Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENELITIAN

PENGENDALIAN HAYATI TANAMAN REFUGIA PADA TANAMAN


PADI DI DESA SIDOKELAR PACIRAN LAMONGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Hayati
Dosen pengampu: Hasni Ummul Hasanah, S.Si.,M.Pd

Oleh Kelompok : 10
Nurul Hidayati T20188014
Ahmad Wirayuda T20188024
Khoirutunnisa Awwaliyah T20188025

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ
JEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat mengerjakan makalah ini dengan lancar
dan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa. Laporan
penelitian yang berjudul “Tanaman Refugia Sebagai Pengendali Hama Wereng pada Tanaman
Pdi di Desa Ledokombo” ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengendalian Hayati. Dalam penulisan Laporan Penelitian ini , penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah terlibat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Penelitian ini masih belum sempurna
dan banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.

Lamongan, 01 Juni 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Total produksi tanaman padi di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan.
Seperti yang dikutip dari Yakub (2018) Kabupaten Lamongan merupakan salah satu
lumbung pangan bagi Provinsi Jawa Timur selain Kabupaten Bojonegoro dan Tuban
dengan total produksi mencapai 146.467 ton dari 21.184 ha total realisasi panen yang
tersebar di 21 kecamatan. Lokasinya yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo
menjadikan sebagian besar area sawah di kabupaten ini memiliki sistem pengairan yang
baik. Desa Kuluran yang terletak di Kecamatan Kalitengah merupakan salah satu sentra
penanaman padi yang produktif. Lahan pertanian di daerah ini sebagian besar berupa
sawah tambak dengan sistem pertanaman padi yang dilakukan oleh petani yaitu padi-
padipadi, padi-padi-palawija dan mina-mina-padi yang merupakan sistem pertanaman
padi yang mayoritas petani lakukan. Para petani di Desa Kuluran dalam melakukan usaha
pertaniannya sering berhadapan dengan adanya serangan hama yang menjadi faktor
pembatas dalam meningkatkan produksi padi. Hama memiliki kemampuan
berkembangbiak dan daya rusak yang tinggi apabila tidak dilakukan tindakan
pengendalian dan akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi petani (Effendi, 2009).
Hal ini mendorong petani untuk mengaplikasikan pestisida kimia sebagai upaya
mengendalikan serangan hama tersebut. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu
konsep yang dikembangkan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) melalui pendekatan ekologi dan teknologi untuk mengelola populasi hama ataupun
penyakit dengan menerapkan satu atau kombinasi beragam teknik pengendalian yang
kompatibel sehingga populasinya berada pada aras yang tidak merugikan. Empat prinsip
dalam penerapan konsep PHT antara lain: budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh
alami, pengamatan rutin dan petani sebagai ahli PHT (Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
2015). Salah satu strategi penerapan konsep PHT adalah pemanfaatan agens hayati
seperti predator dan parasitoid yang berperan sebagai musuh alami. Keberagaman dan
kelimpahan populasi musuh alami di ekosistem persawahan dapat ditingkatkan dengan
sistem pertanaman refugia (Amanda, 2017).
Refugia merupakan mikrohabitat yang ditanam di sekitar tanaman yang
dibudidayakan bagi predator dan parasitoid untuk berkembang biak. Manfaat refugia
sebagai area konservasi musuh alami di sawah yaitu sebagai tanaman perangkap hama,
tanaman penolak hama, tempat berlindung, menarik musuh alami untuk hidup dan
berkembangbiak di area tersebut karena menyediakan sumber nutrisi dan energi seperti
nektar, serbuk madu dan embun madu yang dibutuhkan oleh musuh alami sehingga
kehadiran musuh alami dapat menyeimbangkan populasi hama pada batas yang tidak
merugikan (Landis, Wratten, & Gurr, 2000).
Jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman refugia antara lain
tanaman berbunga, gulma berdaun lebar, tumbuhan liar yang ditanam atau yang tumbuh
sendiri di areal pertanaman, dan sayuran (Horgan et al., 2016), biasanya berasal famili
Umbelliferae, Leguminosae, dan Compositae atau Asteraceae. Mekanisme ketertarikan
serangga oleh tanaman berbunga yaitu ditentukan oleh karakter morfologi dan fisiologi
bunga yang berupa warna, bentuk, ukuran, keharuman, periode berbunga dan kandungan
nektar. Kebanyakan serangga tertarik pada bunga yang berukuran kecil, cenderung
terbuka dan mempunyai periode berbunga yang cukup lama (Nicholls & Altieri, 2007).
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dan penelitian untuk mendorong petani untuk
menanam tanaman refugia telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu penanaman
tanaman refugia di sekitar lahan sawah untuk menerapkan sistem Manajemen Tanaman
Sehat (MTS) di Desa Besur, Sekaran, Lamongan. Hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Afandhi, Aluf, & Prasetya (2019) menunjukkan bahwa augmentasi musuh alami
sangat penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sawah. Selain itu
petani di Gampong Paya Demam Dua, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur dan petani
di Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan telah menerapkan
sistem pertanaman refugia di sekitar lahan sawah untuk meningkatkan populasi serangga
bermanfaat pada ekosistem sawah tersebut (Amanda, 2017).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman refugia ?
2. Apa manfaat dari tanaman refugia pada konservasi musuh alami?
3. Apakah tanaman refugia bisa menurunkan populasi hama ?
4. Jenis hama apa saja yang ada pada tanaman padi ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan tanaman refugia
2. Untuk mengetahui manfaat dari tanaman regugia pada konsorvasi musuh alami
3. Untuk mengetahui jenis-jenis hama pada tanaman padi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Refugia
Tanaman refugia adalah tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang
dibudidayakan, yang berpotensi sebagai tempat perlindungan dan sumber pakan bagi
serangga musuh alami (baik predator atau pemangsa maupun parasitoid). Musuh alami
sangat menikmati keanekaragaman tumbuhan refugia karena bermanfaat untuk
microhabitat. Suatu konsep pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam
pengendalian hama adalah dengan cara menanam tanaman yang digunakan sebagai
refugia sehingga konservasi predator dapat terus terjaga (Purwantiningsih et al.,
2012).Tanaman refugia memiliki cirri; tanaman memiliki bunga dan warna mencolok,
regenerasi tanaman cepat dan berkelanjutan, benih mudah diperoleh, mudah ditanam,
dan bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain. (Wahyuni, 2013)
mengemukakan tumbuhan berbunga yang dijadikan tanaman refugia diharapkan dapat
menjadi tempat perlindungan serta sebagai penyedia pakan bagi predator dari hama
tanaman padi. Makanan yang didapatkan predator dari tumbuhan berbunga adalah madu
dan nektar dari bunga serta serangga hama yang bersembunyi pada tumbuhan tersebut.
Menurut (Arcury & Quandt, 2003)1, selain dapat memperoleh madu dan nektar dari
tumbuhan berbunga yang didatanginya, predator juga dapat menemukan mangsa yang
bersembunyi di tumbuhan berbunga tersebut.
Tumbuhan berbunga berkemampuan memikat banyak musuh alami karena
berfungsi sebagai sumber pakan maupun tempat perhentian (untuk meletakkan telur
atau menyembunyikan diri dari bahaya) Fungsi yang beragam ini menyebabkan
pentingnya memperhatikan tumbuhan berbunga sebagai habitat khusus bagi serangga
dan jasad lainnya, dan tumbuhan berbunga sangat penting untuk melestarikan populasi
musuh alami di suatu ekosistem seperti agroekosistem terutama di pertanaman yang
selama ini dominan sebagai ekosistem monokultur, misalnya tanaman padi (Kurniawati,
2015)2

