomposisi.”
KANDUNGAN U.H PUPUK KOHE

1 • JENIS

2 • UMUR HEWAN

3 • MAKANAN HEWAN

4 • AMPARAN YG DIPERGUNAKAN

5 • CARA PENYIMPANAN
PUPUK HIJAU

Pupuk Hijau adalah tanaman


atau bagian yang masih muda,
yang dibenamkan ke dalam tanah
 menambah bahan organik dan
unsur hara terutama nitrogen
SIFAT-SIFAT YG HARUS
DIMILIKI OLEH TANAMAN PUPUK HIJAU

-Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan BO


-Tidak banyak mengandung kayu
-Mudah membusuk
-Banyak mengandung N
-Tahan kekurangan air
-Dapat digunakan sebagai tanaman
sela atau merambat
-Menekan dan mengendalikan gulma
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN
PUPUK HIJAU

• Tanaman kacang-kacangan merupakan
sumber N yg murah
• Mampu memperbaiki struktur tanah dan
infiltrasi air
• Mencegah erosi
• Ditanam pada periode bera, dpt membantu
mengendalikan hama/penyakit ( tanah dan
gulma)


CONTOH-CONTOH TANAMAN
PUPUK HIJAU:
a. Colopogonium mucunoides
Colopogonium mucunoides berasal
dari Amerika Serikat. Tumbuh
merambat dan membelit
b. Crotalaria sp
Crotalaria adalah suatu genus
dengan ± 600 spesies yang banyak
terdapat di daerah tropis dan sub
tropis. Tanaman ini pada umumnya
berdaun banyak dengan bunga
berwarna kuning.
c. Pueraria javanica XXXX
Tanaman ini berupa semak yang
membelit dengan akar berumbi,
tumbuh di daerah tropis.

d. Medicago sativa
Medicago sativa biasa dikenal dengan
nama Alfalfa. Tanaman ini
merupakan pengikat Nitrogen yang
sangat kuat di antara tanaman2
legumes, tanaman dapat mengikat
283,75 kg/ha/th.
PENGERTIAN KOMPOS
SERTA TUJUAN

Kompos ialah pupuk organik yg


sengaja dibuat dari bahan-bahan
seperti pupuk kandang, pupuk hijau,
jerami, sampah rumah tangga, sampah
pasar, sampah kota, limbah organik dan
lain-lain.
TUJUAN
PENGOMPOSAN

Memantapkan bahan-bahan organik yg


berasal dr bahan2 limbah.C/N < & N >
Mengurangi bau selama penyimpanan
Memusnahkan organisme patogen dan
biji-biji gulma
Hasilnya relatif kering, seragam, bebas
komponen berbahaya dan sesuai untuk tanah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBUATAN KOMPOS

RASIO C/N
MIKROORGANISME
TEMPERATUR
OKSIGEN
KADAR AIR
pH
Bokashi
BOKASHI merupakan kompos
hasil teknologi pengolahan
bahan organik dengan cara
fermentasi  TEKNOLOGI EM.

FERMENTASI merupakan
pengurai atau perombakan
bahan organik yang dilakukan
dalam kondisi tertentu oleh
mikroorganisme fermentatif.
Bokashi (Lanjutan...)
TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISME
adalah suatu kultur campuran berbagai
mikroorganisme yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman.
BEBERAPA KEUNTUNGAN APLIKASI EM4
1. Menekan pertumbuhan mikroorganisme
patogen
2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan
senyawa organik pada tanaman
3. Mempercepat penguraian limbah dan
menghilangkan bau
4. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme
Misal : mycorrhiza, rhizobium, bakteri
pelarut fosfat
5. Meningkatkan Nitrogen
6. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida
kimia
EFFECTIVE MICROORGANISME
MENGANDUNG :

BAKTERI FOTOSINTETIK
BAKTERI ASAM LAKTAT
RAGI
ACTINOMYCITES
JAMUR FERMENTASI
KASCING
 KASCING adalah media bekas tempat hidupnya
cacing yang mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman

JENIS CACING :
 Cacing yang hidup dipermukan tanah

Contoh : * Lumbricus rubbelus


* Eisenia foetida

 Cacing yang hidup dilapisan top soil,


20 – 30 cm dari permukaan tanah
 Cacing yang hidup jauh didalam tanah
LUMBRICUS LUBERUS EISENIA FOETIDA
PUPUK ANORGANIK

PUPUK ANORGANIK atau biasa disebut


dengan pupuk buatan yaitu pupuk yg
dibuat oleh pabrik-pabrik dengan
meramu bahan2 kimia (anorganik)
dengan kadar hara umumnya tinggi.
PUPUK BUATAN ….
• PUPUK TUNGGAL : Pupuk yg hanya mengandung
1 macam unsur hara
(mis, pupuk N, pupuk P, dsb).

• PUPUK MAJEMUK : Pupuk yg mengandung lebih


dari 1 unsur hara
(mis, N + P, P + K, N + P + K, dsb).
SIFAT-SIFAT UMUM
PUPUK BUATAN ….
KADAR UNSUR HARA : banyaknya unsur
hara yg dikandung oleh pupuk.
HIGROSKOPISITAS : Mudah tidaknya
pupuk menyerap uap air yg ada di udara.
KELARUTAN : Menunjukkan mudah
tidaknya pupuk larut dalam air.
KEMASAMAN
BEKERJANYA
PUPUK TUNGGAL ….
PUPUK N
• Amonium sulfat (ZA)/(NH4)2SO4
• Urea CO(NH2)2
• Amonium sulfat nitrat (ASN) /
2 NH4NO3(NH4)2SO4
PUPUK P
• DSP (Double superfosfat) / DS / Ca(H2PO4)2
• TSP (Triple superphosphate) / TS / Ca(H2PO4)2
• SP-36
• FMP (Fused Magnesium Phosphate)
• Agrophos
• Fosfat cirebon
• Serbuk thomas
• Citraphos / CIRP
• Pupuk K * KNO3
• K2SO4 (ZK) * KMgSulfat
• KCl
PUPUK MAJEMUK ….
Pupuk NP
• Ammos-Phos / NH4H2PO4 (mono amonium fosfat)
• Superstikfos (SS atau SSF)
• Diamonium fosfat (DAP)
Pupuk NK : Kalium nitrat / KNO3
Pupuk PK : Kalium metafosfat
Pupuk NPK : Rustika yellow, Amofoska, Pelangi, Mutiara
TUGAS
1. Tugas Individu 1A : DIKUMPULKAN HARI INI (10 Maret 2022) di GC
Berupa rangkuman pertemuan hari ini dengan tambahan informasi yang
bersumber dari internet (hindari artikel bebas/blog pribadi, huruf : Times
New Roman, spasi 1,5)

2. Project Based Learning 1B : Klasifikasi produk pupuk organik dan


anorganik (Tugas Kelompok) Untuk Presentasi Minggu Depan (Dibagi
menjadi 5 kelompok)

Buatlah project mengenai pembuatan pupuk organik/anorganik (merk yang


sudah beredar di pasaran, pilihan bebas, tidak boleh sama):
Susun rencana kegiatan, timeline (termasuk pengamatan) dan berikan
analisis SWOT-nya.

Tugas dikumpukan di GC paling lambat 24 Maret pkl 23.59.


TERIMA KASIH...
SELAMAT BELAJAR.....
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemupukan

MK. TEKNOLOGI PUPUK & PEMUPUKAN 2022


TANAMAN SEBAGAI OBJEK PEMUPUKAN
DASAR PERTIMBANGAN DILAKUKANNYA PEMUPUKAN..

• Ketersediaan hara tanah


• Kehilangan hara tanah melalui
panen, erosi dan penguapan.
IDENTIFIKASI FAKTOR PEMUPUKAN

Sifat kimia dan fisika tanah

Faktor Lingkungan (Curah Hujan, Temperatur,


Udara Tanah)

Pola pertanian

Pupuk yang digunakan

Jenis tanaman
SIFAT KIMIA TANAH

o Melalui analisis sifat kimia tanah akan


didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk
yang dibutuhkan.

o Pengetahuan tentang sifat kimia tanah


juga dapat membantu memberikan
gambaran reaksi pupuk setelah
ditebarkan ke tanah.

o Sifat kimia tanah yang mempengaruhi


pemupukan meliputi :
a) Kadar unsur hara tanah,
b) Reaksi tanah (pH),
c) Kapasitas Tukar Kation tanah (KTK),
d) Kejenuhan Basa (KB)
KADAR UNSUR HARA TANAH

o Analisis hara tanah bermanfaat


didalam menghitung kebutuhan
pupuk yang ideal

o Pemupukan yang ideal akan


membuat :
o Tanah tidak akan rusak
o Kualitas air di sekitar lahan
pertanian tetap terjaga
o Menurunkan biaya produksi
o Tanaman tidak akan rusak
TINGKAT KESUBURAN TANAH

Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibedakan


menjadi tiga macam atau jenis yakni :

1) Tanah Subur yang terdiri atas tanah vulkanik,


podzolik dan aluvial (Pulau Jawa, Nusa Tenggara
dan Kalimantan)
2) Tanah Kurang Subur terdiri atas pasir, tanah
gambut dan tanah kapur (Pulau Jawa, Sumatera
dan Sulawesi)
3) Tanah Tidak Subur adalah jenis tanah yang
tandus, karena mengalami proses pencucian
oleh air hujan (contoh : tanah laterit) (Pulau
Kalimantan bagian barat)
STATUS UNSUR HARA MENENTUKAN PEMUPUKAN
KEMASAMAN TANAH (pH)
pH OPTIMUM BERBAGAI TANAMAN
MENETRALKAN TANAH MASAM (pH <6,5)
MENETRALKAN TANAH BASA (pH >6,5)
KAPASITAS TUKAR KATION (KTK)

o Bahan organik seperti kompos


memiliki muatan negatif di
permukaannya sehingga dapat
meningkatkan KTK tanah

o Muatan negatif itu dihasilkan dari


dekomposisi bahan organik yang
menghasilkan bahan humik yang
dapat menyumbangkan muatan
negatif
TEKSTUR TANAH

• Tersedianya unsur hara dan air


dalam tanah salah satunya
ditentukan oleh tekstur tanah.
• Kandungan liat dan bahan
organik dalam tanah
berpengaruh pada
kemampuan pertukaran kation
tanah
WARNA TANAH

https://www.researchgate.net/figure/Fertilizer-recommendations-for-major-cereal-crops-by-soil-order-colour-and-crop_t
bl1_263955835
CURAH HUJAN

Hubungan Curah Hujan Dengan Pemupukan (Roni, 2015)

Keterangan:T1: Jika dilakukan pemupukan, dan tiba-tiba terjadi hujan maka pupuk yang
akan diaplikasikan mengalami leaching terutama untuk pupuk N, P dan S. Di samping itu,
bersama run off (aliran permukaan) tanah pupuk-pupuk itu akan masuk ke sungai dan
berpotensi meracuni perairan.
T2: waktu yang paling tepat melakukan pemupukan. Pada kondisi ini, tanah dalam
keadaan lembab (air tidak kurang juga tidak berlebihan) karena pelarutan unsur hara
memerlukan air yang cukup.
T3: pemupukan apa pun tidak baik dilakukan kecuali dilakukan penyiraman. Pupuk akan
mengikat agregat tanah pada kondisi ini, sehingga tanah menjadi kompak.
PEMUPUKAN SAAT HUJAN

Apabila terpaksa harus


dilakukan maka sebaiknya
menghindari penggunaan
metode broadcast/sebar,
dan metode yang baik
yaitu penempatan pada
larikan/barisan, pada
lubang.
POLA PERTANIAN

• Jika hanya ditanami satu jenis


tanaman secara terus-menerus maka
tanah akan jenuh dan kandungan
unsur hara tertentu akan terus
berkurang.

• Rotasi tanaman efektif untuk


mencegah berkurangnya jenis unsur
hara tertentu dalam tanah.
JENIS PUPUK YANG DIGUNAKAN

Nilai suatu pupuk ditentukan oleh sifatnya yang meliputi :

Kemasaman
Kadar Unsur Hara Pupuk dapat bereaksi fisiologis
Banyaknya unsur hara yang 01 04 masam, netral, alkali. Sifat
dikandung oleh suatu pupuk kemasaman pupuk dinyatakan
merupakan faktor utama untuk dengan nilai Ekuivalen
menilai pupuk tersebut. kemasaman (Equivalent Acidity)

Cara Bekerja
Higroskopisitas
05 Waktu yang diperlukan hingga
Mudah tidaknya pupuk 02 pupuk tersebut dapat diserap
menyerap uap air yang
tanaman dan memperlihatkan
ada di udara. pengaruhnya..

Kelarutan Indeks Garam (Salt Index)


Menunjukkan mudah tidaknya
pupuk larut dalam air dan mudah
03 06 Pemupukan meningkatkan
konsentrasi garam dalam larutan
tidaknya unsur yang terdapat tanah.
dalam pupuk diambil oleh
tanaman.
JENIS PUPUK YG DIGUNAKAN (LANJUTAN…)

o Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan :


1) Kebutuhan tanaman akan unsur hara,
2) Kandungan unsur hara yang ada dalam tanah,
3) Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk

o Umumnya pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu awal musim


hujan dan akhir musim hujan.

o Pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan


sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam 2 atau 3 kali
pemupukan, karena mudah tercuci. Misalnya : Urea, ZA, dll.

o Pupuk yang bekerjanya lambat diberikan sebelum penanaman dan


sekaligus. Untuk tanaman tahunan diberikan setiap akan mulai
kegiatan maksimum tanaman. Misalnya : TSP, SP36, dll.
JENIS TANAMAN
Sifat tanaman yang perlu diperhatikan dalam pemupukan :
Ø Pemupukan yang diberikan bergantung pada kebutuhan tanaman
Ø Penggunaan unsur hara oleh tanaman
Ø Sifat-sifat akar tanaman : akan menentukan cara penempatan pupuk
PENEMPATAN PUPUK
a. Broadcast (disebar) : Pupuk disebar merata di permukaan tanah
b. Sideband (disamping tanaman) : Pupuk diletakkan di salah satu sisi
atau kedua sisi tanaman
c. In the row (dalam larikan) : Pupuk diberikan dalam larikan tanaman
d. Pop up : Pupuk dimasukkan bersamaan dengan biji yang ditanam
e. Foliar application : Pemupukan melalui daun
f. Fertigation : Pemupukan melalui air irigasi

A B C D E F
TUGAS DISCOVERY LEARNING

Tugas kelompok (studi kasus) di bagi menjadi 6 (enam) kelompok


kecil

Membuat video singkat 2-5 menit mengenai :


Proses pemupukan di suatu daerah berdasarkan pola pemupukan
tertentu (bahas secara detail oleh tim kelompok dalam sesi diskusi
dan presentasi selama 10 menit (apakah sudah tepat pola
pemupukan tersebut, buat analisisnya berdasarkan teori terkait), tidak
perlu membuat makalah, cukup video dan penjelasan singkatnya saja

Masing-masing kelompok tidak boleh sama pola pemupukannya


dipresentasikan minggu depan (6 April 2022)
SELESAI….
TERIMAKSIH ATAS PERHATIANNYA
“REGULASI
PUPUK”
TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN 2022
PENDAHULUAN

§ Pupuk merupakan sarana produksi § Pupuk yang diedarkan di Indonesia


pertanian yang berperan penting harus memenuhi Standar Nasional
meningkatkan produksi dan Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis
produktivitas tanaman.
Minimal (PTM), serta terdaftar di
Kementerian Pertanian
§ Peredaran dan penggunaan pupuk harus
mendapat pengawasan ketat sehingga
terjamin mutu dan efektivitasnya, hal ini § Untuk menjamin mutu pupuk
tertuang dalam:
ditetapkan Standar Mutu berdasarkan
Ø UU. No. 22 tahun 2019 tentang Sistem SNI
Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
Ø UU. No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Kriteria Pupuk Menurut Permentan

Pupuk Anorganik

Pupuk Organik

Pupuk Hayati

Pembenah Tanah
PUPUK ANORGANIK
PENGUJIAN MUTU PUPUK ANORGANIK

§ Pupuk anorganik yang didaftarkan harus diuji mutunya


§ Uji mutu pupuk anorganik dilakukan oleh Lembaga Uji yang terakreditasi
§ Uji mutu dilakukan oleh badan hukum atau instansi pemerintah
§ Permohonan uji mutu dilakukan secara online kepada Lembaga Uji melalui PPVTPP
§ Petugas Pengambil Contoh (PPC) mengambil sampel setelah permohonan uji diterima
oleh Lembaga Uji
§ Sertifikat Pengujian dapat digunakan sebagai syarat pendaftaran pupuk (paling
lama 12 bulan sejak dikeluarkan oleh Lembaga Uji)
§ Lembaga Uji bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kebenaran hasil uji
PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL
PUPUK anorganik PADAT DAN CAIR

Ruang lingkup persyaratan teknis


Lingkup minimal pupuk anorganik meliputi
definisi dan syarat mutu

Persyaratan Teknis Minimal Pupuk


anorganik (PTM) :
Merupakan persyaratan komposisi dan
Definisi kandungan hara yang harus dipenuhi oleh
pupuk anorganik, apabila belum ada SNI
mutu
a ta n
a r
P ersy 1
Pupuk Hara Makro Tunggal
Padat dan Cair

Pupuk Hara Makro Majemuk


2 Padat dan Cair
Syarat mutu
pupuk Pupuk Hara Mikro Tunggal
3 Padat dan Cair
dikelompokkan
Pupuk Hara Mikro Majemuk
4 Padat dan Cair

Pupuk Hara Campuran


5 (hara makro, mikro, fungsional)
Padat dan Cair
Kandungan hara
dalam pupuk anorganik

Hara Makro Hara


Primer Fungsional

N
P Si
K Hara Makro
Sekunder Hara Mikro
Cu
Ca Zn B
Mg Mn
Mo Co
S Fe
Ketentuan Logam Berat dalam
Pupuk anorganik Batas toleransi 8% sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat
§ Semua jenis pupuk tidak (2) Peraturan Menteri Pertanian No.
diperbolehkan mengandung logam 36/PERMENTAN/SR/10/2017 tentang
berat contohnya : As, Hg, Cd dan Pb Pendaftaran Pupuk anorganik
§ Terdapat batas toleransi maksimal hanya berlaku untuk pupuk
kandungan logam berat sebagai majemuk NPK Padat
bahan (Tabel 1 Persyaratan Teknis
Minimal Pupuk anorganik)

Ø Persyaratan Mutu Minimal Pupuk anorganik


terdapat pada Tabel 1 pada SK Menteri
Pertanian No. 209/Kpts/SR.320/3/2018 tentang
Persyaratan Mutu Pupuk anorganik
PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PUPUK ANORGANIK

Jenis Hara Pupuk Makro Tunggal Pupuk Makro Majemuk


Padat Cair Padat Cair
Hara Makro Primer
Total Nitrogen SNI** min 20% Total (N+P2O5+K2O) min 30%, Total (N+P2O5+K2O) min 10%,
masing-masing unsur min 6% masing-masing unsur min 2%
Total Fosfor (sebagai P2O5) SNI** min 8% Total (N+P2O5) atau (N+K2O) Total (N+P2O5) atau (N+K2O)
atau (P2O5+K2O) min 20%, atau (P2O5+K2O) min 8%,
masing-masing min 6% Masing-masing unsur min 2%

Total Kalium (sebagai K2O) SNI** min 15% Total N atau P2O5 atau K2O Total N atau P2O5 atau K2O
min. 10% min 4%
Hara Makro Sekunder
Sulfur (sebagai S) min 75% min 20% min 9% min 3%
Kalsium (sebagai CaO) min 40% min 15% min 15% min 5%
Magnesium (sebagai MgO) min 25% min 6% min 9% min 2%
* Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung minimal 2 (dua) unsur hara dan terdiri atas:
a. Makro primer; b. Makro sekunder; c. Makro primer + makro sekunder; d. Makro primer + silika; e. Makro sekunder + silica; atau
f. Makro primer + makro sekunder + silika.
** Pupuk yang tidak atau belum diatur dalam SNI dan Permentan, maka perlu rekomendasi dari Tim Teknis.
Lanjutan……
Jenis Hara Pupuk Makro Tunggal Pupuk Makro Majemuk*
Padat Cair Padat Cair
Silika (sebagai SiO2) min 10% min 5% min 6% min 4%
Silika Gel (sebagai min 60% - - -
SiO2)

Kadar Air maks 1%*** - maks 1%*** -


maks 5%**** - maks 5%**** -

Logam Berat*****
As maks 100 ppm
Hg maks 10 ppm
Cd maks 100 ppm
Pb maks 500 ppm
*** Berlaku untuk pupuk padat yang mengandung Nitrogen
**** Berlaku untuk pupuk padat lainnya
***** Syarat tambahan logam berat : Ni <0,4% ; Cr <4% untuk pupuk padat yang mengandung silika
Pupuk makro majemuk adalah pupuk yang
mengandung minimal 2 (dua) unsur hara

Hara Makro Hara Makro


Primer Primer + Silika

Hara Makro
Hara Makro
Sekunder + Silika
Sekunder

Hara Makro Primer + Hara Makro Primer


Makro Sekunder + Makro Sekunder
+ Silika
PTM Hara Mikro

Jenis Hara Pupuk Makro Tunggal Pupuk Makro Majemuk*


Padat Cair Padat Cair
Hara Mikro
Seng (Zn) SKI** min 2% Minimal terdiri Minimal terdiri
Boron (B) SKI** min 2% atas 2 (dua) atas 2 (dua)
unsur unsur
Tembaga (Cu) SKI** min 2%
Mangan (Mn) SKI** min 2% Total ≥ 5% Total ≥ 2%
Molibdenum (Mo) SKI** min 2%
Kobalt (Co) SKI** min 2% 1 (satu) unsur 1 (satu) unsur
minimal 1% minimal 0,5%
Besi (Fe) SKI** min 2%

* Pupuk mikro majemuk adalah pupuk yang terdiri atas minimal 2 (dua) unsur hara
** SKI : Standar Kimia Industri, kecuali pupuk hara mikro yang sudah mempunyai SNI (seng sulfat teknis, pupuk borat, tembaga sulfat teknis
(terusi))
Lanjutan……

Jenis Hara Pupuk Makro Tunggal Pupuk Makro Majemuk


Padat Cair Padat Cair
Kadar Air maks 5% - maks 5% -
Logam Berat
As maks 25 ppm maks 5 ppm maks 25 ppm maks 5 ppm
Hg maks 2,5 ppm maks 0,2 ppm maks 2,5 ppm maks 0,2 ppm
Cd maks 25 ppm maks 1 ppm maks 25 ppm maks 1 ppm
Pb maks 125 ppm maks 5 ppm maks 125 ppm maks 5 ppm
PTM pupuk anorganik hara makro campuran padat dan
hara makro campuran cair mengacu SNI 02-6681-2002
yang mengatur hara makro campuran yang terdiri dari hara
makro primer dan hara mikro
PTM Hara Makro – Mikro Campuran*
Jenis Hara Jenis Pupuk

Padat Cair

Hara Makro Primer Majemuk

NPK** Total N+P2O5+K2O min 30%, masing- Total N+P2O5+K2O min 10%, masing-
masing unsur minimal 6% masing unsur min 2%
NP Total N+P2O5 min 24%, masing-masing Total N+P2O5 min 8%, masing-masing-
unsur minimal 6% masing unsur min 2%
NK Total N+K2O min 24%, masing-masing Total N+K2O min 8%, masing-masing unsur
minimal 6% min 2%
PK Total P2O5+K2O min 20%, masing-masing Total P2O5+K2O min 8%, masing-masing
minimal 6% unsur min 2%
Hara Makro Pimer Tunggal

Total Nitrogen (N) min 10% min 3%

Total Fosfor (sebagai P2O5) min 10% min 3%

Total Kalium (sebagai K2O) min 10% min 3%

* Pupuk hara makro – mikro campuran adalah pupuk yang terdiri atas campuran:
a. Hara Makro +Hara mikro; b. Hara Makro + Hara Mikro + Silika; atau c. Hara Mikro + Silika.
** khusus untuk campuran hara makro NPK dan hara mikro mengacu pada SNI 02-6681-2002
Lanjutan……
Jenis Hara Jenis Pupuk

Padat Cair

Hara Makro Sekunder


Sulfur (sebagai S) min 9% min 3%
Kalsium (sebagai CaO) min 15% min 5%
Magnesium (sebagai MgO) min 9% min 3%
Hara Mikro
Seng (Zn) min 1% min 0,3%

Boron (B) min 0,5% min 0,15%


Tembaga (Cu) min 1% min 0,3%
Mangan (Mn) min 0,5% min 0,15%
Molibden (Mo) min 0,25% min 0,1%
Kobalt (Co) min 0,1% min 0,03%
Besi (Fe) min 3% min 1%
Silika (sebagai SiO2) min 10% min 8%
Silika Gel (sebagai SiO2) min 60% -
Lanjutan……

Jenis Hara Jenis Pupuk


Padat Cair
Kadar Air maks 1%*** -
maks 5%****
Logam Berat*****
As maks 100 ppm maks 5 ppm
Hg maks 10 ppm maks 0,2 ppm
Cd maks 100 ppm maks1 ppm
Pb maks 500 ppm maks 5 ppm

*** Berlaku untuk pupuk padat yang mengandung Nitrogen (N)


**** Berlaku untuk pupuk padat lainnya
***** Syarat tambahan logam berat : Ni < 0,4%; Cr < 4% untuk pupuk padat yang mengandung silika
Pupuk hara makro – mikro campuran

Hara Makro
Hara Makro
/
Primer Sekuder
Primer + Sekunder
+
+
Hara Mikro
Hara Mikro
+
Silika
Hara Makro Primer + Hara Makro
Sekunder
+ /
Primer Sekunder
Hara Mikro +
Hara Mikro
+
Silika
METODE UJI PUPUK ANORGANIK
No. Jenis Unsur Metoda Acuan

1 Nitrogen Ekstraksi : Combustion AOAC 2012, 2.4.02 993.13


Kjeldahl (H2SO4) AOAC 2012, 2.4.03 955.04
Pengukuran : Titrimetri atau
Spektrofotometri

2 Fosfat (P2O5) Ekstraksi : Total, AOAC 2012, 2.3.01 957.02


Asam Sitrat 2%, AOAC 2012, 2.5.10 963.03
Air AOAC 2012, 2.3.06 977.01
Pengukuran : Spektrofotometri AOAC 2012, 2.3.09 970.01

3 Kalium (K2O) Ekstraksi : Total


Pengukuran : Flamefotometer atau AOAC 2012, 2.5.05 955.06
Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS) AOAC 2012, 2.6.01 965.09

4 Belerang (S) Ekstraksi : Total


Pengukuran : Spektrofotometer AOAC 2012, 2.6.28 980.02
Gravimetri
5 Kalsium (Ca) Ekstraksi : Total
AOAC 2012, 2.6.07 945.04
Pengukuran : Atomic Absorption (AAS)
AOAC 2012, 2.6.05 945.03
Titrasi
6 Magnesium (Mg) Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer AOAC 2012, 2.6.17 984.01
(AAS) AOAC 2012, 2.6.18 964.01
Titrasi
Lanjutan……

7 Silika Ekstraksi : Cair (Total) HCl + HF AOAC 2012


Padat (tersedia) 0.5 N HCl NIAES 1987
Gel (Na2CO3 + NH4NO3) Pereira et al, 2003
Pengukuran : Spektrofotometer
8 Seng (Zn) Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption AOAC 2012, 2.6.31 975.02
Spektrofotometer (AAS)
9 Boron (B) Ekstraksi : Total
AOAC 2012, 2.6.04 982.01
Pengukuran : Spektrofotometer
AOAC 2012, 2.6.02 949.02
Titrimetri
10 Tembaga (Cu) Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption AOAC 2012, 2.6.11 975.01
Spektrofotometer (AAS)
11 Mangan (Mn) Ekstraksi : Total
Pengukuran : AAS (Atomic Absorption
AOAC 2012, 2.6.22 940.02
Spektrofotometer)

12 Besi (Fe) Ekstraksi : Total


Pengukuran : AAS (Atomic Absorption
AOAC 2012, 2.6.15 980.01
Spektrofotometer)
AOAC 2012, 2.6.14 967.01
Titrimetri
Lanjutan……
13 Molibden (Mo) Ekstraksi : Total
Pengukuran : AAS (Atomic Absorption AOAC 2012, 2.6.01 965.09
Spektrofotometer)
14 Kobal (Co) Ekstraksi : total
Pengukuran : AAS (Atomic Absorption AOAC 2012, 2.6.01 965.09
Spektrofotometer) AOAC 2012, 2.6.35 2006.03
ICP AOAC 2012, 2.6.10 965.11
Kolorimetri
15 Biuret Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer AAS) AOAC 2012, 2.4.24 976.01
Spektrofotometer AOAC 2012, 2.4.23 960.04

16 Arsen (As) Ekstraksi : Total


Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer(AAS) AOAC 2012, 2.6.01 965.09
ICP AOAC 2012, 2.6.35 2006.03
17 Cadmium (Cd) Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer(AAS) AOAC 2012, 2.6.01 965.09
ICP AOAC 2012, 2.6.35 2006.03
18 Merkuri (Hg) Ekstraksi : Total (Refluks)
Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer(AAS) AOAC 2000, 9.2.22, 971.21
yang dilengkapi Mercury Vapour Unit AOAC 2000, 9.2.23, 977.15
(MVU)
19 Timbal (Pb) Ekstraksi : Total
Pengukuran : Atomic Absorption Spektrofotometer(AAS) AOAC 2012, 2.6.01 965.09
ICP AOAC 2012, 2.6.35 2006.03
PUPUK ORGANIK
PENGERTIAN PUPUK ORGANIK

§ Pupuk organik
Pupuk yang berasal dari tumbuhan mati/kotoran hewan dan/atau bagian
hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya bahan mineral
dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara
dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan/atau
biologi tanah (Permentan 01/2019).
§ Mengandung unsur hara lengkap (makro primer, makro sekunder, mikro),
asam organik, ZPT, enzim, vitamin), namun kadar haranya rendah.
§ Sumber C-organik yang dijadikan sumber energi bagi mikroba.
§ Kualitas pupuk organik bervariasi tergantung bahan baku yang digunakan

24
PERAN PUPUK ORGANIK

1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah


2. Menyediakan sebagian kecil hara makro dan mikro
3. Menstimulir pertumbuhan tanaman (mengandung zat
pengatur tumbuh, asam organik, enzim)

Meningkatkan efisiensi pemupukan dan produksi tanaman


BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK
§ Limbah Pertanian: sisa tanaman/panen, pangkasan tanaman
pagar, rumput, tanaman legum
§ Limbah Ternak: kotoran hewan, limbah dari rumah pemotongan
hewan.
§ Limbah Industri: limbah berasal dari pabrik gula, pengolahan
sawit, penggilingan padi, bumbu masak, industri makanan, jamur
§ Limbah Kota: sampah kota perlu pemisahan bahan-bahan yang
tidak dapat dirombak, misalnya plastik, botol, kertas, sampah
organik dari pasar.
Bahan Baku Pupuk Organik
l Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) kategori 2
menurut PP RI No. 101/2014 dengan syarat lolos uji toxicity
characteristics leaching procedure (TCLP) dan uji lethal dose
50 (LD 50), serta mendapat izin dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

l Contoh limbah B3 kategori 2 yang bisa digunakan sebagai


bahan baku adalah sludge minyak atau lemak (kode limbah
B342-1), industri pengolahan minyak hewani atau
nabati,sludge IPAL (kode limbah 343-2),pengolahan industri
minyak antara lain berupa pengolahan derivat minyak nabati
atau hewani (oleo chemical).
Bahan Baku Pupuk Organik yang dilarang

l Bahan baku yang dilarang antara lain kotoran manusia, kotoran


babi, bangkai (selain ikan), limbah B3 kategori 1.
§ Kualitas pupuk organik perlu ditingkatkan melalui inovasi teknologi pengkayaan
dengan bahan mineral alami dan mikroba, seleksi bahan baku.
§ Optimalisasi bahan baku pupuk organik dengan menggali potensi bahan baku baru
dan tersedia (sampah kota organik, rumput laut, limbah perikanan, dll)
§ Quality control internal terhadap bahan baku dan produksi pupuk organik
pabrikan:
• Di Laboratorium uji
• Dengan Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO)
§ Menjamin bahan baku pupuk organik secara berkelanjutan
• Kerjasama dengan peternakan, pengelola limbah organik
• Sistem integrasi ternak-tanaman
PERMASALAHAN UMUM PUPUK ORGANIK

• Kadar hara bervariasi tergantung bahan baku dan adanya


akumulasi unsur tertentu yang tidak bermanfaat, misal: logam
berat.
• Kompos belum matang (C/N rasio tinggi).
• Pengaruh terhadap tanaman lambat dan jangka Panjang.
• Pengawasan kualitas pupuk organik komersil belum optimal.
PENDAFTARAN PUPUK ORGANIK

• Jika akan digunakan di kebun sendiri à tidak perlu


didaftarkan ke Kementan

• Jika akan dijual secara komersial à Mendapatkan nomor ijin


edar dari Kementan
• Lulus uji mutu sesuai SNI 7763: 2018 untuk pupuk organik
padat, Kementan 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 untuk
pupuk organik padat yang diperkaya mikroba dan pupuk
organik cair
• Lulus uji efektivitas
SYARAT MUTU PUPUK ORGANIK

1. SNI 7763:2018
2. KEPMENTAN 261/KPTS/SR.310/M/4/2019
SNI PUPUK ORGANIK PADAT (SNI 7763:2018)
No. Parameter Satuan Persyaratan
1. C-organik % Min. 15
2. C/N - Maks. 25
3. Bahan ikutan (beling/pecahan kaca, % Maks. 2
plastik, kerikil, dan logam)
4. Kadar air % 8 - 25
5. pH - 4-9
6. Hara makro (N+P2O5+K2O) % Min. 2
7. Logam berat
Hg mg/kg Maks. 1
Pb mg/kg Maks. 50
Cd mg/kg Maks. 2
As mg/kg Maks. 10
Cr mg/kg Maks. 180
Ni mg/kg Maks. 50
8. Hara mikro
Fe total mg/kg Maks. 15.000
Fe Tersedia mg/kg Maks. 500
Zn total mg/kg Maks. 5.000
9. Ukuran butir (2 – 4,75) mm* % Min. 75
10. Cemaran mikroba :
E - coli MPN/g <102
Salmonella sp MPN/g <102
Catatan :
Semua persyaratan kecuali kadar air, bahan ikutan dan ukuran butir dihitung atas
dasar berat kering (adbk)
*Untuk pupuk organik granul
PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PUPUK ORGANIK PADAT*) (1)
KEPMENTAN 261/KPTS/SR.310/M/4/2019
No. PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU
MURNI DIPERKAYA
MIKROBA
1. C-organik % minimum 15 minimum 15
2. C/N - ≤ 25 ≤ 25
3. Kadar Air (atas dasar berat % 8-20 10-25
basah)
4. Hara makro
(N+P2O5+K2O) % minimum 2
5. Hara mikro
Fe total ppm maksimum 15.000 maksimum 15.000
Fe tersedia ppm maksimum 500 maksimum 500
Zn ppm maksimum 5.000 maksimum 5.000
6. pH - 4-9 4-9
7. E.Coli MPN/g < 1 x 102 < 1 x 102
Salmonella sp MPN/g < 1 x 102 < 1 x 102
8. Mikroba fungsional**) cfu/g - ≥ 1 x 105
PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PUPUK ORGANIK PADAT*) (2)
No. PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU
MURNI DIPERKAYA
MIKROBA
9. Logam berat
As ppm maksimum 10 maksimum 10
Hg ppm maksimum 1 maksimum 1
Pb ppm maksimum 50 maksimum 50
Cd ppm maksimum 2 maksimum 2
Cr ppm maksimum 180 maksimum 180
Ni ppm maksimum 50 maksimum 50
10. Ukuran butir 2-5 mm***) % minimum 75 minimum 75
11. Bahan ikutan % maksimum 2 maksimum 2
12. Unsur/senyawa lain****)
Na ppm maksimum 2.000 maksimum 2.000
Cl ppm maksimum 2.000 maksimum 2.000

*) Pupuk organik padat yang tidak atau belum diatur dalam SNI dan Permentan, persyaratan teknisnya perlu rekomendasi
dari Tim Teknis
**) Mikroba fungsional harus teridentifikasi sampai genus dan jumlah genus masing-masing >1 x 105 cfg/g
***) Khusus untuk pupuk organik granul.
****) Khusus untuk pupuk organik hasil ekstraksi rumput laut.
Semua persyaratan diatas kecuali kadar air, dihitung atas dasar berat kering (adbk)
Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair
No. PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU
1. C-organik % (w/v) minimum 10
2. Hara makro:
N+ P2O5 + K2O % (w/v) 2 -6
3. N-organik % (w/v) minimum 0,5
4. Hara mikro**
Fe total ppm 90 - 900 *) Dalam prosesnya tidak boleh
Mn total ppm 25 - 500 menambahkan bahan kimia
Cu total ppm 25 - 500 sintetis.
Zn total ppm 25 - 500 **) Minimum 3 (tiga) unsur.
B total ppm 12 - 250 ***) Khusus untuk pupuk
Mo total ppm 2 -10
organik hasil ekstraksi rumput
5. pH - 4 - 9
laut dan produk laut lainnya.
6. E.coli cfu/ml atau MPN/ml < 1 x 102

Salmonella sp cfu/ml atau MPN/ml < 1 x 107

7. Logam berat
As ppm maksimum 5,0
Hg ppm maksimum 0,2
Pb ppm maksimum 5,0
Cd ppm maksimum 1,0
Cr ppm maksimum 40
Ni ppm maksimum 10
8. Unsur/senyawa lain***
Na ppm maksimum 2000
Cl ppm maksimum 2000
PUPUK HAYATI
Pengertian :

Produk biologi aktif terdiri dari mikroba yang telah teridentifikasi


dan berfungsi didalam penyediaan hara secara langsung maupun
tidak langsung, merombak bahan organik, meningkatkan efisiensi
pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah
(Permentan No 1, 2019)

Kelompok Pupuk Hayati :

a. Pupuk hayati tunggal , contohnya : bakteri pembentuk bintil akar,


endomikoriza arbuskular, ektomikoriza
b. Pupuk hayati Majemuk
Pupuk Hayati Tunggal
Pupuk Hayati Tunggal
Pupuk Hayati Tunggal
Pupuk Hayati Majemuk
PEMBENAH TANAH
Pengertian :

Bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral berbentuk


padat/cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan/biologi
(Permentan No 1, 2019)

Kelompok Pembenah Tanah :

a. Pembenah tanah organik


b. Pembenah tanah non-organik
c. Pembenah tanah hayati
Contoh : kompos,
blotong,pupuk kandang, dll
Contoh : kapur pertanian, arang
aktif, zeolite, bitumen,P alam, dll
Mengandung mahluk hidup yang
dapat memperbaiki sifat tanah
TERIMA KASIH

JANGAN LUPA MINGGU DEPAN UCP II (21 APRIL 2022, PUKUL 13.00)

SELAMAT BELAJAR………
Penghitungan kebutuhan pupuk
TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN 2022
REVIEW
Terminologi

 Pupuk → semua zat yang diberikan ke dalam tanah


untuk mensuplai unsur hara yang diperlukan dalam
nutrisi tanaman
 Pupuk tunggal → pupuk yang mengandung 1 unsur
hara essensial
 Pupuk majemuk / campuran → kombinasi dari 2 atau
lebih bahan pupuk yg mengandung 2 atau lebih unsur
hara esensial.
 Besarnya kandungan unsur hara tertentu di
dalam pupuk dinyatakan dalam persen (%).
Semakin tinggi persentase semakin tinggi
kandungan haranya.

 Misal pupuk ZA (amonium sulfat) persentase


kandungan N sebesar 21 % artinya setiap 100
kg pupuk ZA mengandung 21 kg N.
kadar unsur hara
dalam senyawa
Berapa persen (%) C, O, N dan H yang terdapat dalam
urea (CO(NH2)2), jika diketahui massa atom C = 12, O = 16,
N = 14 dan H =1?
Langkah penyelesaian
menentukan mol masing-masing atom yang ada dalam
senyawa
 Atom C = 1 mol
 Atom O = 1 mol
 Atom N = 2 mol
 Atom H = 4 mol
Menentukan massa masing-masing atom dalam
senyawa, dengan cara: mengalikan mol atom
dengan atom relatif (Ar) masing-masing atom.
 Atom C = 1 mol x 12 g/mol = 12 g
 Atom O = 1 mol x 16 g/mol = 16 g
 Atom N = 2 mol x 14 g/mol = 28 g
 Atom H = 4 mol x 1 g/mol = 4 g
 Jumlahkan massa semua atom yang telah diperoleh
untuk memperoleh massa molekul (massa molekul
relatif) = 12+16+28+4=60 g
Kadar unsur adalah : Massa masing-masing atom dibagi dengan
massa semua atom (Mr) kemudian dikali 100%.

Contoh, jika terdapat 120 Kg urea maka massa N adalah sebesar = 46,67% x
120 Kg = 56 Kg.
Pupuk jarang sekali murni, untuk mengetahui
kemurnian pupuk:
Misal:
Pupuk urea, CO(NH2)2 mengandung nitrogen 45%. Jika Mr
urea = 60 dan Ar N= 14, berapakah % kemurnian pupuk
urea?
Kemurnian Urea = Kandungan N
(2 * Ar N)/Mr urea)
= 45
(28/60)
Kemurnian Urea = 96%
Menghitung kebutuhan pupuk per
hektar
 Diketahui Urea (45 % N); SP-36 (36 % P2O5); KCl (60 % K2O) dan dosis pupuk
anjuran untuk padi adalah 100 kg N/ha, 50 kg P2O5/ha, 50 K2O/ha. Berapa
kebutuhan Urea, SP36 dan KCl untuk 1 ha?
Jawab :
Urea = 100 kg N/ha x 100 %
45 % N
= 222.22 kg Urea/ha
SP36 = 50 kg P2O5/ ha x 100 %
36 % P205
= 138.88 kg SP36/ha
KCl = 50 kg K2O/ha x 100 %
60 % K2O
= 83.33 kg KCl/ha
Menentukan kebutuhan pupuk
berdasarkan petakan lahan
Contoh: Luas tanaman tomat 750 m2. Dosis per hektar 60 kg N;
100 kg P2O5; 50 kg K2O. Berapa kebutuhan Urea, SP36 dan KCl
?
Urea = 750 m2 x 60 kg N/ ha x 100 %
10000 m2 45 % N
= 10 kg Urea

SP36 = 750 m2 x 100 kg P2O5/ha x 100 %


10000 m2 36 % P2O5
= 20.83 Kg SP36

KCl = 750 m2 x 50 kg K2O x 100 %


10000 m2 60 % K2O
= 6.25 Kg KCl
Menghitung kebutuhan pupuk
berdasarkan populasi tanaman
Jagung mempunyai jarak tanam 50 x 50 cm. Dosis pupuk 120 kg N; 90
kg P2O5 dan 60 kg K2O.
a. Hitung kebutuhan pupuk masing-masing ?
b. Berapa kebutuhan tiap-tiap pupuk per lubang pupuk ?
a. Urea = 120 kg N/ha x 100 %
45 % N
= 266 kg Urea/ha

SP36 = 90 kg P2O5 x 100 %


36 % P2O5
= 250 kg SP36/ha

KCl = 60 kg K2O/ha x 100 %


60 % K2O
= 100 kg KCl/ha
Lanjutan….
Populasi tanaman = 10.000 m2
0,5 m x 0,5 m
= 40.000 tanaman

Terdapat Faktor Koreksi (FK) untuk menghitung lahan yang tidak dipakai dikarenakan dipakai
galengan, jalan, gudang dll, (efisiensi 80%).