1
Ibid
2
Ibid
B. Manfaat Tanaman Refugia
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara alami bergantung
pada kelestarian agroekosistem dan komponen lokasi pertanaman. Organisme yang
sering menyerang pada tanaman padi antara lain hawar daun bakteri, busuk batang,
penyakit tungro, penyakit bercak daun, penyakit busuk pelepah daun, dan penyakit
fusarium. Untuk membasmi penyakit pada tanaman padi tersebut, petani rata-rata
menggunakan pestisida sebagai pembasmi instant untuk oganisme pengganggu tanaman
lahan pertanian. Pestisida sangat berbahaya bagi kesehatan petani, masyarakat, dan
mahluk hidup lainnya. Pemakaian pestisida secara terus menerus berdampak pada
tingginya cost bagi petani karena dapat membunuh organisme yang bermanfaat sebagai
musuh alami pada hama tanaman padi. Berdasarkan studi literatur dampak dari
penggunaan pestisida akan mengakibatkan Multiple myeloma, sarkoma, kanker prostat
dan pankreas, kanker rahim, pankreas serta Hodgkin (Alavanja et al., 2004).3
Dampak negatif lain pada penggunaan pestisida adalah tanaman jadi rusak,
pertumbuhan tanaman tidak normal, nutrisi makanan terkontaminasi dengan pestisida,
predator musul alami berkurang, muncul spesies hama baru, perawatan tanaman tidak
ekonomis, dan memburuknnya kondisi lingkungan akibat aplikasi bahan kimia sintetis
yang tidak terkendali. Oleh karena itu, petani dianjurkan untuk memanfaatkan refugia
sebagai solusi musuh alami untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman.
Refugia adalah wadah untuk perlindungan bagi musuh alami dan predator yang
bermanfaat bagi tanaman padi (Altieri & Letourneau, 1982)4. Refugia dapat mendukung
kegiatan konservasi sebagai pilihan dalam menjaga agroekosistem pada lahan pertanian
(Allifah et al., 2013)5.
Refugia dengan warna mencolok merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan
sebagai tempat mikrohabitat serta organisme tertentu. Pada ekosistem lahan pertanian,
keberadaan mikrohabitat buatan yang baik adalah pada pinggiran atau tanggul pada

3
Alavanja MCR, Hoppin JA & Kamel F. 2004. Health effects of chronic pesticide exposure: cancer and neurotoxicity.
Annual Review of Public Health, 25(1), pp.155–197.
4
Altieri MA & Letourneau DK. 1982. Vegetation management and biological control in agroecosystems. 1, pp.405–
430.
5
Allifah ANA, Yanuwiadi B, Gama ZP & Leksono AS. 2013. Refugia sebagai mikrohabitat untuk meningkatkan peran
musuh alami di lahan pertanian. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura, (2010), pp.113–116.
areal pertanian (Sam et al., 2008)6. Keberadaan mikrohabitat dan berbagai macam hama
berdampak pada banyaknya Arthropoda di ekosistem sawah (Addina et al., 2013)7.
Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam seperti pemanfaatan tanaman pinggir
atau tanaman perangkap, dapat mendorong stabilitas ekosistem sehingga populasi hama
dapat ditekan dan berada dalam kesetimbangannya. Jenis tanaman pinggir yang dipilih
harus mempunyai fungsi ganda yaitu, disamping sebagai penghalang masuknya hamake
pertanaman pokok, juga sebagai tanaman refugia yang berfungsi untuk berlindung
sementara dan penyedia tepung sari untuk makanan alternatif predator, jika mangsa
utama populasinya rendah atau tidak ada di pertanaman pokok. Teknik bercocok tanam
seperti penanaman tanaman pinggir dapat mendorong konservasi musuh alami seperti
predator (Mahmud, 2006)8.
Refugia dapat meningkatkan peluang lingkungan musuh alami dalam
pengendalian hama yang mengganggu tanaman padi (Allifah et al., 2013)9. Refugia
adalah tumbuhan yang sangat bagus dan mudah untuk dibudidayakan sebagai
mikrohabitat musuh alami pada tanaman. Musuh alami dangat menikmati
keanekaragaman tumbuhan refugia karena bermanfaat untuk microhabitat. Suatu konsep
pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pengendalian hama adalah dengan
cara menanam tanaman yang digunakan sebagai refugia sehingga konservasi predator
dapat terus terjaga (Purwantiningsih et al., 2012)10.
Tanaman refugia memiliki ciri; tanaman memiliki bunga dan warna mencolok,
regenerasi tanaman cepat dan berkelanjutan, benih mudah diperoleh, mudah ditanam,
dan bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain. (Wahyuni, 2013)11
mengemukakan tumbuhan berbunga yang dijadikan tanaman refugia diharapkan dapat

6
Sam KG, Andrade HH, Pradhan L, Pradhan A, Sones SJ, Rao PGM, et al. 2008. Effectiveness of an educational
program to promote pesticide safety among pesticide handlers of South India. International Archives of
Occupational and Environmental Health, 81(6), pp.787–795.
7
Addina L, Yanuwiadi B, Gama Z panata & Leksono A setyo. 2013. Efek perpaduan beberapa tumbuhan liar di
sekitar area pertanaman padi dalam menarik arthropoda musuh alami dan hama. El-Hayah, 3(2), pp.71–81.
8
Mahmud T. 2006. Identifikasi serangga di sekitar tumbuhan kangkungan (Ipomoeas crassicaulis roob.).
Universitas Islam Negri Malang.
9
Allifah ANA, Yanuwiadi B, Gama ZP & Leksono AS. 2013. Refugia sebagai mikrohabitat untuk meningkatkan peran
musuh alami di lahan pertanian. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura, (2010), pp.113–116.
10
Purwantiningsih B, Leksono AS & Yanuwiadi B. 2012. Kajian Komposisi Serangga Polinator Pada Tumbuhan
Penutup Tanah Di Poncokusumo-Malang. 17, pp. 165–172.
11
Wahyuni R. 2013. Peningkatan keragaman tumbuhan berbunga sebagai daya tarik predator hama padi.
Universitas Sebelas Maret
menjadi tempat perlindungan serta sebagai penyedia pakan bagi predator dari hama
tanaman padi. Makanan yang didapatkan predator dari tumbuhan berbunga adalah madu
dan nektar dari bunga serta serangga hama yang bersembunyi pada tumbuhan tersebut.
Menurut (Arcury & Quandt, 2003), selain dapat memperoleh madu dan nektar dari
tumbuhan berbunga yang didatanginya, predator juga dapat menemukan mangsa yang
bersembunyi di tumbuhan berbunga tersebut. Tumbuhan berbunga berkemampuan
memikat banyak musuh alami karena berfungsi sebagai sumber pakan maupun tempat
perhentian (untuk meletakkan telur atau menyembunyikan diri dari bahaya) Fungsi yang
beragam ini menyebabkan pentingnya memperhatikan tumbuhan berbunga sebagai
habitat khusus bagi serangga dan jasad lainnya, dan tumbuhan berbunga sangat penting
untuk melestarikan populasi musuh alami di suatu ekosistem seperti agroekosistem
terutama di pertanaman yang selama ini dominan sebagai ekosistem monokultur,
misalnya tanaman padi (Kurniawati, 2015)12.
Mengingat peran dari serangga musuh alami yang menguntungkan untuk
membantu pengendalian hama dan penyakit ini, maka perlu ada usaha konservasi
musuh alami dengan menanam tanaman refugia bersamaan atau mendahului tanaman
utama. (Purwantiningsih et al., 2012)13 sebaiknya tanaman refugia ditanam sebelum
tanaman utama agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dan berkembang
biak bagi musuh alami dan serangga pollinator yang berperan dalam polinasi yaitu
perantara penyerbukan tanaman. Refugia cocok ditanam di pematang sawah.
Penanaman refugia sejajar dengan sinar matahari sehingga tidak menutupi atau
mengganggu penyerapan sinar matahari bagi tanaman utama (Icuk Muhammad Sakir
dan Desinta Desinta : 2018)14. Untuk melihat bagaimana peningkatan hasil tanaman
padi pada lahan suboptimal dengan memanfaatkan refugia sebgaia media utamanya,
maka dilakukan penelitian pada 3 hektar lahan pertanian di desa Sidokelar Paciran
Lamongan.