Jadi 40.000 x 80% = 32.000 tanaman

Urea = 266 kg
32.000 tanaman
= 0,00831 kg
= 8,31 gram urea/tanaman

SP36 = 250 kg SP36


32.000 tanaman
= 0,00781 kg
= 7,81 gram SP36/ tanaman

KCl = 100 kg KCl


32.000 tanaman
= 0,00312 kg
= 3,12 gram KCl/ tanaman
Menghitung kebutuhan pupuk
berdasarkan volume tanah
Lanjutan..
Catatan…
Penentuan bobot tanah dalam 1 ha..

• Bobot tanah 1 Ha = Volumetanah 1 Ha x berat jenis tanah


= 2.000.000.000 cm3 x 1,2 gram/cm3
= 2.400.000.000 gram = 2.400.000 kg
Memberikan tambahan pupuk tunggal
jika yg tersedia pupuk majemuk

 Jika pupuk NPK majemuk yang ada mempunyai rasio 15:15:15


dan rekomendasi unsur N sebanyak 150 kg/ha, unsur P sebanyak
100 kg/ha dan unsur K sebanyak 80 kg. berapakah pupuk tunggal
yang harus di tambahkan?
 Satu hal penting yang harus anda ingat adalah apabila menjumpai
rekomendasi pemupukan dengan beberapa unsur sekaligus, maka
gunakanlah rasio angka terkecil antara pupuk tunggal:pupuk
majemuk sebagai perhitungan untuk mengkonversi kedalam
kebutuhan pupuk majemuk. Hal ini untuk menghindari kelebihan
dosis.
 Rasio N 150:15 =10, P 100:15=6,6, K 80:15=5,3
 Maka kita menggunakan nilai kebutuhan K sebesar 80 kg untuk
mengkonversi ke pupuk majemuk karena rasionya paling kecil.
Rekomendasi unsur N sebanyak 150 kg/ha, unsur P sebanyak 100 kg/ha dan unsur K
sebanyak 80 kg. Maka kita menggunakan nilai kebutuhan K sebesar 80 kg untuk
mengkonversi ke pupuk majemuk.

100/15 x 80 = 533 kg/ha

Sedangkan untuk kekurangan unsur N dan P dipenuhi dengan pupuk tunggal, misalnya kita
penuhi dengan urea dan SP-36. Sehingga urea dan SP-36 yang dibutuhkan adalah :

Urea
Dalam pupuk NPK yang digunakan diatas sudah mengandung unsur N sebesar
15/100 x 533 kg = 80 kg
kekurangannya adalah : 150 – 80 = 70 Kg
Kebutuhan urea = 100/45 x 70 = 155 kg

SP-36
Dalam pupuk NPK yang digunakan diatas sudah mengandung unsur P sebesar
15/100 x 533 kg = 80 kg
kekurangannya adalah : 100 – 80 = 20 Kg
Kebutuhan SP-36 = 100/36 x 20 = 55 kg

Sehingga pupuk yang kita butuhkan adalah pupuk majemuk NPK 533 kg, urea 155 kg, dan
SP-36 55 Kg
Perhitungan kebutuhan pupuk
POC (Pupuk Organik Cair)
Berapa dosis POC yang diperlukan per tanaman jika dosis POC 10 L

(pengenceran 100 kali) dan jarak tanam 2,5 x 2,5 m?

Banyaknya lubang tanam/ha

= 10.000 m2/jarak tanam = 10.000/(2,5 x 2,5 m) = 1600 lubang/tanam

Jumlah populasi tanaman/ha dengan efisiensi (FK 80%)

= 1600 x 80% = 1.280 tanaman/ha


Dosis pupuk uji lubang tanam-1 = ___dosis anjuran/ha_____
Jumlah populasi tanaman/ha
= 10.000 : 1.280
= 7,8 mL/lubang tanam (diencerkan 100 x
atau 7,8 mL POC : 780 mL air)
Tugas Kelompok (PBL) penghitungan pupuk

Buat makalah dan PPT (presentasi) mengenai


studi kasus perhitungan kebutuhan pupuk tunggal
(N, P, dan K) atau majemuk (NPK) berdasarkan
jenis tanaman dan tanah tertentu (tidak boleh ada
yang sama)

Tugas dipresentasikan pada pertemuan


berikutnya !!!
PENGARUH PUPUK DAN
PEMUPUKAN TERHADAP
LINGKUNGAN
Teknologi Pupuk & Pemupukan 2022
PENDAHULUAN
▪ Penggunaan pupuk di Indonesia mulai meningkat pesat
sejak gerakan revolusi hijau tahun 1970 an.
▪ Pemerintah mulai menerapkan berbagai peraturan dan
teknologi penggunaan pupuk :
a. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah tentang budi
daya tanaman yang mengatur penggunaan pupuk.
b. Diterbitkannya Permentan dan SNI mengenai
kandungan hara yang dipersyaratkan harus ada atau
kandungan dengan batasan tertentu / bahkan tidak
diperbolehkan.
TREND PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DI
INDONESIA

Penggunaan pupuk anorganik secara umum meningkat dikarenakan :

• Adanya perluasan lahan pertanian


• Penggunaan varietas unggul
TREND KEHILANGAN PUPUK ANORGANIK DI
INDONESIA

2a 2b
Gambar 2a dan 2b (Sutton dan Bleeker 2013)

• Rata-rata penggunaan pupuk di negara-negara di Asia Selatan (termasuk Indonesia) terendah ketiga setelah
Sub-saharan Afrika dan Afrika Utara pada tahun 1962 dan meningkat pesat pada tahun 2006 (2a)

• Rata-rata kehilangan N dari sektor pertanian di negara-negara Asia Selatan masih menempati urutan ketiga
tertinggi setelah negara berkembang dan negara-negara Asia (2b)
DAMPAK POSITIF PEMUPUKAN MENGGUNAKAN PUPUK
ANORGANIK
▪ Tanaman Tumbuh dengan Cepat. Pupuk anorganik dapat memberikan nutrisi yang
lebih cepat tersedia pada tanah sehingga tanaman akan mengalami pertumbuhan
dengan pesat.

▪ Terhindar Hama dan Penyakit Tanaman. Penggunaan pupuk anorganik akan


membuat tanaman lebih sehat, dengan perawatan yang baik maka tanaman akan
tahan segala jenis hama dan penyakit

▪ Manipulasi Area Tanah. Pupuk juga mampu memanipulasi area di sekitar tanaman
yang sedang dipelihara/dirawat sehingga tanaman akan berkembang secara
maksimal.

Penggunaan pupuk anorganik harus dilakukan secara bijak/


tidak berlebihan agar tidak merusak lingkungan !!!
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN PUPUK
ANORGANIK TERHADAP TANAH

1. Merusak tanah (sifat fisik tanah berubah)


2. Meninggalkan residu (sisa-sisa bahan kimia) yang akan
ditinggalkan di tanah
3. Zat kimia yang diberikan secara berlebihan akan
mengganggu keseimbangan unsur hara tanah,
sehingga pertumbuhan dan produktivitas tidak optimal
4. Membunuh mikroorganisme dan organisme tanah
▪ Tanah yang padat/tidak gembur akibat
penggunaan pupuk kimia akan mematikan
mikroorganisme tanah sehingga penguraian bahan
organik tanah akan terganggu akibatnya tanah
menjadi tidak subur.
▪ Selain itu organisme tanah (cacing, serangga, dll)
akan mati sehingga tingkat kesuburan tanah
menurun
5. Menghambat penyerapan unsur hara
▪ Tanah yang selalu diberikan pupuk
anorganik secara terus menerus akan
mengakibatkan bagian akar tanaman rusak
▪ Apabila akar tanaman rusak, maka
penyerapan unsur hara yang dibutuhkan
tidak terpenuhi dan pertumbuhan tanaman
akan terganggu
6. Produktivitas lahan akan menurun
dan biaya produksi meningkat
▪ Lahan yang selalu diberikan pupuk
anorganik tanpa diimbang
penggunaan pupuk organik dapat
menyebabkan produktivitas lahan
menurun
POTENSI DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT
PENGGUNAAN NPK SECARA TERUS MENERUS
▪ Potensi cemaran berupa akumulasi logam berat banyak ditemukan pada pemupukan P
terutama jenis fosfat alam (Raii et al. 2013, Syers et al. 1987).
▪ Batuan fosfat alam mengandung logam berat. Sehingga penggunaan fosfat alam dalam jangka
panjang dapat mengakumulasi logam berat dalam tanah.

(mg/kg)
POTENSI DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP
LINGKUNGAN SEKITAR
• Mengandung bahan berbahaya yang dapat
menguap & berkumpul di udara  polusi
udara
• Mengandung bahan-bahan yang berbahaya
yang mudah terikat di dalam tanah (bentuk
tidak larut),yang apabila terkumpul terlalu
banyak dapat berpengaruh negative  polusi
tanah
• Pupuk yang mudah hilang terbawa oleh air
akan sampai ke muara yang dapat
memberikan efek negative terhadap biota air
 contohnya : blooming alga (polusi air)
POLUSI TANAH ▪ Selain kandungan unsur hara essensial yang
terlalu berlebihan, terdapat elemen yang tidak
dibutuhkan oleh tanah yaitu logam berat.
▪ Kompos dan pupuk kandang biasanya
mengandung logam berat yang ke dalam tanah
seperti adalah Pb dan Cd
▪ Logam berat ini dapat diikat di dalam tanah,
sehingga tidak mudah hilang

(Arspaslan et al, 2017)


POLUSI
UDARA
▪ Pupuk anorganik yang diaplikasikan
menghasilkan berbagai gas seperti
karbondioksida (CO2), methan (CH4),
amoniak (NH3,) dan hidrosulfida
(H2S).
▪ Gas H2S ini dapat menimbulkan
gejala keracunan bagi manusia dan
hewan.
POLUSI AIR
▪ Polusi air pada tempat-tempat terbuka
seperti di parit, selokan, saluran air, di
sungai, dan masih banyak lagi dapat
disebabkan oleh kelebihan unsur hara N
dan P
▪ Kelebihan unsur N dan P di perairan ini
dapat mendorong terjadinya eutrofikasi
(mendorong berkembangnya alga dan
tanaman yang padat)


▪ Air yang banyak mengandung bahan
organik akan mengalami kekurangan
oksida (karena oksida sebagai
penguraian bahan organik yang banyak
secara mikrobiologis)
▪ Ikan dan makhluk air lainnya tidak dapat
hidup dalam suasana anaerob
▪ Membuang bahan organik (sampah) &
sisa pupuk organik di permukaan air yang
terbuka, dapat menyebabkan air menjadi
hitam dan memberikan bau yang tidak
sedap.
HAL YANG PERLU KITA
CERMATI

Perlu pemahaman petani mengenai pentingnya


penggunaan bahan organik dalam budidaya pertanian
untuk sistem pertanian keberlanjutan

Paradigma petani yang beranggapan bahwa bila


menggunakan pupuk anorganik yang banyak maka
akan memperoleh hasil yang sangat banyak pula.

Konsep penggunaan pupuk aorganik yang tidak bijaksana dapat


menurunkan kualitas tanah yang berujung pada penurunan produktivitas
tanaman
KESIMPULAN
▪ Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan toksisitas
bagi tanaman, kerusakan bagi lingkungan, sebaliknya pada kondisi
tanah kekurangan unsur hara akan terjadi defisiensi bagi beberapa
unsur hara tertentu yang selanjutnya menyebabkan degradasi lahan
▪ Pemupukan berlebihan bukan lagi "resep jitu" untuk peningkatan
produktivitas, tetapi sebaliknya menjadi "ancaman
berkesinambungan" bagi produktivitas pertanian
▪ Pengelolaan lahan yang ramah lingkungan dalam arti menjaga
keseimbangan alam, keberlangsungan produksi tanaman, dan
kesehatan lingkungan menjadi sangat penting bagi sektor pertanian
Pupuk dan Teknologi
Pemupukan
Tioner Purba, Ringkop Situmeang, Hanif Fatur Rohman
Mahyati, Arsi, Refa Firgiyanto, Abdus Salam Junaedi
Tatuk Tojibatus Saadah, Junairiah
Jajuk Herawati, Arum Asriyanti Suhastyo

Penerbit Yayasan Kita Menulis


Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2021

Penulis:
Tioner Purba, Ringkop Situmeang, Hanif Fatur Rohman
Mahyati, Arsi, Refa Firgiyanto, Abdus Salam Junaedi
Tatuk Tojibatus Saadah, Junairiah
Jajuk Herawati, Arum Asriyanti Suhastyo

Editor: Ronal Watrianthos


Desain Sampul: Devy Dian Pratama, S.Kom.

Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021

Tioner Purba., dkk.


Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Yayasan Kita Menulis, 2021
xiv; 150 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-278-9
Cetakan 1, November 2021
I. Pupuk dan Teknologi Pemupukan
II. Yayasan Kita Menulis

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa
Izin tertulis dari penerbit maupun penulis
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat kasih dan karunia-Nya yang memberikan kemampuan kepada
penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan buku ini dengan baik.

Buku ini berjudul “Pupuk dan Teknologi Pemupukan” yang merupakan


rangkuman dari berbagai sumber. Buku ini memaparkan tentang
kalsifikasi pupuk, karakteristiknya, faktor yang memengaruhi,
pelaksanaaan pemupukan, pengawasan mutu pupuk dan pengaruhnya
terhadap pencemaran lingkungan. Kegiatan budidaya tanaman saat ini
tidak dapat dipisahkan dengan pupuk. Tanaman diberi pupuk oleh petani
dengan harapan akan meningkatkan hasil yang diperoleh. Produksi
pertanian harus ditingkatkan seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk yang pesat. Kebutuhan akan produksi-produksi pertanian
meningkat, sehingga diperlukan teknologi untuk meningkatkan hasil.
Teknologi tersebut salah satunya adalah pemupukan. Saat ini Industri
pupuk menjadi sangat penting dengan meningkatnya kebutuhan Pupuk.

Penulisan buku ini dilakukan secara berkolaborasi sebagai perwujudan


Tri Dharma Perguruan Tinggi beberapa dosen dari berbagai institusi.
Buku ini merupakan kajian tentang bagaimana tanah menyediakan nutrisi
bagi tanaman yang membahas tentang:
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan)
Bab 2. Klasifikasi Pupuk
Bab 3. Sifat dan Ciri Pupuk Alam
Bab 4. Sifat dan Ciri Pupuk Buatan Dan Pemrosesannya
Bab 5. Tata Laksana Pemupukan
Bab 6. Faktor yang Mempengaruhi Pemupukan
Bab 7. Pengawasan Mutu Pupuk
vi Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Bab 8. Dasar Pertimbangan Pemupukan


Bab 9. Nasib Pupuk di dalam Tanah
Bab 10. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan
Bab 11. Tantangan Pemupukan di Masa Depan

Penulis menyadari jika didalam penyusunan buku ini mempunyai


kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun
buku ini tetap akan memberikan manfaat bagi pembaca.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan buku ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberkati segala usaha
kita. Amin.

Medan, Oktober 2021.


Penulis.
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... v


Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Gambar .................................................................................................. xi
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii

Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan


1.1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.2 Pengertian Pupuk dan Pemupukan............................................................. 3
1.3 Peranan Pupuk Dalam Usaha Pertanian Intensif....................................... 4
1.4 Unsur Hara Tanaman dan Pupuk ............................................................... 5
1.4.1 Pengertian Unsur Hara ....................................................................... 5
1.4.2 Kebutuhan Unsur Hara Tanaman...................................................... 7
1.4.3 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman.................................................. 9

Bab 2 Klasifikasi Pupuk


2.1 Pendahuluan ................................................................................................. 13
2.2 Pupuk Berdasarkan Pembentukannya ....................................................... 14
2.2.1 Pupuk Alam ....................................................................................... 14
2.2.2 Pupuk Buatan ..................................................................................... 18
2.2.3 Pupuk yang Didasarkan pada Kandungan Unsur Haranya ............ 20
2.3 Pupuk Yang Didasarkan pada Bentuknya ................................................. 23
2.3.1 Pupuk Yang Didasarkan pada Reaksinya ........................................ 23
2.3.2 Pupuk Berdasarkan Susunan Kimia ................................................. 24
2.3.3 Pupuk Berdasarkan Kadar Kandungan Haranya ............................ 24
2.3.4 Pupuk Berdasarkan Kelarutan .......................................................... 25
2.3.5 Pupuk Berdasarkan Indeks Garam (Salt Index) .............................. 25

Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam


3.1 Sifat dan Karakteristik ................................................................................. 27
3.2 Pupuk Organik ............................................................................................. 29
3.4 Pupuk Hayati................................................................................................ 33
viii Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Bab 4 Sifat Ciri Pupuk Buatan dan Pemrosesannya


4.1 Pendahuluan ................................................................................................. 37
4.2 Pupuk Buatan ............................................................................................... 38
4.2.1 Jenis Pupuk Buatan Di Indonesia ..................................................... 38
4.3 Unsur – Unsur Penyusun Pupuk Buatan ................................................... 44

Bab 5 Tatalaksana Pemupukan


5.1 Pendahuluan ................................................................................................. 47
5.2 Tatalaksana Pemupukan ............................................................................. 49

Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan


6.1 Pendahuluan ................................................................................................. 59
6.2 Faktor yang Memengaruhi Pemupukan..................................................... 60
6.2.1 Ketersediaan dan Kehilangan Hara Tanah ...................................... 60
6.2.2 Pupuk yang Digunakan dan Prinsip Lima Cara Pemupukan ......... 62
6.2.3 Sifat, Ciri, dan Kemasaman Tanah (pH).......................................... 66
6.2.4 Tekstur Tanah .................................................................................... 67
6.2.5 Iklim, Temperatur, dan Curah Hujan ............................................... 67
6.2.6 Udara Tanah ....................................................................................... 69
6.2.7 Pola Pertanian .................................................................................... 69

Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk


7.1 Pendahuluan ................................................................................................. 71
7.2 SNI Mutu/Kualitas Pupuk Kimia ............................................................... 72
7.3 SNI Mutu/Kualitas Pupuk Kandang atau Kompos................................... 75
7.4 SNI Mutu/ Kualitas Pupuk Organik........................................................... 75
7.5 SNI Mutu/ Kualitas Pupuk Hayati ............................................................. 77
7.5.1 Quality Control Pupuk Saat Produksi ............................................... 77
7.5.2 Faktor yang Dapat Menurunkan Mutu Pupuk saat Penyimpanan .. 78
7.6 Pengontrolan dan Pengawasan Mutu Pupuk di Pasaran........................... 78

Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan


8.1 Pendahuluan ................................................................................................. 81
8.2 Ketersediaan Hara Tanah ............................................................................ 82
8.3 Kehilangan Hara .......................................................................................... 84
8.4 Gejala Kekurangan Unsur Hara ................................................................. 85
8.5 Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman ........................................................ 87
8.6 Pelestarian Produktivitas Tanah ................................................................. 89
Daftar Isi ix

Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah


9.1 Pendahuluan ................................................................................................. 93
9.2 Pupuk Alam ................................................................................................. 95
9.3 Pupuk Anorganik......................................................................................... 97

Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan


10.1 Pendahuluan............................................................................................... 105
10.2 Pemupukan ................................................................................................ 107
10.2.1 Macam Pupuk ................................................................................ 107
10.2.2 Cara Pemupukan............................................................................ 109
10.3 Pencemaran Lingkungan .......................................................................... 110
10.3.1 Pengertian dan Sumber Pencemaran............................................ 111
10.3.2 Dampak dan Teknologi Pengendalian Pencemaran ................... 114

Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan


11.1 Pendahuluan............................................................................................... 119
11.2 Penggunaan Pupuk Dalam Pertanian....................................................... 120
11.3 Dampak Penggunaan Pupuk .................................................................... 123
11.4 Tantangan Pemupukan.............................................................................. 126

Daftar Pustaka .................................................................................................... 131


Biodata Penulis .................................................................................................. 145
x Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Daftar Gambar

Gambar 1.1: Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman .........................6
Gambar 1.2: Ilustrasi Hukum Minimum Liebig pada Tanaman...................8
Gambar 4.1: Kemasan Pupuk Urea Produksi Pupuk Indonesia....................39
Gambar 4.2: Kemasan Pupuk ZA Produksi Pupuk Indonesia ......................40
Gambar 4.3: Kemasan Pupuk SP 36 Produksi Pupuk Indonesia ..................40
Gambar 4.4: Kemasan Pupuk KCL Produksi Pupuk Indonesia ...................41
Gambar 4.5: Kemasan Pupuk NPK Produksi Pupuk Indonesia ...................42
Gambar 4.6: Kemasan Dolomite Produksi Pupuk Indonesia........................43
Gambar 5.1: Pemupukan Tanaman Padi Dengan Cara Ditabur ...................51
Gambar 5.2: Pemupukan Tanaman Durian Dengan Cara Dibuat Jalur
Melingkar Dan Ditutup Dengan Tanah ...................................53
Gambar 5.3: Pemupukan Tanaman Kopi Dengan Cara Digali.....................54
Gambar 5.4: Pemupukan Tanaman Durian Pada Daun Tanaman................55
Gambar 5.5: Pemupukan Menggunakan Alat Terbang .................................56
Gambar 5.6: Proses Tanaman Yang Di Infus Pada Akar Tanaman .............57
Gambar 6.1: The Law of The Minimum-Justus Von Liebig ........................61
Gambar 6.2: Mineral Fertilizers Replace Nutrients Removed with the Harvest .61
Gambar 6.3: Hubungan Curah Hujan Dengan Pemupukan ..........................68
Gambar 9.1: Struktur Akar...............................................................................99
Daftar Tabel

Tabel 1.1: Penggolongan Unsur Hara Tanaman ............................................6


Tabel 2.1: Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Kandang ............................14
Tabel 2.2: Salt Index (SI) Pupuk N, P dan K..................................................25
Tabel 7.1: Pupuk Hara Makro dan Hara Mikro Anorganik yang Memiliki SNI...72
Tabel 7.2: Persyaratan Teknis Pupuk Organik ...............................................76
Tabel 7.3: Hasil Analisis Kandungan Hara Dalam Bahan Organik Dari Sisa
Tanaman dan Beberapa Pupuk Kandang .....................................76
Tabel 7.4: Sumber Unsur Hara ........................................................................77
xiv Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 1
Pengantar Pupuk dan
Pemupukan

1.1 Pendahuluan
Kegiatan budidaya tanaman saat ini tidak dapat dipisahkan dengan pupuk.
Tanaman diberi pupuk oleh petani dengan harapan akan meningkatkan hasil
yang diperoleh. Produksi pertanian harus ditingkatkan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk yang pesat. Kebutuhan akan produksi-produksi
pertanian meningkat, sehingga diperlukan teknologi untuk meningkatkan hasil.
Teknologi tersebut salah satunya adalah pemupukan.
Secara umum lahan pertanian lama kelamaan akan mengalami kemunduran
kesuburan tanah akibat penggunaan lahan yang intensif dan kerusakan tanah
akibat erosi. Lahan ini akan mengalami penurunan produktivitasnya dalam
menghasilkan produk pertanian.
Beberapa penyebab penurunan kesuburan menurut Hartatik, Husnain dan
Widowati, (2015):
1. ketidakseimbangan kadar hara dalam tanah;
2. pengurasan dan defisit hara;
3. penurunan kadar bahan organik tanah;
2 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

4. pendangkalan lapisan tapak bajak;


5. pencemaran oleh bahan agrokimia atau limbah;
6. penurunan populasi dan aktivitas mikroba; dan
7. salinisasi/alkalinisasi.

Akibat pengelolaan hara yang kurang bijaksana. Untuk mengatasi kemunduran


kesuburan tanah ini dibutuhkan teknologi penanganan yang baik, salah satunya
adalah pemupukan. Pemupukan itu sendiri merupakan penambahan unsur hara
ke dalam tanah baik dalam bentuk kimia maupun dalam bentuk organik.
Tujuan pemupukan itu sendiri adalah mengoptimalkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Saat ini telah tersedia berbagai bentuk pupuk baik
pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk ini diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan hara tanaman.
Kebutuhan hara tanaman terpenuhi akan memberikan hasil panen yang
optimal. Sedangkan tanaman yang kekurangan hara akan menghambat
pertumbuhan yang nantinya akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Tanah
dikatakan subur jika kandungan hara, tata air dan udara dalam tanah sudah
cukup seimbang dan mampu mendukung kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Pemupukan merupakan salah satu usaha penting untuk meningkatkan
produksi, bahkan sampai sekarang dianggap sebagai faktor yang dominan
dalam produksi pertanian. Sampai akhir abad XX pemupukan merupakan
faktor penting untuk meningkatkan produksi karena belum ada alternatif lain
untuk menggantikannya (Rosmarkam and Yuwono, 2002).
Menurut Yuniwati, (2017) suatu tanah yang baik dan sehat dapat dicirikan oleh
berbagai sifat dan ciri yang mudah dikenali, yaitu:
1. drainasenya baik dan cepat, segera menyerap hujan lebat tanpa aliran
permukaan yang besar;
2. setelah panen, tanah tidak mengeras;
3. mampu menyimpan air selama musim kering;
4. mempunyai bongkahan-bongkahan tanpa lapisan cadas;
5. tahan terhadap erosi dan pencucian hara;
6. mendukung adanya populasi organisme tanah dalam jumlah besar;
7. tidak membutuhkan penambahan pupuk untuk berproduksi;
8. memiliki bau tanah yang khas;
9. menghasilkan tanaman yang sehat dan berkualitas tinggi.
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 3

1.2 Pengertian Pupuk dan Pemupukan


Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan
penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil budidaya tanaman. Pada
PP No. 8 tahun 2001 Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa definisi pupuk adalah
bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi
keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.
Selanjutnya disebutkan definisi pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses
rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis, dan merupakan hasil industri
atau pabrik pembuat pupuk, dan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan untuk menyuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah.
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan manusia ke dalam tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanaman dalam bertumbuh dan berproduksi. Pupuk
adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur
hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan
pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk
(Firmansyah, 2011).
Pemupukan dapat diartikan sebagai pemberian bahan organik maupun non
organik untuk mengganti kehilangan unsur hara di dalam tanah dan untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga produktivitas
tanaman meningkat (Mansyur, Pudjiwati and Murtilaksono, 2021).
Beberapa tujuan pemupukan adalah:
1. Melengkapi penyediaan unsur hara secara alami yang ada dalam
tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Menggantikan unsur hara yang hilang karena tersangkut dengan hasil
panen, pencucian dan sebagainya.
3. Memperbaiki kondisi tanah yang kurang baik atau mempertahankan
kondisi tanah yang sudah baik untuk pertumbuhan tanaman.
4 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

1.3 Peranan Pupuk Dalam Usaha


Pertanian Intensif
Pertambahan jumlah penduduk yang pesat dan perkembangan zaman
menuntut produksi bahan kebutuhan manusia untuk ditingkatkan. Kebutuhan
manusia banyak dihasilkan dari sektor pertanian terutama kebutuhan pangan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai upaya telah dilakukan.
Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pertama dengan cara ekstensifikasi (meningkatkan produktivitas dengan
memperluas lahan), cara yang kedua adalah dengan intensifikasi (peningkatan
produksi dengan meningkatkan produktivitas lahan pertanian).
Menurut Mansyur, Pudjiwati and Murtilaksono, (2021), intensifikasi pertanian
atau pertanian intensif adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan
berbagai masukan, meliputi penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul, alat
mesin pertanian dan investasi lainnya.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian
pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapan unsur hara dibatasi
oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum (Hukum Minimum
Leibig). Dengan demikian status hara terendah akan mengendalikan proses
pertumbuhan tanaman. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seluruh unsur
hara harus dalam keadaan seimbang, artinya tidak boleh ada satu unsur hara
pun yang menjadi faktor pembatas (Pahan, 2008).
Pupuk organik berperan dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah serta mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Kualitas dan
komposisi pupuk organik bervariasi tergantung dari bahan dasar kompos dan
proses pembuatannya (Hartatik, Husnain and Widowati, 2015).
Pupuk tetap digunakan dalam peningkatan produksi pertanian baik secara
ekstensifikasi maupun intensifikasi. Pertanian intensif pada umumnya
menggunakan inputan kimia baik berupa pupuk maupun pestisida secara
intensif untuk mencapai target produksi tinggi. Dalam intensifikasi pupuk
sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman terkait dengan
penggunaan bibit unggul yang membutuhkan hara yang tinggi (Mansyur,
Pudjiwati and Murtilaksono, 2021).
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 5

1.4 Unsur Hara Tanaman dan Pupuk


Tanaman merupakan makhluk hidup autotrof yang memproses sendiri zat-zat
organik dari dalam tanah sebagai bahan pertumbuhannya. Tanaman
memperoleh unsur hara dari dalam tanah dan yang ditambahkan manusia
melalui pemupukan. Tanaman memperoleh hara dari alam dan melimpah
seperti Hidrogen (H), Oksigen (O) dan Karbon (C). Ketiga unsur hara ini
merupakan unsur hara esensial bagi tanaman sebagai bahan utama dan
dominan penyusun tubuh tanaman. Unsur hara lainnya yang dibutuhkan
tanaman juga tersedia di alam namun jumlahnya terbatas.
Di samping jumlahnya yang terbatas di alam, unsur hara ini juga akan
mengalami kekurangan pada lahan pertanian akibat terangkut panen dan faktor
alam lainnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tanaman untuk bertumbuh
dan berkembang perlu penambahan dari luar.

1.4.1 Pengertian Unsur Hara


Dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman membutuhkan unsur
hara untuk proses fisiologis dalam tubuhnya. Kekurangan unsur hara akan
mengakibatkan kurang maksimalnya pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, unsur hara adalah zat yang
diperlukan hewan atau tumbuhan untuk pembentukan jaringan, pertumbuhan,
dan kegiatan hidup lainnya. Unsur hara dapat bersifat organik (hasil pelapukan
makhluk hidup) dan anorganik (berasal dari benda tak hidup, elemen dari air,
gas, asam dan mineral.
Menurut Hanafiah (2005), unsur hara adalah bagian dari unsur kesuburan yang
diserap oleh tumbuhan melalui tanah yang berkaitan dengan ketersediaan dan
jumlahnya bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan menurut Munawar (2018)
definisi unsur hara adalah bagian yang dibutuhkan tanaman dalam menunjang
kesuburan yang dibedakan menjadi dua bagian, yakni unsur hara mikro dan
makro. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman digolongkan dalam beberapa
penggolongan seperti pada tabel berikut:
6 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Tabel. 1.1: Penggolongan Unsur Hara Tanaman (Davidescu & Davidescu,


1988 dalam (Rosmarkam and Yuwono, 2002)
Esensial Non Esensial
Golongan
Utama Kedua Menaikan Produksi Tidak Menaikan Produksi
Makro N, P, K Ca, Mg, S Na Si, V
Ar, Ba, Be, Bi, Br, Cr, F, Li,
Mikro Fe, Mn, Zn, B, Cu Mo, Co, Cl Al, I
Pb, Rb, Pt, Sr, Se
Berdasarkan tabel 1.1 unsur hara tanaman terdiri dari unsur hara makro dan
unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang relatif banyak. Unsur hara mikro adalah unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur hara
mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit namun unsur hara ini sangat
penting dalam menunjang proses fisiologis dan pertumbuhan tanaman.
Di samping itu terdapat unsur hara esensial dan unsur hara non esensial. Unsur
hara esensial adalah unsur hara yang perannya tidak dapat digantikan oleh
unsur yang lain, dan jika tanaman kekurangan unsur ini maka tanaman akan
bertumbuh dengan tidak normal. Unsur hara non esensial adalah unsur hara
yang mempunyai peran yang relatif kecil terhadap pertumbuhan tanaman dan
perannya dapat digantikan dengan unsur hara lainnya.

Gambar 1.1: Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman


(cybext.pertanian.go.id, 2019).
Selain unsur C, H, dan O, tanaman memperoleh sebagian besar nutrisi yang ia
perlukan dari dalam tanah tempat ia tumbuh. Unsur C, H, dan O diperoleh
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 7

tanaman dari air dan karbon dioksida di udara, sedangkan unsur-unsur hara
makro dan mikro lainnya diperoleh dari hasil dekomposisi atau pelapukan
batuan mineral yang ada di tanah.
Masing-masing unsur hara tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
menunjang kelangsungan hidup tanaman. Untuk memperoleh tanaman yang
tumbuh sehat dan menghasilkan produksi maksimum harus memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara tersebut pada dasarnya telah tersedia dalam tanah, namun
jumlahnya terbatas.
Di samping jumlah unsur hara yang tersedia terbatas, proses penyediaan unsur
hara secara alami juga membutuhkan waktu yang lama. Laju penyerapan unsur
hara dari dalam tanah lebih tinggi dari pada laju penyediaan unsur hara secara
alami pada lahan- lahan budidaya pertanian. Untuk memperoleh produksi yang
tinggi dan waktu yang lebih cepat karena tuntutan memenuhi kebutuhan, alam
tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman secara alami. Oleh karena itu
pada lahan-lahan budidaya pertanian membutuhkan masukan unsur hara dari
luar berupa pupuk.
Melalui industri-industri pupuk, kebutuhan unsur hara tanaman dapat dipenuhi.
Lahan-lahan budidaya pertanian yang kurang subur dapat menghasilkan
produksi atau panen yang optimal dengan pengaturan unsur hara melalui
pemupukan. Pupuk merupakan sumber nutrisi tambahan dari luar tanah bagi
tanaman.
Dengan semakin tingginya pertambahan jumlah penduduk yang diikuti dengan
tuntutan kebutuhan pangan yang semakin tinggi maka produksi pertanian juga
harus ditingkatkan. Lahan-lahan pertanian semakin intensif dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman, sehingga kebutuhan pupuk semakin penting.

1.4.2 Kebutuhan Unsur Hara Tanaman


Tanaman membutuhkan unsur hara dalam proses fisiologis hidupnya. Setiap
tanaman berbeda-beda kebutuhan unsur haranya, baik jumlah maupun
jenisnya. Di samping unsur hara, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu:
1. cahaya;
2. tunjangan mekanik;
8 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

3. suhu;
4. udara;
5. air dan;
6. unsur hara.

Tanah menyediakan sebagian atau seluruhnya dari faktor tersebut kecuali


cahaya (Supardi, 1983). Pertumbuhan tanaman yang baik tergantung dari
gabungan faktor-faktor lingkungan secara seimbang dan menguntungkan. Bila
salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, faktor itu dapat
menekan bahkan menghentikan pertumbuhan. Faktor yang paling sedikit
merupakan penentu produksi tanaman. Tingkat produksi tanaman tidak akan
lebih tinggi dari apa yang dapat dicapai oleh tanaman yang tumbuh dalam
keadaan dengan faktor-faktor yang paling minimum (Hakim et al., 1986).
Hal ini disebut faktor pembatas (hukum minimum Liebig). Hukum minimum
Liebig menyatakan bahwa unsur hara yang sedikit dapat menyebabkan tidak
terserapnya unsur-unsur lain yang jumlahnya berlebihan. Gambaran Hukum
Minimum Liebig tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 Berikut:

Gambar 1.2: Ilustrasi Hukum Minimum Liebig pada Tanaman (Evan,


2018);(Yusuf, 2012)
Gambar di atas menjelaskan prinsip faktor pembatas pada tanaman. Produksi
tanaman akan ditentukan unsur hara yang paling sedikit. Jika unsur hara atau
faktor lain yang paling sedikit dinaikkan maka pembatas produksi berikutnya
adalah unsur hara atau faktor lain yang paling sedikit. Seperti Bejana yang diisi
air, maka permukaan air dalam bejana ini ditentukan oleh dinding yang paling
rendah (no 5), jika dinding paling rendah (no.5) dinaikkan, maka permukaan
air dalam bejana ditentukan dinding yang paling rendah lainnya (Yusuf, 2012).
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 9

Berdasarkan faktor pembatas tersebut dapat diaplikasikan pemupukan sesuai


dengan kebutuhan tanaman. Namun perlu juga diperhatikan faktor-faktor
pertumbuhan lainnya selain unsur hara. Produksi tanaman sering tidak
ditentukan unsur hara makro (unsur hara yang dibutuhkan dengan jumlah yang
banyak seperti, N, P, K) sebagai faktor pembatas namun oleh unsur hara mikro
(unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit).

1.4.3 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman


Unsur hara bagi tanaman memiliki peran masing-masing yang berbeda. Unsur
hara makro berperan sebagai pembentuk jaringan pada tubuh tanaman, karena
unsur hara makro memiliki kandungan hidrogen, oksigen dan zat arang.
Dengan unsur hara makro tumbuhan akan memperlancar kerja mekanis dan
kerja osmotik.
Fungsi unsur hara mikro adalah:
1. Sebagai penyusun jaringan tanaman.
2. Sebagai katalisator (stimulan).
3. Memengaruhi proses oksidasi dan reduksi tanaman.
4. Membantu mengatur kadar asam.
5. Memengaruhi nilai osmotik tanaman.
6. Memengaruhi pemasukan unsur hara.
7. Membantu pertumbuhan tanaman

Menurut (Buckman and Brady, 1982) (Mansyur, Pudjiwati and Murtilaksono,


2021), (Hanafiah, 2005), (Rosmarkam and Yuwono, 2002) Peran masing-
masing unsur hara tesebut adalah:
1. Nitrogen (N)
Peran nitrogen (N) bagi tanaman adalah:
a. untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang, dan daun;
b. berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis;
c. membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik
lainnya.
10 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

2. Fosfor (P)
Peran fosfor (P) bagi tanaman:
a. berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar
benih dan tanaman muda;
b. sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein
tertentu;
c. membantu asimilasi dan pernapasan;
d. serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah.
3. Kalium (K)
Unsur Kalium (K) berperan untuk:
a. membantu pembentukan protein dan karbohidrat;
b. memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak
mudah gugur;
c. merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi
kekeringan dan penyakit.
4. Kalsium (Ca)
Peran Kalsium (Ca) bagi tanaman adalah:
a. merangsang pembentukan bulu-bulu akar;
b. mengeraskan batang tanaman;
c. merangsang pembentukan biji;
d. meningkatkan kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada
senyawa atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.
5. Magnesium (Mg)
Unsur Magnesium berperan untuk:
a. pembentukan hijau daun yang sempurna dan terbentuk
karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak;
b. berperan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman
sehingga kandungan fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan
dengan penambahan unsur magnesium.
6. Belerang/Sulfur (S)
Peran Belerang (S) bagi tanaman adalah:
a. berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar;
b. berperan penting dalam pembentukan beberapa jenis protein
seperti asam amino;
Bab 1 Pengantar Pupuk dan Pemupukan 11

c. membantu pertumbuhan anakan;


d. merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil
minyak, sayuran dan lain-lain.
7. Klor (Cl)
Peran Klor (Cl) bagi tanaman adalah:
a. memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti
tembakau, kapas, kentang, dan tanam sayuran;
b. banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman.
8. Besi (Fe)
Besi (Fe) berperan untuk:
a. pernapasan tanaman dan pembentukan hijau daun;
b. Ketidaktersediaan besi terutama pada tanah yang mengandung
banyak kapur, tanaman akan langsung merana.
9. Mangan (Mn)
Peran mangan (Mn) adalah sebagai komponen untuk memperlancar
proses asimilasi dan merupakan unsur penting dalam berbagai enzim.
10. Tembaga (Cu)
Peran tembaga (Cu) adalah mendorong terbentuknya hijau daun dan
dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim.
11. Boron (B)
Boron (B) berfungsi untuk:
a. mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman dan menyerap
unsur kalsium;
b. berperan dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk
tumbuh aktif;
c. pada tanaman penghasil biji, berpengaruh terhadap pembagian
sel;
d. menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.
12. Molibdenum (Mo)
Peranan molibdenum (Mo) bagi tanaman adalah:
a. sangat berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran;
b. membantu mengikat nitrogen dari udara bebas pada untuk
tanaman pupuk hijau;
12 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

c. merupakan bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada


bakteri nodula akar tanaman pupuk hijau.
13. Seng (Zn)
Peran Seng (Zn) bagi tanaman adalah mendorong pertumbuhan
tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon
tumbuh.
Bab 2
Klasifikasi Pupuk

2.1 Pendahuluan
Di Indonesia dibutuhkan dana miliaran rupiah untuk membeli pupuk yang
diberikan ke lahan pertanian setiap tahun. Pemberian pupuk ini dimaksudkan
untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman agar terutama pangan
tetap tersedia. Pupuk yang diberikan ada pupuk buatan ada pula pupuk alam
Terutama pupuk buatan sudah banyak ragamnya beredar di pasaran. Untuk
mengenal lebih jauh tentang pupuk ini maka uraian di bawah ini menyajikan
tentang klasifikasi pupuk.
Menurut Munawar (2018) Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu berdasarkan:
1. Pembentukannya: pupuk alam dan pupuk buatan
2. Kandungan unsur hara: pupuk tunggal dan pupuk majemuk
3. Bentuk: pupuk padat, cair
4. Reaksi di dalam tanah: masam, basa, dan netral.
5. Susunan kimia: pupuk anorganik dan organik
6. Kadar kandungan haranya: berkadar hara tinggi, sedang dan rendah
7. Kelarutannya: larut dalam air, larut dalam asam sitrat dan larut dalam
asam keras.
14 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

8. Berdasarkan Indeks Garam (Salt Index)

2.2 Pupuk Berdasarkan


Pembentukannya
2.2.1 Pupuk Alam
Pupuk alam adalah pupuk yang diperoleh dari alam tanpa melalui proses
industri atau pembuatan di pabrik. Pupuk alam pada umumnya adalah
senyawa organik, kecuali ada beberapa yang berbentuk senyawa anorganik
misalnya Fosfat Cirebon, dan CIRP (Christmas Island Rock Phosphate).
Pupuk alam terdiri dari:
1. Pupuk kandang.
2. Pupuk hijau.
3. Kompos.
4. Guano.
5. Tepung tulang ikan dan darah.
6. Tandan Kosong Sawit (Tankos).
7. Night soil.

Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak
(unggas/ayam, sapi, kuda, babi, domba), yang tercampur dengan sisa tanaman
dan alas kandang. Kandungan unsur hara dari berbagai kotoran ternak yang
sudah membusuk disajikan pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1: Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Kandang (Hardjowigeno,
2007)
N PO
2 5 KO
2
Ternak
%
Unggas (ayam) 1,70 1,90 1,50
Sapi 0,29 0,17 0,35
Kuda 0,44 0,17 0,35
Babi 0,60 0,41 0,13
Domba 0,55 0,31 0,15
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 15

Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tiap-tiap jenis hewan yang dipelihara
menghasilkan pupuk kandang dengan kandungan hara yang berbeda-beda:
1. Kandungan hara pupuk kandang (unggas) ayam paling tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang yang lainnya.
2. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis
makanan yang diberikan.

Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian lainnya yang masih muda
yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud untuk menambah bahan
organik dan unsur-unsur hara, terutama N. Dalam arti sempit pupuk hijau
adalah tanaman yang tergolong ke dalam Leguminosa dan sering ditanam
sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotasi untuk memanfaatkan waktu
sehingga tanah tidak diberakan.
Syarat-syarat sebagai tanaman pupuk hijau yaitu:
1. Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan hijauan.
2. Tidak banyak mengandung kayu.
3. Banyak mengandung unsur Nitrogen.
4. Tahan kekeringan.
5. Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat.
6. Dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang subur.

Contoh pupuk hijau antara lain:


1. Penggunaan pupuk hijau yang terutama adalah jenis Legium dibagi
ke dalam beberapa golongan yaitu:
2. Pupuk hijau yang berbentuk pohon, dipakai sebagai pohon pelindung,
misalnya: Leucaena glauca (lamtoro), Sesbania grandiflora (turi –
putih).
3. Pupuk hijau berbentuk perdu, biasanya dipakai untuk tanaman,
misalnya Crotalaria sp (orok-orok), Tephrosia candida,
4. Pupuk hijau berbentuk semak yang lunak batangnya, misalnya
Calopogonium mucunoides, Centrosema sp, Mimosa invisa
16 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Kompos
Kompos bahan yang berasal dari sisa-sisa bahan organik apa saja yang
ditumpuk dan mengalami proses dekomposisi. Bahan organik yang dapat
digunakan sebagai kompos adalah serbuk gergaji, jerami, abu sisa
pembakaran.
Alasan pembuatan kompos adalah karena:
1. untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah yang besar
sangatlah sukar, apalagi yang sudah terdekomposisi;
2. penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil, serta harus
mengorbankan tanah untuk tidak ditanami selama penanaman pupuk
hijau.

Untuk maksud tersebut pembuatan kompos dapat membantu mengatasi


kesukaran tersebut. Pembuatan kompos adalah penumpukan bahan-bahan
organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan –bahan yang mempunyai
nisbah C dan N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk
Guano
Guano merupakan deposit sedimen yang terdiri dari kotoran binatang,
terutama kotoran-kotoran burung laut yang oleh karena pengaruh alam
mengalami perubahan. Kandungannya terutama adalah P dan N, dan ada
beberapa macam guano mengandung K.
Namun demikian kandungan yang paling tinggi biasanya P yang berasosiasi
dengan Ca, yaitu dalam bentuk Ca-P. sehingga dengan adanya kandungan P
yang tinggi itu, guano biasanya disebut Fosforit. Seperti misalnya di Pulau
Nauru adalah merupakan deposit sedimen yang mengandung fosfat tinggi
yang berasal dari akumulasi kotoran burung
Tepung Tulang dan Darah
Tepung tulang dan darah merupakan limbah atau hasil buangan tulang –tulang
binatang atau darah binatang ternak yang dikumpulkan dari tempat
pemotongan hewan ternak, yang telah mengalami suatu proses penghancuran
(penggilingan) secara mekanis yang kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman.
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 17

Tandan Kosong Sawit


Tandan kosong (Tankos) merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik
kelapa sawit pada proses pengolahan tandan buah sawit menjadi minyak
kelapa sawit (CPO). Dalam setiap pengolahan 1 ton tandan buah akan
dihasilkan Tankos sebanyak 21-23 %. Tandan Kosong (Tankos) dapat
digunakan sebagai pupuk organik bagi pertanaman kelapa sawit secara
langsung maupun tidak langsung (Widiastuti, 2016)
Selanjutnya dinyatakan oleh Widiastuti (2016) bahwa manfaat secara langsung
tandan kosong sawit adalah:
1. Penggunaan pupuk MOP/KCl dan Dolomit dapat dihilangkan, serta
dosis penggunaan pupuk TSP dalam satu tahun menjadi setengah jika
diberikan ke tanaman kelapa sawit.
2. Dapat menyerap dan menahan air sehingga dapat mempertahankan
kelembaban tanah.
3. Dapat menahan dan mengurangi pengikisan tanah oleh pergerakan air
hujan pada lahan yang memiliki kemiringan yang curam.
4. Dapat menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman
kelapa sawit.

Manfaat secara tidak langsung berupa pupuk kompos tankos:


1. Sebagai sumber K untuk tanaman karena memiliki kandungan K
yang cukup tinggi.
2. Memperkaya unsur hara di tanah karena mengandung kalsium (Ca),
fosfat (P) dan magnesium (Mg).
3. Mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Night Soil (Nite Soil)


Night Soil (Nite Soil); merupakan kotoran padat dan cair hasil kotoran
manusia yang dimanfaatkan sebagai pupuk. Dikatakan night soil karena proses
pengambilannya dari septic tank (tempat penampungan kotoran manusia)
sering dilakukan pada malam hari. Nite soil digunakan sebagai pupuk dalam
bidang pertanian sudah sejak berabad-abad yang lalu terutama di Cina dan
Negara-negara Asia lainnya.
18 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Walaupun pupuk buatan sudah sangat sering digunakan, akan tetapi pupuk
alam tidaklah ditinggalkan. Malahan pupuk buatan selalu diikutsertakan
dengan pemberian pupuk alam. Dalam hal ini telah diketahui bahwa pupuk
alam memiliki kelebihan, namun ada juga kelemahannya.
Kebaikan pupuk alam:
1. Menyumbang bahan organik tanah.
2. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih porous (berpori).
3. Meningkatkan kapasitas penahan air (water holding capacity).
4. Meningkatkan kehidupan biologi tanah.
5. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah/KTK (daya pegang hara
pada tanah) terutama pada tanah pasir (meningkatkan sistem koloid
tanah).
6. Mengurangi daya fiksasi hara oleh partikel-partikel liat (menyaingi
fiksasi oleh liat).

Kelemahan pupuk alam:


1. Kandungan haranya rendah.
2. Relatif sulit memperolehnya, karena dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif banyak dalam sekali aplikasi.
3. Pemanfaatan oleh tanaman setelah melalui proses dekomposisi (tidak
dapat diaplikasikan langsung).
4. Pengangkutannya sulit karena jumlahnya yang banyak.
5. Biaya aplikasinya mahal (karena jumlahnya banyak).

Dengan demikian penggunaan pupuk alam terutama ditujukan terutama untuk


memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.

2.2.2 Pupuk Buatan


Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik dengan kandungan
unsur hara tertentu. Pada umumnya kandungan unsur haranya yang tinggi dan
berbentuk anorganik.
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 19

Di daerah tropika pupuk buatan lebih populer daripada pupuk alam karena:
1. Pelapukan pupuk organik di daerah-daerah tropika berlangsung
dengan cepat, sedangkan pupuk alam sangat kurang jumlahnya untuk
memenuhi kebutuhan akan pupuk terutama sudah umum digunakan
bibit unggul yang rakus akan unsur hara.
2. Pupuk buatan lebih ekonomis, karena dapat meringankan ongkos
pengangkutan dan tenaga kerja serta dapat memberikan pengaruh
langsung terhadap produksi.

Pupuk buatan yang dibuat di pabrik-pabrik dapat dihasilkan dalam jumlah


yang besar, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pupuk,
namun demikian pupuk buatan mempunyai sifat kebaikan dan kelemahan
yaitu:
Kebaikan pupuk buatan antara lain:
1. Lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diperlukan sesuai
dengan keperluan tanaman.
2. Hara yang diberikan dalam bentuk yang tersedia.
3. Dapat diberikan pada saat-saat yang tepat.
4. Pemakaian dan pengangkutannya lebih mudah dan murah.
5. Mengandung unsur hara yang tinggi.
6. Kelarutannya yang tinggi, sehingga lebih cepat tersedia bagi
tanaman.
7. Memperbaiki sifat kimia tanah secara instan

Sedangkan kelemahannya dapat dikemukakan sebagai berikut:


1. Bila tidak dengan perhitungan penggunaannya, pupuk buatan dapat
merusak tanah, tanaman dan lingkungan.
2. Umumnya tidak atau sedikit mengandung unsur hara mikro, dan
hanya unsur hara tertentu saja (misalnya, unsur hara N, P dan K)
yang mempunyai konsentrasi yang tinggi.
20 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

2.2.3 Pupuk yang Didasarkan pada Kandungan Unsur


Haranya
Berdasarkan kandungan unsur haranya pupuk dapat dibagi atas dua golongan
yaitu: 1) Pupuk Tunggal, 2) Pupuk Majemuk dan 3) Pupuk kalsium dan
magnesium.
Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman,
seperti N atau P atau K,
Contoh Pupuk Tunggal:
1. Pupuk N
a. Amonium sulfat (ZA)
Rumus kimia (NH ) SO . Biasanya diperdagangkan dalam bentuk
4 2 4

kristal, berwarna putih, abu-abu, kebiru-biruan dan kuning


(warna tergantung dari pembuatannya). Kebanyakan berwarna
putih seperti gula pasir. Kadar N 20,5 – 21,0 %.
b. Urea
Rumus kimia. CO(NH ) . Berbentuk kristal berwarna, putih, atau
2 2

butir-butir bulat. Kadar N 45 %. Karena kadar N yang tinggi


maka lebih ekonomis (murah) daripada pupuk N yang lain.
c. Amonium Sulfat Nitrat (ASN)
Rumus kimia 2 NH NO (NH ) SO . Garam rangkap dari
4 3 4 2 4

amonium nitrat dan amonium sulfat. Berbentuk kristal, berwarna


kuning sampai kuning kemerah-merahan. Kadar N 26 % di mana
19, 5 % dalam bentuk amonium, 6.5 % dalam bentuk nitrat.
d. Amonium Klorida
Rumus kimia NH4 Cl. Berbentuk butir-butir putih seperti ZA.
Kadar N= 25 %.
2. Pupuk P
a. DSP (Double Superphosphate)
Rumus kimia Ca (H PO ) . Kadar P 0 36 - 38%. Berupa bubuk
2 4 2 2 5

kasar, berwarna putih kotor, abu-abu atau coklat muda


Bab 2 Klasifikasi Pupuk 21

b. TSP (Triple Superphosphate)


Rumus kimia sama dengan DSP yaitu Ca(H PO ) . Kadar P O 46
2 4 2 2 5

—48 %. Berupa butir-butir kecil berwarna abu-abu. Sifat-sifat


lain sama dengan DSP.
c. FMP (Fused Magnesium Phosphate)
Unsur penting yang dikandungnya adalah: P 0 : 19 – 21 %, MgO
2 5

: 15 – 18 %. Keduanya melarut dengan asam lemah


(asam sitrat). Merupakan bubuk yang berwarna abu-abu keputih-
putihan
d. Agrophos
Pupuk fosfat alam dari luar negeri (Afrika Utara, Algeria).
Mengandung 25 % P205, larut dalam asam keras (lambat tersedia
bagi tanaman).
e. Fosfat Cirebon
Berasal dari fosfat alam yang telah digiling menjadi bubuk halus.
Bahan terpenting yang dikandung adalah Trikalsium fosfat.
Kadar P205 25 - 28 % larut dalam asam keras. Warna abu-abu
kecokelatan muda.
3. Pupuk K
a. Kalium sulfat (ZK)
Rumus kimia K SO . Kadar K20 48 — 52 %. Kadar SO tidak
2 4 4

lebih dari 3 %. Berupa tepung putih yang larut dalam air.


b. Kalium chlorida (Muriate of Potash: MOP)
Rumus kimia KCI. Kadar K 0: 52-55%.
2

c. Kalium Magnesium Sulfat (Patent Kali)


Kadar K 0: 21 - 30 %, MgO:6 - 19,5%
2

Pupuk Majemuk
Pupuk Majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
tanaman, yaitu gabungan antara N-P, P-K, N-K atau secara lengkap N-P-K.
Misalnya pupuk Rustica Yellow dengan grade 15-15-15, artinya adalah 15%N
+, 15% P O dan 15% K O. Dalam hal ini dinyatakan bahwa dalam 100 kg
2 5 2

Rustica Yellow, didapat 15 kg N+ 15kg P O dan 15kg K O.


2 5 2
22 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Contoh pupuk Majemuk:


1. Pupuk NP
a. Ammo-Phos
Rumus kimia NH H PO4 (monoammonium fosfat). Kadar unsur
4 2

hara:Ammophos A 11 % N + 48 P O (larut dalam air). Amophos 2 5

B 16,5 % N + 20 % P 0 (larut dalam air). Warna abu-abu muda,


2 5

biasanya dalam bentuk butir (granule).

b. Superstikfos (SS atau SSF)


Pupuk ini sama dengan amophos dengan bahan terpenting yang
dikandung mono amonium fosfat (NH H P0 ) hanya berlainan 4 2 4

nama dagangnya. Kandungan unsur hara sama dengan Amophos


yaitu 16,5 % N + 20 % P O . 2 5

2. Pupuk NK:
Pupuk ini jarang digunakan. Misalnya kalium nitrat KNO dengan 3

kadar 13% N + 44% K 0. 2

3. Pupuk PK
Pupuk ini juga jarang digunakan. Misalnya kalium meta fosfat
dengan kadar 60% P 0 + 40 % K 0. Mono kalium fosfat dengan
2 5 2

kadar 52 % P 0 + 34 % K 0
2 5 2

4. Pupuk NPK
Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK)
disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah:
a. Rustica Yellow
• Rumus kimia NH NO - NH4H P0 - KCI
4 3 2 4

• Kadar unsur hara 15 % N + 15 % P 0 + 15 % K 0 2 5 2

• Di samping itu mengandung Mg sebanyak 0,5 % dan juga


unsur-unsur mikro, seperti B, Cu, Zn.

Keuntungan dari pemakaian pupuk majemuk adalah bahwa dengan


satu kali pemberian telah mencakup beberapa unsur, tidak ada
persoalan pencampuran pupuk.
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 23

Pupuk Kalsium dan Magnesium


Biasanya penggunaannya dipakai sebagai unsur kapur, karena aspek
praktisnya, di samping sebagai pupuk sering digunakan sebagai usaha
pengapuran yaitu untuk menaikkan pH tanah.

2.3 Pupuk Yang Didasarkan pada


Bentuknya
Secara umum, berdasarkan bentuknya pupuk dapat digolongkan atas dua
macam yakni pupuk dalam bentuk padatan dan pupuk dalam bentuk cairan.
Dalam bentuk padatan dapat dibedakan lagi berdasarkan ukuran masing-
masing butiran, seperti granular dan non granular fertilizer. Pupuk dalam
bentuk cairan dibedakan berdasarkan campuran yang terdapat di dalamnya,
baik berupa padatan ataupun bentuk cairan yang dilarutkan dalam air. Aplikasi
pupuk dalam bentuk cairan dapat dilakukan langsung pada tanaman atau ke
tanah (dicor).

2.3.1 Pupuk Yang Didasarkan pada Reaksinya


Berdasarkan reaksi kimiawi yang terjadi dalam tanah pupuk dapat
digolongkan ke dalam pupuk yang dapat menyebabkan kemasaman tanah,
pupuk basa dan pupuk yang bersifat netral.
1. Pupuk yang membentuk kemasaman tanah
Pupuk yang membentuk kemasaman tanah adalah pupuk yang
mampu meningkatkan kemasaman tanah. Pada umumnya pupuk yang
mengandung unsur Nitrogen pada prinsipnya dapat menurunkan pH
tanah melalui proses nitrifikasi garam amonium oleh aktivitas jasada
renik tanah. Contoh pupuk ini adalah Amonium Sulfat dan Amonium
Nitrat.
2. Pupuk basa (basic fertilizer)
Pupuk basa (basic fertilizer) adalah pupuk yang mampu menurunkan
tingkat kemasaman tanah, karena residu yang ditinggalkan kation-
24 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

kation basa (misalnya ion Mg) di dalam tanah. Contoh pupuk:


Magnesium Ammonium Fosfat.
3. Pupuk netral (neutral fertilizer atau non acid forming fertilizer)
Pupuk netral (neutral fertilizer atau non acid forming fertilizer)
adalah pupuk yang dapat meninggalkan residu di dalam tanah, baik
bersifat masam atau basa. Contoh: Dolomit

2.3.2 Pupuk Berdasarkan Susunan Kimia


Pupuk ini dibedakan dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan di dalam
tanah. Pupuk ini dibedakan menjadi:
1. Pupuk Anorganik yaitu pupuk yang dibuat di pabrik (pupuk buatan).
Pupuk ini lebih cepat bereaksi dalam tanah dan mudah tersedia untuk
tanaman. Contoh pupuk ini adalah Amonium Sulfat, TSP atau KCl,
dll.
2. Pupuk organik pupuk yang merupakan hasil akhir atau hasil-hasil
antara dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa
tanaman dan hewan. Pupuk ini lebih sukar larut di dalam tanah
dibandingkan dengan pupuk anorganik. Contoh pupuk ini adalah
Pupuk kandang, kompos, dll.

2.3.3 Pupuk Berdasarkan Kadar Kandungan Haranya


Pupuk ini dibagi menjadi:
1. Pupuk yang berkadar hara yang tinggi yaitu kandungan haranya lebih
dari 30%, misalnya: Urea dengan kandungan hara = 45% N, TSP
dengan kandungan hara = 46% P O .
2 5

2. Pupuk yang berkadar hara sedang yaitu kandungan unsur haranya 20-
30%, misalnya: Amonium Sulfat dengan kandungan haranya
20,5%N, Amonium Klorida (NH4Cl) dengan kandungan hara 25%N.
3. Pupuk yang berkadar hara rendah, yaitu kandungan haranya lebih
kecil dari 20%, misalnya Fused Magnesium Fosfat (FMP) dengan
kandungan P O = 19%
2 5
Bab 2 Klasifikasi Pupuk 25

2.3.4 Pupuk Berdasarkan Kelarutan


1. Larut dalam air (+): Pupuk N: Urea 45%N (+), ZA 20% N (+)
Pupuk K: KCl (60% K O) (+), ZK 50% K O (+)
2 2

Pupuk P: DS 36% P O (+), TSP 45% P O (+)


2 5 2 5

2. Larut dalam asam sitrat (=): FMP (Fused Magnesium Fosfat) (=)
3. Larut dalam asam keras (HCl 25%) (X) Fosfat Alam (X)

2.3.5 Pupuk Berdasarkan Indeks Garam (Salt Index)


Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt index
suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotic dalam larutan
tanah. Salt Index dari pupuk N, P dan K disajikan pada Tabel 2.2. Penggunaan
pupuk untuk daerah kering atau pada saat musim kemarau dan cara
penempatan pupuk sering kali harus memperhatikan salt index dari pupuk
tersebut agar tidak terjadi plasmolisis akar atau salt injury. Pilihan pupuknya
dijatuhkan pada Salt Index yang paling rendah dengan sumber unsur hara pada
pupuk yang sama.
Pemilihan pupuk tidak hanya memperhatikan SI dari pupuk tersebut tetapi
juga kandungan haranya. Sebagai contoh, misalnya kita akan memupuk suatu
tanaman dengan 50 kg N/ha. Pilihan yang diberikan kepada kita adalah apakah
kita memakai pupuk Urea dengan SI =75,4 ataukah ZA (NH4)2SO4 dengan
SI = 68,96.
Tabel 2.2: Salt Index (SI) Pupuk N, P dan K (Mansyur, Pudjiwati and
Murtilaksono, 2021)
Kadar Hara
Pupuk SI Pupuk
%
Nitrogen N
NH3 anhydrous 82,2 47,02
NH4NO3 35,0 104,65
(NH4)2SO4 21,2 68,96
NH4 H2 PO4 (MAP) 12,2 29,93
(NH4)2 HPO4 (DAP) 21,2 34,21
KNO3 13,8 73,64
NaNO3 16,5 100,00
Urea 46,6 75,4
Fosfor P2 05
TSP 48,0 10,08
MAP 51,7 29,93
DAP 53,8 34,21
Kalium K2 0
26 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

KCl 60,0 116,16


KNO3 46,6 73,63
K2 SO4 54,0 46,06
KMgSO4 21,9 43,16
Pertanyaannya adalah: pupuk mana yang kita gunakan di antara kedua pupuk
tersebut ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama sekali kita menghitung
dulu jumlah pupuk masing-masing diperlukan per hektar yaitu:
Untuk Urea dosis per Hektar:

Sedangkan (NH ) SO per hektar =


4 2 4

Jadi dalam hal ini, masing-masing Salt Index (SI):


1. Untuk Urea dengan pemupukan sebanyak 107 kg/ha

2. Untuk (NH ) SO dengan pemupukan sebanyak 236 kg/ha


4 2 4

Pilihan dijatuhkan pada SI yang paling rendah, dengan demikian Urea yang
dipilih karena SI Urea =80,7 lebih rendah dari pada SI (NH ) SO =162,7.
4 2 4
Bab 3
Sifat dan Karakteristik Pupuk
Alam

3.1 Sifat dan Karakteristik


Pupuk alam adalah pupuk yang didapat langsung dari alam, pupuk alam terdiri
dari 3 bagian, yakni fosfat alam, pupuk organik dan pupuk hayati. Jumlah dan
jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi karena
terkandung secara alami tanpa campur tangan manusia. Pupuk alam sangat
penting untuk tanah, seiring waktu, karena rusak dan terurai, ia memperbaiki
struktur tanah dan kemampuannya untuk mempertahankan unsur hara. Hal ini
dapat meningkatkan kualitas tanah, menjadikannya ideal untuk budidaya
tanaman yang berkelanjutan.
Pupuk Fosfat Alam
Batuan fosfat berasal dari endapan geologis yang terletak di seluruh dunia.
Konstituen utamanya adalah apatit, mineral kalsium fosfat yang terutama
diekstraksi dari endapan sedimen laut, dengan sejumlah kecil diperoleh dari
sumber beku. Sebagian besar batuan fosfat diperoleh kembali melalui
penambangan permukaan, meskipun beberapa diekstraksi dari tambang bawah
tanah. Bijih disaring terlebih dahulu dan beberapa kotoran dihilangkan di dekat
lokasi tambang.
28 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Sebagian besar batuan fosfat digunakan untuk menghasilkan pupuk P terlarut,


tetapi beberapa digunakan untuk aplikasi langsung ke tanah. Meskipun batuan
fosfat dapat menjadi sumber P yang berharga bagi tanaman, namun tidak
selalu tepat untuk aplikasi langsung. Kesesuaiannya sebagian tergantung pada
pengotor mineral alami, seperti tanah liat, karbonat, besi dan aluminium. Lab
memperkirakan efektivitas batuan fosfat untuk aplikasi langsung dengan
melarutkan batuan dalam larutan yang mengandung asam encer untuk
menyimulasikan kondisi tanah. Sumber yang diklasifikasikan sebagai "sangat
reaktif" adalah yang paling cocok untuk aplikasi tanah langsung.
Penggunaan langsung batuan fosfat menghindari pemrosesan ekstra yang
terkait dengan konversi apatit menjadi bentuk yang dapat larut. Pemrosesan
minimal dapat menghasilkan sumber nutrisi dengan biaya lebih rendah dan
membuatnya dapat diterima untuk sistem produksi tanaman organik.
Penggunaan Fosfat Untuk Pertanian
Ketika pupuk P yang larut dalam air ditambahkan ke tanah, ia dengan cepat
larut dan bereaksi membentuk senyawa dengan kelarutan rendah. Ketika
batuan fosfat ditambahkan ke tanah, ia perlahan larut untuk melepaskan nutrisi
secara bertahap, tetapi laju pembubaran mungkin terlalu lambat untuk
mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat di beberapa tanah.
Untuk mengoptimalkan efektivitas batuan fosfat, pertimbangkan faktor-faktor
ini:
1. pH tanah
Batuan fosfat membutuhkan kondisi tanah masam untuk
menyuburkan tanaman secara efektif. Penggunaan batuan fosfat
biasanya tidak dianjurkan ketika pH tanah melebihi 5,5.
Menambahkan kapur untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan
toksisitas aluminium dapat memperlambat pembubaran batuan fosfat.
2. Kapasitas pengikatan P tanah
Pembubaran batuan fosfat meningkat dengan kapasitas pengikatan P
yang lebih besar dari tanah (seperti kandungan liat yang tinggi).
3. Sifat tanah
Kalsium yang rendah dan bahan organik yang tinggi di dalam tanah
cenderung mempercepat pembubaran batuan fosfat.
Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam 29

4. Penempatan
Penyiaran batuan fosfat dan menggabungkannya dengan pengolahan
tanah mempercepat reaksi tanah.
5. Jenis
Beberapa spesies tanaman dapat memanfaatkan batuan fosfat dengan
lebih baik karena mereka mengeluarkan asam organik dari akar ke
tanah di sekitarnya.
6. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melarutkan batuan fosfat memerlukan
penerapannya sebelum kebutuhan tanaman.

Manajemen Pupuk Fosfat Alam


Tidak semua sumber batuan fosfat yang belum diolah cocok untuk
diaplikasikan langsung ke tanah. Demikian juga, banyak tanah yang tidak
sesuai dengan penggunaan batuan fosfat. Kandungan P total suatu bahan
bukanlah prediktor yang baik dari potensi reaktivitas di dalam tanah. Sebagai
contoh, banyak sumber batuan beku fosfat memiliki P total yang tinggi, tetapi
reaktivitasnya rendah dan menyediakan nutrisi tanaman yang minimal karena
larut sangat lambat. Namun, jamur mikoriza dapat membantu dalam perolehan
P dari bahan dengan kelarutan rendah di beberapa lingkungan.
Lebih dari 90 persen batuan fosfat diubah menjadi pupuk P terlarut melalui
reaksi dengan asam. Ini mirip dengan reaksi kimia yang dialami batuan fosfat
ketika bereaksi dengan keasaman tanah. Efektivitas agronomi dan ekonomi
batuan fosfat dapat setara dengan pupuk P yang larut dalam air dalam beberapa
keadaan, tetapi petani harus mempertimbangkan kondisi spesifik saat
membuat pilihan ini.

3.2 Pupuk Organik


Pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Kandungan
nutrisi pupuk organik sangat bervariasi di antara bahan sumber, dan bahan
yang mudah terurai menjadi sumber nutrisi yang lebih baik. Kandungan
nitrogen dan fosfor lebih rendah, sering kali jauh lebih rendah, dalam pupuk
organik dibandingkan dengan pupuk kimia. Kadar air adalah faktor lain yang
30 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

mengurangi atau mengencerkan konsentrasi nitrogen dan fosfor dari pupuk


organik.
Dengan demikian, biaya pengangkutan pupuk organik kelembaban tinggi
dapat menjadi tidak efektif dalam jarak jauh. Namun, penggunaan sumber
yang tersedia secara lokal sangat masuk akal jika penggunaannya konsisten
dengan strategi produksi.
Nilai nutrisi kotoran hewan lebih bervariasi dibandingkan dengan produk
samping pertanian. Pakan ternak, penggunaan dan jenis bahan alas kandang,
umur pupuk kandang, dan cara penyimpanannya merupakan faktor-faktor
yang memengaruhi nilai gizi pupuk kandang; faktor-faktor ini dapat bervariasi
secara musiman di dan di antara pertanian, dan secara regional atau pada skala
geografis yang lebih besar.
Sebaliknya, kandungan nutrisi produk samping pertanian kurang bervariasi
tetapi dapat dipengaruhi oleh proses industri yang digunakan untuk
menghasilkan produk sampingan. Namun, selalu disarankan untuk secara
analitis menentukan kandungan nutrisi dari pupuk organik.
Jenis-Jenis Pupuk Organik:
Pupuk Kandang
Pupuk kandang, bahan organik yang digunakan untuk menyuburkan tanah,
biasanya terdiri dari kotoran dan air seni ternak domestik, dengan atau tanpa
serasah yang menyertainya seperti jerami, jerami, atau alas tidur. Hewan
ternak membuang sebagian besar nitrogen, fosfor, dan kalium yang ada dalam
makanan yang mereka makan, dan ini merupakan sumber kesuburan yang
sangat besar. Di beberapa negara, kotoran manusia juga digunakan. Pupuk
yang berupa kotoran padat dan cair yang dihasilkan oleh hewan, umumnya
terdiri dari campuran 0,5% N, 0,25% P O dan 0,5% K O.
2 5 2

Kotoran ternak kurang kaya nitrogen, fosfor, dan kalium dibandingkan pupuk
sintetis dan karenanya harus diterapkan dalam jumlah yang jauh lebih besar
daripada yang terakhir. Satu ton kotoran sapi, babi, atau kuda biasanya hanya
mengandung 10 pon nitrogen, 5 pon fosfor pentoksida, dan 10 pon kalium.
Tetapi pupuk kandang kaya akan bahan organik, atau humus, dan dengan
demikian meningkatkan kapasitas tanah untuk menyerap dan menyimpan air,
sehingga mencegah erosi.
Sebagian besar kalium dan nitrogen dalam pupuk kandang dapat hilang
melalui pencucian jika bahan terkena hujan sebelum diterapkan ke lapang.
Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam 31

Kehilangan nutrisi ini dapat dicegah dengan metode seperti menumpuk


kotoran di bawah penutup atau di dalam lubang untuk mencegah pencucian,
menyebarkannya di ladang sesegera mungkin, dan menyebarkan bahan
pengawet di kandang.
Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah tanaman yang khusus diproduksi untuk dimasukkan ke
dalam tanah saat masih hijau. Biasanya, biomassa pupuk hijau digabungkan
dengan bajak atau piringan, seperti yang sering dilakukan dengan pupuk
(coklat). Tujuan utamanya adalah untuk menambahkan bahan organik ke tanah
untuk manfaatnya. Pupuk hijau sering digunakan dengan tanaman legum
untuk menambahkan nitrogen ke tanah untuk tanaman berikutnya, terutama
dalam pertanian organik, tetapi juga digunakan dalam pertanian konvensional.
Pupuk hijau biasanya melakukan beberapa fungsi yang mencakup perbaikan
tanah dan perlindungan tanah:
1. Pupuk hijau legum seperti semanggi dan vetch mengandung bakteri
simbiosis pengikat nitrogen dalam bintil akar yang mengikat nitrogen
atmosfer dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman. Dengan
penggunaan pupuk hijau, jumlah nitrogen yang tersedia untuk
tanaman berikutnya biasanya berkisar 40-60% dari jumlah total
nitrogen yang terkandung dalam tanaman pupuk hijau.
2. Pupuk hijau bertindak terutama sebagai bahan pengasaman tanah
untuk menurunkan alkalinitas/pH tanah alkali dengan menghasilkan
asam humat dan asam asetat.
3. Penggabungan tanaman penutup tanah ke dalam tanah
memungkinkan nutrisi yang terkandung dalam pupuk hijau
dilepaskan dan tersedia untuk tanaman berikutnya. Hasil ini segera
dari peningkatan kelimpahan mikroorganisme tanah dari degradasi
bahan tanaman yang membantu dalam dekomposisi bahan segar ini.
Dekomposisi tambahan ini juga memungkinkan penggabungan
kembali unsur hara yang ditemukan di dalam tanah dalam bentuk
tertentu seperti nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan belerang (S).
32 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

4. Aktivitas mikroba dari penggabungan tanaman penutup ke dalam


tanah mengarah pada pembentukan miselium dan bahan kental yang
bermanfaat bagi kesehatan tanah dengan meningkatkan struktur
tanahnya.
5. Sistem akar dari beberapa varietas pupuk hijau tumbuh jauh di dalam
tanah dan membawa sumber nutrisi yang tidak tersedia untuk
tanaman berakar dangkal.

Penggabungan pupuk hijau ke dalam sistem pertanian dapat secara drastis


mengurangi kebutuhan akan produk tambahan seperti pupuk tambahan dan
pestisida. Keterbatasan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pupuk
hijau adalah waktu, tenaga, dan sumber daya (uang dan alam) yang dibutuhkan
untuk berhasil menanam dan memanfaatkan tanaman penutup tanah ini.
Akibatnya, penting untuk memilih tanaman pupuk hijau berdasarkan wilayah
tumbuh dan jumlah curah hujan tahunan untuk memastikan pertumbuhan yang
efisien dan penggunaan tanaman penutup.
Kompos
Kompos adalah campuran bahan yang digunakan untuk menyuburkan dan
memperbaiki tanah. Biasanya dibuat dengan menguraikan sisa tanaman dan
makanan dan mendaur ulang bahan organik. Campuran yang dihasilkan kaya
akan nutrisi tanaman dan organisme bermanfaat, seperti cacing dan miselium
jamur.
Kompos meningkatkan kesuburan tanah di kebun, lanskap, hortikultura,
pertanian perkotaan, dan pertanian organik. Manfaat kompos termasuk
menyediakan nutrisi untuk tanaman sebagai pupuk, bertindak sebagai
kondisioner tanah, meningkatkan kandungan humus atau asam humat tanah,
dan memperkenalkan koloni mikroba bermanfaat yang membantu menekan
patogen di dalam tanah.
Kascing
Kascing adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran atau feces cacing
tanah. Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat tanah seperti
memperbaiki struktur, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan
untuk menahan air. kascing dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti
meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro
dan mikro serta meningkatkan pH pada tanah asam.
Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam 33

Pemakaian kascing diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia


dan meningkatkan penggunaan pupuk organik sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan
Biochar
Biochar adalah jenis arang berbutir halus yang dibuat dengan membakar kayu
dan produk sampingan pertanian secara perlahan, pada suhu rendah, dengan
suplai oksigen yang berkurang. Meskipun biochar adalah istilah baru,
penggunaan zat tersebut di kebun bukanlah konsep baru. Faktanya, para
peneliti percaya bahwa penduduk awal hutan hujan Amazon meningkatkan
produktivitas tanah dengan menggunakan biochar, yang mereka hasilkan
dengan membakar limbah pertanian secara perlahan di parit atau lubang.
Dulu adalah hal yang biasa bagi petani hutan Amazon untuk berhasil
menanam buah pohon, jagung, dan melon singkong di tanah yang diperkaya
dengan kombinasi mulsa, kompos, dan biochar. Saat ini, biochar sangat
berharga di daerah dengan persediaan air yang tidak memadai dan tanah yang
sangat terkuras.
Biochar sebagai pembenah tanah meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
mengurangi kebutuhan akan air dan pupuk. Ini karena lebih banyak
kelembaban dan nutrisi tetap berada di tanah dan tidak larut ke dalam air tanah.
Para ilmuwan percaya bahwa tanah yang diperbaiki dengan biochar lebih
efisien, mempertahankan nutrisi penting seperti magnesium, kalsium, fosfor
dan nitrogen. Selain itu, nutrisi yang ada di tanah lebih tersedia untuk tanaman,
membuat tanah yang baik menjadi lebih baik.

3.4 Pupuk Hayati


Pupuk hayati adalah mikroba hidup yang meningkatkan nutrisi tanaman baik
dengan memobilisasi atau meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam tanah.
Berbagai taksa mikroba termasuk bakteri menguntungkan dan jamur saat ini
digunakan sebagai pupuk hayati, karena mereka berhasil menjajah rizosfer,
rhizoplane, atau interior akar.
Meskipun berpotensi besar untuk meningkatkan kesuburan tanah, pupuk
hayati belum dapat menggantikan pupuk kimia konvensional dalam pertanian
komersial. mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk
34 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

inokulan dan berfungsi untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu


bagi tanaman.
Jenis-Jenis Pupuk Hayati:
Penambat Nitrogen
Nitrogen (N) merupakan unsur esensial bagi kehidupan dan merupakan unsur
paling melimpah keempat di semua biomassa hidup setelah hidrogen, karbon,
dan oksigen. Sebagai contoh, N merupakan komponen penting dari klorofil,
asam amino, asam nukleat, dan molekul transfer energi adenosin trifosfat
(ATP). Salah satu sumber N yang penting dalam tanah adalah N organik yang
membutuhkan mineralisasi mikroba untuk diubah menjadi N anorganik yang
tersedia bagi tanaman, kombinasi amonifikasi dan nitrifikasi.
Namun, cadangan N utama di atmosfer sebagai N2, yang tidak digunakan
secara langsung oleh tanaman dan hanya tersedia melalui fiksasi N2 Biologis.
Organisme pengikat N2 simbiosis yang paling banyak dipelajari adalah bakteri
yang dikenal sebagai rhizobia, sebagian besar terdiri dari keluarga
Rhizobiaceae, yaitu, Rhizobium, Bradyrhizobium, Sinorhizobium,
Azorhizobium, Mesorhizobium, dan Sinorhizobium (Ensifer)
Rhizobia dapat menjalin hubungan simbiosis dengan legum (famili Fabaceae)
dengan membentuk bintil pada akar atau batangnya. Nodul ini memberikan
keuntungan untuk fiksasi N2 di mana nitrogenase dilindungi dalam bakteroid
dari O atmosfer. Konsentrasi oksigen merupakan faktor penting yang
2

menentukan jumlah N yang ter fiksasi, karena oksigen merupakan regulator


negatif ekspresi gen nif dan menghambat aktivitas nitrogenase.
Berbeda dengan bakteri pengikat N2 yang bersimbiosis, beberapa
mikroorganisme diazotrofik heterotrofik yang hidup bebas seperti Azotobacter
sp., Azospirillum sp., dan cyanobacteria dapat memfiksasi N2 atmosfer di
rizosfer dan tanah curah. Diazotrof yang hidup bebas sangat penting untuk
perolehan N pada tanaman non legum.
Misalnya, peningkatan hasil panen diamati pada sereal (misalnya, gandum,
beras, dan jagung) dan berbagai tanaman lain seperti bunga matahari, wortel,
oak, bit gula, tebu, tomat, terong, lada, dan kapas. Spesies Azospirillum dapat
melakukan beberapa fungsi PGP tetapi juga merupakan diazotrof yang hidup
bebas paling terkenal, terbukti meningkatkan ketersediaan dan perolehan N di
lebih dari 113 spesies tanaman.
Bab 3 Sifat dan Karakteristik Pupuk Alam 35

Pelarut Fosfat
Fosfor adalah salah satu nutrisi tanaman terpenting yang secara langsung atau
tidak langsung memengaruhi semua proses biologis. Misalnya, P adalah kunci
dalam semua proses metabolisme tanaman utama seperti fotosintesis, transfer
energi, transduksi sinyal, biosintesis molekul, dan respirasi. Sejumlah besar P
terdapat di tanah, baik dalam bentuk anorganik maupun organik, tetapi
ketersediaannya merupakan salah satu faktor utama yang membatasi
pertumbuhan tanaman di banyak ekosistem di seluruh dunia.
Hal ini karena sebagian besar P tanah berada dalam bentuk tertutup atau tidak
larut, dan tidak tersedia bagi tanaman, yang dapat menyerap P dari larutan
tanah sebagai ion ortofosfat H PO−4 dan HPO42. Selain itu, diperkirakan
2

bahwa ~80% P yang diberikan melalui pemupukan dengan cepat ter fiksasi
menjadi bentuk yang stabil di dalam tanah, tidak tersedia untuk tanaman.
Mikroba tanah mampu mengubah P tanah yang tidak larut menjadi bentuk
tersedia bagi tanaman melalui berbagai mekanisme solubilisasi dan
mineralisasi pelarut fosfat (PSM) melarutkan P anorganik (misalnya,
trikalsium fosfat, hidroksiapatit, dan fosfat batuan) melalui produksi dan
pelepasan senyawa yang berbeda. Salah satu mekanisme terdiri dari ekskresi
asam organik, ion hidroksil dan CO2, yang melarutkan fosfat yang tidak larut
secara langsung dengan menurunkan pH tanah, kemudian menyebabkan
pertukaran ion PO42− oleh ion asam.
Mikroba juga dapat melepaskan senyawa pengkelat yang menangkap dan
memobilisasi kation dari berbagai fosfat yang tidak larut seperti Ca+2, Al+3,
dan Fe+3, menghasilkan pelepasan fosfat terlarut terkait. Pelarut P yang paling
banyak dipelajari adalah genus Pseudomonas, Bacillus, Rhizobium,
Enterobacter, Penicillium, dan Aspergillus.
Mikoriza
Mikoriza adalah simbiosis antara tumbuhan hijau dan jamur. Tanaman
membuat molekul organik seperti gula melalui fotosintesis dan pemasoknya ke
jamur, dan jamur memasok air dan nutrisi mineral ke tanaman, seperti fosfor,
yang diambil dari tanah. Mikoriza terletak di akar tanaman vaskular, tetapi
asosiasi mirip mikoriza juga terjadi pada lumut dan ada bukti fosil bahwa
tanaman darat awal yang tidak memiliki akar membentuk asosiasi mikoriza
arbuskular.
36 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Mikoriza umumnya dibagi menjadi ektomikoriza dan endomikoriza. Kedua


jenis ini dibedakan oleh fakta bahwa hifa jamur ektomikoriza tidak menembus
sel individu di dalam akar, sedangkan hifa jamur endomikoriza menembus
dinding sel dan menginvaginasi membran sel. Endomikoriza termasuk
mikoriza arbuskular, ericoid, dan anggrek, sedangkan mikoriza arbutoid dapat
diklasifikasikan sebagai ektendomikoriza. Mikoriza monotropoid membentuk
kategori khusus.
Manfaat mikoriza ialah sebagai penyerap unsur hara, ketahanan tanaman
terhadap kekeringan, ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar dan
memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh.
Bab 4
Sifat Ciri Pupuk Buatan dan
Pemrosesannya

4.1 Pendahuluan
Pupuk buatan merupakan pupuk mineral yang dibuat oleh industri berdasarkan
kebutuhan petani sebagai salah satu bahan untuk penyuburan tanaman dan
berasal dari bahan anorganik melalui proses kimia. Pupuk buatan dapat
digolongkan berdasarkan kandungan unsur penyusun dan fungsi pupuk yang
dibuat oleh industri. Salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk
mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen (N), fosfor (P),
dan kalium (K). Sedangkan unsur sulfur (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), dan boron (B) dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan analisis, setiap tanaman membutuhkan sekitar 50 elemen atau
unsur. Sedangkan yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan
dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yang
dapat dibuat menjadi hara makro dan mikro. Unsur hara makro relatif banyak
diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga sama pentingnya
dengan unsur hara makro hanya dalam hal ini kebutuhan tanaman terhadap
zat-zat ini hanya sedikit. Menurut analisis kimia ternyata, bahan organik terdiri
38 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

dari Karbon (C) sekitar 47 %, Hidrogen (H) sekitar 7%, Oksigen (O) sekitar 44
%, Nitrogen (N) sekitar 0,2% - 2% (Mulyani, 1999).