12
Kurniawati N. 2015. Peran Tumbuhan Berbunga Sebagai Media Konservasi Artropoda Musuh Alami. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 19(2), pp.53–59.
13
Purwantiningsih B, Leksono AS & Yanuwiadi B. 2012. Kajian Komposisi Serangga Polinator Pada Tumbuhan
Penutup Tanah Di Poncokusumo-Malang. 17, pp. 165–172.
14
Icuk Muhammad Sakir dan Desinta Desinta. 2018. Pemanfaatan Refugia dalam Meningkatkan Produksi
Tanaman Padi Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Lahan Suboptimal: Vol. 7, No.1: 97-105 April 2018. pp 99-100
C. Refugia bisa menurunkan populasi hama
Pemanfaatan musuh alami dapat digunakan untuk mengendalikan hama secara alami
dan pengendalian tersebut dapat menjaga keseimbangan jumlah populasi hama dan musuh
alami. Penanaman tanaman refugia (tanaman singgah) untuk musuh alami dapat
meningkatkan jumlah populasi serangga predator yang berguna dalam mengendalikan
serangan hama.
Pengelolaan sistem bertanam perlu dilakukan sebagai upaya melakukan konservasi
serangga musuh alami. Pengelolaan habitat musuh alami merupakan upaya memanipulasi
habitat lokal agar sesuai bagi musuh alami sehingga daya tekan terhadap populasi hama
meningkat. Sistem tanam ini relatif mudah dan murah untuk dilakukan, secara ekonomi
lebih menguntungkan, dan tidak mencemari lingkungan karena menggunakan masukan
rendah, misalnya bahan organik sebagai pupuk, serta musuh alami, dan tanaman perangkap
hama sebagai pengendali hama (Altieri dan Nichols 2004).
Sistem tanam inter cropping, strip cropping, dan alley cropping adalah menanam
tumbuhan berbunga di antara tanaman utama (sistem lorong atau baris) yang berfungsi
sebagai tanaman perangkap, atau sebagai sumber pakan musuh alami. Insectary plant dan
tumbuhan penutup tanah (cover crop) merupakan tumbuhan berbunga yang ditanam
bersamaan dengan tanaman budidaya sebagai sumber pakan dan inang alternatif (Altieri dan
Nichols 2004).
Pemilihan tumbuhan berbunga pada sistem polikultur harus memperhatikan fungsi
dan peran dari tumbuhan tersebut di lingkungan, misalnya potensi untuk meningkatkan
kedatangan musuh alami, meningkatkan kesuburan tanah, atau menekan populasi gulma).
Telah dibuktikan pengujian keamanan biologis terhadap bunga matahari Helianthus annuus
(Zhon et al. 2011). Selain itu penanaman tumbuhan berbunga harus memperhitungkan
struktur dan komposisinya yang disesuaikan dengan kondisi lahan setempat (Magagula
2011). Periode berbunga dari masing-masing tumbuhan juga diperhatikan sehingga mampu
menjaga populasi musuh alami tetap tinggi di sepanjang musim tanam (Heshula 2011).
Tanaman refugia yang dimanfaatkan di daerah lokasi mitra disesuaikan dengan
ketersediaan jenis tanaman yang ada, antara lain bunga kertas pink tumpuk (Zinnia elegans),
bunga kertas pink (Zinnia peruviana), bunga kertas kuning (Zinnia peruviana), bunga kertas
orange (Zinnia peruviana), bunga kenikir kuning (Cosmos caudatus), bunga kenikir orange
(Cosmos caudatus), bunga matahari (Helianthus annuus), bunga jengger ayam (Celosia
cristata), bunga jengger ayam kipas kuning (Celosia plumosa), dan bunga jengger ayam
kipas merah (Celosia plumosa).

D. Macam-macam Hama Padi


1. Scirpophaga innotata Walker (Pyralidae)
Imago berbentuk ngengat, berwarna putih, panjang tubuh 12,5 – 14 mm
(Gambar 1).

Gambar 1. Imago Scirpophaga innotata Walker


Serangan hama ini dapat menyebabkan gejala sundep pada tanaman padi
sawah yaitu larva menyerang pangkal daun muda kemudian menjadi layu dan
mengering. Jika menyerang batang maka menyebabkan gejalah beluk yaitu larva
menyerang batang pada waktu awal pembungaan sehingga menyebabkan bulir
menjadi hampa dan tangkai bulir padi dapat dicabut dengan mudah.
2. Chilo suppressalis Walker (Lepidoptera: Pyralidae)
Imago berwarna seperti jerami, coklat mudah dan memiliki sisik berwarna
perak. Panjang tubuh 4,5 - 5,5 mm (Gambar 2).
Gambar 2. Imago Chilo suppressalis
Larva menyerang daun, pelepah dan batang. Serangan pada daun dan
pelepah menyebabkan adanya bercak coklat daun dan pelepah, dan lama
kelamaan menjadi kering. Serangan pada batang menyebabkan batang berlubang
dan mudah patah dan bulirnya tidak berisi atau hampah.
3. ymphula depunctalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae)
Imago berwarna putih krem, dengan 2 buah titik hitam dan bercak
berwarna kecoklatan. Ukuran tubuh 5,5 – 7 mm dan rentang sayap 14 – 16 mm