4.2 Pupuk Buatan


Pupuk buatan atau pupuk kimia memiliki kelebihan pada unsur dan senyawa
yang mudah larut, serta cepat diserap oleh tanaman tanpa memerlukan proses
penguraian. Pupuk bagi tanaman sama seperti makanan pada manusia, jika
dalam makanan manusia dikenal ada istilah gizi maka pupuk dalam tanaman
berfungsi untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Pupuk yang beredar saat ini
terdiri dari bermacam-macam jenis, bentuk, warna, dan merek.
Namun, berdasarkan cara aplikasinya hanya ada dua jenis pupuk akar dan
pupuk daun. Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau
bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Namun, secara lebih rinci manfaat pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam,
yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Marsono,
2005). Aplikasi senyawa pada pupuk buatan secara umum dapat merangsang
pertumbuhan tanaman sesuai kebutuhan misalnya untuk buah, biji dan lain-
lain.

4.2.1 Jenis Pupuk Buatan Di Indonesia


Secara umum pupuk yang dibuat di Indonesia mudah larut atau bersifat
hidroskopis. Adapun jenisnya terdiri dari: pupuk urea, ZA, SP-36, Phonska,
DAP, NPK, ZK, Petroganik, KCL, Rock Phosphate, TSP dan industri kimia
lainnya.
Industri pupuk di Indonesia antara lain:
1. PT. Pupuk Kaltim
2. PT. Pupuk Kujang
3. PT. Petrokimia gresik
4. PT. Pupuk Sriwijaya Palembang
5. PT. Mega Eltra
6. PT. Pupuk Indonesia Logistik
7. PT. Pupuk Indonesia Energi
8. PT. Pupuk Indonesia Pangan.
Bab 4 Sifat Ciri Pupuk Buatan dan Pemrosesannya 39

Pupuk Urea
Pupuk Urea merupakan pupuk tunggal yang mengandung nitrogen (N) tinggi
sebesar 45-46%. Pupuk ini memiliki rumus kimia CO(NH2)2, sekitar 46 kg
nitrogen terkandung dalam 100 kg pupuk urea. Kandungan yang cukup tinggi
tersebut mampu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
sebab unsur nitrogen akan memudahkan proses fotosintesis, sehingga
menghasilkan lebih banyak klorofil. Pupuk urea memiliki sifat mudah terlarut
sehingga unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dapat cepat tersedia.
Namun, karena sifat ini ada beberapa kerugian jika diaplikasikan di permukaan
dan tidak dimasukkan ke dalam tanah misalnya terdapat kehilangan nitrogen
ke udara yang dapat mencapai 40%. Salah satu strategi efisiensi penggunaan
pupuk untuk efisiensi penggunaan pupuk yaitu mengatur waktu pemberian
pupuk urea. Waktu pemberian pupuk urea dengan hasil baik adalah 2 kali
pemberian pupuk (Ramadhani et al., 2014).
Adapun kemasan pupuk urea yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti
pada gambar 4.1.

Gambar 4.1: Kemasan Pupuk Urea Produksi Pupuk Indonesia


Pupuk ZA (Zwavelzure Ammonium)
Pupuk Zwavelzure Amonium mempunyai rumus kimia (NH4)2SO4 yang
mengandung sekitar 21% nitrogen dan 24% sulfur. Biasanya diterapkan
sebagai pupuk dasar oleh petani, sebab reaksi kerja yang agak lambat. Manfaat
lain dari pupuk ZA, mampu menambah unsur hara pada tanaman. ZA dapat
memperbaiki kualitas tanaman, serta menambah nilai gizi tanaman dan dapat
40 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

meningkatkan hasil panen para petani. Pupuk ZA bersifat higroskopis atau


mudah menyerap uap air.
Terutama pada kelembaban 80 % atau lebih, sehingga mudah diserap oleh
tanaman. Nitrogen minimal 20,8%, belerang minimal 23,8% dan kadar air
maksimum 1%. Kadar asam bebas sebagai H2SO4 maksimal 0,1%.
(http://www.petrokimia-gresik.com). Adapun kemasan pupuk ZA yang
diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti pada gambar 4.2

Gambar 4.2: Kemasan Pupuk ZA Produksi Pupuk Indonesia


SP-36 (super phosphate)
Pupuk SP-36 (super phosphate) atau tertulis P2O5 dalam rumus kimia. Pupuk
ini dibuat dengan pencampuran asam sulfat (belerang) dengan fosfat alam dan
mengandung fosfor sekitar 36 % dalam bentuk P2O5 (fosfat).
Adapun kemasan pupuk SP-36 yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti
pada gambar 4.3

Gambar 4.3: Kemasan Pupuk SP 36 Produksi Pupuk Indonesia


Bab 4 Sifat Ciri Pupuk Buatan dan Pemrosesannya 41

Pupuk SP-36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar tanaman karena reaksi
kimia yang cukup lambat dan meningkatkan kandungan unsur hara phospor
pada tanaman. Pupuk SP-36 digunakan oleh petani untuk membantu tanaman
menghasilkan buah, memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan
tanaman, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tanaman, dan
memperbesar jaringan sel perkebunan dan hortikultura yang lebih banyak
(http://www.pupuk-indonesia.com).
KCl (Kalium Klorida)
Pupuk KCl dibuat dari ekstraksi mineral kalium dan mengandung sekitar 60 %
Kalium dalam bentuk K2O. Bentuknya bubuk atau serbuk merah. Jenis pupuk
yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk ini
dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan ham, penyakit dan
kekeringan.
Unsur klorida yang terkandung bersifat toksik atau racun bagi tanaman
tertentu, seperti wortel dan kentang. Cocok digunakan sebagai pupuk dasar
atau pupuk susulan karena seluruh unsur penyusun pupuk KCL dapat larut
dalam air dan larutan asam sitrat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan ion klorida (Cl -) tidak berapa memberikan pengaruh negatif
terhadap tanah dan tanaman.
Adapun kemasan pupuk KCL yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti
pada gambar 4.4

Gambar 4.4: Kemasan Pupuk KCL Produksi Pupuk Indonesia


42 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

NPK (Nitrogen Phosphate Kalium)


Pupuk NPK digunakan sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro
pada tanah. Pupuk NPK mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, yakni nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, dan kalsium. Komposisi
dari pupuk NPK yaitu N sebanyak 15%, fosfat dalam bentuk P O sebanyak
2 5

15%, K sebanyak 15%, S sebanyak 10% dan unsur lainnya. Adapun kelebihan
pupuk NPK yaitu mencegah tanaman supaya tidak kerdil, pertumbuhan akar
lebih kuat, banyak, dan panjang, sehingga mudah menyerap zat hara dari
tanah. Pupuk ini bisa diaplikasikan di berbagai jenis tanah, sebab
menimbulkan reaksi kimia yang netral dan dapat digunakan sebagai pupuk
dasar atau pupuk susulan.
Unsur N, P, dan K merupakan faktor penting dan harus tersedia bagi tanaman
karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman.
Nitrogen digunakan sebagai pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan
klorofil. Fosfor digunakan sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid,
bioenzim, protein, senyawa metabolit yang merupakan bagian dari ATP
penting dalam transfer energi. Kalium digunakan sebagai pengatur
keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi dalam mengatur berbagai
mekanisme metabolik seperti fotosintesis, tetapi pemberian dosis pupuk N, P
dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman (Firmansyah et al., 2017).
Berikut Gambar 4.5 merupakan kemasan pupuk NPK dan klasifikasi
kandungan di dalamnya.

Gambar 4.5: Kemasan Pupuk NPK Produksi Pupuk Indonesia


Bab 4 Sifat Ciri Pupuk Buatan dan Pemrosesannya 43

Unsur N, P, dan K merupakan hara esensial untuk tanaman dan sebagai faktor
batas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam
tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman, namun pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan
menurunnya kualitas produksi usaha tani (Tuherkih & Sipahutar, 2008).
Dolomite (Kapur Karbonat)
Dolomite atau biasa dikenal dengan kapur pertanian memiliki manfaat sebagai
penyedia unsur hara makro sekunder Ca dan Mg. Reaksi kimia yang
ditimbulkan basa (alkali) sehingga menetralkan pH tanah. Pupuk ini berbentuk
butiran halus berwarna putih keabu-abuan atau putih kebiruan, memiliki sifat
yang mudah diserap air dan mudah dihancurkan, meningkatkan ketersediaan
unsur hara dalam tanah, menghilangkan sifat racun dari senyawa - senyawa
beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi & aktivitas
mikroorganisme tanah.
Adapun kemasan dolomite yang diproduksi oleh pupuk Indonesia seperti pada
gambar 4.6

Gambar 4.6: Kemasan Dolomite Produksi Pupuk Indonesia


44 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

4.3 Unsur – Unsur Penyusun Pupuk


Buatan
Unsur Fosfor (P)
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibandingkan
nitrogen (N), dan kalium (K), (Novriani, 2010). Unsur fosfor (P) bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan
tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk
pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi dan pernapasan;
serta mempercepat pembungaan, pematangan biji, dan buah (Lingga &
Marsono, 2013).
Nilai pupuk ditentukan oleh banyaknya unsur hara yang terkandung di
dalamnya, makin tinggi kadar unsur haranya berarti pupuk semakin baik.
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah C, H, O (ketersediaan di
alam masih melimpah), N, P, K,Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman
> 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman <
100 ppm). Ke-13 unsur hara tersebut sangat terbatas jumlahnya dan cenderung
asupannya kurang di dalam tanah (Marsono, 2001).
Tanah yang kekurangan fosfor akan berpengaruh bagi tanaman. Gejala yang
tampak adalah warna daun seluruhnya berubah warna dan sering tampak
mengkilap kemerahan. Tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah
ungu yang lambat laun akan berwarna kuning. Kalau tanamannya berubah,
buahnya kecil, tampak jelek, dan lekas matang. Pada tanah seperti itu perlu
diberi pupuk yang mengandung unsur fosfor (P) (Lingga & Marsono, 2013).
Unsur Nitrogen (N)
Dalam spesifikasi produk yang berlaku secara umum, pupuk ZA yang
dihasilkan harus memiliki kandungan nitrogen dan sulfur total masing-masing
minimal 20,8% dan 23,8%, serta kadar air maksimal 1% dengan sifat tidak
higroskopis, mudah larut dalam air, dan berbentuk kristal. Nitrogen merupakan
unsur hara utama bagi tumbuhan yang pada umumnya sangat diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun
batang dan akar tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembuangan
dan pembuahan pada tanaman.
Bab 4 Sifat Ciri Pupuk Buatan dan Pemrosesannya 45

Unsur hara nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya yaitu membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Peranan utama
nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun (Lingga & Marsono, 2013).
Unsur Kalium (K)
Kalium berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah gugur. Fungsi utama kalium (K) ialah membantu
pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium merupakan sumber kekuatan
bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan, penyakit dan hama (Lingga &
Marsono, 2013).
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama
pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul
bercak merah coklat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah
tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan
simpan (Lingga & Marsono, 2013).
46 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 5
Tatalaksana Pemupukan

5.1 Pendahuluan
Pupuk dan pemupukan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman yang di lapangan
memerlukan unsur hara tambahan untuk nutrisi (Mpapa, 2016). Apabila nutrisi
tanaman terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan
optimal. Sehingga hasil produksi tanaman tersebut akan maksimal dan
memiliki nilai jual yang tinggi (Prita et al., 2013).
Pupuk yang seimbang dapat meningkat kesuburan tanaman, akan tetapi pupuk
yang tidak seimbang atau berlebih dapat menimbulkan keracunan terhadap
tanaman tersebut. Tanaman yang mengalami keracunan akan mengalami
kerusakan dan kematian (Wiraatmaja, 2017). Setiap tanaman memiliki
kebutuhan unsur-unsur hara yang berbeda dalam menyerap nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut (Rajiman, 2020).
Pupuk memiliki formulasi yang berbeda-beda adanya yang cair dan padat.
Dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam budidaya
tanaman. Pupuk dapat digolongkan ke dalam pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik dapat terbuat dari bahan-bahan yang alami, seperti
tanaman-tanaman, sisa-sisa bahan organik dan lain-lainya . Pupuk organik
48 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

merupakan salah satu pupuk yang digunakan untuk meningkat pertumbuhan


dan perkembangan tanaman (Sunarianti et al., 2021).
Akan tetapi, pemakaian pupuk organik tidak langsung berdampak secara cepat
bagi tanaman. Karena pupuk organik membutuhkan proses dalam
meningkatkan kesuburan tanaman. Pemberian pupuk organik di lapangan
membutuhkan jumlah yang banyak, karena untuk membantu proses
perombakan mikroorganisme di lahan pertanian tersebut. Sehingga untuk
mencapai kesuburan tanah secara maksimal membutuhkan waktu yang lama.
Proses seperti ini yang menjadi permasalahan dalam budidaya pertanian
(Harahap dan Nurliana, 2017).
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan kimia yang dapat
membantu percepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemakaian
pupuk ini secara berlebihan dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman yang
dibudidayakan. Karena tanaman yang mendapatkan unsur hara berlebih juga
dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit dengan cepat. Tanaman padi
yang memiliki batang yang lembut dan mudah patah dapat disebabkan
kelebihan unsur hara nitrogen.
Selain itu, kebanyakan pupuk nitrogen dapat memicu serangan hama wereng
pada tanaman padi tersebut. Karena wereng menyukai batang padi yang
lembut, sehingga dapat meningkat populasi hama tersebut di lapangan.
Apabila serangan hama wereng banyak menyerang tanaman padi dapat
menimbulkan penyakit. Wereng merupakan serangga yang dapat menularkan
penyakit ke tanaman padi. Penyakit yang disebabkan oleh hama wereng
seperti, virus kerdil pada padi. Padi yang diserang wereng akan mengalami
pertumbuhan yang terhambat dan lama-kelamaan akan mati. Wereng juga
dapat menyebabkan virus tungro pada tanaman padi.
Hal ini semuanya bisa dikarenakan pemakaian pupuk yang tidak seimbang
khususnya pupuk nitrogen (Sianipar et al., 2017; Wahyu et al., 2017;
Widiatmika, Wijana dan Artha, 2017). Tanaman yang kekurangan unsur hara
dapat menyebabkan tanaman menjadi terhambat. Karena kandungan unsur
hara di dalam tanah tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman, sehingga perlu adanya menambah unsur hara dari luar. Pupuk
organik dan pupuk anorganik dapat dilakukan secara berdampingan, karena
pupuk organik dapat membantu percepatan pupuk anorganik sehingga nutrisi
yang dibutuhkan oleh tanaman cepat diserap.
Bab 5 Tatalaksana Pemupukan 49

Pemakaian pupuk organik seperti, kotoran hewan ternak dapat dilakukan


sebelum penanaman tanaman yang dibudidayakan. Pemberian pupuk kompos
yang terbuat dari sisa-sisa sampah organik dapat membantu meningkat
kesuburan tanaman. Karena pupuk seperti ini banyak mengandung
mikroorganisme yang dapat membantu proses pengurai di dalam tanah.
Sehingga nutrisi yang ada di dalam tanah mudah diserap oleh tanaman dan
menjaga kesuburan tanah (Dewanto et al., 2017; Suyamto, 2017; Asroh and
Novriani, 2020; Yuniarti, Solihin dan Arief Putri, 2020).
Pupuk sering sekali tidak terserap secara maksimal oleh tanaman yang
dibudidayakan di lapangan. Hal ini dikarenakan kurang ketelitian dalam
aplikasi pupuk ke tanaman. Dalam aplikasi pupuk bisa jadi terdapat kesalahan
karena tidak sesuai cara mengaplikasikan pupuk tersebut. Pupuk harus
diaplikasikan sesuai jenis tanaman di lahan pertanian. Pemberian pupuk yang
benar dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman (Rajiman,
2020).

5.2 Tatalaksana Pemupukan


Tanaman akan menghasilkan produksi yang maksimal dan baik apabila pupuk
yang diberikan ke tanaman tersebut tepat. Pupuk yang tepat dapat membantu
tanaman tumbuh dengan optimal dan baik. Sehingga hasil yang dikeluarkan
oleh tanaman juga baik. Dalam budidaya kita harus memperhatikan tanaman
yang dibudidayakan, hal ini dikarenakan tanaman membutuhkan nutrisi tidak
sama antara tanaman satu dengan tanaman lain. Setiap tanaman memiliki
nutrisi yang dibutuhkan tergantung dari jenis tanaman tersebut. Apabila nutrisi
tanaman tersebut terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman
akan baik atau optimal.
Setiap tanaman membutuhkan unsur hara untuk pada masing-masing fase
tanaman berbeda. Proses persemaian pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman
berbeda dengan yang di lapangan. Tanaman membutuhkan pupuk untuk
nutrisi dalam proses siklus hidup tidak sama. Jadi tanaman memerlukan pupuk
tidak sama baik dari segi dosis dan pemberiannya ke tanaman (Widiatmika et
al., 2017).
Pupuk yang diberikan pada tanaman yang dibudidayakan di lapangan tidak
sama pada masing-masing lokasi. Pupuk yang diberikan dapat kita lihat dari
50 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

keadaan tanah tempat kita membudidayakan tanaman tersebut. Karena tanah


memiliki kandungan unsur-unsur hara yang berbeda pada masing-masing
lokasi. Jadi antara lokasi satu dengan lokasi lainnya memiliki unsur hara yang
berbeda.
Begitu juga dengan tanaman, tanaman kebutuhan akan pupuk tergantung dari
tanaman tahunan, tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Masing-masing
tanaman tersebut memiliki dosis yang berbeda dan interval pemupukan juga
berbeda. Dalam melakukan pemberian pupuk pada tanaman sering sekali tidak
tepat sasaran. Hal ini dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi terganggu. Apabila pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi terganggu maka tanaman tidak akan maksimal dalam hasil
produknya. Jika hal ini terjadi di dalam budidaya pertanian maka akan
berakibat terhadap petaninya. Sehingga petani akan mengalami rugi karena
tanaman yang ditanam tidak menghasilkan atau produktivitas dari tanaman
tidak maksimal (Rajiman, 2020).
Budidaya tanaman pada lahan pertanian untuk dapat meningkatkan hasil
secara optimal, petani harus dapat menggunakan pupuk dan pemupukan yang
tepat pada tanaman. Pemupukan yang tepat pada tanaman dapat meningkat
produksi tanaman dan tanaman dengan tepat menyerap unsur hara tersebut. Di
dalam pemupukan harus di pertimbangkan 4 komponen yang harus dipatuhi. 4
komponen tersebut terdiri dari, bagaimana cara pemupukan, dosis yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman, aplikasi pupuk
disesuaikan dengan waktu dan pemberian pupuk dilihat dari tanaman yang
dibudidayakan (Rahmaniah et al., 2021).
Dengan demikian, apabila hal ini diperhatikan tanaman akan dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Pupuk yang digunakan dalam proses
pemupukan tergantung dari keadaan tanaman tersebut. Selain keadaan
tanaman, pupuk juga dapat diaplikasikan ke tanaman tergantung dari pupuk
yang akan diberikan ke tanaman. Pupuk juga dapat diberikan dalam ke
tanaman secara langsung atau bisa dilakukan pencampuran dengan air. Pupuk
yang diberikan ke tanaman, harus dilakukan dengan cara melihat dari tanaman
tersebut dan memperhatikan bagaimana cara memberikan ke tanaman. Pupuk
harus diberikan ke tanaman dapat dilakukan dengan melihat kondisi tanaman
tersebut.
Hal ini dapat dimulai tanaman dari persemaian sampai tanaman mulai
berbunga. Sehingga produktivitas dari tanaman tersebut dapat menghasilkan
secara maksimal. Pupuk yang diberikan ke tanaman tergantung dari tipe pupuk
Bab 5 Tatalaksana Pemupukan 51

tersebut, tanah yang diolah, tanaman yang dibudidayakan, tingkat unsur hara
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, kondisi akar tanaman yang
dibudidayakan, keadaan tanah, kandungan unsur hara di dalam tanah dan
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara (Krisnawati dan Adirianto,
2019). Dalam proses pemberian pupuk ke tanaman yang dibudidayakan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pemupukan Dengan Cara Ditabur Pada Lahan Pertanian
Proses pupuk yang ditabur di areal pertanaman dapat dilakukan pada saat
tanaman belum di tanam di lahan tersebut. Pemupukan ini dilakukan untuk
tanaman padi yang memiliki areal yang luas. Akan tetapi, proses tabur pupuk
pada lahan pertanian dapat dilakukan pada saat tanaman sudah di lahan
pertanian. Proses taburan pupuk pada lahan pertanian dilakukan supaya pupuk
tersebut tersebar ke seluruh bagian lahan.
Pada saat pupuk ditabur pada lahan pertanian diharapkan tanah atau lahan
tersebut tidak tergenang air dan kondisi lahan agak kering. Karena apabila
lahan tersebut tergenang air bisa jadi pupuk yang diberikan akan menyebar
tidak merata. Hal ini bisa dikarenakan kemiringan lahan atau keadaan lahan
pertanian. Pupuk yang ditabur pada lahan pertanian dapat dilakukan dengan
cepat dan tidak membutuhkan jumlah orang yang banyak (Bara, 2019;
Rajiman, 2020) (Gambar 5.1).

Gambar 5.1: Pemupukan Tanaman Padi Dengan Cara Ditabur (Kliktani,


2018)
Proses pemupukan secara ditabur pada tanaman harus keadaan lahan karena
pupuk yang diberikan dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang
52 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

dibudidayakan. Biasanya proses pupuk yang ditabur pada lahan pertanian


dapat dilakukan pada lahan tanaman pangan. Proses seperti ini dapat dilakukan
pada pemupukan pertama dan pemupukan selanjutnya. Pupuk yang ditabur
pada lahan pertanian diusahakan bisa membantu memenuhi kebutuhan unsur
hara pada tanah dan tanaman.
Selain itu, pupuk yang ditabur harus tersalurkan ke seluruh bagian lahan dan
dapat diberikan pada saat pengelolaan lahan yang siap tanam. Pupuk yang
harus diperhatikan dalam pemberian di lahan pertanian seperti, pupuk yang
mengandung N dan K. Pupuk ini mudah sekali menguap dan dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman. Pemberian pupuk yang pertama
dilakukan pada lahan yang belum di tanam dan pemberian pupuk seperti ini
tergantung dari pupuknya. Pupuk kompos atau pupuk dari ternak dapat
dilakukan sebelum tanam dengan jarak minimal 7 hari. Akan tetapi bisa lebih
cepat apabila pupuk yang diberikan sudah jadi kompos. Karena apabila
tanaman tidak kuat akan menyebabkan tanaman mati.
Penyebaran pupuk secara tabur dapat dilakukan dengan melihat tanaman yang
di lapangan. Biasanya tanaman yang pemupukan secara ditabur tanaman yang
jarang tanaman berdekatan, jarak tanaman tidak rapi, tanaman yang memiliki
akar yang pendek di dalam pada tanah, tingkat kesuburan tanah yang bagus,
pupuk yang ditabur cepat terurai dan langsung diserap oleh tanaman dan
pupuk yang tersedia banyak (Krisnawati dan Adirianto, 2019; Rajiman, 2020).
Pupuk yang diberikan ke tanaman melalui ditabur memiliki kelemahan, hal ini
dikarenakan pupuk yang ditabur tidak menyebar ke seluruh tanah yang
dipupuk. Sehingga pada lahan pertanian pupuk ini dapat menumpuk dalam
satu areal saja. Pupuk akan mengalami pergeseran sehingga tanaman hanya
mampu menyerap sedikit pupu tersebut. Pemupukan harus dilakukan sekitar
pukul 7 pagi atau keadaan cuaca cerah, hal ini bertujuan untuk menghindari
pupuk yang ditabur ke tanaman tertinggal di daun. Pupuk yang tertinggal di
daun ini dapat memicu tanaman menjadi rusak atau tanaman akan mati.
Kondisi lahan pertanian harus diperhatikan dalam proses penaburan pupuk ke
tanaman (Widiatmika et al., 2017; Rajiman, 2020).
Pemupukan Dengan Cara Pembuatan Lubang atau Jalur
Pupuk dapat diaplikasikan dengan cara pembuatan lubang sekitar tanaman
atau membuat alur. Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan menggunakan
cangkul, bajak dan alat penggali lain. Pupuk yang diaplikasikan seperti ini
Bab 5 Tatalaksana Pemupukan 53

yaitu, pupuk yang berbentuk butiran atau cair. Proses ini dapat dilakukan
sebelum tanaman ditanam pada lahan pertanian.
Selain itu, dapat dilakukan pada tanaman yang sudah besar seperti tanaman
karet, kopi, kelapa sawit dan tanaman lainnya. Pembuatan lubang dapat
dilakukan apabila pada lahan yang memiliki kemiringan atau lahan yang tidak
datar. Lahan yang memiliki kemiringan di harus membuat lubang antar
tanaman untuk dilakukan pemupukan. Pertama-tama pembuatan lubang dapat
dilakukan menggunakan alat seperti bor tanah. Kemudian tanah yang ada di
bor tadi dikeluarkan untuk jarak lubang tergantung dari jenis tanaman. Lubang
tadi diberikan pupuk secukupnya tergantung kebutuhan dari tanaman tersebut.
Kemudian lubang tadi ditutup yang sudah diberikan pupuk ditutup dengan
dedaunan.
Tujuan penutupan lubang tersebut apabila hujan deras dan lubang berisi air
pupuk tidak keluar dari lubang tersebut. Selain itu, pupuk akan mencair dan
mudah diserap oleh akar tanaman apabila berada di dalam lubang. Pemupukan
dapat dilakukan dengan membuat lingkaran pada sekeliling tanaman, misalnya
tanaman karet dapat buat lingkaran di sekeliling batang kemudian pupuk
ditaburkan di sana lalu ditutup.
Pupuk juga dapat diaplikasikan menggunakan lubang dari bahan yang tajam
pada bagian ujungnya, untuk tanaman yang cocok seperti dengan pupuk ini
yang bukan tanaman utama (Gambar 5.2).

Gambar 5.2: Pemupukan Tanaman Durian Dengan Cara Dibuat Jalur


Melingkar Dan Ditutup Dengan Tanah (Arwani, 2019)
Proses kegiatan pemupukan seperti ini, harus diperhatikan dalam proses
pemberian pupuk yaitu, pupuk yang digunakan untuk pemupukan tanaman
tidak terlalu banyak, sehingga harus benar mengenai tanaman yang akan
54 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

diberikan pupuk tersebut. Tanaman yang diberikan pupuk memiliki jarak yang
tidak terlalu dekat dan memiliki jarak antar jalur tanaman tidak terlalu jauh.
Pemupukan yang diberikan dengan cara dilubang pada tanah, biasanya
tanaman memiliki unsur hara yang sedikit, tanaman memiliki akar tidak
banyak atau jenis tanaman akar sedikit dan dapat terjadi tanah memiliki unsur
hara banyak (Efendi dan Ramon, 2019; Tarigan et al., 2019) (Gambar 5.4).

Gambar 5.3: Pemupukan Tanaman Kopi Dengan Cara Digali (Pertanian,


2017)
Pemupukan Dengan Cara Penyemprotan Pada Bagian Tanaman
Pupuk yang diberikan ke tanaman dapat dilakukan melalui bagian tanaman
seperti daun. Daun tanaman dapat diaplikasikan pupuk akan tetapi dalam
kegiatan seperti ini perlu hati-hati. Hal ini dikarenakan pupuk yang
diaplikasikan ke daun tanaman dapat menimbulkan kerusakan pada daun
tersebut.
Selain itu, dapat menyebabkan daun tanaman menjadi gugur. Kerusakan pada
daun dapat disebabkan oleh pupuk yang digunakan pada penyemprotan
tersebut menggunakan dosis yang tinggi. Pemupukan seperti dosis yang
digunakan tidak terlalu banyak atau sedikit, sehingga kegiatan tersebut harus
dilakukan sesering mungkin untuk hasil maksimal pada tanaman
(Tedjasarwana et al., 2011; Nadhira dan Berliana, 2017; Ayuningtyas et al.,
2020).
Harus diperhatikan pemupukan pada daun memiliki pengeluaran yang tinggi.
Pemupukan pada bagian tanaman dapat dilakukan apabila kondisi tanah pada
areal tanaman tidak mendukung untuk diaplikasikan pupuk langsung di tanah.
Selain itu juga, pupuk yang digunakan untuk pemupukan terhadap tanaman
Bab 5 Tatalaksana Pemupukan 55

dibutuhkan tidak terlalu banyak, sehingga hanya dilakukan pada daun saja.
Pupuk yang akan diberikan ke tanaman memiliki sifat yang kurang bagus.
Pupuk tersebut terlebih dahulu dilakukan pencampuran dengan air, pada
proses ini dosis yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan air.
Kemudian campuran tersebut diaplikasikan ke tanaman terutama pada bagian
daun. Daun tanaman dilakukan pemupukan harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut yaitu, harus sesuai dengan aturan dalam produk yang digunakan,
larutan yang dibuat harus lebih cair dan pupuk yang digunakan tidak terlalu
banyak. Daun yang diaplikasikan pupuk jangan daun yang menghadap ke atas,
karena daun memiliki stomata yang ke atas. Daun tanaman yang dilakukan
pemupukan harus dilakukan jangan siang hari karena apabila dilakukan pada
siang hari maka, pupuk tidak bisa terserap oleh tanaman karena terjadi
penguapan. Hujan dapat membuat pupuk tidak bisa diserap oleh tanaman, jadi
jika mau aplikasi pupuk sebaiknya dilakukan pada hari yang cerah (Rajiman,
2020) (Gambar 5.5).

Gambar 5.4: Pemupukan Tanaman Durian Pada Daun Tanaman (Arwani,


2019)
Pemupukan Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Alat Yang Bisa
Terbang
Penggunaan alat untuk aplikasi pupuk pada tanaman areal tanam yang luas
dapat dilakukan dengan cara pesawat dan drone. Untuk pemupukan seperti ini
dilakukan oleh perkebunan-perkebunan yang besar dan memiliki modal yang
besar. Selain itu, pemupukan menggunakan alat seperti ini dapat dilakukan
dengan kondisi lahan yang berbeda.
56 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Berbeda dengan kondisi lahan yang tidak bisa dilakukan pemupukan, seperti di
daerah pegunungan, tidak bisa dilalui dengan perjalanan, lahan yang masih
alami dan rumput yang luas (Misrianto et al., 2017; Rajiman, 2020) (Gambar
5.6)

Gambar 5.5: Pemupukan Menggunakan Alat Terbang (Farming.id, 2019)


Pemupukan Dapat Dilakukan Dengan Cara Penginfusan Di Dalam
Tanah
Pupuk dapat dilakukan dengan cara menginfus tanaman melalui akar. Akar
dapat dilakukan sebagai alat menyalurkan pupuk ke tanaman. Pemupukan
seperti ini dapat dilakukan dengan memotong bagian akar tanaman, akar
tanaman yang dipotong harus diperhatikan supaya akar tanaman yang
dipotong tidak mengganggu tanaman. Kemudian infus tadi kita benamkan ke
dalam tanah dan bagian akar yang dipotong tadi masukan ke dalam infus
tersebut (Rajiman, 2020).
Pemupukan Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Alat Irigasi
Alat yang digunakan untuk melakukan pemupukan dengan cara irigasi dapat
dilakukan memberikan pupuk yang dimasukkan ke dalam penampung air.
Kemudian penampungan air di pasang mesin air untuk menyalurkan air ke
seluruh tanaman pada lahan pertanian. Pemupukan seperti ini dapat dilakukan
pada penanaman secara hidroponik (Rajiman, 2020) (Gambar 5.7)
Bab 5 Tatalaksana Pemupukan 57

Gambar 5.6: Proses Tanaman Yang Di Infus Pada Akar Tanaman (Agung,
018)
Tanaman yang diberikan pupuk memiliki respons yang berbeda dan begitu
juga dalam cara pemberian di lapangan sangat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk yang diberikan memiliki peranan penting pada
setiap fase tanaman. Begitu juga dengan jumlah pupuk yang diberikan ke
tanaman memiliki respons yang berbeda. Jadi setiap tanaman pemberian
pupuk tidak boleh sama, selain itu tekstur tanah di lapangan juga memengaruhi
bagaimana cara aplikasi pupuk ke lapangan.
Waktu sangat memengaruhi pupuk yang diberikan ke tanaman, kita harus
memperhatikan waktu karena pupuk bisa jadi tidak terserap secara maksimal
pada musim panas dan musim hujan. Pupuk yang diberikan ke tanaman harus
melihat dari fase tanaman tersebut. Tanaman memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda, hal ini dapat kita lihat dari tujuan yang akan dihasilkan atau
produk apa yang harus diambil dalam suatu tanaman.
Daun membutuhkan unsur hara nitrogen dalam pertumbuhannya sehingga
apabila produk yang akan dihasilkan adalah daun kita harus menggunakan
pupuk dengan kandungan N yang tinggi. Tanaman yang baik merupakan
tanaman yang dapat menghasilkan produk secara optimal dan pupuk yang
maksimal (Wahyu et al., 2017; Bubun Alfarisi, 2020; Rajiman, 2020; Pertiwi
et al., 2021).
58 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 6
Faktor Yang Memengaruhi
Pemupukan

6.1 Pendahuluan
Tanaman selama proses hidupnya agar tumbuh dengan sehat dan memiliki
hasil yang optimal, maka harus tersedia unsur hara tanah dalam jumlah,
proporsi dan bentuk yang tepat pada waktu yang tepat. Unsur hara primer
digunakan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif besar dan sering dilengkapi
sebagai pupuk (Nitrogen, Fosfor dan Kalium). Di sisi lain, nutrisi sekunder
seperti Ca, Mg dan S juga digunakan dalam jumlah besar tetapi cukup tersedia
dan biasanya tersedia, sedangkan Mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah
kecil.
Pemupukan baik organik dan anorganik adalah upaya yang dilakukan guna
menutupi kekurangan unsur hara tanah dan penurunan kesuburan tanah akibat
budidaya yang terus menerus oleh petani dan terbawa oleh hasil panen.
Aplikasi pupuk anorganik menghasilkan akumulasi bahan organik tanah yang
lebih tinggi dan aktivitas biologis karena peningkatan produksi biomassa
tanaman dan kembalinya bahan organik ke tanah dalam bentuk akar yang
membusuk, serasah dan sisa tanaman.
60 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Penambahan bahan organik tanah akan meningkatkan kandungan karbon


organik tanah yang merupakan indikator penting kualitas tanah dan
produktivitas tanaman. Secara umum fungsi dari pemberian pupuk antara lain
adalah dapat memengaruhi sifat fisik tanah seperti stabilitas agregat, kapasitas
menahan air, porositas, laju infiltrasi, konduktivitas hidrolik dan bulk density
akibat peningkatan bahan organik tanah dan kandungan organik tanah.
Komponen bahan organik tanah seperti molekul humat dan polisakarida
meningkatkan stabilitas agregat dengan mengikat partikel mineral ke dalam
agregat dan mengurangi kerentanannya terhadap erosi oleh angin atau air.
Penambahan pupuk juga memengaruhi komposisi kimia larutan tanah yang
dapat menyebabkan dispersi/flokulasi partikel lempung sehingga
memengaruhi stabilitas agregasi tanah. Oleh karena itu, Jenis dan kadar pupuk
serta faktor lain yang diterapkan pada tanaman sangat penting dalam produksi
tanaman dan berperan penting dalam sistem tanam.

6.2 Faktor yang Memengaruhi


Pemupukan
6.2.1 Ketersediaan dan Kehilangan Hara Tanah
Tanaman membutuhkan tiga faktor untuk pertumbuhan dan reproduksi
meliputi cahaya, air, dan nutrisi. Nutrisi tanaman adalah unsur kimia yang
sebagian besar diserap oleh akar tanaman sebagai bahan kimia anorganik
terlarut dalam air. Pada waktu bersamaan, nutrisi tanaman digunakan oleh
bentuk kehidupan lain dan melalui banyak transformasi biologis yang
menentukan kapan dan bagaimana tanaman mengambilnya. Bahan biologis
seperti pupuk kandang adalah nutrisi utama sumber di banyak pertanian
"konvensional", serta pertanian organik, sementara mineral anorganik (kimia
bahan) seperti fosfat batu dan kapur adalah amandemen kesuburan yang dapat
diterima untuk organik bersertifikat produksi.
Justus von Liebig, seorang ahli kimia organik berkebangsaan Jerman pada
tahun 1840 mempublikasikan buku berjudul Organic chemistry in its
applications to agriculture and physiology (von Liebig dan Playfair, 1840) dan
versi bahasa Jerman, Die organische chemie in ihrer anwendung auf
agricultur und physiologie von Liebig (1841). Di dalam buku tersebut, Liebig
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 61

membahas berbagai hal terkait fisiologi dan agrikultur di antaranya adalah


berkaitan dengan hukum minimum Liebig tentang teori humus. 'Hukum
minimum' sering diilustrasikan dengan tong air, dengan tongkat dengan
panjang yang berbeda. Kapasitas barel untuk menahan air ditentukan oleh
tongkat terpendek.

Gambar 6.1: The Law of The Minimum-Justus Von Liebig (Manggala, 2020)
Demikian pula, hasil panen sering dibatasi oleh kekurangan nutrisi atau air.
Setelah faktor pembatas (kendala) telah diperbaiki, hasil akan meningkat
sampai faktor pembatas berikutnya ditemukan. Berdasarkan pemikiran
tersebut, Liebig berhasil mengungkapkan bahwa nutrien di tanah yang telah
diambil oleh tumbuhan dapat digantikan dengan pemberian pupuk.

Gambar 6.2: Mineral Fertilizers Replace Nutrients Removed with the Harvest
(Europe, 2018)
62 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Ketika pupuk diperkenalkan, para petani mulai menggunakan pupuk untuk


memasok nutrisi utama N, P dan K dan pemupukan juga digunakan untuk
memasok unsur hara sekunder dan mikro sehingga unsur hara yang menjadi
faktor pembatasan produksi tanaman dapat dilakukan perbaikan.

6.2.2 Pupuk yang Digunakan dan Prinsip Lima Cara


Pemupukan
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan di bidang pertanian yaitu
faktor pemupukan. Pengertian pemupukan yaitu penambahan bahan (yang
digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, biologi tanah) ke tanah agar
tanah tersebut menjadi lebih sehat dan subur. Termasuk di antaranya yaitu
pengapuran, pemberian legin, pemberian pembenah tanah (soil condition),
pemberian urea dan lain sebagainya.
Penambahan hara dalam bentuk padat maupun cair memiliki tujuan untuk
meningkatkan hasil produksi pertanian. Akan tetapi, ada hal yang harus
diperhatikan mengenai tata cara pemupukan yang baik dan benar supaya
proses pemupukan menjadi lebih tepat. Menurut (Slamet, 2019), penjelasan
mengenai aplikasi pemupukan yang tepat dengan prinsip 5T, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat cara.
Tepat Jenis
Arti tepat jenis adalah proses pemupukan seharusnya tepat dalam menentukan
jenis pupuk apa yang sesuai dengan kebutuhan tanamannya karena setiap jenis
pupuk mempunyai kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan, dan
kecepatan bekerja yang berbeda-beda. Misalnya unsur urea jika tanaman
kekurangan unsur N, atau SP 36 apabila tanaman kekurangan unsur P. Apabila
terjadi kesalahan dalam proses pemupukan maka tanaman yang dipupuk
menjadi tidak bagus perkembangan dan hasilnya.
Secara umum nilai suatu pupuk ditentukan oleh sifatnya yaitu:
1. Kadar unsur hara
Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan
faktor utama untuk menilai pupuk tersebut
2. Higroskopis
Kemampuan pupuk untuk menyerap molekul air dari udara atau
lingkungannya baik melalui absorpsi atau adsorpsi.
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 63

3. Kelarutan
Sifat yang menunjukkan mudah tidaknya pupuk untuk larut dalam air
dan diserap oleh tanaman.
4. Kemasaman
Kemasaman berkaitan dengan pH pupuk. Sifat kemasaman pupuk
ada yang bersifat masam, alkali, dan netral yang dinyatakan dengan
Ekuivalen kemasaman
5. Indeks garam
Sifat pupuk yang dapat meningkatkan kemasaman tanah.