Gambar 3. Imago Nymphula depunctalis Guenee


Serangan terjadi sejak di pesemaian sampai terbentuknya anakan
maksimun. Larva memakan jaringan mesofil daun dari permukaan bawah daun
dan menyisahkan bagian epidermis pada bagian daun yang diserang dan tampak
garisgaris memanjang berwarna keputihan, dan itu sebabnya hama ini disebut
hama putih.
4. Sesamia inferens Walker (Lepidoptera; Noctuidae)
Imago berwarna ungu, pada sayap depan berwarna coklat keunguan,
terdapat strep berwarna kehitaman, memanjang kebelakang. Sayap belakang
berwarna putih. Ukuran tubuh berkisar 5 - 6 mm (Gambar 4). Serangan hampir
sama dengan serangan Chilo suppressalis. Larva menyerang daun,pelepah dan
batang. Serangan pada daun dan pelepah menyebabkan adanya bercak coklat daun
dan pelepah, dan lama kelamaan menjadi kering. Serangan pada batang
menyebabkan batang berlubang dan mudah patah. Nephotettix virescens Distant
(Homoptera; Cicadellidae) Imago berwarna hijau dengan ujung sayap berwarna
hitam kecoklatan. Panjang tubuh 2,5 – 3 mm (Gambar 5). Hama ini merupakan
hama sekunder dan dapat menularkan virus tungro dan virus kerdil rumput.

Gambar 5. Imago Nephotettix virescens


5. Nilaparvata lugen Stal. (Homoptera: Delphacidae).
Imago berwarna coklat sampai coklat kekuningan. Panjang tubuh 3 - 4
mm

(Gambar 6). Nilaparvata lugen Stal.


Nimfa dan imago menyerang tanaman padi sawah dan menularkan virus
kerdil rumput dan jenis virus lainnya. Serangan berat dapat menyebabkan gejalah
Hopperburn atau terbakar pada areal pertanaman padi sawah dan menyebabkan
puso atau gagal total.
6. Leptocorisa oratorius Fab. (Hemiptera: Alydidae)
Tubuh imago berbentuk memanjang atau lonjong, berwarna ada yang
hijau dan coklat, atau hijau kecoklatan. Panjang tubuh 13 -15,5 mm (Gambar 7).
Nimfa dan imago menyerang bulir padi yang masih muda menyebabkan bulir
padi menjadi hampa. Bulir padi yang terserang biasanya berdiri tegak karena
bulirnya tidak berisi atau hampa.

Gambar 7. Imago Leptocorisa oratorius Fab


7. Pareaucosmetus sp (Hemiptera: Lygaeidae)
Hama Pareucosmetus sp. yang dewasa berwarna hitam dan berbentuk
memanjang dengan tubuh yang agak keras. Ukuran tubuh 8-12 mm Hama ini
menyerang tanaman padi sawah dengan menghisap cairan pada bulir padi baik
yang masih muda maupun yang sudah hampir matang. Akibat dari serangan hama
ini, menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau kosong. Gejala serangan hama
Pareucosmetus sp mirip dengan gejala seranggan Leptocorixa acutayaitu adanya
bulir padi hampa dan bintik-bintik coklat sampai pada bulir-bulir yang sudah tua.

Gambar 8. Imago Pareaucosmetus sp


8. Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)
Imago berwarna hitam sampai coklatan dan memiliki alat mulut berupa
moncong/ rostrum. Sayap depan/elytra memiliki empat buah spot berbentuk bulat
telur (lonjong) berwarna coklat kemerahan pada elytra dan kaki berwarna coklat
kemerahan. Di Indonesia dikenal dengan nama beras atau kumbang beras, di
Sulawesi Utara disebut logong dan di Minahasa disebut Serangga ini merupakan
hama pasca penting pada beras.

Gambar 9. Imago Sitophilus oryzae


9. Passer spp. (Passeriformes: Passeridae)
Warna tubuh coklat kekuningan dan kepala berwarna coklat atau coklat
kekuningan, tubuh bagian dada dan pe keputihan. Ukuran tubuh bervariari yaitu
cm. Serangan hama bu vegetatif yaitu pada saat bulir padi sudah hampir
matang/masak sanpai siap panen, bahkan sampai pasca panen.

Gambar 11. Imago Passer spp.


10. Rattus argentiventer Robinson and Kloss (Rodentia; Muridae).
Hama tikus warnanya bervariasi dari coklat samapi caklat keabu-abuan.
dari 20 – 35 cm.

(Gambar 12). Imago Rattus argentiventer


hama pada Tanaman Padi Sawah pada anakan dan sebagian tercecer
disekitar rumpun. Serangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat
sehingga produksi menurun. Serangan tertinggi terjadi sejak tanaman padi sawah
umur 7 hari hingga 21 hari setelah tanam. Pomacea caniculata Lamarck. Adult of
Pomacea caniculata (Passeriformes: Passeridae) oklat kekuningan, sayap
berwarna coklat atau coklat kekuningan, tubuh bagian dada dan perut berwarna
abu-abu bervariari yaitu 7,5 – 12 Serangan hama burung terjadi pada fase yaitu
pada saat bulir padi sudah hampir matang/masak sanpai siap panen, bahkan
sampai spp. Passer spp.) Robinson and Kloss Hama tikus warnanya bervariasi
dari coklat . Ukuran juga bervariasi ).
Pathak (1977) mengemukakan bahwa kurang lebih 70 spesies hama yang
merusak tanaman padi dan sekitar 20 spesis yang merupakan hama utama. Hama-
hama tersebut menyerang akar, batang, daun, bunga, dan buah. Selanjutnya
Kalshoven (1981) hama penting pada tanaman padi sawah yaitu penggerek batang
padi bergaris (Chilo suppressalis), hama putih (Nymphula depunctalis), penggerek
batang padi ungu (Sesamia inferens), penggerek batang padi kuning (Scirpophaga
incertulas), wereng coklat (Nephotettix virescens), wereng hijau (Nilaparvata
lugens), walang sangit (Leptocorisa acuta), pepinding tanah (Scotinophara
coarctata), kepik hitam (Pareaucosmetus sp.), keong emas (Pomacea caniculata).
Heinrichs (1994) menyatakan dari pembibitan sampai panen tanaman padi sawah
diserang oleh beberapa hama penting yakni penggerek batang (Sesamia inferens,
Chilo spp., Scirpophaga incertulas), hama putih (Nymphula depunctalis), hama
wereng (Nephotettix virescens dan Nilaparvata lugens), walang sangit
(Leptocorisa acuta), kepik hitam (Pareaucosmetus sp.), keong emas (Pomacea
caniculata), hama burung (Passer spp.), dan hama tikus (Ratus-ratus spp.)15.