Tepat Dosis
Pengertian tepat dosis yaitu proses pada saat pemupukan dosis yang diberikan
harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat dosis ini berarti
bahwa dosis yang diberikan ke tanaman tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit.
Apabila pemberian pupuk sedikit tanaman tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit jika pemberian pupuk sedikit tanaman masih kekurangan unsur yang
dibutuhkan, terlalu banyak tentunya tanaman akan overdosis dan bisa menjadi
toksik.
Tepat Waktu
Adapun arti tepat waktu yaitu pada saat pemberian pupuk yang baik dan benar
sebaiknya disesuaikan waktu terbaik kapan tanaman itu butuh asupan lebih
unsur hara atau waktu yang tepat. Hal ini dimaksudkan supaya tanaman itu
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Pupuk yang bekerja cepat sebaiknya diberikan setelah tanam atau diberikan
sedikit demi sedikit dalam 2 atau 3 kali pemupukan, karena umumnya pupuk
ini mudah tercuci, sedangkan pupuk yang bekerjanya lambat dapat diberikan
sebelum tanam dan pemberiannya sekaligus.
Tepat Tempat
Tepat tempat yang dimaksud pada pemupukan artinya harus memperhatikan
tempat atau lokasi tanaman sehingga dapat mengaplikasikan pemupukan
secara tepat. Contohnya: lokasi pemupukan berada di ketinggian dan
kecepatan angin besar, maka hal ini tidak disarankan menggunakan pupuk cair
dan disemprotkan.
64 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu cara peletakan pupuk pada tanaman. Hal
ini dapat memengaruhi hasil penyerapan tanaman akan asupan pupuk
nantinya.
Tepat Cara
Tepat cara yaitu pada saat pemupukan cara kita harus benar. Cara pemberian
pupuk yang salah akan membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh
air dan ter dinitrifikasi sehingga tidak dapat diserap atau ditangkap langsung
oleh tanaman.
Untuk itu cara pemupukan harus benar dan tepat sasaran. Secara umum, cara
dari pemupukan meliputi:
1. Broadcast (disebar): cara pemberian pupuk dengan disebar secara
merata di permukaan tanah, misalnya pada pemberian pupuk pada
tanaman padi. Pemupukan dengan cara sebar ini berpotensi tinggi
merangsang pertumbuhan tanaman-tanaman pengganggu (gulma).
Cara pemupukan ini dilakukan ketika populasi tanaman cukup tinggi,
sistem perakaran tanaman yang menyebar, volume pupuk berjumlah
banyak, tinggi kelarutan pupuk yang tinggi dan kesuburan tanah yang
baik.
2. Sideband (di samping tanaman): cara pemberian pupuk dengan
diletakkan di salah satu sisi atau kedua sisi tanaman, misalnya pada
pemupukan tanaman cabai. Metode ini terutama digunakan untuk
menerapkan sejumlah kecil pupuk sebagai starter tanaman. Aplikasi
pupuk starter dapat merangsang tanaman awal pertumbuhan dan
meningkatkan hasil. Hal ini sangat penting dalam sistem tanpa
pengolahan tanah di mana sisa tanaman atau penutup musim dingin
pada negara empat musim menghasilkan suhu tanah yang lebih
rendah dan tingkat kelembaban yang lebih tinggi.
3. In the row (dalam larikan): cara pemberian pupuk dengan diberikan
dalam larikan tanaman misalnya diberikan pada pemupukan tanaman
tebu dan jagung.
4. Top atau side dressed: Pemberian pupuk dengan cara sambung
tanaman.
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 65

5. Pop up: pemberian pupuk dengan cara dimasukkan bersamaan


dengan biji yang ditanam. Pupuk yang digunakan misalnya dengan
menggunakan pupuk hayati atau Nitrogen yang dapat memacu proses
perkecambahan.
6. Foliar application: Pemberian pupuk dengan cara menyemprotkan
melalui daun menggunakan alat semprot volume rendah (hand
sprayer), volume sedang (sprayer gendong), maupun volume besar
menggunakan mesin kompresor, bahkan menggunakan pesawat
terbang kecil untuk hamparan pertanaman yang luas. Hal yang perlu
diperhatikan apabila menggunakan cara pemupukan ini antara lain
konsentrasi pupuk harus sesuai, faktor penguapan pupuk perlu
diperhatikan, dan cara mengaplikasikan harus langsung menuju ke
stomata tanaman agar cepat diserap tanaman.
7. Fertigation: pemberian pupuk melalui air irigasi. Sistem ini umumnya
banyak diterapkan pada sistem budidaya secara hidroponik karena
pupuk bersifat water soluble (sangat mudah larut dalam air) dengan
ampas sisa pupuk yang tidak terlarut berjumlah sangat sedikit.
Kelebihan pemupukan dengan cara ini yaitu pemberian nutrisi
tanaman dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan fase
pertumbuhan, tingkat efisiensi dan efektivitas pemupukan tinggi
karena mudah diserap oleh tanaman, dan media pertumbuhan bersih
dan relatif bebas dari penyakit.

Dari kelima tepat tadi jika kita laksanakan dengan benar dan sesuai petunjuk
akan mendapatkan tanaman yang sehat sesuai dengan umur dan hasil yang
diharapkan dan dengan melaksanakan atau menggunakan lima tepat di setiap
sarana pertanian baik teknologi mekanisnya dan teknologi budidayanya akan
mendapat hasil yang optimal dan produksi yang diinginkan. Karena tujuan
budidaya yaitu mendapat produksi yang tinggi agar dapat menambah
pendapatan petani dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
66 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

6.2.3 Sifat, Ciri, dan Kemasaman Tanah (pH)


1. Sifat Tanah
Perbedaan status hara atau keragaman sifat tanah secara ruang dapat
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu keragaman sistematik dan
keragaman acak (Siswanto, 2018). Keragaman sistematik akan
memberi gambaran bahwa sebaran unsur hara dalam tanah berubah
secara berangsur menurut kecenderungan tertentu. Penyebab
keragaman sistematis antara lain perbedaan topografi, litologi, iklim,
aktivitas biologi dan umur suatu wilayah. Hasil penelitian (Sukarman,
D., Setyorini dan S. Ritung, 2012) mengemukakan bahwa suatu
lanskap bisa menjadi penyebab perbedaan sifat-sifat tanah dengan
posisinya di dalam lanskap.
Sifat tanah ini berhubungan dengan reaksi tanah, apakah tanah
tersebut masam, netral atau basa. Pupuk asam dapat digunakan pada
tanah basa, netral atau sedikit asam. Namun, pupuk asam tidak baik
digunakan pada tanah asam sebab pH tanah nantinya sangat turun
tingkat kesuburan tanahnya dan akan merosot. Sedangkan untuk
tanah masam, sebaiknya digunakan pupuk netral atau basa.
2. Pengaruh pH tanah terhadap Nitrogen
Adanya perubahan Amonium (NH ) menjadi Nitrat (NH ) akan
4+ 3-

berlangsung sebagai proses oksidasi enzimatik dengan bantuan dari


bakteri Nitrobacter dan Nitrosomonas. Hal ini dinamakan proses
Nitrifikasi (proses perubahan amonium menjadi nitrat oleh bakteri)
berlangsung antara kisaran pH 5,5 – 10,0 dengan pH optimum 8,5
(Pohan, 2011).
Pada tanah yang masam atau pH tanah rendah, maka akan terjadi
penghambatan pada perubahan amonium menjadi nitrat. Hal ini juga
dipengaruhi kandungan oksigen dalam tanah atau Aerasi tanah dan
juga perbandingan kandungan Ca, P, Fe, Mn, serta unsur-unsur
lainnya.
3. Penambatan N oleh liat
Lain halnya apabila terjadi pada tanah masam, maka akan
memengaruhi ketersediaan N tanah. Hal ini disebabkan adanya
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 67

penambatan dari ion-ion amonium antara kisi-kisi mineral yang


sudah mengembang ataupun mengerut (Pohan, 2011).
4. Pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan Fosfor & Kalium
Aktivitas ion P yang terdapat dalam tanah berbanding lurus dengan
pH tanah. Hal ini berarti bahwa jika pH naik sampai ke tingkat
tertentu, maka unsur P akan tersedia. Namun apabila pH tanah
rendah, maka yang terjadi konsentrasi Al dan Fe meningkat yang
akan bereaksi dengan fosfat membentuk garam Fe dan Al-P yang
tidak larut. Adapun kisaran pH untuk ketersediaan P yang ideal yaitu
antara 6 – 7.
5. Pengaruh pH tanah terhadap unsur mikro
Adanya ketersediaan unsur hara mikro berhubungan dengan kegiatan
mikroorganisme tanah yang ikut mentransfer unsur itu ke tanah,
contohnya organisme tanah yang dapat membantu mempercepat
proses oksidasi unsur Mn, Zn, Cu, Mo, dan Al.

6.2.4 Tekstur Tanah


Pengertian tekstur tanah yaitu perbandingan kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam suatu massa tanah. Fraksi tersebut berhubungan dengan
kisaran ukuran partikel tanah, yakni partikel penyusun tanah tertentu. Tanah
yang berupa bongkahan terdiri dari bagian-bagian kecil yang disebut partikel-
partikel tanah yang dibedakan menjadi tiga bagian pokok yaitu pasir, debu,
lempung dan bahan-bahan organik.
Sedangkan batuan induk (batu) yaitu bahan yang mengalami pelapukan dan
akan berubah menjadi tanah dalam jangka waktu yang lama (Suprapto, 2016).

6.2.5 Iklim, Temperatur, dan Curah Hujan


Perubahan iklim sebagai fenomena alam yang kerap melanda dewasa ini mulai
dirasakan dampaknya di negara kita. Hal tersebut berdampak pada petani yang
gemar memprediksi pola curah hujan, sehingga berdampak pada sektor
pertanian (Karmaita, 2018). Menurut Hartatie, D., Irma Harlianingtyas dan
Supriyadi, (2020), faktor iklim terutama curah hujan ikut serta dalam
menentukan pertumbuhan dan produksi pertanian khususnya tebu, yang
68 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

nantinya akan berpengaruh terhadap kadar gula (nira tebu) dan memengaruhi
besaran produksi gula.
Perubahan iklim yang terjadi dapat menyebabkan pola curah hujan menjadi tak
menentu dan sangat berpengaruh terhadap musim tanaman. Hubungan antara
rendemen tebu dengan pemupukan sebesar 0,056 dan menunjukkan sangat
lemah dan tidak signifikan, akan tetapi arah hubungannya positif dan
ditunjukkan semakin banyak pemupukan maka semakin tinggi rendemen tebu
yang akan dihasilkan (Hartatie, D., Irma Harlianingtyas dan Supriyadi, 2020).
Curah hujan erat kaitannya dengan pencucian, sedangkan radiasi matahari,
suhu, angin dan kelembaban kaitannya dengan vortilisasi. Berikut Gambar 6.3
yang menunjukkan hubungan antara curah hujan dengan pemupukan:

Gambar 6.3: Hubungan Curah Hujan Dengan Pemupukan (Roni, 2015)


Keterangan:
T1: Jika dilakukan pemupukan, dan tiba-tiba terjadi hujan maka pupuk yang
akan diaplikasikan mengalami leaching terutama untuk pupuk N, P dan S,
sehingga terjadi kerugian. Di samping itu, bersama run off aliran permukaan
tanah pupuk-pupuk itu akan masuk ke sungai dan berpotensi meracuni
perairan. Apabila terpaksa harus dilakukan maka sebaiknya menghindari
penggunaan metode broadcast/penyebaran, dan metode yang baik yaitu
penempatan pada larikan/barisan, pada lubang.
T2: waktu yang paling tepat melakukan pemupukan. Pada kondisi ini, tanah
dalam keadaan lembab (air tidak kurang juga tidak berlebihan) karena
pelarutan unsur hara memerlukan air yang cukup.
T3: pemupukan apa pun tidak baik dilakukan kecuali dilakukan penyiraman.
Pupuk akan mengikat agregat tanah pada kondisi ini, sehingga tanah menjadi
kompak.
Bab 6 Faktor Yang Memengaruhi Pemupukan 69

Catatan: pemupukan sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena perbedaan


temperatur tidak terlalu jauh dan evapotranspirasi belum banyak.

6.2.6 Udara Tanah


Udara tanah yaitu udara yang berada dalam ruang pori tanah dan berfungsi
sebagai sumber O2, CO2 dan N2. Hal yang paling penting dari udara tanah
yaitu kebutuhan akan O2 yang selalu terpenuhi, sehingga mikroorganisme
dapat beraktivitas. Adapun pengelolaan penanaman untuk perbaikan O2 tanah
salah satu caranya yaitu dengan kerapatan tegakan tanaman, jumlah dan letak,
waktu pembenahan sisa-sisa tanaman dan pemupukan.
Komposisi udara tanah sangat bergantung pada banyaknya pori udara yang
tersedia, bersama-sama dengan adanya reaksi biokimia serta proses pertukaran
gas. Konsentrasi O2 dan CO2 dalam udara tanah sangat berhubungan dengan
aktivitas biologi dalam tanah. Komposisi mikrobial dari residu organik sangat
menentukan porsi utama CO2 yang akan terbentuk. Pemberian pupuk kandang
(manur), residu tanaman atau lumpur pembuangan kotoran dalam jumlah yang
banyak, khususnya jika kelembaban dan temperatur nya optimal, maka akan
merubah komposisi udara tanah.

6.2.7 Pola Pertanian


Istilah modernisasi dapat digunakan di bidang pertanian negara kita, yang
ditandai dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-
cara tradisional menjadi beberapa cara yang lebih modern. Sebagai contoh
yaitu dalam hal perubahan penggunaan pupuk organik (kandang) menjadi
pupuk anorganik (kimia).
Menurut Togatorop (2017), terdapat beberapa faktor yang mendorong
modernisasi pola pertanian yaitu sistem pendidikan formal yang maju, sistem
terbuka masyarakatnya, dan peran PPL dalam memberikan berbagai ilmu
penting dalam adopsi pemakaian pupuk. Ada pula dampak dari modernisasi
pertanian di mana masyarakat melakukan pola tanam dengan penggunaan
pupuk anorganik, adanya penggunaan pupuk anorganik yang dapat
meningkatkan produktivitas hasil pertanian serta dapat meningkatkan taraf
hidup petani.
Sedangkan dampak negatif yang kerap ditemui antara lain dengan adanya
penggunaan pupuk anorganik, petani berdampak terhadap pengeluaran biaya
perawatan tanaman, dan lingkungan yang berubah, sehingga diharapkan agar
70 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

para petani lebih menyeimbangkan penggunaan pupuk anorganik dan


organiknya, supaya tingkat kesuburan tanah tetap terjaga dan hasil produksi
tanaman juga semakin meningkat.
Bab 7
Pengawasan Mutu Pupuk

7.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman budidaya, selain meningkatkan
kuantisasi, pupuk juga dapat meningkatkan kualitas produk tanaman yang
dibudidaya. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pupuk agar efisien
meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan
frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Mansyur, 2021).
Pemupukan dilakukan dengan tujuan agar unsur hara yang terkandung di
dalam tanah dapat meningkat sehingga kondisi tanah menjadi subur dan efektif
untuk membantu aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kualitas
pupuk dan takaran dari dosis pupuk yang digunakan juga perlu diperhatikan
agar pertumbuhan tanaman maksimal dan residu dari penggunaan pupuk serta
pestisida kimia tidak menyebabkan terjadinya pencemaran tanah.
Unsur hara penting yang terdapat dalam pupuk mengandung sumber N
sebanyak 45% untuk pertumbuhan tanaman sawi (Sarif et al., 2015).
Pernyataan tersebut didukung oleh Wahyudi (2015) bahwa nitrogen memiliki
fungsi yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
sehingga daun pada tanaman akan lebih hijau dan besar. Kualitas tanaman
akan lebih baik apabila diberikan pupuk yang berkualitas yang dapat
72 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya sehingga


tanaman budidaya memiliki produktivitas yang berkualitas.

7.2 SNI Mutu/Kualitas Pupuk Kimia


Pupuk kimia dapat diartikan sebagai pupuk anorganik yaitu pupuk yang
berasal dari bahan mineral ataupun senyawa kimia yang diproses agar
membentuk senyawa kimia yang mampu diserap oleh tanaman untuk aktivitas
pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk anorganik dikelompokkan
menjadi pupuk hara makro dan pupuk hara mikro dalam bentuk padat dan cair
(Suriadirkarta et al., 2004).
Kandungan pupuk anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman berupa unsur hara
NPK majemuk. Pupuk NPK majemuk merupakan pupuk yang mengandung
bermacam-macam unsur hara makro maupun unsur hara mikro dengan
kandungan NPK yang lebih diutamakan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk makro dan mikro anorganik yang memiliki SNI disajikan dalam Tabel
7.1 berikut:
Tabel 7.1: Pupuk Hara Makro dan Hara Mikro Anorganik yang Memiliki SNI
(Suriadirkarta et al., 2004)
No. Nama Pupuk Standar Parameter Analisis Persyaratan
1. Nitrogen Min. 20%
Pupuk Amonium Sulfat 2. Belerang Min. 23%
1. (NH4)2SO4) No. SNI 02- 3. Asam bebas sebagai
Maks. 0,1%
1760-1990 H2SO4
4. Air Maks. 1%
1. Unsur hara fosfat:
a. Yang diserap
Min. 46%
sebagai P2O5
Pupuk Tripel Super Posfat b. Yang larut
2. (TSP/Ca(H2PO4)2) dalam air Min. 40%
No. SNI 02-0086-1987 sebagai P2O5
2. Air Maks. 4%
3. Asam bebas sebagai
Maks 4%
H3PO4
1. Unsur hara fosfat
sebagai P2O5:
Pupuk Tripel Super Fosfat
a. Total Min. 45%
3. Plus Zn
b. Yang dapat
No. SNI 02-2800-1992 Min. 43%
diserap
c. Yang larut air Min. 35%
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 73

d. Air Maks. 5%
2.Asam bebas sebagai
Maks. 5%
H3PO4
3. Zn sebagai ZnO Min. 0,2%
1. Nitrogen total Min. 6%
2. Fosfor larut asam
sitrat 2% sebagai Min. 6%
Pupuk NPK Padat P2O5
4.
No. SNI 02-2803-2000 3. Kalium sebagai K2O Min. 6%
4. Jumlah kadar N,
Min. 30%
P2O5 dan K2O
5. Air Maks. 2%
1. Nitrogen Min. 26%
Pupuk Amonium Klorida 2. Air Maks. 1%
5.
(NH4Cl) 3. Asam bebas sebagai
Maks. 0,08%
HCl
1. Magnesium sebagai
Min. 18%
MgO
2. Kalsium sebagai
Min. 30%
CaO
3. Al2O3 + Fe3O3 Maks. 3%
Pupuk dolomit
4. Air Maks. 5%
6. (CaMg(CO3)2)
5. Silikat sebagai SiO2 Maks. 3%
No. SNI 02-2804-1992
6. Bentuk tepung
a. Lolos saringan
100%
40 mesh
b. Lolos saringan
Maks. 50%
60 mesh
Pupuk Kalium Klorida 1. Kalium sebagai K2O Min. 60%
(Muriate of
7.
Potash/MOP/KCl) No. 2. Air Maks. 0,5%
SNI 02-2805-1992
1. Nitrogen Min. 11%
Pupuk Mono Amonium
8 2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 48
Fosfat (MAP/NH4H2PO4)
3. Air Maks. 1%
1. Nitrogen Min. 20%
2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 20%
3. Air Maks. 1%
Pupuk Urea Amonium 4. Ukuran butiran:
9. Fosfat a. Lolos ayakan
No. SNI 02-2811-1992 tyler 4 mesh dan
tidak lolos Min. 90%
ayakan tyler 16
mesh
1. Nitrogen Min. 18%
2. Fosfat sebagai P2O5 Min. 46%
Pupuk Diamonium Fosfat 3. Air Maks 1%
10. (DAP/(NH4)2HPO4) 4. Ukuran butiran
No. SNI 02-2855-1992 a. Lolos ayakan
tyler 6 mesh dan Min. 80%
tidak lolos
74 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

ayakan tyler 16
mesh
1. Unsur hara fosfat
sebagai P2O5
a. Total Min. 36%
b. Yang dapat
Pupuk Super Fosfat Min. 34%
diserap
11. (SP36)
c. Yang larut air Min 30%
No. SNI 02-3769-1995
2. Belerang sebagai S Min. 5%
3. Asam bebas sebagai
Maks. 6%
H3PO4
4. Air Maks. 5%
1. Unsur hara fosfor
sebagai P2O5
a. Total Min. 36%
b. Larut dalam
Min. 34%
Pupuk Super Fosfat (SP- asam sitrat 2%
12. 36) Plus Zn No. SNI 02- c. Larut air Min. 30%
4873-1998 2. Belerang sebagai S Min. 5%
3. Asam bebas sebagai
Maks. 6%
H3PO4
4. Zn sebagai ZnO 0,2-0,3%
5. Air Maks. 5%
1. Boron oksida (B2O3) Min. 45%
2. Natrium oksida
Pupuk Borat No. SNI 02- Min. 20%
13. (Na2O)
4959-1999
3. Sulfat (SO4) Maks. 0,02%
4. Kadmium (Cd) Maks. 35 ppm
1. Keadaan:
a. Bentuk Cair
Pupuk cair sisa proses b. Warna Coklat kehitaman
asam ammonium 2. pH 5,5-6,5
14.
(Sipramin) No. SNI 02- 3. Bobot jenis pada
4959-1999 1,10-1,20
25oC
4. Total nitrogen Min. 4%
5. Bahan organik Min. 8%
Kualitas
Uraian
A B C
1. Unsur hara fosfat
sebagai P2O5
Min.
a. Total Min. 28% Min. 24%
18%
b. Larut dalam Min.
Pupuk Fosfat Alam untuk Min. 10% Min. 8%
asam sitrat 2% 6%
15. Pertanian 02-3376-1995
c. Larut dalam
Min.
asam formiat Min. 14% Min. 14%
35%
2%
2. Ca dan Mg setara Min. 40% Min.
Min. 40%
C2O 35%
3. R2O3 (Al2O3 + Maks.
Maks. 3% Maks. 6%
Fe2O3) 15%
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 75

Maks.
4. Air Maks. 3% Maks. 3%
3%
5. Kehalusan
a. Lolos ayakan Min.
Min. 50% Min. 50%
tyler 80 mesh 50%
b. Lolos ayakan Min.
Min. 80% Min. 80%
tyler 25 mesh 80%

7.3 SNI Mutu/Kualitas Pupuk Kandang


atau Kompos
Pupuk kandang dapat berasal dari kotoran sapi, ayam atau bebek yang telah
matang atau mengalami pembusukan. Pupuk kandang atau kompos termasuk
dalam pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Pupuk kandang dapat menghasilkan hormon sitokinin dan giberelin.
Hormon tersebut berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman
(Syarifuddin et al., 2012).
Kompos diperoleh dari bahan organik yang membusuk, untuk mempercepat
perombakan dapat ditambah dengan kapur yang akan menyebabkan rasio
kandungan C/N rendah (Roidah, 2013). Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
kompos sesuai dengan SNI 19-7030-2004 yaitu kematangan kompos,
kandungan bahan asing, kandungan unsur mikro, kandungan organisme
patogen, kandungan pencemar organik, kandungan organik, kadar air, dan nilai
agronomi.

7.4 SNI Mutu/ Kualitas Pupuk Organik


Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik tumbuhan atau hewan yang dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan untuk menyediakan unsur hara tanaman. Pupuk organik
memiliki sifat untuk memperbaiki struktur tanah seperti permeabilitas tanah,
porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, dan kation-kation tanah
(Roidah, 2013).
76 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Terdapat ketentuan persyaratan teknis, komposisi unsur hara dalam pembuatan


pupuk organik, serta sumber beberapa unsur hara yang disajikan dalam Tabel
7.2, Tabel 7.3, dan Tabel 7.4
Tabel 7.2: Persyaratan Teknis Pupuk Organik (Suriadikarta et al., 2004)
Kandungan
No. Parameter
Padat Cair
1 C-organik (%) Min. 15 > 10
2 C/N rasio 12-15 -
Bahan ikutan (%) <2 -
3
(krikil, beling, plasting) Min. 20 -
4 Kadar air (%) Maks 35 -
Kadar logam berat
As (ppm) < 10 < 10
5 Hg (ppm) <1 <1
Pb (ppm) < 50 < 50
Cd (ppm) < 10 < 10
6 pH >4-<8 >4-<8
7 Kadar total (N + P2O5 + K2O) Dicantumkan Dicantumkan
Kadar unsur mikro (ppm) (Zn, Cu,
8 Dicantumkan Dicantumkan
Mn, Co, Fe)
Mikroba patogen (E. coli,
9. Dicantumkan Dicantumkan
Salmonella) (sel/ml)

Tabel 7.3: Hasil Analisis Kandungan Hara Dalam Bahan Organik Dari Sisa
Tanaman dan Beberapa Pupuk Kandang (Suriadikarta et al., 2004)
N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn B
Tanaman
% Mg/kg
Gandum 2,80 0,36 2,26 0,61 0,58 155 28 45 108 23
Jagung 2,97 0,30 2,39 0,41 0,16 132 12 21 117 17
Kacang
4,59 0,25 2,03 1,24 0,37 198 23 27 170 28
tanah
Kedelai 5,55 0,34 2,41 0,88 0,37 190 11 41 143 39
Kentang 3,25 0,20 7,50 0,43 0,20 165 19 65 160 28
Ubi jalar 3,76 0,38 4,01 0,78 0,68 126 26 40 86 53
Jerami
0,66 0,07 0,93 0,29 0,64 427 9 67 365 -
padi
Sekam 0,49 0,05 0,49 0,06 0,04 173 7 36 109 -
Batang
0,81 0,15 1,42 0,24 0,30 186 7 30 38 -
jagung
Batang
0,74 0,10 1,41 0,35 0,28 260 10 34 28 -
gandum
Serbuk
1,33 0,07 0,60 1,44 0,20 999 3 41 259 -
kayu
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 77

Tabel 7.4: Sumber Unsur Hara (Suriadikarta et al., 2004)


Sumber N P K Ca Mg S Fe
Sapi perah 0,53 0,35 0,41 0,28 0,11 0,05 0,004
Sapi daging 0,65 0,15 0,30 0,12 0,10 0,09 0,004
Kuda 0,70 0,10 0,58 0,79 0,14 0,07 0,010
Unggas 1,50 0,77 0,89 0,30 0,88 0,00 0,100
Domba 1,28 0,19 0,93 0,59 0,19 0,09 0,020

7.5 SNI Mutu/ Kualitas Pupuk Hayati


Pupuk hayati atau dapat disebut dengan biofertilizer merupakan pupuk yang
terbuat dari mikroba yang memiliki kemampuan untuk menyediakan unsur
hara seperti nitrogen, fosfat, Mg, Zn, dan Cu (Suwahyono, 2017). Pupuk
hayati dibedakan menjadi tunggal (terdiri atas satu jenis mikroba) dan
majemuk (konsorsium mikroba). Fungsi dari pupuk hayati dibedakan menjadi
4 yaitu pupuk penghambat nitrogen, peluruh fosfat, pelarut bahan organik,
serta pemacu pertumbuhan dan pengendali penyakit (Suwahyono, 2017).
Persyaratan mutu inokulum mikroba berkisar 106-109 setiap gram
(Suriadikarta et al., 2004).

7.5.1 Quality Control Pupuk Saat Produksi


Perkembangan pertanian di Indonesia diiringi dengan penggunaan pupuk yang
meningkat. Kualitas pupuk yang diproduksi perlu diperhatikan sebagai upaya
menjaga kualitas produk agar dapat bersaing dengan produk lain sehingga
banyak diminati oleh kalangan pengguna. Pengendalian kualitas sering
menggunakan metode Statistical Processing Control (SPC), yaitu proses
memonitoring standar dengan menetapkan pengukuran dan tindakan yang
tepat atas produk yang dihasilkan.
Kualiti Kontrol pada proses produksi pupuk meliputi:
1. Sumber daya manusia dikarenakan dapat terjadi human error.
2. Bahan baku produksi yang digunakan saat proses produksi harus
sesuai dengan standard operational procedure (sop) karena bahan
yang digunakan berkaitan dengan reaksi kimia pada saat produksi
pupuk tersebut,
78 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

3. Kinerja mesin yang rusak atau eror saat proses produksi pupuk dapat
berpengaruh pada kadar npk pupuk yang menyebabkan produk tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan (himawan dan al habtsi,
2019).

7.5.2 Faktor yang Dapat Menurunkan Mutu Pupuk saat


Penyimpanan
Pupuk tanaman memiliki masa kadaluwarsa karena pupuk yang telah lama
disimpan akan memengaruhi kualitas pupuk tersebut. Selama penyimpanan,
kualitas unsur hara pupuk baik dalam bentuk padat maupun pupuk cair akan
menguap. Apabila masa penyimpanan pupuk semakin lama, maka kandungan
unsur hara yang terkandung di dalamnya juga akan banyak yang menguap.
Interaksi antar senyawa yang terkandung dalam pupuk menjadi kurang larut
yang akan ditandai dengan adanya endapan atau kekeruhan. Kandungan unsur
nitrogen pada pupuk cair selama penyimpanan akan mengalami penurunan
dengan adanya uap air pada dinding botol (Nurlaila et al., 2017).
Faktor lainnya yang memengaruhi mutu pupuk saat penyimpanan adalah suhu
dan kelembaban. Pupuk hayati terdiri atas mikroba, mikroba yang disajikan
dalam bentuk suatu formulasi pupuk hayati sangat berpengaruh terhadap
temperatur ruang penyimpanan. Temperatur ruang yang tidak sesuai akan
dapat menurunkan kualitas pupuk hayati karena mikroba yang terkandung
dalam pupuk hayati mengalami penurunan fungsi untuk membuat bahan
organik yang berguna bagi tanaman.

7.6 Pengontrolan dan Pengawasan


Mutu Pupuk di Pasaran
Pupuk yang telah beredar di pasaran telah melewati serangkaian uji dan
rekayasa teknologi agar sesuai dengan persyaratan mutunya. Pupuk yang
beredar telah diketahui banyak jenisnya, oleh karena itu perlu adanya
pengawasan mutu dan efektivitas pupuk yang dilaksanakan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan instansi terkait untuk melakukan
pengawasan di lapangan. Pengontrolan dan pengawasan diawali dari tahap
Bab 7 Pengawasan Mutu Pupuk 79

perencanaan formula pupuk, pengadaan sampai pada tahap penyaluran atau


penjualan pupuk di tingkat pusat maupun daerah setempat.
Pengawasan pupuk anorganik yang terdapat dalam Kepmen
No.239/Kpts./OT.210/4/2003 tentang Pengawasan Formula Pupuk Anorganik
sebagai meliputi:
1. penerapan standar mutu pupuk;
2. pelaksanaan uji mutu dan efektivitas;
3. penerapan sertifikat formula;
4. penggunaan nomor pendaftaran.

Pengawasan pupuk dilakukan dengan cara mengambil contoh pupuk yang


diambil dari tempat penjualan pupuk yang berada di pasaran dengan cara
survei yang selanjutnya akan dilakukan uji kandungan hara yang terkandung
dalam pupuk (Suriadikarta, 2004).
Penggunaan pupuk secara efisien harus memperhatikan beberapa hal yang
meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan
frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk. Jenis-jenis pupuk ada 4
yaitu pupuk kimia, pupuk organik, pupuk kandang, dan pupuk hayati. Kualitas
dari pupuk-pupuk tersebut harus memperhatikan kandungan unsur hara di
dalamnya. Unsur hara yang terdapat pada pupuk dapat berupa unsur hara
mikro dan unsur hara makro.
Pada proses produksi, pupuk perlu adanya quality control untuk tetap
mempertahan kualitas produk dan menjamin bahwa proses produksi dapat
dipertanggung jawabkan. Quality control yang dapat dilakukan meliputi
sumber daya manusia, bahan baku yang digunakan, dan mesin produksi.
Penyimpanan produk perlu diperhatikan. Apabila pupuk disimpan terlalu lama,
maka akan menyebabkan kandungan unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk menjadi menguap dan menurunkan kualitas pupuk. Tahap pengontrolan
dan pengawasan produk pupuk di pasaran perlu dilakukan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan instansi terkait untuk mutu dari
produk pupuk di lapang.
80 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 8
Dasar Pertimbangan
Pemupukan

8.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan
masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila
ketersediaannya kurang. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar
pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk,
dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta
pengawasan mutu pupuk. Tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim dan tanaman (Anonim,
2011).
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara.
Ketersediaan unsur hara dapat ditingkatkan dengan jalan pemupukan.
Pertumbuhan tanaman dapat dioptimalkan jika faktor pertumbuhan tersedia
dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemeliharaan pertanaman tidak
dapat dilepaskan dari pemberian pupuk. Peranan pupuk sangat penting dalam
usaha peningkatan produksi pertanian, lebih lagi dengan digunakannya
82 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

varietas unggul yang mempunyai respons tinggi terhadap pemupukan


(Rajiman, 2020).
Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam, untuk
memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik maupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung
bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme.
Dalam pemupukan, perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar
tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun (Anonim, 2021).
Dasar pertimbangan dilakukan pemupukan adalah:
1. Ketersediaan hara tanah.
2. Kehilangan hara tanah.
3. Gejala kekurangan unsur hara.
4. Untuk meningkatkan hasil tanaman.
5. Pelestarian produktivitas tanah.

8.2 Ketersediaan Hara Tanah


Ketersediaan hara tanah, dapat terjadi karena kandungan hara dalam tanah
yang berasal dari bahan induk pada umumnya memang rendah. Teknologi uji
tanah merupakan alat bantu dalam menentukan ketersediaan hara dalam tanah
secara akurat untuk penetapan pemupukan berimbang sesuai kebutuhan
tanaman. Pemberian pupuk anorganik secara terus - menerus dengan takaran
yang melebihi kebutuhan tanaman dapat mengganggu keseimbangan hara
dalam tanah. Masalah ini dapat diatasi dengan pengelolaan hara spesifik lokasi
yang didukung dengan teknologi uji tanah. Penerapan teknologi uji tanah
dalam pemupukan berimbang perlu didukung peta status hara (Al-Jabri, 2012).
Tingkat produksi tanaman salah satunya ditentukan oleh ketersediaan hara.
Hara bagi tanaman merupakan penentu kuantitas dan kualitas hasil produk
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 83

yang dihasilkan. Tanaman mengambil unsur hara dalam bentuk kation dan
anion dari larutan air tanah atau langsung dari kompleks koloid liat.
Ketersediaan unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang siap tersedia di
dalam larutan tanah bagi tanaman. Tanaman menyerap unsur hara esensial
melalui akar atau daun. Tanah mengandung unsur hara dalam jumlah yang
besar, tetapi hanya sedikit unsur hara yang tersedia untuk tanaman. Misalnya,
besi (Fe) total tanah > 5000 ppm, Fe tanah yang tersedia < 5 ppm (Hodges
2011). Tidak semua hara di dalam tanah berbentuk kation atau anion, tetapi
terikat oleh senyawa organik dan mineral tanah.
Tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya derajat kemasaman tanah (pH tanah), pada derajat
kemasaman netral pH 6.5- 75 unsur hara tersedia dalam jumlah optimal. Pada
pH tinggi (>8) unsur N, Fe, Mn, B, Cu dan Zn tersedia dalam jumlah yang
sedikit, sedang unsur P tidak tersedia karena terikat oleh ion Ca. Unsur P pada
pH tanah masam akan terikat oleh Al dan Fe.
Pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah tidak efektif apabila pH tanah di luar
batas optimal, karena pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah. Selain pH
tanah tersedianya unsur hara di dalam tanah dipengaruhi kelembaban tanah,
tersedianya unsur hara akan lebih besar pada tanah yang lembab jika
dibandingkan dengan tanah yang kering. Oleh karena itu pemberian pupuk
sebaiknya pada kondisi tanah lembab (Kementrian Pertanian, 2019).
Sifat - sifat tanah yang berkenaan langsung dengan tanah sebagai media
penyedia unsur hara bagi tanaman atau cadangan unsur hara (nutrient
reservoirs) adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat fisik tanah terdiri
atas struktur tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, dan lengas tanah. Sifat
kimia terdiri atas Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), pH, kejenuhan basa, dan
kejenuhan aluminium. Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, siklus
N, P, dan S, dan jasad renik tanah (aktivitas dan jumlah populasi). Dua hal lagi
yang menentukan tanah sebagai penyedia unsur hara adalah koloid tanah dan
larutan tanah. Sifat kimia tanah sangat berperan besar untuk menentukan
keberadaan dan ketersediaan hara dalam pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan produksi lahan pertanian (Pardede, 2018).
84 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

8.3 Kehilangan Hara


Hara yang hilang di lahan dapat terjadi akibat pencucian, terangkut bersama
hasil panen, erosi dan run off serta penguapan. Pencucian hara lebih banyak
dipengaruhi oleh kemampuan tanah dalam memegang hara, tekstur tanah,
kelembaban tanah serta tinggi dan rendahnya curah hujan. Produktivitas
tanaman menentukan jumlah hara yang terangkut akibat terbawa hasil panen.
Kehilangan hara tanah pada setiap panen (nutrient removal from harvest)
bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, hasil panen, sifat
genetik tanaman, dan sebagainya.
Tanah memiliki seluruh unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
dapat tumbuh. Namun jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah jumlahnya
terbatas. Pada lahan-lahan budidaya pertanian dan perkebunan khususnya, laju
penyerapan unsur hara dari tanah lebih tinggi daripada laju penyediaan unsur
hara tersebut secara alami. Sehingga pada realitanya, alam tidak mampu
memenuhi seluruh kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut dengan
sendirinya.
Oleh karena itu, kita memerlukan input berupa pupuk. Dengan pemberian
pupuk yang cukup, kita tetap dapat memenuhi kebutuhan tanaman sesuai
dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan. Meskipun, katakanlah, tanah yang
kita tanami kurang subur, dengan mengaplikasikan pupuk, kebutuhan hara
tanaman tetap akan terpenuhi sehingga dapat tumbuh dan berproduksi
optimum.
Dengan semakin intensifnya lahan-lahan pertanian dan perkebunan untuk
budidaya tanaman, maka kebutuhan akan pupuk sebagai sumber nutrisi
tanaman menjadi semakin penting. Karena semakin cepat dan banyaknya hara
yang diserap tanaman dan “hilang” dari tanah, maka butuh masukan hara yang
cepat pula untuk dapat mengimbangi kebutuhan tanaman. Di sini lah mengapa
peran pemupukan sangat penting, yaitu untuk memberikan unsur hara yang
lebih cepat dan pada saat yang tepat bagi tanaman, sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berproduksi sesuai yang diharapkan.
Tanah bertekstur pasir, pencucian hara akan lebih intensif atau lebih cepat
dibandingkan tanah bertekstur lempungan. Ketersediaan unsur hara dalam
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya: kecepatan pelapukan
mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman, laju pencucian oleh air
hujan, kandungan bahan organik, dan penguapan. Jika pencucian tinggi dan
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 85

pelapukan lambat, maka kehilangan hara lebih besar dibanding pengambilan


hara oleh tanaman. Kehilangan hara pada kondisi ini sering disebut
pemiskinan hara tanah. Jumlah hara yang terangkut hasil panen menentukan
tingkat produktivitas tanaman. Pada prinsipnya hara yang ada di tanaman
merupakan akumulasi penyerapan hara dari tanah. Kandungan hara tersebut
merupakan besarnya kehilangan hara dari lahan akibat panen.
Erosi merupakan proses perpindahan tanah dari tempat satu ke tempat lain
akibat terjadinya aliran permukaan (run of). Erosi pada umumnya akan
mengangkut tanah pada bagian top soil atau bagian yang subur. Pengangkutan
tanah akan menyebabkan kehilangan hara pada tanah yang terangkut.
Kehilangan hara akibat erosi

8.4 Gejala Kekurangan Unsur Hara


Hubungan antara pertumbuhan yang dicerminkan produksi berat kering
tanaman dengan ketersediaan dan konsentrasi hara mineral di dalam jaringan
tanaman pada prinsipnya hubungan tersebut dibedakan menjadi 4 zone di
antaranya zone defisiensi, peralihan, kecukupan dan lewat cukup. Artinya
adalah status nutrisi tanaman yang memengaruhi pertumbuhan dan hasil
adalah berbeda antara zone defisiensi, peralihan, kecukupan dan lewat cukup,
status nutrisi tersebut tidak selalu dapat berlaku umum, karena sangat
tergantung dari jenis hara mineral dan tanamannya (Sukadarmika, 2015).
Setiap unsur hara mempunyai fungsi berbeda dalam memengaruhi proses –
proses perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Jika kekurangan salah satu
unsur, maka fungsi tersebut akan terganggu. Diagnosis defisiensi dan toksisitas
hara mineral bertujuan untuk menjelaskan bahasa tubuh dan status hara
mineral dalam tubuh tanaman. Tanaman sesungguhnya juga
mengkomunikasikan mengenai penderitaan yang dialami dari kekurangan atau
kelebihan hara mineral sebagai makanannya.
Namun bedanya tanaman diam, hanya divisualisasikan dengan bahasa visual
melalui gejala yang berkembang pada daun, batang, akar atau organ yang lain.
Dalam manajemen produksi pertanian modern, ke depan rekomendasi
pemberian nutrisi harus didahului dengan diagnosis hara mineral pada
tanaman, misalnya melalui diagnosis berdasarkan gejala visual (visible
symptoms) dan analisis tanaman (plant analysis). Untuk mencegah dampak
86 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

negatif yang timbul, pemberian pupuk tertentu baru dilakukan bila status hara
mineral tersebut pada kisaran defisiensi.
Pola tanam secara terus menerus dan meningkatnya intensitas tanam dapat
menyebabkan problem gangguan hara, di antaranya menyebabkan defisiensi
hara tertentu dan dilain pihak menimbulkan toksisitas. Gejala defisiensi atau
kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi mungkin juga terjadi pada
bagian lain dari tanaman pada pucuk batang, bagian buah dan akar tanaman.
Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu.
Dengan menggunakan gejala penampakan visual untuk mendiagnosis tanaman
yang sakit karena kekurangan atau kelebihan hara tertentu. Gejala visual
defisiensi hara dapat dilihat pada daun tua dan daun dewasa (“old and mature
leaf blades”) atau pada daun muda dan pucuk (“young leaf blades and apex”)
tergantung apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil atau immobil dalam
phloem.
Gejala gangguan hara beragam dan tergantung pada jenis tanaman, keadaan
lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain
seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma
(Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990). Apabila
tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan,
maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal.
Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap hara
melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme.
Diagnosis defisiensi dan toksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan dengan
2 cara pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis
tanaman (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990).
Tumbuhan menanggapi kurangnya masukan unsur esensial dengan
menunjukkan gejala kekahatan yang khas. Gejala yang terlihat meliputi
terhambatnya pada pertumbuhan akar tanaman, batang atau daun, serta
klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. Gejala khas sering
membantu untuk mengetahui fungsi suatu unsur hara pada tumbuhan dan
pengetahuan akan gejala tersebut membantu para petani untuk memastikan
bagaimana serta kapan harus memupuk tanamannya.
Lebih lanjut dijelaskan gejala kekahatan suatu unsur hara bergantung pada dua
faktor yaitu fungsi unsur tersebut dan mudah tidaknya unsur tersebut
berpindah dari daun tua ke daun yang lebih muda atau ke organ-organ lainnya
(Epstein, 1972). Contoh yang baik untuk menjelaskan kedua faktor tersebut
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 87

adalah klorosis yang disebabkan oleh Mg. Karena Mg adalah bagian esensial
molekul klorofil, maka klorofil tidak terbentuk jika kekurangan atau tanpa Mg
Klorosis pada daun tua yang terletak lebih rendah terlihat lebih parah dari pada
daun muda. Perbedaan tersebut menggambarkan bahwa bagian yang lebih
muda dari tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengambil hara yang
mudah bergerak (mobil) dari bagian yang lebih tua (Salibury dan Ross, 1992).
Secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan hasil dalam
skala yang ringan tidak dapat dilihat karakteristik gejala visualnya secara
spesifik. Gejala menjadi tampak dapat dilihat dengan tegas apabila
defisiensinya atau toksisitasnya berat sehingga laju pertumbuhan dan hasil
sangat tertekan.
Sebagai contoh, gejala defisiensi Mg pada serealia dapat teramati dengan jelas
pada kondisi lapang selama perkembangan batang, tetapi hal itu tidak
berpengaruh merusak bila kahat terjadi pada akhir pengisian biji (Pisarak, 1979
dalam Marschner, 1986). Gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah
dilihat pada bagian daun, tetapi mungkin juga terjadi pada bagian lain dari
tanaman seperti pucuk batang tanaman, buah dan akar. Gejala defisiensi atau
toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu.
Oleh karena itu adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual
untuk mendiagnosis tanaman sakit karena kekurangan unsur hara atau
kelebihan unsur hara (Grundon, 1987). Agar diagnosis memberikan hasil yang
memuaskan, Marschner (1986).
Ketelitian hasil diagnosis sangat ditentukan oleh akuratnya informasi
tambahan meliputi pH tanah, hasil analisis tanah, status air tanah, kondisi
cuaca, riwayat pemberian pupuk, fungisida atau pestisida dan lain-lain
(Marschner, 1986).

8.5 Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman


Pemupukan berimbang dapat diartikan sebagai pemupukan yang lengkap yang
dipopulerkan tahun 1987 merupakan upaya untuk menentukan kebutuhan
pupuk dengan tepat. Dengan berjalannya waktu, konsep tersebut banyak
disalah artikan menjadi pemupukan yang lengkap jenisnya dengan jumlah
tertentu sehingga dalam praktiknya sering berlebihan unsur tertentu dan ada
88 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

unsur lain yang tidak dipenuhi. Upaya untuk menentukan pemupukan yang
tepat agar produktivitas tanaman tetap optimal dan pemborosan pupuk dapat
dihindari, diperkenalkan konsep pemupukan rasional.
Pemupukan rasional adalah memberikan jenis hara yang kurang melalui
pemupukan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai
dengan kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan
rasional diartikan memberikan jenis hara melalui pemupukan dalam dosis
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai dengan kemampuan tanah
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Hal ini dapat diartikan bahwa
pemberian pupuk tidak harus selalu lengkap, tetapi sesuai dengan kemampuan
tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman.
Oleh karena itu, informasi tentang status hara tanah dan kebutuhan tanaman
akan hara mutlak diperlukan. Pada umumnya kemampuan tanah menyediakan
hara, dapat mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi positif
dengan hasil tanaman yang diusahakan. Di lain pihak tingkat kesuburan tanah
berkorelasi negatif dengan kebutuhan pupuk atau dapat diartikan makin tinggi
tingkat kesuburan tanah, maka makin rendah penggunaan pupuk buatan.
Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan penyerapan unsur-unsur hara,
konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Organ yang
berfungsi menyerap unsur hara dari media tanaman adalah akar yaitu bulu-
bulu akar yang terletak beberapa milimeter di belakang ujung akar (root tip).
Diagnosis gejala visual belum cukup untuk dapat merekomendasikan
pemupukan sehingga diperlukan analisis tanaman (Baligar dan Duncan, 1990
dalam Wiraatmaja, 2016).
Dengan melakukan pemupukan yang berimbang menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi pada budidaya pertanian, informasi hasil penelitian terbaru
tentang pengelolaan hara pada tanaman sangat penting diketahui oleh petani
guna meningkatkan produktivitas (Magen 2008). Salah satu strategi efisiensi
dalam budidaya sayuran adalah menekan biaya produksi pada setiap usaha
taninya dengan menggunakan pupuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
optimal (Adams 1987).
Dalam program manajemen kesuburan tanah yang baik, lima faktor yang
memengaruhi keberhasilan pemupukan agar tanaman dapat tumbuh dengan
optimal. Dalam istilah pemupukan hal tersebut dinamakan lima tepat
pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 89

cara. Nutrisi utama yang dibutuhkan oleh tanaman adalah nitrogen (N), fosfor
(P), dan kalium (K). Pasokan tidak memadai dari setiap nutrisi selama
pertumbuhan tanaman akan memiliki dampak negatif pada kemampuan
reproduksi, pertumbuhan, dan hasil tanaman (Vine 1953).
Nitrogen, P, dan K merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi
tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel
tanaman (Nurtika & Sumarni 1992). Nitrogen sebagai pembangun asam
nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil (Sumiati 1989). Fosfor sebagai
pembangun asam nukleat, fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik,
dan merupakan bagian dari ATP yang penting dalam transfer energi (Sumiati
1983).
Kalium mengatur keseimbangan ion-ion dalam sel, yang berfungsi dalam
pengaturan berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis, metabolisme
karbohidrat dan translokasinya, sintetik protein berperan dalam proses respirasi
dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
(Hilman & Noordiyati 1988 dalam Firmansyah dkk, 2017).

8.6 Pelestarian Produktivitas Tanah


Konsep pemupukan berimbang, pemberian sejumlah pupuk untuk mencapai
ketersediaan hara-hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah,
adalah untuk:
1. meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian;
2. meningkatkan efisiensi pemupukan;
3. meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah;
4. menghindari pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman (balit
tanah, 2021).

Pemupukan sesuai status hara tanah, maka kebutuhan tanaman dan target hasil
bisa tercapai. Adapun penentuan dosis pupuk yang sesuai status hara tanah dan
kebutuhan tanaman ditetapkan dengan uji tanah. Produktivitas tanah dapat
dipertahankan atau ditingkatkan melalui pengelolaan lahan, tanah dan tanaman
secara tepat. Produktivitas lahan ditentukan oleh kondisi atau faktor yang
memiliki keterbatasan paling tinggi.
90 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Produktivitas lahan secara optimal dapat tercapai apabila semua faktor penentu
dalam kondisi seimbang. Peningkatan produktivitas lahan dapat ditempuh
dengan membangun kesuburan tanah serta kesehatan tanah. Kesuburan tanah
dan kesehatan tanah akan tercermin dari berbagai perubahan sifat-sifat tanah
baik fisika tanah, kimia tanah dan biologi tanah.
Penggunaan pupuk kimia dalam budidaya pertanian disarankan untuk
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan ditimbulkan.
Penggunaan pupuk kimia akan berhubungan dengan hasil panen dan dampak
perubahan kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan dapat terjadi di dalam
usaha tani maupun di luar usaha tani. Penggunaan pupuk harus memperhatikan
aspek teknik, ekonomi, sosial dan budaya. Secara teknis mudah dan dapat
diaplikasikan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dan budaya tidak
bertentangan dengan lingkungan masyarakat.
Masyarakat pertanian Indonesia kurang menyadari pentingnya pelestarian
sumber daya lahan pertanian yang menjadi penyangga kehidupan bangsa
Indonesia. Terhadap sumber daya lahan sawah yang berperan memproduksi
90% bahan pangan pokok nasional. Sumber daya lahan pertanian merupakan
komponen utama dalam industri bahan pangan yang tidak dapat digantikan
oleh peralatan atau mesin modern. Lahan pertanian tetap diperlukan sepanjang
masa, karena lahan bersama-sama dengan air, sinar matahari, gas karbon, dan
tanaman adalah merupakan kompleks mesin industri pangan.
Keberadaan dan mutu lahan (tanah) pertanian dapat menjadi rusak oleh
keteledoran manusia, karena sifat tidak acuh atau kurang memahami. Adalah
menjadi tugas para ilmuwan pertanian untuk memandu dan membimbing
masyarakat guna melestarikan mutu sumber daya lahan pertanian yang luasnya
terbatas dan sangat riskan terhadap kerusakan oleh pengaruh iklim tropis.
Secara umum, hal tersebut mengingatkan kepada bangsa Indonesia untuk lebih
memperhatikan pelestarian sumber daya lahan pertaniannya, agar fungsi lahan
sebagai sumber produksi dapat berkelanjutan (Sumarno, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, terutama di Pulau Jawa
mengakibatkan tekanan terhadap produktivitas tanah meningkat. Sebagai
sumber daya alam yang utama untuk produksi pangan, tanah sawah penting
dijaga produktivitasnya, ketersediaan unsur hara memegang peranan dalam
tingkat produktivitas tanah sawah, khususnya unsur hara makro primer, yaitu
N, P, dan K. Ketersediaan unsur hara ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor bawaan dan faktor dinamik.
Bab 8 Dasar Pertimbangan Pemupukan 91

Faktor bawaan adalah bahan induk tanah, yang berpengaruh terhadap ordo
tanah. Faktor dinamik merupakan faktor yang berubah-ubah, antara lain
pengolahan tanah, pengairan, pemupukan, dan pengembalian serasah tanaman
(Sakti, 2009). Tanah merupakan bagian dari lapisan atmosfer kerak bumi yang
terletak di posisi paling atas dan menjadi bagian dari kehidupan organisme
ataupun mikroorganisme serta tersusun atas berbagai mineral dan material
organik dan anorganik lainnya. Peranan tanah sangatlah vital sebagai
penunjang kehidupan bumi karena mendukung ketersediaan hara bagi
tumbuhan untuk berkembang, dan tumbuhan merupakan dasar dari rantai
makanan. tanah juga berperan sebagai gudangnya unsur hara seperti Nitrogen,
Fosfor, Kalium, Magnesium, Calcium, Besi, Mangan dan lainnya.
Kelak semua unsur hara tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai bahan
untuk melakukan fotosintesis dan akan menghasilkan zat tepung dan oksigen
yang akhirnya digunakan oleh manusia dan hewan sebagai penunjang
kehidupan.Tanah memiliki struktur yang sangat khas dengan membentuk
rongga yang umumnya mengandung udara sehingga memungkinkan bagi
akan tanaman untuk bernafas (Anonim, 2015).
92 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 9
Nasib Pupuk di Dalam Tanah

9.1 Pendahuluan
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pupuk merupakan salah
satu faktor yang penting. Hal ini berhubungan dengan fungsi utama pupuk
sebagai penyedia unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk yang
dibutuhkan oleh tanaman beragam dan dapat dibedakan berdasarkan asalnya,
senyawa penyusunnya, bentuk fisik, kandungan dan cara penggunaannya:
1. Berdasarkan asalnya pupuk dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk
alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang bahannya
berasal dari alam. Pupuk alam ini bisa langsung digunakan atau
memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Contoh pupuk alam adalah
pupuk kandang, seresah, humus, dan kompos. Pupuk buatan adalah
pupuk yang diproduksi oleh pabrik. Pupuk ini diolah dari sumber
daya alam melalui reaksi kimia dan fisika. Contoh pupuk buatan
adalah pupuk urea dan TSP (Triple Super Phosphat).
2. Berdasarkan senyawa penyusunnya, pupuk dibedakan menjadi dua
macam yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang bahan-bahannya berasal dari bahan organik atau alam.
Contoh pupuk organik pupuk hijau, humus, pupuk kandang, dan
94 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

kompos. Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari


bahan anorganik, biasanya disebut sebagai pupuk kimia. Contoh
pupuk anorganik adalah urea (mengandung nitrogen), SP-36
(mengandung phosphor), dan NPK (Nitrogen Phosphor Kalium).
3. Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk terdiri atas dua macam yaitu
pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat adalah pupuk yang
bentuknya berupa padatan, misalnya berupa kristal, butiran, remahan.
Cara penggunaan biasanya langsung ditabur di media tanam. Contoh
pupuk padat adalah pupuk urea, NPK mutiara, kandang dan humus.
Pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cair atau konsentrat.
Penggunaan pupuk ini dengan penyemprotan. Contoh pupuk cair
adalah pupuk amonia cair dan pupuk organik cair.
4. Berdasarkan bentuk fisik, pupuk terdiri atas pupuk tunggal, pupuk
majemuk dan pupuk lengkap. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
terdiri atas satu unsur saja. Contoh pupuk tunggal adalah pupuk urea.
Pupuk ini mengandung nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung unsur hara tertentu. Contoh pupuk majemuk adalah
pupuk NP (Nitrogen Phosphor) dan pupuk NK (Nitrogen Kalium).
Pupuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara makro
dan mikro, serta ada yang mengandung bahan pestisida. Contoh
pupuk lengkap adalah pupuk NPK.
5. Berdasarkan cara aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua macam,
yaitu pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar diberikan dengan
tujuan agar pupuk ini dapat diserap oleh akar tanaman. Pupuk daun
diberikan bertujuan agar pupuk ini dapat diserap oleh daun (Anonim,
2018).

Dalam buku ini akan dibahas nasib pupuk alam dan pupuk buatan di dalam
tanah.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 95

9.2 Pupuk Alam


Salah satu karakteristik kondisi tanah pertanian di Indonesia adalah laju
dekomposisi bahan organik dan laju pencucian hara yang tinggi. Umumnya
kandungan bahan organik adalah rendah yaitu kurang dari 2%, pH tanah
rendah atau asam. Lahan pertanian di Indonesia, sekitar 73%, kandungan C
organiknya kurang dari 2% (Hardjowigeno, 2010; Las dan Setyorini, 2010).
Pupuk alam terdiri atas kompos, seresah, humus dan pupuk kandang.
Kompos terdiri atas bahan organik yang berupa dedaunan, jerami, alang-alang,
rerumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Penggunaan kompos
sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan
kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah
kesuburan tanah pertanian.
Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain:
1. mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung
bahan asal;
2. menyediakan unsur hara secara lambat (slow release) dan dalam
jumlah terbatas;
3. mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan
tanah.

Berikut ini diuraikan fungsi kompos dalam memperbaiki kualitas kesuburan


fisik, kimia, dan biologi tanah. Kompos memperbaiki struktur tanah yang
semula padat menjadi gembur sehingga mempermudah pengolahan tanah.
Tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah lempung menjadi lebih
gembur. Penyebab kompak dan gemburnya tanah ini adalah senyawa-senyawa
polisakarida yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta miselium
atau hifa yang berfungsi sebagai perekat partikel tanah.
Dengan struktur tanah yang baik ini berarti difusi O atau aerasi akan lebih
2

banyak sehingga proses fisiologis di akar akan lancar. Perbaikan agregat tanah
menjadi lebih remah akan mempermudah penyerapan air ke dalam tanah
sehingga proses erosi dapat dicegah. Kadar bahan organik yang tinggi di dalam
tanah memberikan warna tanah yang lebih gelap (warna humus coklat
96 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

kehitaman), sehingga penyerapan energi sinar matahari lebih banyak dan


fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan.
Kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap
meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn,
Mo, dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian kompos dapat memperbaiki
pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada tanah-tanah masam.
Pada tanah-tanah yang kandungan P-tersedia rendah, bentuk fosfat organik
mempunyai peranan penting dalam penyediaan hara tanaman karena hampir
sebagian besar P yang diperlukan tanaman terdapat pada senyawa P-organik.
Sebagian besar P-organik dalam organ tanaman terdapat sebagai fitin,
fosfolipid, dan asam nukleat. Kedua yang terakhir hanya terdapat sedikit dalam
bahan organik tanah karena senyawa tersebut mudah digunakan oleh jasad
renik tanah. Turunan senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam tanah
(karena kemampuannya membentuk senyawa dengan kation polivalen),
terdapat dalam jumlah relatif tinggi, tetapi yang dekomposisinya lambat ialah
inositol.
Pada tanah alkalin, terbentuk inositol fosfat dengan Ca atau Mg, sedangkan
pada tanah masam dengan Al atau Fe. P-anorganik dalam bentuk Al-Fe; Ca-P
yang tidak tersedia bagi tanaman, akan dirombak oleh organisme pelarut P
menjadi P-anorganik yang larut atau tersedia bagi tanaman. Kompos banyak
mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomisetes, bakteri, dan alga).
Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah tidak hanya jutaan
mikroorganisme yang ditambahkan, akan tetapi mikroorganisme yang ada
dalam tanah juga terpacu untuk berkembang.
Proses dekomposisi lanjut oleh mikro-organisme akan tetap terus berlangsung
tetapi tidak mengganggu tanaman. Gas CO2 yang dihasilkan mikroorganisme
tanah akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman, sehingga pertumbuhan
tanaman akan lebih cepat. Amonifiksi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen juga
meningkat karena pemberian bahan organik sebagai sumber karbon yang
terkandung di dalam kompos.
Aktivitas berbagai mikroorganisme di dalam kompos menghasilkan hormon-
hormon pertumbuhan, misalnya auksin, giberelin, dan sitokinin yang memacu
pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian
makanan lebih luas. Pemberian kompos pada lahan sawah akan membantu
mengendalikan atau mengurangi populasi nematoda, karena bahan organik
memacu perkembangan musuh alami nematoda, yaitu cendawan dan bakteri
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 97

serta memberi kondisi yang kurang menguntungkan bagi perkembangan


nematoda (Setyorini et al., 2006).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik dalam
bentuk segar atau sudah dikomposkan berupa padat atau cair. Pupuk kandang
bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga
sebagai pupuk diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama
penggunaan pupuk kandang selain sebagai sumber hara tanaman adalah dapat
memperbaiki kesuburan tanah baik sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.
Selain mengandung hara bermanfaat, pukan juga mengandung bakteri
saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme dan pembawa biji-
biji gulma. Sumber pupuk kandang bisa berupa kotoran sapi perah, sapi
pedaging, kuda, unggas, domba, kerbau, kambing, ayam, babi dan kuda.
Jenis tanaman/tumbuhan yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari
jenis legum, karena tanaman ini mempunyai kandungan hara (utamanya
nitrogen) yang relatif tinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Namun
demikian, sesungguhnya dari jenis nonlegum pun misalnya sisa tanaman
jagung, ubi-ubian, jerami padi, dan lain-lain, dapat juga dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk hijau, karena meskipun kandungan nitrogennya relatif rendah,
namun beberapa unsur lainnya seperti kalium relatif tinggi.
Alasan lain dipilihnya jenis legum sebagai pupuk hijau adalah karena tanaman
atau sisa tanaman dari jenis legum relatif lebih mudah terdekomposisi,
sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Tanaman atau sisa tanaman
dari jenis nonlegum sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu bila akan
digunakan sebagai pupuk organik, atau sering pula dimanfaatkan sebagai
bahan mulsa (dimulsakan). Tanaman penambat N seperti Sesbania rostrata,
Aeshynomene, dan Azolla pinata dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau
(Rachman et al., 2006).

9.3 Pupuk Anorganik


Di bidang pertanian, pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan dan terus
menerus dapat mencemari lingkungan. Di sisi lain, harga pupuk anorganik
semakin mahal serta kebutuhan peningkatan produksi pertanian juga
mengalami peningkatan. Penggunaan pupuk anorganik dapat menimbulkan
98 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

ketergantungan dan memberikan dampak yang kurang baik bagi tanah, yaitu
tanah menjadi keras, air tercemar dan keseimbangan alam akan terganggu
(Lestari dan Muryanto, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk keberhasilan pemupukan adalah
penempatan pupuk yang tepat pada bagian perakaran. Beberapa metode
pemberian pupuk pada tanaman adalah dengan cara ditabur dan dengan cara
pocket. Penaburan pupuk dilakukan dengan cara menebar pupuk pada piringan
dengan radius 1,5 meter dari titik tanam. Pemberian pupuk dengan cara pocket
yaitu dengan membuat lubang pada piringan yang selanjutnya digunakan
sebagai tempat untuk meletakkan pupuk. Selain itu juga ada penambahan
bahan organik, misalnya tandan buah kosong yang berfungsi untuk membantu
penyerapan pupuk (Kheong et al., 2010).
Perlu diketahui bahwa jumlah hara yang banyak bukan jaminan dapat diserap
oleh akar. Organ yang berfungsi untuk penyerapan unsur hara adalah akar.
Akar merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
produktivitas tanaman. Jika sistem perakaran semakin ekstensif maka semakin
tinggi efisiensi penyerapan hara mineral dan air oleh tanaman. Penyerapan
hara dilakukan oleh bulu-bulu akar, untuk bagian-bagian lain misalnya tudung
akar dan cabang akar menyerap hara dalam jumlah kecil. Penyerapan unsur
hara paling efektif dilakukan oleh akar tersier dan kuarter yang disebut feeding
roots dengan diameter kurang lebih 0,2 – 1,2 mm yang umumnya terdapat di
lapisan atas (top soil).
Faktor-faktor yang memengaruhi lintasan penyerapan adalah faktor genetis
dan lingkungan misalnya keras lunaknya tanah, jumlah air jauh dekatnya air
tanah dan sebagainya. Penyerapan hara mineral oleh bulu akar dipengaruhi
oleh suhu tanah, kelembaban tanah dan aerasi tanah Pergerakan atau distribusi
akar di dalam tanah berhubungan dengan ketersediaan air dan unsur hara
(Tinker, 1976; Riata, 2010).
Sistem Perakaran dibedakan menjadi dua yaitu akar tunggang dan akar
serabut. Akar tunggang merupakan akar lembaga (radicula) yang tumbuh terus
menjadi akar utama dan bercabang-cabang lebih kecil. Akar serabut
(adventitious roots) merupakan akar lembaga yang dalam perkembangan
selanjutnya tidak berkembang, tetapi pada pangkal batang keluar akar yang
banyak dengan ukuran relatif sama.
Kedua sistem perakaran ini akan mengalami percabangan untuk memperluas
penyerapan unsur hara dan memperkuat berdirinya batang. Pada tanaman
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 99

dikotil, akar tunggang akan terbentuk bila tanaman diperbanyak secara


generatif, tetapi tidak bila diperbanyak secara vegetatif (stek dan cangkok).
Secara morfologi akar terdiri atas empat bagian yaitu tudung akar, daerah
pembelahan, daerah pemanjangan dan daerah pematangan. Tudung akar (root
cap) merupakan bagian paling ujung dari akar yang berfungsi untuk
melindungi akar (Gambar 9.1).

Gambar 9.1: Struktur Akar


Daerah pembelahan (meristematic zone) merupakan bagian akar yang
berfungsi untuk pembelahan sel. Daerah ini ditandai dengan sel-sel yang kecil-
kecil dan dinding sel yang tipis. Sel-sel di bagian ini membelah secara
berulang sehingga jumlah selnya meningkat. Daerah pemanjangan (elongation
region) berada di sebelah atas dari zona meristematik.
Pada bagian ini sel-sel mengalami pertumbuhan dan pemanjangan maupun
perbesaran sehingga bertanggung jawab untuk pertumbuhan akar. Daerah
pematangan (maturation region) berada pada bagian atas pemanjangan. Pada
bagian ini sel-sel berdiferensiasi menjadi sel-sel dewasa (Silalahi, 2015).
Beberapa hipotesis tentang mekanisme penyerapan P yaitu:
1. Kolonisasi mikoriza mengubah morfologi akar sedemikian rupa,
misalnya dengan menginduksi hipertrofi akar, sehingga
mengakibatkan pembesaran sistem akar, dengan demikian luas
permukaan akar untuk mengabsorpsi P menjadi lebih besar.
100 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

2. Mikoriza memiliki akses terhadap sumber P-anorganik yang relatif


tidak dapat larut (seperti apatit misalnya), yang tidak dimiliki oleh
akar yang tidak mempunyai mikoriza.
3. Kolonisasi mikoriza mengubah metabolisme tanaman inang sehingga
absorpsi atau pemanfaatan P oleh akar terkolonisasi ditingkatkan,
yaitu peningkatan daya absorpsi (absorbing power) individu-individu.
akar.
4. Hifa dalam tanah mengabsorpsi P dan mengangkutnya ke akar-akar
yang dikolonisasi, di mana P ditransfer ke inang bermikoriza,
sehingga berakibat meningkatnya volume tanah yang dapat dijangkau
oleh sistem akar tanaman.
5. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam mengabsorpsi hara untuk
jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan akar yang tidak
bermikoriza.

Dari kelima hipotesis tersebut, hipotesis keempat dianggap yang paling


penting dalam meningkatkan serapan P, berdasarkan bukti-bukti eksperimental
yang ada. Cendawan MA memiliki struktur hifa yang menjalar keluar ke
dalam tanah. Hifa meluas di dalam tanah, melampaui jauh jarak yang dapat
dicapai oleh rambut akar (Tinker, 1975). Ketika fosfat di sekitar rambut akar
sudah terkuras, maka hifa akan membantu menyerap fosfat di tempat yang
tidak dapat lagi dijangkau oleh rambut akar.
Kalsium merupakan hara esensial makro, unsur ini di dalam tanah berasal dari
mineral di mana tanah tersebut terbentuk. Contohnya adalah anortit, batu
kapur, piroksin, amfibol, kalsit, dan sebagainya. Kandungan Ca di dalam tanah
beragam, pada tanah asam di daerah tropik basah mengandung 0,1-0,3%, pada
tanah kapur pada iklim kering kandungan kalsium adalah 25%. Kalsium
diserap dalam bentuk Ca .
2+

Sumber kalsium dalam tanah berasal dari pelapukan mineral anortit


(CaAl Si O ), piroksin (CaAl SiO ), kalsit(CaCO ), dolomit (CaMg(CO ) ,
2 2 8 2 6 3 3 2

gipsum (CaSO ), dan kapur tohor(CaO). Sebagian besar kalsium dapat terlindi
4

dan sebagian yang lain mengalami mineralisasi pada awal tahapan


perombakan bahan tersebut. Kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk
kation. Ion Ca bergerak menuju ke akar tanaman melalui aliran massa dan
2+

intersepsi akar.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 101

Setelah terangkut ke dalam tanaman, kalsium bergerak bersama aliran air


transpirasi ke dalam xylem. Kalsium memasuki pembuluh xylem melalui jalur
apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas sehingga diperlukan
pertumbuhan akar terus menerus agar pengambilan kalsium mencukupi
kebutuhan.
Sebagaimana kation lain, kalsium yang dapat dipertukarkan dan yang berada
dalam larutan tanah berada pada posisi keseimbangan, sehingga jika ion Ca
pada lapisan tanah berkurang akibat pencucian atau diserap oleh tanaman
maka kalsium dalam kompleks serapan akan menyuplai kembali kalsium pada
larutan tanah, sehingga tersedia bagi tanaman. Ion kalsium dalam larutan bisa
mengalami hilang karena pencucian, termobilisasi (diikat oleh organisme
tanah), terjerap pada kompleks jerapan dan represipitasi pada daerah arid.
Magnesium (Mg) merupakan unsur hara makro esensial yang diperlukan oleh
tanaman dalam jumlah yang relatif banyak tetapi lebih sedikit bila
dibandingkan dengan unsur N dan K, hampir sama jumlahnya dengan unsur P,
S dan Ca. Unsur ini dalam tanah berasal dari dekomposisi batuan yang
mengandung mineral biotit, hornblende, serpentin, epsomit dan olivin. Selain
itu, Mg juga dijumpai pada mineral liat seperti klorit, ilit, montmorilonit, dan
vermikulit. Seperti halnya dengan unsur haa yang lain, Mg di dalam tanaman
berada dalam bentuk Mg yang dapat dipertukarkan dan Mg yang ada dalam
2+ 2+

tanah (Mg larut). Mg diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Mg . 2+

Jumlah Mg rata-rata 1,93% menempati kerak bumi. Seperti halnya dengan


unsur Ca dan K kadar Mg dalam tanah sangat bervariasi yaitu 0,1% pada tanah
yang bertekstur kasar serta 4% bertekstur halus di daerah kering yang bahan
induknya banyak mengandung Mg. Sumber Mg berasal dari pelapukan
mineral misalnya biotit, hornblende, serpentin, epsomit dan olivin, juga
mineral sekunder klorit, ilit, montmorilonit dan vermikulit dan sebagian yang
lain mengalami mineralisasi pada awal tahapan perombakan bahan tersebut.
Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation yang divalen Mg . 2+

Ion Mg bergerak menuju ke akar tanaman melalui proses aliran massa dan
2+

intersepsi akar. Pengangkutan Mg di dalam jaringan tanaman sama seperti Ca


yang bergerak bersama aliran air transpirasi. Perbedaannya yaitu Mg bersifat
mobil di dalam floem sehingga dapat ditranslokasikan. Umumnya kandungan
Mg pada daun tua lebih tinggi bila dibandingkan dengan daun muda.
Dekomposisi mineral akan membebaskan Mg ke air yang ada di sekitar
mineral tersebut. Mg yang dibebaskan akan mengalami hilang bersama air
102 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

perkolasi, diserap oleh organisme hidup, terjerap pada kompleks jerapan oleh
mineral liat, diendapkan kembali sebagai mineral sekunder. Mg dalam mineral
liat akan tersedia secara perlahan dan dibebaskan melalui pelindian. Seperti
halnya Ca, Mg-dd dan Mg larutan berada pada posisi keseimbangan.
Konsentrasi ion Mg dalam larutan sangat beragam sedangkan konsentrasi Mg-
dd tanah umumnya lebih rendah dari Ca-dd.
Faktor-faktor yang memengaruhi ketersediaan Mg adalah jumlah Mg dalam
tanah, kemasaman tanah (pH), kejenuhan Mg, keberadaan kation lain dan tipe
liat. Total Mg pada tanah berpasir (tekstur kasar) dan berliat (tekstur halus)
sangat berbeda. Pada tanah bertekstur kasar di daerah tropika basah memiliki
kandungan Mg yang lebih rendah. Mg kurang tersedia pada pH rendah karena
kehadiran Al dalam larutan menghambat penyerapan Mg . Selain itu
3+ 2+

diperlukan kejenuhan Mg lebih dari 10% agar mencukupi tanaman. Jika kadar
2+

Ca , K , NH tinggi akan mengganggu penyerapan Mg .


2+ + 4+ 2+

Unsur hara makro esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang
hampir sama banyaknya dengan unsur P. Sumber S di dalam tanah adalah
pelapukan mineral gipsum, unhidrit, epsomit, mirabilit, pirit, markasit, galena,
dan sebagainya. Selain itu juga dari gas S di atmosfer misalnya aktivitas
industri yang menggunakan bahan bakar berbasis S yang akan membebaskan
sulfur dioksida ke udara yang kemudian jatuh ke tanah bersama air hujan.
Sumber yang lain dari bahan organik tanah yaitu sisa hewan dan tanaman.
Bentuk S di dalam tanah berada dalam bentuk anorganik dan organik. Sukfur
anorganik berupa sulfat larut yaitu sebagai ion sulfat, bentuk yang mudah
diserap oleh tanaman. Ion ini bergerak melalui difusi dan aliran massa. Bentuk
ini mudah mengalami pencucian karena tidak dijerap kuat oleh tanah. Pada
sulfat terjerap (terfiksasi) penjerapan ini melalui mekanisme pertukaran kation.
Penyerapan oleh kompleks hidroksi Al dan Fe dan penjerapan oleh garam.
Pada sulfat mengendap (kurang larut) S dapat mengendap sebagai endapan
alam, bentuk ini kurang tersedia bagi tanaman.
Pada sulfur tereduksi, S akan tereduksi menjadi sulfida pada kondisi air
tergenang atau anaerobik dan sebagai S elementer pada lingkungan kondisi
aerobik dan anaerobiknya bergantian. Pada sulfida (H2S), hasil reduksi sulfat
yang dibantu oleh bakteri Desulfovibrio. Pada sulfur elementer (S), akumulasi
terjadi pada tanah di daerah delta sungai. Bentuk ini tidak tersedia bagi
tanaman melalui sistem perakaran karena ia tidak larut dalam air.
Bab 9 Nasib Pupuk di Dalam Tanah 103

Bentuk S dalam tanah berupa sulfur organik terdiri atas Sulfat S ester, S terikat
langsung atom karbon dan S residual. Pada sulfat S ester, sulfur ini tidak terikat
oleh atom C, namun dalam bentuk ester sulfat dan eter. Contohnya adalah
arilsulfat dan alkilsulfat yang menyusun rata-rata 50% total S organik. Jika S
terikat langsung atom karbon, contohnya asam amino sisteindan metionin yang
menyusun 10-20% total S organik. Pada S residual, kelompok S yang tidak
masuk dua kategori di atas. Kelompok ini menyusun 30-40% total S organik
tanah dan termasuk S yang memilik sifat stabil. Sulfur diserap oleh tanaman
terutama dalam bentuk ion sulfat.
Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. S di dalam tanah
mengalami transformasi melalui proses mineralisasi-immobilisasi, adsorpsi-
desorpsi, kehilangan sulfur tanah, erosi tanah, pencucian, penguapan
(volatilisasi). Mineralisasi yaitu konversi S organik menjadi sulfat anorganik.
Imobilisasi adalah kebalikan dari reaksi tersebut. Keseimbangan antara
mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dalam sisa tanaman.
Jika kurang dari 200:1 maka terjadi mineralisasi. Jika nisbahnya 200-400 tidak
ada perubahan. Jika nisbahnya lebih dari 400:1 maka terjadi imobilisasi.
Penggunaan pupuk hara makro diberikan sebagai bahan pembenahan tanah
seperti kapur dan gipsum. Pemenuhan unsur hara tersebut dilakukan
bersamaan dengan pemberian pupuk lain misalnya TSP, ZA dan sebagainya.
Pemberian bahan pembenahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kesuburan
tanah yaitu menurunkan kemasaman tanah), meningkatkan penetrasi air,
memperbaiki struktur tanah, serta memberikan kondisi yang sesuai untuk
mendukung pertumbuhan akar tanaman (Hutapea dan Apriliya, 2020).
104 Pupuk dan Teknologi Pemupukan
Bab 10
Pengaruh Pemupukan
Terhadap Pencemaran
Lingkungan

10.1 Pendahuluan
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi yang diberikan pada tanaman, yang berfungsi untuk mengubah sifat
fisik, kimia, atau biologi tanah untuk melengkapi ketersediaan unsur hara
supaya dapat menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Secara umum pupuk berfungsi sebagai sumber zat hara untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk
pada media tanam dapat meningkatkan kadar hara dan kesuburan. Aktivitas
pertanian yang secara terus menerus dilakukan mengakibatkan tanah
kehilangan unsur hara. Oleh sebab itu untuk mengembalikan ketersediaan hara
pada media tanam diperlukan pemberian pupuk.
Pemupukan adalah metode atau cara memupuk menurut aturan yang benar,
ilmiah, dan efisien, biasanya dengan cara sebar, pita, side dressing seperti
106 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

dibenam atau mengelilingi batang tanaman, dan dicampur dengan benih


(Riwandi, Prasetyo, Hasanudin, Indra, C., 2017).
Penggunaan pupuk dalam budidaya pertanian dapat menyebabkan pencemaran
pada tanah, karena pupuk tersebut mengandung logam berat. Dalam
pertumbuhannya, tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah, termasuk
logam berat, sehingga produk atau hasil pertanian dapat mengandung logam
berat. Kondisi seperti ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan
konsumen.
Sampai saat ini, belum ada nilai ambang batas konsentrasi logam berat di
dalam tanah yang aman bagi produk pertanian yang dihasilkan. Oleh sebab itu,
sekecil apa pun konsentrasi logam berat, baik di dalam tanah maupun dalam
produk/hasil pertanian harus mendapat perhatian yang serius (Deddy, E. dan
Ishak, J. 2014).
Selama ini pandangan masyarakat umum terhadap pencemaran selalu identik
dengan pengaruh logam berat dan B3, dampak terhadap Kesehatan manusia,
perubahan iklim dan kualitas udara, pencemaran badan air atau sungai serta
perairan umum, dan lain-lain. Dampak pencemaran terhadap lahan pertanian
masih sangat sedikit mendapat perhatian dan masih terbatasnya upaya
pengendalian yang dilakukan, padahal dengan tercemarnya lahan-lahan
pertanian berarti hasil atau produk pertanian dari lahan tersebut juga ikut
tercemar.
Oleh sebab itu, pengendalian pencemaran lingkungan pertanian, harus
mendapatkan perhatian secara serius. Dengan mengetahui sumber dan
penyebab pencemaran pada lahan pertanian, maka dapat dilakukan dengan
segera langkah awal yang harus dilakukan dalam menanggulangi pencemaran
tersebut.
Pengaruh buruk pencemaran pada lahan pertanian sangat kecil
kemungkinannya untuk dihilangkan, namun dapat dikurangi atau
diminimalkan. Oleh sebab itu, teknologi pengendalian pencemaran yang akan
diterapkan harus mempunyai target yang jelas, sampai seberapa besar beban
pencemaran yang diterima oleh tanah/lahan pertanian akan dikurangi atau
diminimalkan (Undang Kurnia dkk, 2005).
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 107

10.2 Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman
yang jika diberikan ke tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Pupuk menjadi unsur hara penting bagi tanaman. Banyak orang
menggunakan pupuk kimia sebagai penyubur. Pupuk kimia memiliki
kelebihan pada unsur dan senyawa yang mudah larut, serta cepat diserap oleh
tanaman tanpa memerlukan proses penguraian.
Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman
yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi.
Tujuan pemupukan adalah menambahkan persediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur sebagai
konsekuensi terpenuhinya unsur hara yang diperlukannya. Pemupukan yang
dilaksanakan secara tepat atau rasional dan tidak berlebihan dapat menjamin
tercapai hasil produksi yang benar-benar maksimal jika faktor-faktor yang lain
seperti terkendalinya hama dan penyakit maupun sistem pengairan yang
dilakukan ikut mendukung proses produksi.

10.2.1 Macam Pupuk


Berdasarkan asalnya pupuk dibagi dalam dua macam, yaitu pupuk alam dan
pupuk buatan. Berdasarkan kandungan senyawanya, pupuk dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Berdasarkan cara
penggunaannya dibagi dalam dua macam pupuk, yaitu pupuk yang diberikan
melalui akar (pupuk akar/pupuk tanah) dan pupuk yang diberikan melalui daun
(pupuk daun). Sedangkan berdasarkan fasa/bentuknya, pupuk dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu pupuk cair dan pupuk padat.
Pupuk alam, merupakan pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan
bahan alami tanpa proses yang berarti, misal: pupuk kompos, pupuk kandang,
pupuk guano, pupuk hijau, dan pupuk batuan P. Pupuk buatan, merupakan
pupuk yang dibuat oleh pabrik, misal: TSP, Urea, rustika, dan lain-lain. Pupuk
ini dibuat dari bahan-bahan kimia yang diproses melalui pabrik dengan
mengubah sumber daya alam melalui proses fisika atau kimia.
108 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Pupuk Organik, merupakan pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan


pupuk alam tergolong pupuk organik, seperti: pupuk kandang, pupuk hijau,
guano, dan pupuk kompos. Menurut Rajiman (2010), pemberian pupuk
kandang sapi dapat memperbaiki struktur tanah, kemantapan agregat tanah,
daya menahan air, permeabilitas, aerasi, dan perkembangan akar. Dari hasil
penelitian Dewi Ratna, N., Aris Eddy, S., dan Budi, H. (2013), disimpulkan
bahwa pemberian pupuk organik mampu memberikan pengaruh yang nyata
dalam meningkatkan produksi dan kandungan minyak wijen di lahan pasir
pantai.
Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik, seperti rock phosphate,
umumnya berasal dari batuan sejenis apatit Ca (PO ) . Pupuk anorganik atau
3 4 2

mineral, merupakan pupuk dari senyawa anorganik, hampir semua pupuk


buatan tergolong pupuk anorganik, terdiri dari: pupuk tunggal, pupuk
majemuk, dan pupuk lengkap.
Pupuk cair adalah pupuk yang dibuat dalam bentuk cairan dan merupakan
pupuk yang dilarutkan dulu ke dalam air sebelum diaplikasikan ke tanaman,
pada umumnya tergolong ke dalam pupuk daun, pupuk ini diberikan melalui
daun dengan jalan disemprotkan, contoh: Hydrasil, Cytozyme dan lain-lain.
Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif
mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat
tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat diinjeksikan lewat tanah. Pupuk
padat adalah pupuk yang dibuat dalam bentuk padat dan biasanya berbentuk
butiran, contoh: Urea, TSP, KCL, dan lain-lain.
Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun.
Pemupukan melalui akar bertujuan memberikan unsur hara pada tanah untuk
kebutuhan tanaman. Pupuk akar ini merupakan pupuk yang diberikan ke
dalam tanah di sekitar tanaman agar diserap oleh akar tanaman. Pada
umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara disebar
(broadcasting), ditempatkan dalam lubang (spot placement), larikan atau
barisan (ring placement). Jenis pupuk akar ini, paling sering digunakan oleh
petani, dan pada umumnya berbentuk padat, yaitu: pupuk alam, Urea, TSP,
KCl, dll.
Sedangkan pupuk daun, merupakan pupuk yang cara pemupukannya
dilarutkan dulu dalam air dan disemprotkan (spraying) pada permukaan daun,
missal: Bayfolan, Gandasil, Wuxal, dan lain-lain. Pemupukan lewat daun atau
foliar application, yaitu pupuk yang dilarutkan ke dalam air dengan
konsentrasi sangat rendah kemudian disemprotkan langsung pada daun dengan
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 109

alat penyemprot biasa seperti hand sprayer. Jika area budidaya lebih luas, dapat
digunakan knapsack sprayer.
Aplikasi dilakukan untuk daun bagian bawah, agar nutrisi dapat mudah diserap
oleh stomata daun. Aplikasi pemupukan pada tanaman semusim dan tahunan
berbeda. Pada tanaman semusim seperti kacang-kacangan, sayuran, padi,
jagung, dan lainnya menggunakan metode pemupukan secara disebar, dalam
lubang, atau larikan. Sedangkan pada tanaman tahunan seperti tanaman buah-
buahan, kopi, teh, kakao, kelapa, dan lainnya menggunakan metode ring
placement.
Pemupukan bertujuan memberikan tambahan nutrisi pada tanah, yang secara
langsung maupun tidak langsung akan diserap oleh tanaman untuk
metabolismenya. Nutrisi yang dibutuhkan terdiri dari makronutrien seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium dan mikronutrien seperti unsur sulfur, kalsium,
magnesium, besi, tembaga, seng dan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa produksi tanaman, masih bisa
ditingkatkan asalkan petani mau menerapkan dengan benar, teknologi yang
dianjurkan oleh pemerintah yang disampaikan melalui PP atau petugas yang
ada di lapangan. Salah satu teknologi yang perlu diterapkan yaitu Pemupukan
Berimbang, artinya pemberian pupuk secara berimbang sesuai anjuran dengan
persyaratan lima tepat yaitu: tepak waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara,
dan tepat lokasi. Apabila lima persyaratan tersebut dapat diikuti sudah pasti
produksi akan meningkat, yang mana tentunya harus diikuti pula dengan
penerapan unsur-unsur teknologi yang lain seperti pengaturan air,
pengendalian hama, penggunaan varietas unggul dan lainnya.

10.2.2 Cara Pemupukan


Berikut ini adalah cara-cara pemupukan yang umum pada tanaman yang
dibudidayakan:
Broadcasting
Pemupukan dengan cara disebar dilakukan apabila jarak tanam rapat dan
teratur dalam barisan, contohnya tanaman padi. Selain itu cara ini cocok
dilakukan untuk tanaman yang mempunyai akar dangkal, tanah cukup subur,
dan dosis tinggi atau takaran pemupukan yang banyak. Cara ini dapat pula
dilakukan pada waktu pengolahan lahan dengan memberikan pupuk kandang
sebelum tanam pada area tanam.
110 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Keuntungan memberi pupuk secara broadcasting yaitu lebih hemat waktu dan
tenaga kerja serta mudah diaplikasikan untuk pemupukan tanaman budidaya,
sedangkan kelemahan pemupukan secara disebar ialah berpotensi terjadinya
penguapan atau volatilisasi ammonium (NH ) menjadi bentuk gas ammonia
4

(NH ), memacu pertumbuhan gulma.


3

Ring Placement
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali
dengan tanah. Ring placement umumnya digunakan untuk tanaman tahunan
dengan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh
(tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dapat dilakukan
apabila jarak tanaman tidak rapat, kesuburan tanah rendah dan perkembangan
akar tanaman yang sedikit.
Keuntungan aplikasi secara larikan atau barisan ialah pengambilan hara pupuk
oleh tanaman lebih mudah dan kehilangan hara pupuk dapat dikurangi,
sedangkan untuk kelemahan aplikasi ini kesuburan tanah rendah jika jumlah
pupuk sedikit dan persebaran pupuk tidak merata.
Spot Placement
Caranya di samping tanaman dibuat lubang sedalam kurang lebih 5-10 cm,
kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut, setelah itu ditutup
dengan tanah. Aplikasi pupuk secara spot placement dapat dilakukan apabila
jarak tanam cukup lebar. Pemupukan pada tanaman jagung dapat
menggunakan metode ini.
Keuntungan memberi pupuk secara spot placement yaitu pupuk tidak mudah
menguap dan aplikasi langsung ke dalam tanah dekat dengan akar tanaman.
Kelemahannya ialah waktu yang diperlukan cukup lama, takaran pupuk diatur
agar seragam tiap lubangnya.

10.3 Pencemaran Lingkungan


Kekayaan sumber daya alam di Indonesia tidak perlu diragukan, namun
tingkat eksploitasi dan eksplorasi juga cukup tinggi. Keadaan yang demikian
turut memicu tingginya tingkat kerusakan terutama pada tanah dan air. Saat
ini, kita selalu disuguhi dengan berbagai persoalan lingkungan yang menuntut
segera diatasi. Sadar atau tidak hanya sebagian saja yang berupaya untuk
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 111

mencari solusinya, sementara yang lain sibuk pula untuk meningkatkan


pencemaran.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup,
dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
(UU Republik Indonesia No. 32 tahun 2009). Pencemaran terjadi pada tanah,
air tanah, badan air atau sungai, udara, bahkan terputusnya rantai dari suatu
tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang pada
akhirnya akan menghancurkan ekosistem (Soemarwoto, 1991; Gammon,
2011).

10.3.1 Pengertian dan Sumber Pencemaran


Pencemaran tanah adalah masuknya bahan tercemar berupa zat, energi atau
komponen lingkungan hidup lain yang dilakukan oleh manusia maupun secara
alami ke dalam tanah, akibatnya kualitas tanah menjadi menurun serta tidak
sesuai lagi dengan peruntukannya. Permasalahan pencemaran tanah saat ini
menjadi salah satu isu yang sering diperbincangkan oleh para pakar di bidang
pertanian. Isu ini menjadi sangat strategis karena berkaitan dengan
produktivitas dan kualitas tanah dan tanaman.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemaran di air sebagian besar
disebabkan oleh residu bahan agrokimia yang terbawa serta erosi masuk ke
dalam air serta akumulasi sisa pakan ikan.
Beberapa waduk di Indonesia yang dilaporkan sebagian sudah mulai tercemar
logam berat, termasuk kadar H2SO4 yang tinggi (Budiman, 2012).
Pencemaran air sangat memengaruhi ekonomi masyarakat terutama petani
ikan yang menggantungkan hidup pada air, bahkan terancam bangkrut karena
produksi ikan terus menurun. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pH
air yang selalu berubah.
Isu pencemaran lingkungan khususnya di tanah pertanian saat ini menjadi
perhatian serius dari banyak pihak, baik di tingkat nasional maupun global
karena berkaitan dengan kesehatan pangan. Hal ini berkaitan dengan
produktivitas lahan dan Kesehatan tanaman. Faktor penyebabnya cukup
112 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

beragam, di antaranya penggunaan bahan agrokimia berupa pupuk dan


pestisida yang melampaui batas, serta sumber pencemaran lain.
Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan yang cukup luas, namun
sebagian di antaranya telah mengalami pencemaran. Sumber pencemaran
terbesar berasal dari antropogenik, seperti industri pertambangan dan
penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan. Budidaya pertanian dengan
menggunakan bahan agrokimia memberi dampak positif terhadap peningkatan
produksi pertanian, namun di sisi lain residu bahan agrokimia dapat
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tanah. Sebagian produk
pangan yang dikonsumsi sehari-hari tidak tertutup kemungkinan telah terpapar
logam berat yang bersumber dari bahan agrokimia.
Penyebab utama pencemaran selain erosi dan sedimentasi juga dipengaruhi
oleh intensitas penggunaan bahan agrokimia berupa pupuk dan pestisida yang
melampaui batas. Pencemaran tanah yang sangat krusial, selanjutnya akan
berdampak pada keamanan pangan. Kondisi ini jika tidak diatasi, akan
berdampak buruk pada kesehatan manusia dan generasi berikutnya. Aktivitas
penambangan emas yang membuang limbahnya di sekitar lahan serta
penggunaan pupuk dan pestisida yang melampaui batas ikut memicu
akumulasi logam berat di dalam tanah dan merusak lingkungan. Upaya
mitigasi terus dilakukan, namun belum mampu memberikan dampak yang
signifikan. Penyelesaian yang masih bersifat parsial merupakan penyebabnya,
sehingga diperlukan penyelesaian secara holistik.
Ditinjau dari penyebabnya, pencemaran tanah, dapat dibagi menjadi dua yaitu,
terjadi dengan sendirinya yang disebabkan alam dan antropogenik atau ulah
manusia. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana polutan atau bahan kimia
buatan masuk atau dimasukkannya polutan tersebut sehingga merubah
lingkungan tanah alami. Pada lahan pertanian, pencemar tanah merupakan
masalah yang perlu disikapi.
Penyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan ke dalam: (1)
kegiatan non pertanian, yaitu industri dan pertambangan, dan (2) kegiatan
pertanian, yaitu penggunaan bahan-bahan agrokimia. Pencemaran pada lahan
sawah umumnya disebabkan oleh limbah industri, dan aktivitas budidaya yang
menggunakan bahan-bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang kurang
terkendali.
Bahan-bahan agrokimia adalah pupuk dan pestisida yang digunakan secara
luas di dalam budidaya pertanian. Dalam pertanian dikenal pupuk hara makro,
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 113

baik primer maupun sekunder dan pupuk hara mikro, ke semuanya diperlukan
tanaman dengan tingkat kebutuhan atau takaran penggunaan yang berbeda-
beda tergantung jenis tanah dan jenis tanaman. Pupuk hara makro yang
dibutuhkan tanaman, di antaranya adalah N, P, K, Ca, Mg, selain C, H dan O
yang tersedia melimpah di alam berguna dalam fotosintesis, dan unsur hara
mikro, seperti S, Zn, Co, Fe, Al, dan Si, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit;
dalam konsentrasi tinggi, unsur-unsur tersebut bisa menyebabkan keracunan
tanaman.
Pupuk nitrogen (N) di dalam tanah berada dalam berbagai bentuk, seperti NH , 4

NO dan mudah mengalami berbagai perubahan. Sebagian dari pupuk


3

menguap ke udara (volatilisasi), sebagian lagi hilang melalui pencucian atau


erosi. Pemberian pupuk yang berlebihan dan tidak benar, seperti hanya
disebarkan begitu saja, menyebabkan sebagian besar dari pupuk hilang
terbawa aliran permukaan, dan masuk ke dalam sungai atau badan air.
Keadaan ini tidak menguntungkan, karena pemupukan menjadi tidak efisien,
sebaliknya terjadi pengayaan N di dalam badan air, yang dicirikan oleh
terjadinya eutrofikasi.
Berbagai jenis pupuk, baik anorganik maupun organik seperti pupuk P, N,
pupuk kandang, kapur dan kompos mengandung logam berat. Logam berat
juga terdapat dalam batuan fosfat alam yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk P. Pupuk organik dan kompos dibuat dari bahan organik,
seperti bahan hijau tanaman, sampah kota, pupuk kandang, dan lain-lain.
Pupuk organik yang berasal dari sampah kota dapat tercemar B3 atau logam
berat, karena berbagai macam limbah rumah tangga dan sampah kota yang
terdiri atas sisa sayur-sayuran tercampur dengan baterai bekas, kaleng, seng,
aluminium foil yang mengandung atau tercemar B3. Selain pupuk P, bahan
induk tanah juga mengandung logam berat.
Pupuk nitrogen, di dalam tanah mengalami proses nitrifikasi atau dinitrifikasi
tergantung kondisi tanah, menghasilkan gas N2O yang dilepaskan ke atmosfer
dan ikut berperan dalam meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK), sehingga
berdampak terhadap pemanasan global. Emisi N2O dari tanah ke atmosfer
tidak secara langsung menyebabkan pencemaran pada lahan pertanian
termasuk lahan sawah, namun akibat perubahan iklim global dapat
menyebabkan penurunan produktivitas pertanian.
Pupuk P yang digunakan dalam budidaya pertanian dapat menyebabkan
pencemaran pada tanah, karena pupuk tersebut mengandung logam berat.
114 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Dalam pertumbuhannya, tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah,


termasuk logam berat, sehingga produk atau hasil pertanian dapat mengandung
logam berat. Kondisi seperti ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan
konsumen.
Sampai saat ini, belum ada nilai ambang batas konsentrasi logam berat di
dalam tanah yang aman bagi produk pertanian yang dihasilkan. Oleh sebab itu,
sekecil apa pun konsentrasi logam berat, baik di dalam tanah maupun dalam
produk/hasil pertanian harus mendapat perhatian yang serius, karena dalam
jangka panjang dapat menyebabkan dampak bagi manusia akibat
mengonsumsi produk/hasil pertanian yang tercemar secara terus-menerus.
Pestisida yang digunakan dalam budidaya pertanian meninggalkan residu pada
tanah, air, biji atau buah, dan tanaman, bahkan sampai badan air/sungai dan
perairan umum. Residu pestisida umumnya masih jauh di bawah batas
maksimum residu, namun demikian dalam konsentrasi sangat rendah, logam
berat akan terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup, dan lambat laun akan
berpengaruh buruk terhadap kesehatan.
Manusia yang mengonsumsi hasil atau produk pertanian yang mengandung
residu pestisida, dalam jangka panjang diperkirakan akan terkena dampak
berupa kanker (sebagian besar pestisida bersifat karsinogenik), gangguan
metabolisme steroid akibat Endocrine Disrupting Pesticides (EDPs), fungsi
tiroid, spermatogenesis, hormon gonadotropik, aktivitas oestrogenik, dan
aktivitas anti-androgenic. (Undang Kurnia dkk. 2005).

10.3.2 Dampak dan Teknologi Pengendalian Pencemaran


Masalah pencemaran bukan persoalan baru yang kita hadapi, tetapi terjadi
sejak dulu. Upaya pengendalian pun semakin kompleks, namun selalu kalah
dengan tingkat kerusakan. Teknologi pencegahan dan pengendalian semakin
kompleks dilakukan tetapi selalu gagal. Hal ini diakibatkan karena kebutuhan
ekonomi lebih dominan dibandingkan dengan tingkat pengendalian.
Pencemaran tanah akan memengaruhi pertumbuhan tanaman, selanjutnya akan
berdampak pada kesehatan tanah dan keamanan pangan. Kesehatan tanah yang
terganggu, maka akan berdampak pada kesehatan tanaman. Tanah menempati
posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanah memiliki fungsi
penting sebagai ruang dan tempat berkembang biak makhluk hidup. Tanah
juga memiliki fungsi produksi sebagai penghasil biomassa, dan juga sebagai
konservasi sumber daya air.
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 115

Pemanfaatan tanah seharusnya dilakukan sesuai dengan kemampuannya,


karena berkaitan dengan kepentingan generasi yang akan datang. Pemanfaatan
keberlanjutan tanah dapat dilakukan apabila kegiatan pengendalian kerusakan
tanah sudah sesuai dengan baku mutu yang diinginkan.
Penggunaan bahan agrokimia diakui memberi kontribusi besar terhadap
peningkatan produksi pangan nasional. Penggunaannya yang tidak terkontrol
dan melampaui batas akan berdampak buruk terhadap Kesehatan tanah.
Pencemaran lahan pertanian di Indonesia terutama Pb, Cd, Cu, dan Zn pada
lahan yang dikelola secara intensif dilaporkan telah melampaui nilai ambang
batas. Kadar logam berat di beberapa sentra hortikultura juga telah melewati
ambang batas (Hamzah, 2017).
Penggunaan pestisida di dalam budidaya sayuran, khususnya komoditas
bernilai ekonomis tinggi sangat intensif, dan diberikan dalam takaran tinggi
dengan tujuan untuk menjamin keberhasilan produk sayuran tersebut.
Peningkatan penggunaan pestisida yang intensif dapat meninggalkan residu di
dalam tanah dan tanaman, bahkan dapat masuk ke dalam tubuh hewan, ikan
atau biota air lainnya. Pestisida dengan paruh waktu (half life time) degradasi
yang lama dapat membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup yang
mengonsumsi produk yang mengandung residu pestisida tersebut (Undang
Kurnia dkk.2005).
Langkah strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya dengan cara
pengendalian. Teknologi yang paling ideal dilakukan dengan memanfaatkan
potensi sumber daya lokal, yaitu teknologi pengendalian dengan menggunakan
tanaman indigenous. Indonesia memiliki sumber daya lokal yang potensial
untuk dikembangkan sebagai agen fitoremediasi. Potensi sumber daya lokal
sebagai agen fitoremediasi cukup tersedia di sekitar kita sehingga dapat
digunakan untuk mengendalikan pencemaran tanah.
Teknologi remediasi merupakan salah satu teknologi pengendalian tanah
tercemar yang mudah dan murah karena memanfaatkan jasa tanaman.
Kemampuan tanaman jika dikombinasi dengan biochar juga mampu
memberikan kontribusi besar dalam meremediasi logam berat. Kontribusi dari
teknologi ini diharapkan akan menjadi salah satu langkah maju dan strategis di
bidang pertanian untuk memulihkan dan menyelamatkan lingkungan agar
tetap berkelanjutan (Amir H. dan Rossyda, P. 2019).
Perbaikan karakteristik tanah yang tercemar dengan kandungan hara rendah
akan memengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik
116 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

akan mendorong kemampuan tanaman dalam meningkatkan penyerapan


logam berat, di mana selain dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, sistem
penanaman juga performance tanaman, yang berhubungan dengan anatomis-
morfologis tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai remediator harus
mampu menyerap logam berat dalam jumlah besar. Sejumlah peneliti telah
menggunakan tanaman akumulator untuk menyerap logam berat (Reves, 2006
dan Robinson dkk., 2009).
Beberapa di antara jenis tanaman tersebut bersifat hiperakumulator dan berada
di wilayah beriklim sedang. Jenis-jenis tersebut perlu dieksplorasi terutama
yang memiliki sifat adaptasi tinggi sesuai dengan iklim Indonesia dan
dijadikan sebagai tanaman remediator.
Salah satu prinsip dasar yang harus diterapkan dalam upaya-upaya
pengendalian pencemaran adalah dengan menetapkan batas kritis atau ambang
batas pencemaran, baik yang disebabkan oleh B3 dan logam berat maupun
pencemar lain di dalam tanah, sehingga produk atau hasil pertanian dari lahan
pertanian yang tercemar aman bagi konsumen. Dengan memperhatikan
sumber pencemar, penyebab dan dampak pencemaran yang terjadi, maka
upaya penanggulangan pencemaran lahan pertanian dapat dilakukan secara
fisik, kimia, dan biologi atau kombinasi dua atau lebih dari cara-cara tersebut.
Penanggulangan pencemaran secara fisik dilakukan agar pengaruh B3 dan
logam berat yang terkandung dalam tanah berkurang. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan, di antaranya adalah dengan teknik pemanasan dan penyerapan
menggunakan arang aktif, zeolit, dan bentonit, ataupun penggunaan limbah
pertanian, pengolahan tanah dan Teknik pengairan, pencucian atau drainase
(Undang Kurnia dkk., 2003).
Pengendalian pencemaran lahan pertanian, terutama yang disebabkan oleh
penggunaan bahan agrokimia secara kimia relatif lebih mahal dibandingkan
dengan penanggulangan secara fisik. Sama halnya dengan penanggulangan
secara fisik, tujuan penanggulangan secara kimia adalah untuk mengurangi
atau meminimalkan dampak yang timbul akibat pencemaran, karena untuk
meniadakan sama sekali dampak pencemaran sangatlah sulit.
Bahan-bahan alami seperti pupuk anorganik dan organik, pupuk kandang, dan
kapur dapat digunakan dalam memperbaiki kualitas tanah pertanian yang
mengalami pencemaran. Meskipun tidak sepenuhnya dilakukan secara kimia,
Nurjaya (2003) melakukan penelitian di rumah kaca menggunakan zeolit,
pupuk kandang, abu sekam, dan karbon untuk menyerap Pb dan Cd dari tanah
Bab 10 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pencemaran Lingkungan 117

sawah dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang ditanami bawang merah.
Hasilnya menunjukkan, abu sekam mampu menyerap Pb dan Cd lebih banyak
dibandingkan dengan amelioran lainnya, baik oleh daun maupun umbi.
Untuk menanggulangi pencemaran lahan sawah secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis vegetasi atau tanaman yang ditanam pada
tanah yang tercemar. Cara tersebut disebut fitoremediasi (phytoremediation),
yang diharapkan mampu mengurangi atau menyerap logam berat dan B3 dari
dalam tanah. Selain itu, cara lain untuk mengurangi dampak negatif logam
berat dan B3 pada tanah sawah yang tercemar limbah industri adalah dengan
penerapan teknologi bioremediasi (bioremediation).
Salah satu teknologi untuk merehabilitasi tanah yang tercemar limbah adalah
dengan memanfaatkan mikroorganisme, dikenal sebagai bioremediasi.
Bioremediasi adalah pemanfaatan mikroba sebagai perantara dalam reaksi
kimia dan proses fisik secara metabolik di atas permukaan tanah (ex situ) dan
di dalam tanah (in situ). Proses perbaikan kualitas lingkungan dari kontaminasi
bahan-bahan kimia secara biologi dapat mengubah senyawa kimia kompleks
atau sederhana menjadi bentuk yang tidak berbahaya.
Pengendalian pencemaran lingkungan pertanian, ditujukan untuk (1)
pengendalian sumber dan penyebab pencemaran dan (2) pengendalian dampak
yang terjadi pada lahan pertanian, tanah, air, dan tanaman atau produk yang
dihasilkan. Pengendalian sumber dan penyebab pencemaran lebih ditujukan
bagi para pelaku pencemaran, dalam hal ini di antaranya adalah industri, baik
pertanian maupun non pertanian, kegiatan pertambangan baik legal maupun
ilegal.
Upaya pengendalian sumber dan penyebab pencemaran dapat dilakukan
dengan penataan Kembali keberadaan atau kelayakan sumber pencemar
melalui penegakan peraturan dan perundang-undangan serta pengawasan yang
ketat tentang kewajiban pelaku industri mengoptimalkan fungsi instalasi
pengolah air limbah (IPAL), dan optimalisasi fungsi pengawasan dan
pengendalian oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bappedal).
Pengendalian dampak pencemaran pada lahan pertanian difokuskan pada
upaya penanggulangan objek yang terkena dampak, dalam hal ini adalah lahan
pertanian (tanah, air, tanaman dan hasil atau produk pertanian). Fokus utama
pengendalian pencemaran lahan pertanian adalah menyehatkan atau
memperbaiki kualitas lahan yang sudah tercemar, yang meliputi kualitas
118 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

biofisik, sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah termasuk aktivitas makro/mikro


fauna tanah.
Tolok ukur atau indikator keberhasilan penyehatan atau perbaikan kualitas
lahan mengacu pada batas kritis atau ambang batas unsur-unsur yang
merugikan tanah, air, dan tanaman seperti bahan beracun berbahaya (B3) dan
logam berat. Oleh sebab itu, batas kritis atau ambang batas logam berat dan B3
dalam tanah harus dijadikan acuan untuk melakukan tindakan hukum bagi
pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Bab 11
Tantangan Pemupukan di Masa
Depan

11.1 Pendahuluan
Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada media tanam atau tanaman
yang berguna menyediakan unsur hara (Irawan and Rochayati, 2017).
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk dapat lebih dari satu. Unsur
hara yang terkandung dalam pupuk secara langsung maupun tidak langsung
digunakan untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara
ini dapat menggantikan unsur hara yang terserap oleh tanaman. Pupuk juga
merupakan kunci dari kesuburan tanah.
Berdasarkan asalnya, pupuk secara umum dibagi dua yaitu pupuk
anorganik/kimia dan pupuk organik. (Pemerintah, 2020) pupuk anorganik
merupakan pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan/atau biologi
dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan
dan/atau bagian hewan dan/atau limbah Organik lainnya yang telah melalui
proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
120 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
Pada sarana produksi pertanian, pupuk merupakan salah satu bagian yang
penting. Pemupukan ditujukan untuk menambah persediaan unsur hara dalam
tanah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman.
Tujuan diberikan pupuk adalah:
1. Untuk melengkapi unsur hara yang secara alami sudah ada di dalam
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Untuk mengganti unsur hara yang hilang karena diserap tanaman,
terangkut hasil panen, erosi, aliran permukaan dan lain-lain.
3. Untuk memperbaiki tanah yang kurang baik atau mempertahankan
yang sudah baik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan semestinya
(irawan dan rochayati, 2017).

11.2 Penggunaan Pupuk Dalam


Pertanian
Penggunaan Pupuk Anorganik
Secara alami unsur hara di dalam tanah mengalami siklus unsur hara. Siklus
unsur hara yang dimaksud adalah biomassa dari tanaman yang mati akan
dilapukkan atau didekomposisi oleh organisme. Hasil dekomposisi digunakan
sebagai sumber organik yang selanjutnya akan mengalami proses mineralisasi.
Oleh karena itu, sebenarnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
seharusnya dapat disediakan oleh tanah secara alami.
Proses mineralisasi merupakan tahap akhir proses perombakan bahan organik
dalam tanah yang berubah bahan anorganik. Pada saat proses mineralisasi,
unsur-unsur hara lengkap seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S, serta unsur hara
mikro akan dilepaskan dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil (Atmojo,
2003).
Akan tetapi, apabila hanya mengandalkan ketersediaan unsur hara dari tanah
secara alami tanpa adanya penambahan hara, hasil produksi pertanian akan
mengalami kemerosotan. Hal ini disebabkan hara dalam tanah lambat laun
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 121

akan berkurang karena terangkut hasil panen, erosi, air limpasan permukaan
dan penguapan. Pupuk diberikan pada tanaman pertanian agar dapat
memberikan hasil yang tinggi. Dan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian selama ini, petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik
sebagai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.
Di Indonesia, petani sebagian sudah mengenal pupuk anorganik sejak adanya
Revolusi Hijau sekitar tahun 1965-an. Pemerintah pada saat itu mendorong
penanaman menggunakan bibit impor, serta penggunaan pupuk dan pestisida
kimia. Revolusi Hijau dianggap sebagai jawaban akan tantangan ketersediaan
pangan yang diperkirakan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Hasil dari program Revolusi Hijau ini yaitu tercapainya
swasembada beras pada tahun 1984 -1989 (Fitriani, 2015).
Pupuk anorganik baik pupuk tunggal maupun pupuk majemuk yang banyak
digunakan petani di Indonesia adalah Urea, SP-36, KCl, ZA, dan NPK.
Penggunaan pupuk anorganik di Indonesia berdasarkan data Asosiasi
Produsen Pupuk Indonesia tahun 2018, yaitu konsumsi urea tumbuh 5 % dari
5,97 juta ton pada 2017 menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik
7,88 % dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton. Kenaikan juga terlihat pada
konsumsi pupuk jenis fosfat, ZA, dan pupuk organik (Kementerian
Perindustrian, 2019).
Penggunaan pupuk anorganik pada tanaman pangan terutama padi (BB PADI,
2015), untuk setiap ton gabah yang dihasilkan memerlukan hara N sebanyak
17,5 kg (setara 39 kg Urea), P sebanyak 3 kg (setara 9 kg SP-36) dan K
sebanyak 17 kg (setara 34 kg KCl). Oleh karena itu apabila petani
menginginkan hasil gabah yang tinggi tentu diperlukan pemberian pupuk yang
lebih banyak.
Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik sampai saat ini semakin
tinggi. Santoso (2017) mengemukakan di mana untuk produksi beras nasional
pada saat ini sangat dipengaruhi oleh adanya realisasi bantuan pupuk yaitu
urea, SP36, dan ZA. (Hatta dan Rosmayanti, 2015) juga menyatakan bahwa
sampai saat ini sebagian besar produktivitas tanaman pangan masih didukung
oleh penggunaan pupuk anorganik. Dampak ketergantungan terhadap pupuk
anorganik dalam jangka panjang akan berakibat buruk, baik terhadap
lingkungan maupun ekonomi. Menurut data Pupuk Indonesia sampai bulan
Februari 2021 sudah tersalurkan 576.776 juta ton pupuk urea. 43.189 ton
pupuk SP-36, 100.382 ton pupuk ZA.
122 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Penggunaan Pupuk Organik


Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan
bahan mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah (Pemerintah, 2011).
Berdasarkan definisi di atas, pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan, atau dapat diidentifikasi berasal dari kegiatan pertanian dan non
pertanian. Bahan dari kegiatan pertanian antara lain sisa tanaman (jerami,
tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan
(ayam, kerbau, sapi, kambing). Sedangkan dari non pertanian dapat berasal
dari limbah pasar, limbah rumah tangga, sampah kota, limbah industri, dan
sebagainya (Tan, 1993).
Bahan dasar pembuatan pupuk organik bisa sangat bervariasi. Hal ini
membuat komposisi unsur hara, serta kualitas pupuk yang dihasilkan juga akan
beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan proses pembuatannya.
Komposisi unsur hara pada kotoran hewan sangat bervariasi tergantung pada
umur hewan, jumlah, dan jenis makanannya. Begitu juga komposisi hara
dalam sisa tanaman, bervariasi, tergantung dari jenis tanaman.
Sebagai contoh, sekam padi dan jerami mengandung nitrogen dalam kadar
yang rendah namun mempunyai kandungan silika yang tinggi. Tanaman
kacang kedelai, kacang tanah serta sisa tanaman legum yang lain mempunyai
kandungan nitrogen cukup tinggi. Kandungan kalium yang tinggi terdapat
pada jerami padi, tandan kosong kelapa sawit, kentang, dan ubi jalar. Tanaman
kacang tanah mempunyai kandungan Ca yang tinggi (Hartatik dan Widowati,
2015). Oleh karena kandungan unsur haranya yang rendah maka pemberian
pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang besar agar setara dengan
kandungan unsur hara pupuk anorganik.
Disisi lain, perlu diperhatikan mengenai kandungan unsur kimia dan logam
berat yang berasal kegiatan non pertanian untuk membuat pupuk. Seperti
limbah industri makanan, walaupun mengandung sedikit logam berat akan
tetapi harus tetap diuji mutu limbahnya. Sedangkan untuk limbah peternakan,
biasanya kandungan haranya lebih tinggi sedangkan kadar logam beratnya
lebih rendah (Hartatik and Widowati, 2015).
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 123

Berdasarkan data sensus pertanian Badan Pusat Statistik 2013 baru 13,5%
yang menggunakan pupuk organik. Selebihnya petani masih tergantung pada
penggunaan pupuk anorganik (Aminah, 2019). Akan tetapi berdasarkan riset
Statistik Pertanian Organik Indonesia tahun 2019 ada peningkatan luas lahan
pertanian organik (dari berbagai komoditas) pada tahun 2017 dan 2018 sekitar
17,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun
petani di Indonesia sudah ada ketertarikan untuk menggunakan pupuk organik.
Berbagai penelitian telah banyak menunjukkan pengaruh pemberian pupuk
organik terhadap pertumbuhan dan produksi pertanian. Seperti contoh, hasil
penelitian (Kalay dkk., 2021) yaitu pemberian kompos dan pupuk kandang
ayam disertai aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung manis. Pemberian bahan organik S. rostrata 1,75 t ha-1
dengan kombinasi pupuk kandang sapi dosis 7,2 t ha-1 mampu menghasilkan
berat kering gabah padi varietas Inpari 13 pada sistem tanam jajar legowo
sebesar 5,27 t ha-1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan bahan organik
lainnya (Susanti, dkk., 2013).

11.3 Dampak Penggunaan Pupuk


Dampak Positif Penggunaan Pupuk Anorganik dan Organik
Pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta ekstensifikasi
lahan, serta usaha untuk meningkatkan hasil pertanian menyebabkan
meningkatnya penggunaan pupuk. Ada dua macam pupuk yang dapat
digunakan yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Penggunaan kedua
pupuk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Pupuk anorganik mempunyai dampak positif yaitu dapat menyuburkan tanah
yang tidak subur secara cepat. Hal ini karena, pupuk anorganik mempunyai
kadar hara yang tinggi. Kandungan unsur hara pada pupuk anorganik mudah
terurai sehingga dapat dengan cepat terserap oleh tanaman sehingga hal ini
akan mempercepat pertumbuhan tanaman. Dampak positif selanjutnya adalah
pupuk anorganik lebih efisien daripada pupuk organik karena pupuk anorganik
mudah digunakan, memiliki kandungan hara yang jelas, serta banyak pilihan
sesuai dengan kebutuhan (Purnomo, dkk., 2013).
124 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Sedangkan pupuk organik dapat memengaruhi secara positif kesuburan tanah


baik secara fisika, kimia maupun biologi. Pengaruh pupuk organik untuk sifat
fisika tanah yaitu salah satunya dapat memperbaiki struktur tanah. Bahan
organik yang terkandung dalam pupuk organik dapat mengikat partikel tanah
untuk membentuk agregat yang mantap sehingga tanah lebih mudah untuk
diolah dan ditembus akar. Pupuk organik juga dapat memperbaiki distribusi
ukuran pori tanah. Ukuran pori tanah yang seimbang dapat meningkatkan daya
menahan air.
Oleh karena itu tanah memiliki kemampuan untuk menyediakan air lebih baik.
Pergerakan udara dalam tanah juga akan lebih baik. Selain itu dapat
mengurangi fluktuasi suhu tanah (Hartatik dan Widowati, 2015, Rajiman,
2020).
Pupuk organik merupakan penyedia unsur hara makro (N,P,K, Ca, Mg, dan S)
dan unsur mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe) yang dibutuhkan tanaman.
Meskipun memiliki kadar unsur hara rendah, namun peranan pupuk organik
jauh lebih besar daripada pupuk anorganik. Pupuk organik dapat
meningkatkan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) dalam tanah. Tanah dengan
yang memiliki KPK tinggi berarti tanah tersebut memiliki kemampuan untuk
mengikat kation lebih tinggi sehingga unsur hara tidak mudah tercuci (Hartatik
dan Widowati, 2015).
Pupuk organik juga dapat memperbaiki kehidupan biologi tanah dengan
perannya sebagai sumber energi dan makanan bagi meso organisme dalam
tanah. Dengan tercukupinya bahan organik maka aktivitas organisme tanah
meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan hara, dekomposisi
bahan organik serta pembentukan pori makro dan mikro tanah. Penggunaan
pupuk organik dalam jangka panjang selain dapat meningkatkan produktivitas
lahan juga mencegah terjadinya degradasi lahan (Atmojo, 2003; Hartatik dan
Widowati, 2015).
Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Anorganik dan Organik
Selain dampak positif, penggunaan pupuk anorganik memiliki dampak negatif.
Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan dalam jangka panjang,
akan menurunkan kadar bahan organik dalam tanah serta merusak struktur
tanah serta pencemaran lingkungan (Simanjuntak, dkk., 2013).
Hal ini disebabkan, pupuk anorganik mengandung bahan-bahan kimia yang
tidak seluruhnya dapat diserap oleh tanaman. Ada residu atau sisa-sisa pupuk
anorganik yang tertinggal di dalam tanah. Residu ini apabila terkena air akan
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 125

mengikat tanah seperti lem/semen dan setelah kering, tanah akan lengket satu
dengan yang lainnya, keras dan masam. Tanah yang keras menyebabkan
tanaman kesulitan dalam menyerap unsur hara.
Selain itu aerasi dan drainase di dalam tanah juga akan mengganggu
perkembangan akar sehingga akar tidak dapat berfungsi secara optimal.
Kondisi tanah yang keras, serta masam juga akan menyebabkan organisme
penyubur tanah tidak dapat bertahan hidup atau berkurang populasinya. Oleh
karena itu penggunaan pupuk anorganik selain mengakibatkan penurunan
kesuburan fisik, juga menurunkan kesuburan kimia maupun biologi.
Penggunaan pupuk anorganik berlebihan merupakan penggunaan pupuk yang
melebihi dosis, tidak menyesuaikan kebutuhan tanaman, serta penggunaan
yang secara terus menerus tanpa kontrol yang baik. Apabila hal ini dilakukan
terus menerus akan menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan
dapat diperparah dengan kegiatan pertanian yang terus menerus tanpa adanya
pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Apabila hal ini terjadi, maka
tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya akan
tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk anorganik.
Lahan kritis atau terdegradasi merupakan proses kerusakan tanah dan
penurunan produktivitas karena tindakan manusia atau penyebab lain yang
ditandai, antara lain, oleh menurunnya kadar C organik dan unsur-unsur hara
tanah serta mendangkalnya bidang olah tanah. Aplikasi pemupukan anorganik
yang tidak dilakukan secara tidak berimbang merupakan penyebab utama
terjadinya kerusakan tanah (Pasaribu dkk., 2015).
Menurut (Badan Pusat Statistik, 2018) di Indonesia terdapat lahan kritis
sebesar 14 juta hektar. Lahan kritis ini disebabkan degradasi lahan berupa
pengurangan status lahan secara fisik, kimia dan atau biologi sehingga
menurunkan kapasitas produksi.
Selain dampak positif ada dampak negatif penggunaan pupuk organik yang
harus diwaspadai yaitu:
1. Penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama secara terus
menerus dapat menimbulkan ketidakseimbangan hara.
2. Penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu
pertumbuhan dan produksi tanaman.
3. Kemungkinan adanya kandungan logam berat yang melebihi ambang
batas (hartatik dan widowati, 2015).
126 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Selain itu pupuk organik mempunyai komposisi unsur hara yang bervariasi,
manfaat yang tidak secara langsung cepat dapat dilihat, reaksi pada tanaman
yang lambat, serta dibutuhkan dalam dosis tinggi dan jumlah yang banyak.
Penggunaan pupuk organik untuk pemupukan pada tanaman tidak secara cepat
dapat dilihat pengaruhnya. Hal ini disebabkan, pupuk organik memiliki kadar
unsur hara yang rendah, kelarutan rendah, waktu lebih relatif lama
menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, sehingga reaksi
tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak sebaik pupuk anorganik.
Untuk pemupukan, pupuk organik juga dibutuhkan dalam jumlah yang banyak
atau dosis yang relatif tinggi (minimal 2t ha-1 MT1) (Hartatik dan Widowati,
2015). Oleh sebab itu, petani belum banyak menggunakan pupuk organik,
karena dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
tanaman (Musnamar, 2005).

11.4 Tantangan Pemupukan


Tanah Miskin Unsur Hara
Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan akan menimbulkan dampak
yang justru merusak kesuburan tanah. Pemupukan yang berlebihan akan
menghambat pembusukan atau dekomposisi bahan organik. Hal ini
disebabkan kandungan kimia pada pupuk anorganik apabila digunakan dalam
jumlah yang banyak menyebabkan kematian mikroorganisme yang berfungsi
menguraikan bahan-bahan organik dalam tanah. Sehingga dengan
terhambatnya proses dekomposisi akan menghambat proses mineralisasi.
Proses mineralisasi melepaskan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur
hara yang banyak dilepaskan dalam proses mineralisasi adalah nitrogen, fosfor
dan sulfur, selain unsur hara yang lain. Untuk tanaman pangan terutama padi,
nitrogen mempunyai peran penting yaitu: dapat mempercepat pertumbuhan,
serta dapat meningkatkan hasil dan kualitas gabah. Hasil dan kualitas gabah
dapat ditingkatkan melalui peningkatan jumlah anakan, luas daun,
pembentukan dan pengisian gabah, serta sintesis protein. Tanaman padi yang
memiliki jumlah anakan sedikit, pertumbuhan kerdil, serta daun berwarna
hijau kekuningan merupakan ciri kekurangan nitrogen (Atmojo, 2003; Patti,
dkk., 2013).
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 127

Proses mineralisasi juga secara langsung dan tidak langsung membantu


pelepasan P yang ter fiksasi. Unsur P mempunyai peran penting dalam proses
fotosintesis, perkembangan akar, bunga, buah dan biji (Ginting, R.C.B.,
Saraswati, R., Husen, 2006). Unsur S seperti juga N dan P, proses
mineralisasinya ditentukan oleh nisbah C/S bahan organiknya. Unsur S
merupakan penyusun asam amino metionin dan sistein (Soepardi, 1983) serta
hara penting dalam diperlukan untuk pembentukan zat hijau daun.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah juga dipengaruhi oleh pH tanah. Unsur
hara sebagian besar tersedia pada kisaran kondisi pH antara 5.2 dan 6.5. Di
bawah atau di atas kisaran pH ini, sebagian unsur hara akan terikat pada
partikel tanah dan tidak tersedia bagi tanaman (Hanafiah, 2010). pH tanah akan
menurun apabila bahan organik dalam tanah belum terdekomposisi atau masih
dalam proses dekomposisi.
Peningkatan Produksi
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Berbagai jenis bahan baku pertanian, perikanan, perkebunan,
pertambangan baik yang dapat dikonsumsi langsung atau tidak tersedia dalam
jumlah yang cukup besar. Akan tetapi kemampuan menyediakan bahan baku
kadang tidak sebanding dengan laju konsumsi. Kebutuhan konsumsi bahan
pangan dari sektor pertanian maupun hortikultura dan perkebunan meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini tentu saja
membutuhkan peningkatan pasokan produksi.
Pada sektor pertanian, produktivitas lahan-lahan pertanian pada tahun 2020
menghasilkan sejumlah 54,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau
mengalami kenaikan sejumlah 45,17 ribu ton atau sebesar 0,08 persen
dibandingkan tahun 2019 yang sejumlah 54.06 ton GKG. Apabila
dikonversikan sebagai beras sebagai bahan pangan maka produksi beras pada
2020 sebesar 31,33 juta ton mengalami kenaikan sebanyak 21,46 ribu ton atau
0,07 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton (Badan Pusat
Statistik, 2021).
Akan tetapi pada kenyataannya kenaikan ini belum bisa melepas
ketergantungan dari impor bahan pangan (Bisnisnews.id, 2021). Sedangkan
berdasarkan data sensus penduduk 2020 jumlah penduduk Indonesia sebesar
270,20 juta jiwa bertambah 32,56 juta jiwa dibandingkan hasil sensus 2010
(Badan Pusat Statistik, 2020). Oleh karena itu, masih dibutuhkan produksi
beras yang lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan.
128 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Peningkatan produksi untuk pangan seperti beras, salah satunya akan berkaitan
dengan peningkatan areal pertanian dan atau peningkatan produktivitas lahan
pertanian. Peningkatan dengan melakukan penambahan areal lahan pertanian
dengan irigasi yang memadai akan membutuhkan biaya yang besar serta
waktu yang lama. Sementara itu, dalam peningkatan produktivitas lahan
dibutuhkan adanya kemampuan manajemen pengelolaan dan pengolahan
lahan, pemanfaatan teknologi pengolahan lahan, peningkatan kesuburan
tanaman serta penanganan hama tanaman (Rosadi, 2015).
Pemberian pupuk merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan
kesuburan tanaman. Walaupun secara alami unsur hara dapat disediakan oleh
tanah, akan tetapi pada kondisi tertentu jumlahnya tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu perlu diberikan pupuk untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman. Kebutuhan unsur hara tersebut dapat dipenuhi
dalam bentuk pupuk tunggal atau pupuk majemuk atau kombinasinya.
Saat ini Kementerian Pertanian tengah fokus meningkatkan produksi pangan
termasuk hortikultura, perkebunan dan lainnya, sehingga kebutuhan pupuk
baik pupuk tunggal seperti urea maupun majemuk NPK di kalangan petani
cukup tinggi.
Bahan Baku Pupuk
Pupuk mempunyai peranan yang cukup besar dalam peningkatan produktivitas
tanaman. Tanaman dan lahan mempunyai kebutuhan pupuk yang berbeda,
sehingga waktu dan dosis pemberian pupuk harus diperhatikan. Selain itu
dalam penggunaan pupuk haruslah secara bijak, terutama untuk pupuk
anorganik. Hal ini disebabkan bahan baku pembuatan pupuk anorganik yang
tidak dapat diperbaharui. Bahan baku pupuk anorganik berasal dari bahan
tambang yang tidak dapat diperbaharui kembali.
Produksi bahan pangan terutama padi, dapat ditingkatkan dengan penambahan
unsur hara (Dobermann dan Fairhurst, 2000) menyebutkan bahwa setiap ton
padi, membutuhkan 14,7 kg N/ha; 2,6 kg P/ha; dan 14,5 kg K/ha yang dapat
diperoleh dari tanah, air irigasi dan pupuk. Unsur hara esensial yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak adalah unsur nitrogen. Unsur ini
mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan di masa
vegetatif tanaman, serta untuk pembentukan protein. Sampai saat ini, pupuk
urea masih mendominasi penggunaan pupuk di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen daripada pupuk yang lain.
Bab 11 Tantangan Pemupukan di Masa Depan 129

Pupuk urea tidak hanya digunakan di sektor pertanian tetapi juga di sektor
perkebunan. Menurut data Pupuk Indonesia, sampai bulan Februari 2021
sudah tersalurkan 576.776 juta ton pupuk urea. Semua pabrik pupuk urea di
Indonesia menggunakan gas alam sebagai bahan baku. Padahal ketersediaan
gas alam semakin menipis jumlahnya, sehingga saat ini dikembangkan
teknologi proses yang memungkinkan substitusi bahan baku gas alam. Bahan
baku yang paling memungkinkan untuk menggantikan gas alam adalah
batubara. Batubara sendiri ketersediaannya semakin lama akan berkurang.
Untuk bahan baku pupuk P dan pupuk K, sebagian besar bahan baku juga
masih tergantung dari luar negeri. Potasium sebagai bahan baku unsur KCl
dalam pupuk NPK saat ini impor dari Kanada dan Rusia. Asam fosfat sebagai
bahan baku pupuk NPK juga diimpor dari Yordania. Pasokan batuan fosfat
dan asam fosfat serta potasium di dunia juga semakin terbatas dan harganya
semakin meningkat. Kebutuhan sulfur, asam sulfat, juga masih diimpor.
Walaupun di dalam negeri ada namun kualitasnya tidak bagus dan jumlahnya
sedikit. Bahan baku utama pupuk seperti gas bumi, rock phosphate, sulfur,
KCl, DAP, MOP, ammoniak, asam sulfat, asam fosfat, dan sebagainya yang
70% masih dipenuhi dari luar negeri (Rahayu, 2021).
Bahan baku yang masih impor akan membuat biaya operasional untuk
produksi tinggi. Biaya produksi yang tinggi secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap harga pupuk. Harga pupuk akan lebih mahal. Mahalnya
harga pupuk baik pupuk bantuan atau non bantuan kerap membuat petani
terlambat dalam memproduksi tanaman padinya sehingga hal ini akan
berpengaruh pada produktivitas.
Permasalahan pemupukan sebenarnya dapat diatasi apabila petani melakukan
pemupukan secara rasional. Hal ini dikarenakan pemupukan yang berlebihan
akan berdampak tidak baik pada tanah. Melakukan pemupukan berimbang
merupakan salah satu cara untuk mengatasi tantangan pemupukan di masa
depan. Pemupukan berimbang yaitu menyediakan semua kebutuhan unsur
hara yang cukup, sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman untuk mencapai hasil dan kualitas tanaman yang tinggi sebagai upaya
peningkatan produksi secara optimal (BPTPBengkulu, 2016).
Pada pemupukan berimbang tidak semua unsur hara ditambahkan, akan tetapi
hanya unsur hara yang dibutuhkan dan kurang saja yang ditambahkan.
Pemberian pupuk dilakukan dengan dosis yang tepat sesuai status hara dan
130 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

kebutuhan tanaman. Sehingga akan ada keseimbangan hara dalam media


tumbuh dan kebutuhan tanaman.
Selain itu penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan
pupuk anorganik menurut Syam, dkk., (2017) dapat meningkatkan
produktivitas tanaman dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik, baik itu
pada lahan sawah maupun lahan kering. Sumber pupuk organik tersedia
melimpah ada di sekitar dan bersifat dapat diperbaharui. Hal ini merupakan
langkah yang dapat dilakukan petani untuk menghadapi tantangan pemupukan
ke depan.
Daftar Pustaka

Agung (2018) Memulihkan keadaan tanaman perkebunan pasca panen dengan


pemupukan, https://agungbudisantoso.com/memulihkan-keadaan-
tanaman-perkebunan-pasca-panen-dengan-pemupukan/.
Al-Jabri, Muhammad. (2012). Teknologi Uji Tanah Untuk Penyusunan
Rekomendasi Pemupukan Berimbang Tanaman Padi Sawah. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 6 No. 1 Maret 2013: 11-22
Amir H. dan Rossyda, P. (2019). Remediasi Tanah Tercemar Logam Berat.
Penerbit UNITRI Press. Malang.
Anonim (2018) “Mengenal Pupuk Tanaman,” Dinas Pangan, Pertanian dan
Perikanan. Pontianak.
Anonim (2021) “Struktur Jaringan Tumbuhan,”
https://www.freedomsiana.id/struktur-jaringan-tumbuhan/
Anonim. (2011). Pemupukan. Organic Agriculture for Community Invesmet.
https://agroinfotek.wordpress.com/2011/04/12/o/
Anonim. (2015). 4 Lapisan Tanah dan Penjelasannya.
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/lapisan-tanah
Anonim. (2021). Pupuk. https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk
Arora, N. K. (tanpa tanggal) Advances in Soil Microbiology : Recent Trends
and Future Prospects.
Arwani, A. (2019) Cara Tepat Pemupukan Yang Wajib Diketahui Agar
Tanaman Durian MusangKing Dapat Tumbuh Dengan Optimal dan
Cepat Berbuah, https://www.jualbenihmurah.com/blog/inilah-cara-tepat-
pemupukan-yang-wajib-diketahui-agar-tanaman-durian-musang-king-
dapat-tumbuh-dengan-optimal-dan-cepat-berbuah.
132 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Asroh, A. and Novriani (2020) ‘Pengaruh Pupuk Organik Cair Yang


Dikombinasikan Dengan Pupuk Nitrogen Terhadap Kelimpahan Hama
Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Ardi’, in LANSIUM 2 – 1,
September 2020, pp. 43–51.
Atmojo, S. W. (2003). Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengelolaannya.
Ayuningtyas, U., Budiman and Azmi, T. K. K. (2020) ‘Pengaruh Pupuk Daun
Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Dian Agrihorti Pada
Tahap Aklimatisasi’, Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision
Agriculture), 4(2), pp. 148–159. doi: 10.35760/jpp.2020.v4i2.2888.
Badan Pusat Statistik. (2020).
(https://www.bps.go.id/publication/2020/12/01/21930121d1e4d09459f7
e195/luas-panen-dan-produksi-padi-di-indonesia-2019.html, diakses 15
September 2021).
Badan Pusat Statistik. (2021).
(https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-
penduduk-2020.html, diakses 15 September 2021).
Balittanah. (2021). Pemupukan.
https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-
topmenu-58/1005-berim
Bara, R. Z. B. (2019) Uji Cara Aplikasi Pupuk Npk Dan Pupuk Organik Dengan
Pemberian Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Bunga Jambu Madu Deli (Syzygium samarangense)
Umur 3 Tahun, S K R I P S I.
Bisnisnews.id . (2021). Produktifitas Pangan Dan Penyusutan Lahan Pertanian
di Indonesia. (https://bisnisnews.id/detail/berita/produktifitas-pangan-
dan-penyusutan-lahan-pertanian-di-indonesia, diakses 15 September
2021).
BPTPBengkulu. (2016.) Pemupukan Padi Sawah Berimbang.
(https://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/info-
teknologi/432-infotek-tanaman-pangan/845-pemupukan-padi-sawah-
berimbang#!/ccomment, dikases 15 September 2021).
Bubun Alfarisi, S. D. dan F. S. (2020) ‘Respon Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Bunga Kol (Brassica oleracea Var. Botrytis L.) Pada Pemberian
Daftar Pustaka 133

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Pupuk N, P, DAN K’,


Lansium 2, (September).
Buckman, H. O. and Brady, N. C. (1982) Ilmu tanah. Bhratara Karya Aksara.
Budiman M.A.K, (2012). Sumber, Dampak, dan Penanggulangan dari
Pencemaran Air. https://asyiefkhasan.wordpress.com/2012/12/22/
sumber-dampak-dan-penanggulangan-daripencemaran-air/
cybext.pertanian.go.id (2019) ‘Mengenal Hara Tanaman’. Available at:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88311.
Deddy, E. dan Ishak, J. (2014). Teknologi Pengendalian Pencemaran Logam
Berat pada Lahan Pertanian. Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan
Iklim.
Dewanto, F. G. et al. (2017) ‘Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik
Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan.’, Zootec,
32(5), pp. 1–8. doi: 10.35792/zot.32.5.2013.982.
Dewi Ratna, N., Aris Eddy, S., dan Budi, H. (2013). Pengaruh Pupuk Organik
dan Anorganik Terhadap Produksi dan Kandungan Minyak Wijen serta
Kelayakan Usaha Tani di Lahan Pasir Pantai. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat, dan Minyak Industri 5(1), April 2013: 31-39. ISSN:
2085-6717.
Djoehana Setyamidjaya M.Ed. (1986). ‘‘Pupuk dan Pemupukan‘‘ CV Simplekx
Efendi, Z. and Ramon, E. (2019) ‘Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit
Dengan Pemberian Pupuk Kompos Dan Biourine Sapi Di Desa Margo
Mulyo Kabupaten Bengkulu Tengah’, AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pertanian, 6(2), pp. 29–36. doi: 10.37676/agritepa.v6i2.879.
Europe, F. (2018, August 2). Fertilisers. Retrieved October 17, 2021, from
https://twitter.com/fertilizerseuro/status/1025017816502681602:
https://twitter.com/fertilizerseuro/status/1025017816502681602
Evan, F. (2018) ‘Soil Testing Demystified’, Medium. Available at:
https://medium.com/@evanfolds/soil-testing-demystified-cfed38eb4439.
Farming.id (2019) Berbagai Cara Pemupukan Tanaman Budidaya,
https://www.corteva.id/berita/Berbagai-Cara-Pemupukan-Tanaman-
Budidaya.html.
134 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Firmansyah, I., Syakir, M., & Lukman, L. (2017). Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk N, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L .), 27(1), 69–78.
Firmansyah, M. A. (2011) ‘Peraturan tentang pupuk, klasifikasi pupuk alternatif
dan peranan pupuk organik dalam peningkatan produksi pertanian’,
Makalah disampaikan pada Apresiasi Pengembangan Pupuk Organik, di
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka
Raya, pp. 2–4.
Firmasyah, I., Syakir M., Liferdi L. (2017). Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk
N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L.). J. Hort. Vol. 27 No. 1, Juni 2017 : 69-78
Gammon, K 2011. Pollution fact/ type of pollution. LiveScience Contributor.
http: www. Livescienc.com. diakses 25 Maret 2014.
Ginting, R.C.B., Saraswati, R., Husen, E. (2006.) Mikroorgaanisme Pelarut
Fosfat. Simanungkalit, R.M.D., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R.,
Setyorini, D., Hartatik, W. (ed.) Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Bogor: Balai Besar l:enelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, hal. 141–158.
Hakim, N. et al. (1986) ‘Dasar-dasar ilmu tanah’, Universitas Lampung.
Lampung, 488.
Hamzah A., Ricky I. Hapsari, and Rossyda P. (2017). The Influence of Rice
Husk and Tobacco Waste Biochars on Soil Quality. Journal of Degraded
and Mining Lands Management (JDMLM) Volume 5, No. 1 (October
2017).
Hanafiah, K. A. (2005) ‘Dasar Dasar Ilmu Tanah’.
Hanafiah, K. A. (2005). Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hanafiah, K. A. (2010). Dasar-dasar Ilmu Tanah. 4th edn. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Harahap, S. M. and Nurliana, H. (2017) ‘Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Urea dalam Meningkatkan Produksi pada Tanaman Padi di Sumatera
Utara’, Agrica Ekstensia, 11(1), pp. 17–21.
Hardjowigeno, S. (1987). Ilmu Tanah. Jakarta: kademika Pressindo.
Daftar Pustaka 135

Hardjowigeno, S. (2007) ‘Dasar-Dasar Ilmu Tanah’, Penerbit Pustaka Utama.


Jakarta, pp. 77–79.
Harjowigeno (2010) “Ilmu Tanah, ”Akademika Pressindo. Jakarta
Hartatie, D., Irma Harlianingtyas dan Supriyadi. (2020). Pengaruh Curah Hujan
dan Pemupukan terhadap Rendemen Tebu di PG Asembagus Situbondo.
Peran Teaching Factory di Perguruan Tinggi Vokasi dalam Mendukung
Ketahanan Pangan pada Era New Normal (pp. 47-54). Jember:
Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture.
Hartatik, W. dan Widowati, L. R. (2015). Peranan Pupuk Organik dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman Role of Organic
Fertilizer to Improving Soil and Crop Productivity, Jurnal Sumberdaya
Lahan, 9(2):107–120.
Hartatik, W., Husnain, H. and Widowati, L. R. (2015) ‘Peranan pupuk organik
dalam peningkatan produktivitas tanah dan tanaman’, Jurnal Sumberdaya
Lahan, 9(2).
Himawan, A. F. I., dan Al Habtsi, M. A. (2019). ‘Pengendalian kualitas produk
NPK phonska dengan metode statistical processing control pada unit
produksi 2A PT. Petrokimia Gresik’, Jurnal Manajerial. 5 (1): 75-83.
Howarth, R. (2009) “Forms and Transformations of Nitrogen,” hal. 2009.
Hutapea, S. dan Apriliyani, I. (2020) “ Kalsium, Magnesium, Sulfur dalam
Tanah dan Tanaman,” https://pertanian.uma.ac.id/wp-
content/uploads/2020/07/Kesuburan-Tanah-9.pdf
Ir. Ni Gustiketut Roni, M.Si. (2015). Tanah Sebagai Media Tumbuh. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.
Irawan, D. S. dan Rochayati, S. (2017). Proyeksi kebutuhan pupuk sektor
pertanian melalui pendekatan sistem dinamis. Bogor, Balai Penelitian
Tanah, (12), hal: 123–139.
(https://www.academia.edu/download/34465994/09_-_Irawan_et_al_-
_Proyeksi_Kebutuhan_Pupuk_Sektor_Pertanian_Melalui_Pendekatan_
Sistem_Dinamis.pdf.
Kalay, A. M. Hindersah, R.,Ngabalin, I.A., Jamlean, N. (2021). Pemanfaatan
pupuk hayati dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis (Zea mays saccharata), Agric, 32(2):129–138.
136 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Karmaita, Y. (2018). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Hasil Tanaman Padi


di Kawasan Danau Singkarak. Jurnal Unimal, 1-7.
Kementrian Pertanian. (2019). Ph Tanah Dan Ketersediaan Unsur Hara Dalam
Tanah. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70521/Ph-Tanah-
Dan-Ketersediaan-Unsur-Hara-Dalam-Tanah/
Kheong, L.V., Rahman, Z.A., Musa, M.H., and Hussein, A. (2010) “Nutrient
Absorption by Oil Palm Primary roots as Affected by Empty fruit Bunch
Application,” Journal of Oil Palm Research. Vol. 22. pp. 711-720.
Kliktani (2018) Waktu dan cara pemupukan padi yang tepat dengan dosis
sesuai, https://www.kliktani.com/2018/10/cara-pemupukan-padi.html.
Krisnawati, E. and Adirianto, B. (2019) BUKU AJARTeknologi Pemupukan
Ramah Lingkungan.
Kushartono, E.W., Suryono, E. Setiyaningrum. (2009). Aplikasi Perbedaan
Komposisi N, P dan K pada Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan
Teluk Awur, Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan, 14 (3) : 164-169.
Las, I. dan Setyorni, D. (2010) “Kondisi lahan, Teknologi, arah dan
Pengembangan Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik. Prosiding
Seminar Nasional Peranan Pupuk NPK dan Organik dalam Swasembada
Beras Berkelanjutan, ” Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Bogor.
Lestari, S.U. dan Muryanto (2018) “Analisis Beberapa Unsur Kimia Kompos
Azolla mycrophylla, ”Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 14. No.2.
Lingga, P. Dan Marsono. (2013). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Liputan 6, 13 Macam Pupuk Organik dan Kimia, Kenali Fungsinya untuk
Tanaman, 30 Agustus 2021, https://id.berita.yahoo.com
Manggala, P. A. (2020). PT Agri Jaya Manggala. Retrieved October 14, 2021,
from http://www.ajmpt.com/: http://www.ajmpt.com/
Mansyur, N. I., Pudjiawati, E. H., dan Murtilaksono, A. (2021). ‘Pupuk dan
Pemupukan’, Aceh: Syiah Kuala University Press.
Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H. and Murtilaksono, A. (2021) Pupuk dan
Pemupukan. Syiah Kuala University Press.
Daftar Pustaka 137

Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H. and Murtilaksono, A. (2021) Pupuk dan


Pemupukan. Syiah Kuala University Press.
Marsono dan Paulus, S. (2005). Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Cetakan
keempat. Penebar Swadaya. Bogor.
Marsono, P. S. (2001). Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta
Mengel, K, and Kirkby, E. A. (2001). Principles of plant nutrition 5th edn.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Misrianto, F., Susilawati, W. and Fikriman (2017) ‘Analisis Efektivitas
Pemupukan Menggunakan Pesawat Udara DI Kebun Batang Gading PT.
Satya Kisma Usaha Kabupaten Bungo’, Jurnal Agri Sains, 1(1), pp. 1–
11.
Mpapa, B. (2016) ‘Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon Jati
(Tectona Grandis L.) Pada Ketinggian Yang Berbeda’, Jurnal Agrista
Unsyiah, 20(3), pp. 135–139.
Mulyani, Mul Sutedjo. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka
Cipta
Munawar, A. (2018) Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. PT Penerbit IPB
Press.
Musnamar, E. .( 2005). Pupuk Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nadhira, A. and Berliana, Y. (2017) ‘Respon Cara Aplikasi dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat’, Jurnal Warta, 51, pp. 1829–7463.
Nations., A. O. (1984). Fertilizer and plant nutrition guide (No. 9). Rome, Italia:
Fertilizer, Plant Nutrition Service, Agriculture Organization of the United
Nations. Land and Water Development Division, Food & Agriculture
Org.
Novriani. (2010). Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) pada Budidaya
Jagung. Jakarta: Agronobis.
Nurjaya.( 2003). Identifikasi Status dan Sebaran Logam Berat Pb dan Cd di
Sentra Bawang Merah Kabupaten Tegal dan Brebes (mimeo).
138 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Nurlaila, Masatoh, S., dan Novitasari. (2017). 'Degradasi kandungan nitrogen


pada pupuk organik cair selama dalam penyimpanan’, Buletin Loupe. 14
(2): 13-18.
Pahan, I. (2008) ‘Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir’, Penebar Swadaya. Jakarta, 412.
Pardede, G.M. (2018). Kajian Beberapa Sifat Kimia Tanah Pertanian Berbasis
Organik Dan Non-Organik Desa Naga Timbul Kec.Bonatua Lunasi
Kab.Tobasa.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/9202/110301172.
pdf?sequence=1&isAllowed=y
Pemerintah, I. (2020). Peraturan Menteri Pertanian tan No 1 Tahun 2020 tentang
Alokasi Dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian
Tahun Anggaran 2020.
Pemerintah, I. (2011). Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/SR.
140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati Dan Pembenah
Tanah,.
Pertanian, S. (2017) Cara Pemupukan Tanaman Kopi yang Efektif dan Efisien,
https://abangpertanian.blogspot.com/2017/07/cara-pemupukan-
tanaman-kopi-yang.html.
Pertiwi, S. K., Rizal, K. and Triyanto, Y. (2021) ‘Pengaruh Pupuk Organik Cair
Urin Kambing Dan Pestisida Alami Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kacang Panjang Beda Varietas Di Desa Gunung Selamat’, Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 11(1), p. 1. doi:
10.30999/jpkm.v11i1.1151.
Pohan, R. R. (2011, April 12). Pemupukan. Retrieved October 14, 2021, from
Waton Creative Innovation: https://agroinfotek.wordpress.com/
Prita Fatma Adelia, Koesriharti and Sunaryo (2013) ‘Pengaruh Penambahan
Unsur Hara Mikro (Fe dan Cu) dalam Media Paitan Cair dan Kotoran
Sapi Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Merah (Amarantus
tricolor L.) dengan Sistem Hidrponik Rakit Apung’, Produksi Tanaman,
1(3), pp. 48–58.
PT. Pupuk Indonesia (http://www.pupuk-indonesia.com)
Purnomo, R., Santoso, M. and Heddy, S. (2013). Pengaruh Berbagai Macam
Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Daftar Pustaka 139

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Produksi Tanaman,


1(3): 93–100.
Rachman, A., Dariah, A., Santoso, D. (2006) ” Pupuk Hijau dalam Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati, ”Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Rahayu, A. C. (2021). Petrokimia Gresik ungkap dampak kenaikan harga
minyak dunia ke bahan baku pupuk.
(https://industri.kontan.co.id/news/petrokimia-gresik-ungkap-dampak-
kenaikan-harga-minyak-dunia-ke-bahan-baku-pupuk, diakses 15
September 2021).
Rahmaniah, I. et al. (2021) ‘Karakteristik Status Kesuburan Tanah Pada Lahan
Pekarangan Dan Lahan Usahan Tani Di Kecamatan Rantau Selatan’,
Journal Liaison Academia and Society, 1(1), pp. 1–18.
Rajiman (2020) “Pengantar Pemupukan’’. CV Budi Utama. Sleman
Jogyakarta.
Rajiman (2020) Pengantar pemupukan, Deepublish. Yogyakarta
Rajiman. (2010). Pemanfaatan Bahan Pembenah Tanah Lokal dalam Upaya
Peningkatan Produksi Benih Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kulon
Progo, Disertasi Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Ramadhani, R. H., Roviq, M., & Maghfoer, M. D. (2014). Pengaruh Sumber
Pupuk Nitrogen dan Waktu Pemberian Urea pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Sturt. var. saccharata).
Rao, I. M. (2009). Essential Plant Nutrients and Their Functions. Centro
Internacional de Agricultura Tro[ical (CIAT): Centro Internacional de
Agricultura Tropical (CIAT).
Reeves, R., (2006). Hyperaccumulation of Trace Elements by Plants. In:
Phytoremediation of Metal-Contaminated Soils. Morel, J. L., Echevarria,
G., and Goncharova, N., Eds.: 25–52.
Riata, R. (2010) “Unsur Hara dan Dinamikanya bagi Tanaman,”
http://ritariata.blogspot.com/2010/03/unsur-hara-inamikanya-
bagi_02.html.
140 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Riwandi, Prasetyo, Hasanudin, Indra, C. (2017). Kesuburan Tanah dan


Pemupukan. Penerbit Yayasan Sahabat Alam Rafflesia.
Robinson, B., Banuelos, G., Conesa, H.M., Evangelou M.W.H., and Schulin R.,
(2009). The Phytomanagement of Trace Elements in Soil. Critical
Reviews in Plant Science, 28: 240–266, www.informaworld. com
Roidah, I. S. (2013). ‘Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan
Tanah’, Jurnal Bonorowo, 1(1): 30-43.
Roni, N. G. (2015). Bahan Ajar Tanah sebagai Media Tumbuh. Bali: Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.
Rosadi, A. H. Y. (2015). Kebijakan Pemupukan Berimbang untuk
Meningkatkan Ketersediaan Pangan Nasional (Balanced Fertilization
Policy to Improve Availability of National Food). Pangan, 24(1): 1–14.
Rosmarkam, A. and Yuwono, N. W. (2002) Ilmu kesuburan tanah. Kanisius.
Rosmarkam, A., dan Yuwono, N. W. (2002). ‘Ilmu Kesuburan Tanah’,
Kanisius: Yogyakarta.
Sakti, Pramuda. (2009). Evaluasi Ketersediaan Hara Makro N, P Dan K Tanah
Sawah Irigasi Teknis Dan Tadah Hujan Di Kawasan Industri Kabupaten
Karanganyar. file:///C:/Users/USER/Downloads/4018.pdf
Sarif, P., Hadid, A., & Wahyudi, I. (2015). 'Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
(Brassica juncea L.) Akibat pemberian berbagai dosis pupuk urea'. Jurnal
Agrotekbis, 3(5): 585–591. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E.K. (2006) ” Kompos dalam Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati, ”Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sianipar, M. S. et al. (2017) ‘Populasi Hama Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal.), Keragaman Musuh Alami Predator Serta
Parasitoidnya Pada Lahan Sawah Di Dataran Rendah Kabupaten
Indramayu’, Agrologia, 6(1). doi: 10.30598/a.v6i1.245.
Silalahi, M. (2015) “Bahan Ajar Morfologi Tumbuhan, ”Prodi Pendidikan
Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen
Indonesia.
Simanjuntak, A., Lahay, R.R dan purba, E. (2013). Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum) terhadap Pemberian
Daftar Pustaka 141

Pupuk NPK dan Kompos Kulit Buah Kopi. Jurnal Online


Agroekoteknologi, 1(3): 362–373.
Siswanto, B. (2018). Sebaran Unsur Hara N, P dan pH dalam Tanah. Buana
Sains. 18 (2), 109-124.
Slamet, S. (2019, December 17). KATAM Terpadu Modern. Retrieved October
14, 2021, from Lima Tepat (5T) dalam Aplikasi Pemupukan:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88668/Lima-Tepat-5-T-
Dalam-Aplikasi-Pemupukan/
Soemarwoto, O. (1991). Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soepardi, G. (1983). Sifat dan Ciri Tanah. Bogoor: Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Soumare, A. et al. (2020) “From Isolation of Phosphate Solubilizing Microbes
to Their Formulation and Use as Biofertilizers : Status and Needs,”
7(January), hal. 1–14. doi: 10.3389/fbioe.2019.00425.
Sukadarmika, Gede. (2015).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/86b2d7363bebcd
b1930ec0684cd4e1ed.pdf
Sukarman, D., Setyorini dan S. Ritung. (2012). Metode Percepatan Pemetaan
Status Hara Lahan Sawah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi, 141-150.
Sumarno. (2012). Konsep Pelestarian Sumber Daya Lahan Pertanian dan
Kebutuhan Teknologi. Iptek Tanaman Pangan Vol. 7 No. 2 2012
Sunarianti, N. W. N., Yuliartini, M. S. and Andriani, A. A. S. P. R. (2021)
‘Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi ( Oryza sativa L.) Dengan Sistem
Of Rice Intensification ( SRI )’, Gema Agro, 26(April), pp. 50–55.
Supardi, G. (1983) ‘Sifat dan ciri tanah’, Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Jurus-
an Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 591.
Suprapto. (2016). Modul Hubungan Tanah, Air dan Tanaman Diklat Teknis
Operasi dan Pemeliharaan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumberdaya Air dan Konstruksi.
142 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Suriadikarta, D. A., Setyorini, D., dan Hartatik, W. (2004). 'Uji Mutu dan
Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik'.
Susanti, R. A., Sumarni, T. dan Widaryanto, E. (2013). Pengaruh Bahan
Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi ( Oryza Sativa
L .) Varietas Inpari 13 Sistem Tanam Jajar Legowo. Jurnal Produksi
Tanaman, 1(5):456–463.
Suwahyono, U. (2017). 'Panduan Penggunaan Pupuk Organik'. Jakarta:
Penerbar Swadaya.
Suyamto (2017) ‘Manfaat Bahan dan Pupuk Organik pada Tanaman Padi di
Lahan Sawah Irigasi’, Iptek Tanaman Pangan, 12(2), pp. 67–74.
Syafruddin, S., Nurhayati, N., dan Wati, R. (2012). 'Pengaruh jenis pupuk
terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis'. Jurnal
Floratek, 107–114.
Syam, N., Suriyanti, S. dan Killian, L. H. (2017). Pengaruh Jenis Pupuk Organik
Dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium
graveolus L.). AGROTEK: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian, 1(2),:. 43–53.
doi: 10.33096/agrotek.v1i2.36.
Tan, K. H.( 1993). Environmental Soil Science. New York: Marcel Dekker.
Tarigan, H. S., Kartika, J. G. and Susila, A. D. (2019) ‘Penentuan Dosis
Optimum Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Kolesom (Talinum
triangulare (Jacq.) Wild.)’, Buletin Agrohorti, 7(1), p. 108. doi:
10.29244/agrob.7.1.108-114.
Tedjasarwana, R., Nugroho, E. D. and Hilman, Y. (2011) ‘Cara Aplikasi dan
Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan’, Jurnal
Hortikultura, 21(4), p. 306. doi: 10.21082/jhort.v21n4.2011.p306-314.
Tinker P.B.H. (1975) ” Effects of Vesicular-Arbuscular Mycorrhizas on Higher
Plants, ” Symp. Soc. Expt. Biol. 29. pp.325-349.
Tinker, P.B. (1976) “Soil Requirements of The Oil Palm. in R.H.V. Corley, J. J.
hardon, B.J. Wood (Ed). Oil Palm Research,” Elsevier Scientific
Publishing Company. 165-181.
Togatorop, A. (2017). Modernisasi Pertanian Terhadap Pemakaian Pupuk
dalam Meningkatkan Taraf Hidup Petani di Desa Sirisirisi Kecamatan
Doloksanggul Sumatera Utara. JOM Fisip Vol.4 (2), 1-15.
Daftar Pustaka 143

Tuherkih, E., & Sipahutar, I. A. (2008). Pengaruh Pupuk NPK Majemuk


(16:16:15) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L) di
Tanah Inceptisols. Balai Penelitian Tanah, 77–90.
Uchida, R. (2000). Essential Nutrients for Plant Growth: Nutrient Functions and
Deficiency Symptoms. Honolulu: University of Hawaii at Manoa.
Undang Kurnia, J. Sri Adiningsih, dan A. Abdurachman. (2003). Strategi
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Pertanian.
Hal. 41-61 dalam Prosiding Seminar Nasional. Peningkatan Kualitas
Lingkungan dan Produk Pertanian. Pertanian Produktif Ramah
Lingkungan Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Undang, K., Husen, S., Rasti, S., dan Nurjaya (2005). Teknologi Pengendalian
Pencemaran Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Wahyu Trisnawati, D., Susetya Putra, N. and Heru Purwanto, B. (2017)
‘Pengaruh Nitrogen dan Silika terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada Kedelai’, Planta
Tropika: Journal of Agro Science, 5(1), pp. 52–61. doi:
10.18196/pt.2017.071.52-61.
Wahyudi. (2010). 'Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran'. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Wei, Y. et al. (2018) “Effect of organic acids production and bacterial
community on the possible mechanism of phosphorus solubilization
during composting with enriched phosphate-solubilizing bacteria
inoculation,” hal. 190–199.
Widiastuti, H. (2016) ‘Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur
merang (Volvariella volvacea)(TKSJ) sebagai pupuk organik pada
pembibitan kelapa sawit Utilization of spent mushroom (Volvariella
volvacea) media derived from empty fruit bunches of oil palm (SMEB) as
organic fertilizer on oil palm seedling’, E-Journal Menara Perkebunan,
75(2).
Widiatmika, I. K. W., Wijana, G. and Artha, D. A. N. I. N. (2017) ‘Pengaruh
Beberapa Jenis Pupuk dan Umur Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil
144 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Tanaman Padi ( Oryza sativa L .) The Influence of Several Types of


Fertilizers and Seeds Against Growth’, AGROTROP, 7(2), pp. 189–198.
Wiedenhoeft, A. C. (2006). Plant Nutrition. New York: Infobase Publishing.
Wiraatmaja, I Wayan. (2016). Pergerakan Hara Mineral Dalam Tanaman.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/cab302690a21
0a3fcb6f8f38e4f68a20.pdf
Wiraatmaja, I. W. (2017) ‘Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral serta
Responnya terhadap Hasil’, Bahan Ajar, p. 6. Available at: chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/https://simdos.unud.
ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/8845246192c4d15f3aa034af1b88a
4d4.pdf.
Yuniarti, A., Solihin, E. and Arief Putri, A. T. (2020) ‘Aplikasi pupuk organik
dan N, P, K terhadap pH tanah, P-tersedia, serapan P, dan hasil padi hitam
(Oryza sativa L.) pada inceptisol’, Kultivasi, 19(1), p. 1040. doi:
10.24198/kultivasi.v19i1.24563.
YUNIWATI, E. N. Y. D. (2017) MANAJEMEN TANAH:(TEKNIK
PERBAIKAN KUALITAS TANAH). INTIMEDIA.
Yusuf, T. ;Nanoabe (2012) ‘Faktor Pembatas Pertumbuhan’, Blog. Available at:
http://yellowash.blogspot.com/2012/10/faktor-pembatas-
pertumbuhan.html.
Zeffa, D. M. et al. (2019) “Azospirillum brasilense promotes increases in growth
and nitrogen use efficiency of maize genotypes,” 1, hal. 1–13.
Biodata Penulis

Tioner Purba, Lahir pada tanggal 12 Mei 1973 di


Persatuan Baru Kecamatan Panei Kabupaten
Simalungun Sumatera Utara, merupakan Putri
Keempat dari pasangan Bapak Jaralim Purba (+) dan
Ibu Raulina Sinaga serta istri dari Manondang
Situmorang. Dikaruniai anak 3 orang, dua putra
(Daniel Sun Micho Situmorang dan Nathan Kajushi
Samratima Situmorang) dan satu putri (Sefry Tiara
Situmorang). Menyelesaikan pendidikan Sarjana
Kehutanan di Jurusan Manajemen hutan Fakultas
Pertanian Universitas Palangkaraya tahun 1997.
Gelar Magister Pertanian diperoleh pada tahun 2005 di Fakultas Pertanian
Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, menyelesaikan program
doktor di Program Studi Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dan lulus tahun 2017. Sejak tahun 2004 sampai sekarang
mengabdi sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun
Pematangsiantar. Saat ini diberi tugas tambahan sebagai Ketua Lembaga
Penelitian Universitas Simalungun.

Ringkop Situmeang, lahir pada tanggal 1 April


1959, di Tanah Jawa, Kecamatan Tanah Jawa.
Kabupaten Simalungun , Sumatera Utara,
merupakan Putra Pertama dari pasangan Bapak Sabar
Situmeang (+) dan Ibu Resianna Hutahaean (+) serta
suami daari Relita Marapung. Dikaruniai 3 orang
anak, satu putra (Richard Hiras A. Situmeang) dan
dua putrid ( Ida Yolanda Situmeang dan Deby Cintia
Situmeang). Menyelesaikan pendidikan Sarjana
Pertanian, di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
tahun 1984. Gelar Magister Pertanian diperoleh pada tahun 2001 di Program
146 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Sejak tahun 1988 sampai sekarang
mengabdi sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun,
Pematangsiantar. Saat ini diberi tuas tambahan sebagai Kepala Laboratorium
Ilmu Dasar Universitas Simalungun.

Hanif Fatur Rohman, S.P., M.P. Lahir di Gresik 30


November 1991. Lulus S1 di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya tahun 2013, lulus S2 di Program Studi
Ilmu Tanaman, Pascasarjana Fakutas Pertanian
Universitas Brawijaya pada tahun 2017. Saat ini
merupakan Dosen di Program Studi Produski
Tanaman Hortikultura, Jurusan Produksi Pertanian,
Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur. Mengampu
matakuliah Ilmu tanah dan Kesuburan, Kesuburan
Tanah, Dasar-dasar Kultur Jaringan, Kultur Jaringan
Terapan, Fisiologi Tumbuhan dan Rancangan
Percobaan. Telah mengikuti pelatihan Budidaya dan
Pengolahan Kopi Luwak di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, serta
telah memiliki Serifikat Uji Kompetensi Pengolah Kopi Luwak.

Mahyati lahir di Ujung Pandang, pada 29


September 1970 merupakan anak tunggal dari
pasangan Hj. Julaeha (Ibu) dan Abdul Latief (Ayah).
Setelah lulusan angkatan ke 2 yaitu 1988 pada Prodi
Teknik Kimia D3 Politeknik Universitas
Hasanuddin kembali melanjutkan kuliah hingga
jenjang S3 pada bidang bioteknologi lingkungan
pada FMIPA Kimia Universitas Hasanuddin pada
tahun 2014. Mahyati telah banyak berkontribusi
pada bidang yang terkait dengan lingkungan
misalnya menyusun dokumen lingkungan dll,
pertanian, perikanan khususnya rumput laut, pendidikan energi terbarukan dan
bidang pendidikan vokasi teknik kimia.
Biodata Penulis 147

Arsi, SP, M.Si. Lahir Jungkal, Kecamatan


Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir, S-1
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya 2008, S-2 Ilmu
Tanaman Bidang Kajian Umum Proteksi Tanaman
Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan 2014. Staf
Mengajar S-1 Program Studi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya (Unsri) dari
Tahun 2015 sampai sekarang. Buku Terbit Tahun
2021 Judul Budidaya Tanaman Sehat secara Organik
dan Ekologi Serangga.

Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada


tanggal 26 Maret 1990. Pendidikan sarjana sejak
tahun 2008 ditempuh di Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto dan pendidikan
master di Program Studi Agronomi dan Hortikultura,
Sekolah Pascasarjana, Institut pertanian Bogor
melalui program Beasiswa Pascasarjana Dalam
Negeri (BPPDN) pada tahun 2013. Selepas kuliah,
penulis mengabdikan diri di Politeknik Pertanian dan
Peternakan Tuban pada tahun 2015, kemudian melanjutkan pengabdian di
Politeknik Negeri Jember sejak 2018 dan mengajar pada bidang kajian produksi
tanaman hortikultura.

Abdus Salam Junaedi, lahir di Mojokerto, pada 26


Juni 1992. Pendidikan Sarjana ditempuh pada
Program Studi S1-Biologi, Universitas Airlangga,
Surabaya, lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2015,
penulis melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi
S2-Biologi, Universitas Airlangga, Surabayadan
selesai pada tahun 2017. Saat ini penulis bekerja
sebagai dosen pada Program Studi S1-Manajemen
Sumberdaya Perairan, Jurusan Kelautan dan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo
148 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

Madura, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik


Indonesia. Beberapa karya ilmiah penulis antara lain “Isolation dan
identification of phosphate solubilizing diazotrophic endophytic bacteria from
the root of tomato plant (Lycopersicon esulentum Mill. var. tymoti)” pada
International Journal of Medicine, Health dan Food Science Volume 1, Nomor
2, Agustus 2017 halaman 1-5; “Kualitas daging ikan kurisi (Nemipterus
japonicus) hasil tangkapan nelayan di pelabuhan perikanan branta, Pamekasan”
pada Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Volume 23, Nomor 2,
Agustus 2020, “Karakteristik ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele
(Clarias batrachus) pada fase rigor mortis” pada JFMR-Journal of Fisheries dan
Marine Research Volume 4, Nomor 3, Oktober 2020, dan “Potensi konsorsium
sampel air pelabuhan kamal dan bittern dalam mendegradasi solar” pada Jurnal
Kelautan Tropis (Tropical Marine Journal) Volume 24, Nomor 2, Mei 2021.
Beberapa buku penulis yang telah diterbitkan dengan beberapa rekan penulis
berjudul ”Tanah dan Nutrisi Tanaman”, Juli, 2021; ”Ilmu Kesuburan Tanah dan
Pemupukan”, Agustus 2021; ”Pengantar Bioteknologi”, ”Ekologi dan Ilmu
Lingkungan”, ”Kesehatan dan Pengelolaan Lingkungan”, ”Ilmu Lingkungan”
September, 2021.

Tatuk Tojibatus Sa’adah, Ir., MP, lahir di Sidoarjo


pada tanggal 2 Agustus 1962. Meraih gelar sarjana
bidang Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian
Universitas Jember pada tahun 1986 dan mengikuti
pendidikan S-2 (2000-2003) program studi magister
Agromi pada Program Pascasarjana Fakultas
Pertanian Universitas Jember. Saat ini bekerja
sebagai staf pengajar di LLDIKTI Wil VII dpk
Universitas wijaya Kusuma Surabaya tepatnya pada
program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan
mengampu mata kuliah Dasar dasar ilmu tanah (DDIT), Kesuburan tanah,
Nutrisi Tanaman dan Mikrobiologi Pertanian Sejak tahun 2007 sampai
sekarang sebagai Ka Ps Agroteknologi FP-UWKS. Selain menulis karya ilmiah
dalam bentuk Bahan Ajar untuk mahasiswa S-1 juga menulis beberapa artikel
hasil penelitian yang telah dimuat dalam jurnal terakreditasi baik nasional
maupun internasional.
Biodata Penulis 149

Dr. Junairiah, S.Si., M. Kes. lahir di Surabaya pada


tanggal 14 Juli 1971. Pendidikan S1 ditempuh di
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor lulus
tahun 1995. Pendidikan S2 di Program Studi Ilmu
Kedokteran Dasar, Universitas Airlangga dan lulus
tahun 2001. Pendidikan S3 Biologi di Program Studi
S3 Biologi, Universitas Gadjah Mada, lulus tahun
2013. Penulis merupakan dosen Departemen Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
Pada Program Studi S1 Biologi, penulis mengampu mata kuliah Taksonomi
Tumbuhan, Morfologi Tumbuhan, Botani Ekonomi, dan Fisiologi Tumbuhan.
Pada Program Studi S2 Biologi, penulis mengampu mata kuliah Fisiologi Zat
Tumbuh dan Biokimia Tanaman. Saat ini penulis menekuni penelitian tentang
metabolit sekunder yang dihasilkan dari kultur in vitro serta aktivitas biologinya.
Buku yang telah ditulis dan terbit adalah Keanekaragaman dan Potensi
Piperaceae, Tumbuhan sebagai Bahan Antimikroba, Teknologi dan Produksi
Benih, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Tata Ruang Pertanian Kota,
Penyakit Tanaman dan Pengendaliannya, Tanah dan Nutrisi Tanaman, Ilmu
Kesuburan Tanah dan Pemupukan, serta Dasar-Dasar Agronomi.

Ir. Jajuk Herawati, M. Kes lahir di Surabaya tahun


1967. Setelah lulus dari Fakultas Pertanian - UWKS
(1991), kemudian pada tahun 2001 penulis
menamatkan pendidikan program pasca sarjana minat
Biologi (IKD – Biologi) di Universitas Airlangga
Surabaya. Penulis adalah dosen tetap di Fakultas
Pertanian UWKS mulai Januari tahun 1992 sampai
sekarang. Sebelum menjadi dosen, Penulis sempat
bekerja sebagai karyawati salah satu bank swasta di
Surabaya selama dua tahun. Pengalaman struktural,
pada tahun 2002 - 2003 sebagai sekprodi PS
Agroteknologi, tahun 2003 - 2007 sebagai Kaprodi, tahun 2007 - 2009 sebagai
wadek bidang akademik, dan tahun 2009 - 2019 sebagai dekan Fakultas
Pertanian UWKS. Sekarang penulis sebagai ketua Unit Penjaminan Mutu.
Penulis adalah seorang peneliti, dan pernah mendapatkan Hibah Dikti mulai
tahun 2011, baik penelitian maupun pengabdian masyarakat. Tahun 2012 –
150 Pupuk dan Teknologi Pemupukan

2016 sebagai ketua tim penelitian Hibah Bersaing (HB), dan masuk nominasi
38 finalis produk penelitian unggulan Perguruan Tinggi se-Indonesia tahun
2013. Pada tahun 2015 – 2017 sebagai ketua tim pengabdian masyarakat Iptek
bagi Wilayah (IbW) di Kab. Pacitan serta berhasil mengantarkan desa binaannya
juara 1 tingkat Propinsi Jawa Timur sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) pada tahun 2015, dan tahun 2017 – 2020 sebagai ketua tim Penelitian
Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), serta di luar kegiatan tersebut
sebagai anggota dalam tim pengabdian masyarakat Iptek bagi Masyarakat/IbM
(2011 – 2016). Di buku ini penulis menulis Bab 10 Pengaruh Pemupukan
Terhadap Pencemaran Lingkungan.

Arum Asriyanti Suhastyo lahir di Banjarnegara,


pada 10 Maret 1980. Lulus S1 di Program studi Ilmu
Tanah Universitas Sebelas Maret tahun 2003 dan
lulus S2 di Program studi Ilmu Tanah Institut
Pertanian Bogor tahun 2011. Saat ini merupakan
dosen tetap di Program studi DIII Agroindustri
Politeknik Banjarnegara. Mengampu mata kuliah
Teknologi Produksi Pupuk dan Pertanian
Berkelanjutan. Fokus penelitian pada bidang pupuk
organik berbahan dasar sumber daya alam lokal.

Anda mungkin juga menyukai