15
Jusuf Manueke, Berty H. Assa dkk. 2017. HAMA-HAMA PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI
KELURAHAN MAKALONSOW KECAMATAN TONDANO TIMUR KABUPATEN MINAHASA. Eugenia Volume 23 No. 3
Oktober 2017. pp 123-125
BAB III
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil dan Pembahasan
Wawancara dilakukan pada tanggal 23 mei 2021 di dusun Perdoto desa Sidokelar
Paciran Lamongan dengan mengambil sasaran pada sektor pertanian padi. Kami
melakukan wawancara kepada ketua mitra tani desa tersebut selaku bapak ahmad atau
warga desa biasa memanggil dengan pak amat yang berumur sekitar 60 tahunan
Pewawancara menanyakan “hama apa saja yang biasanya terdapat pada padi ini”
Hama pada padi biaanya terdapat beberapa fase biasanya pada awal penanaman
padi hanya ulat yang memakan daun daun muda dari padi kemudian ketika sudah mulai
besar munculah beberapa hama laian seperti wereng dan juga kumbang, ketika padi
sudah mulai tua biasanya mulai tikus dan burung berdatangan ini yang biasanya paling
ditakuti oleh petani.
Pewawancara menanyakan “cara mengatasi hama hama tersebut dengan apa “
Untuk hama ulat, wereng, dan belalang biasnya menggunakan semprotan
pestisida, dengan penyemprotan dilakukan senggang setiap 15 hari dari penannaman
sampai 3 bulan sehingga daun terhandar dari seragan ulat belalanag dan wereng, untuk
hama tikus biasanya menggunakan racun tikus dan untuk burung biasanya menggunakan
manual dengan “ecrekan”I
Pewawancara menanyakan “apakah ada pengendalian hayati untuk hama hama
tersebut”
Dulu ada seperti untuk hama ulat wereng dan belalang biasanya ada burung
bangau yang memakan hama tersebut, dan hama tikus biasanya ada ular tetapi semuanya
sudah jarang karena banyaknya perburu liar untuk tikus memang dari dulu menggunakan
racun tikus didesa tersebut dilarang menggunkan jebakan listrik, adanya burung burung
pemkan padi juga membantu mengurangi hama wereng tetapi lebih banayak memakan
padi dari pada hama.mungkin saat ini yang masih alami menggunakan ecrekan tersebut.
Para petani di desa Sidokelar tidak menggunakan pengendalian hayati karena para
masyarakat yang mengikuti kelompok mitra tani desa akan mendapatkan pestisida gratis
dari kelompok mitra tani tersebut. Oleh karena itu masyarakat disana lebih memilih
menggunakan pestisida dari mitra tani karena merasa lebih mudah dan lebih ampuh
mengusir hama-hama tersub. Sebenarnya para petani juga paham dampak dari pestisida
itu sangat buruk nantinya tapi mereka memilihi cara yang lebih mudah dan murah.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk mengendalikam hama di desa di dusun perdoto desa sidokelar paciran
lamongan menggunkan pestisada hanaya untuk mengusir burung menggunakan alat
tradisionala yaiatu ecrek. Dan kebanyakan petani disana masih menggunakan pestisida
karena itu merupakan cara yang lebih mudah dan murah. Dan masyarakat disana masih
memerlukan edukasi tentang pengendalian hayati tanaman refugia.
B. SARAN
Kami yakin bahwa tulisan kami ini, masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik dari pembaca sangat diharapkan demi menyempurnakan tulisan makalah ini. Kami
berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Addina L, Yanuwiadi B, Gama Z panata & Leksono A setyo. 2013. Efek perpaduan
beberapa tumbuhan liar di sekitar area pertanaman padi dalam menarik arthropoda
musuh alami dan hama. El-Hayah, 3(2), pp.71–81.
Alavanja MCR, Hoppin JA & Kamel F. 2004. Health effects of chronic pesticide exposure:
cancer and neurotoxicity. Annual Review of Public Health, 25(1), pp.155–197.
Allifah ANA, Yanuwiadi B, Gama ZP & Leksono AS. 2013. Refugia sebagai mikrohabitat
untuk meningkatkan peran musuh alami di lahan pertanian. Prosiding FMIPA
Universitas Pattimura, (2010), pp.113–116.
Altieri MA & Letourneau DK. 1982. Vegetation management and biological control in
agroecosystems. 1, pp.405–430.
Icuk Muhammad Sakir dan Desinta Desinta. 2018. Pemanfaatan Refugia dalam
Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Lahan
Suboptimal: Vol. 7, No.1: 97-105 April 2018. pp 99-100.
Kurniawati N. 2015. Peran Tumbuhan Berbunga Sebagai Media Konservasi Artropoda
Musuh Alami. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 19(2), pp.53–59.
Jusuf Manueke, Berty H. Assa dkk. 2017. HAMA-HAMA PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza
sativa L.) DI KELURAHAN MAKALONSOW KECAMATAN TONDANO TIMUR KABUPATEN
MINAHASA. Eugenia Volume 23 No. 3 Oktober 2017. pp 123-125
Mahmud T. 2006. Identifikasi serangga di sekitar tumbuhan kangkungan (Ipomoeas
crassicaulis roob.). Universitas Islam Negri Malang.
Purwantiningsih B, Leksono AS & Yanuwiadi B. 2012. Kajian Komposisi Serangga
Polinator Pada Tumbuhan Penutup Tanah Di Poncokusumo-Malang. 17, pp. 165–
172.
Sam KG, Andrade HH, Pradhan L, Pradhan A, Sones SJ, Rao PGM, et al. 2008.
Effectiveness of an educational program to promote pesticide safety among
pesticide handlers of South India. International Archives of Occupational and
Environmental Health, 81(6), pp.787–795.
Wahyuni R. 2013. Peningkatan keragaman tumbuhan berbunga sebagai daya tarik
predator hama padi. Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai