Anda di halaman 1dari 10

SISTEM SARAF OTONOM

RESUME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu: Dr. Abdillah Fatkhul Wahab, S,Kep.,Ns.,M.Kes

Oleh:

Kelompok 7

Devi Fatmasari T20188004

Dewi Hariyanti T20188009

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

2021
A. Pengertian Saraf

Sistem Saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur


dan mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem saraf pada manusia
terdiri dari otak, sumsung tulang belakang, organ-organ sensorik (mata,
telinga, dan organ lainnya. Dan semua saraf yang menghubungkan organ-
organ tersebut dengan seluruh tubuh.

B. Pengertian Saraf Otonom


Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem
saraf otonom.Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan
sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu
tubuh dan banyak aktivitas lainnya.Ada sebagian yang diatur saraf otonom
sedangkan yang lainnya sebagian saja.2Sistem saraf otonom adalah bagian
sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom
terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang
otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnyakorteks limbik,
dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga
demikian mempengaruhi pengaturan otonomik. Memahami anatomi dan
fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-
obatan baik pada sistem saraf simpatis maupun parasimpatis (stoelting:2000)
Sistem saraf otonom bertugas untuk mengedalikan gerakan-gerakan
yang bersifat otomatis. Sitem saraf otonom terdiri atas dua fungsi sistem saraf
yang berbeda yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.2Sistem saraf simpatis bertugas untuk meningkatkan rangsangan
atau memacu kerja organ-organ tubuh, meningkatkan denyut jantung dan
pernafasan, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi serta
menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit. (zulfa:2017)
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.
Sistem saraf otonom sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen)
dimana aktifitasnya tidak dibawah kontrol kesadaran secara langsung. Sistem
saraf otonom (SSO) terutama berfungsi dalam pengaturan fungsi organ dalam
seperti curah jatung, aliran darah ke berbagai organ, sekresi dan motilitas
gastrointestinal, kelenjar keringat dan temperatur tubuh. Aktifasi SSO secara
prinsip terjadi dipusat di hipothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls akan
diteruskan melalui sistem simpatis dan parasimpatis.(Darmansyah:1994)
C. Anatomi Sistem Saraf Otonom
Sistem Saraf otonom terdiri dari saraf preganglion, ganglion dan saraf
3 pascaganglion yang mempersarafi sel efektor. Secara garis besar dibagai
atas sistem simpatis (thorakolumbal) dan parasimpatis (kraniosakral).
Keduanya berasal dari nukleus yang berada dalam sistem saraf pusat. Serat
preganglion simpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui nervus spinalis
thorakaldan lumbal, sehingga dinamakan sistem thorakolumbal dan serat
preganglion parasimptis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf
kranial (khususnya N III, VII, IX dan N X) dan nervus sakral, sehingga
dinamakan sistem kraniokaudal. Lingkaran refleks saraf otonom terdiri dari
serat eferen yang sentripetal disalurkan melalui N. vagus, pelvikus,
splanknikus dan saraf otonom lainnya. Badan sel seratserat ini terletak di
ganglia dalam kolumna dorsalis dan di ganglia sensorik dari saraf kranial
tertentu. (Moss j:2000)
Secara anatomi saraf simpatis dan saraf parasimpatis dibedakan
berdasarkan sebagai berikut:
a. Lokasi
Saraf parasimpatis berasal dari otak dan medula spinalis bagian
kraniosakral sedangkan saraf simpatis berasal dari torakolumbal
medula spinalis.
b. Panjang neuron
Saraf simpatis memiliki neuron preganglion yang lebih pendek dan
neuron postganglion yang lebih panjang, Sebaliknya saraf
parasimpatis memiliki neuron preganglion yang panjang dan
neuron postganglion yang lebih pendek.
c. Letak ganglion
Ganglion parasimpatis terletak pada organ viseral yang dipersarafi
sedangkan ganglion simpatis terletak berdekatan dengan medula
spinalis.(guyton:1997)
D. Macam-Macam Sistem Saraf Otonom
Saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu saraf simpatis dan parasimpatis
yang bekerja pada organ viseral yang efeknya berlawanan. Saraf simpatis dan
parasimpatis bekerja pada organ yang sama namun memberikan inhibisi atau
eksibisi. Sifat ini disebut sebagai dual innervasi yaitu cara kerja yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu keseimbangan (homeostasis).(Sinaga,
2012)
a. Saraf Simpatis
Saraf simpatis disebut juga “the fight-or-flight system ” yang
berfungsi untuk melakukan eksitasi pada saat keadaan darurat dan
emergensi. Akibat rangsangan saraf simpatis adalah meningkatnya denyut
jantung dan kontraktilitasnya, nafas menjadi cepat dan dalam, tangan
menjadi dingin dan berkeringat, serta pupil menjadi dilatasi. Hal ini
menyebabkan tubuh menjadi tahan terhadap ancaman dan stress.
Saat teraktifasi sepenuhnya, sistem saraf simpatis memproduksi
respon”fight or flightíng” yang mempersiapkan tubuh untuk keadaan krisis
yang mungkin membutuhkan aktifitas fisik yang tiba-tiba dan intens. Sistem
ini mempersiapkan tubuh untuk menambah level aktifitas somatik.
Peningkatan aktifitas simpatik umumnya menstimulasi metabolisme
jaringan dan meningkatkan kewaspadaan. Sistem saraf simpatis juga
cenderung melakukan perangsangan secara massal sedangkan parasimpatis
menyebabkan respon setempat yang spesifik.(Sinaga, 2012)
1. Jaras ke toraks Neuron preganglion berasal dari T1-T6 menuju ganglion
servikal medial dan inferior
dan akan mempersarafi jantung
lewat pleksus kardiak,
pulmonal, aorta, esofagus,
kelenjar tiroid.(Guyton, 2007)
2. Jaras ke abdomen,

Neuron preganglion berasal dari T5-L2 menuju saraf splangnik dan akan
bersinaps di ganglion seliaka dan mesenterikum dan akan mempersarafi:
lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal.(Marieb,2007)

3. Jaras ke pelvis neuron preganglion

Berasal dari T10-L2 menuju ganglion trunkus mesenterika dan


hipogastrika inferior dan mempersarafi: distal usus besar, vesika urinaria,
organ reproduktif.
4. Jaras ke medula adrenal,

Sebagian saraf dari splangnik melewati ganglion seliaka dan


bersinaps di medula adrenal yang juga disebut sebagai modified
sympathetic ganglion. Hal ini disebabkan karena medula adrenal dianggap
sebagai postganglion yang akan melepaskan 80% katekolamin ke dalam
darah.

b. Saraf Parasimpatik
Saraf Parasimpatik disebut juga “resting and digesting system” yang
berfungsi untuk memastikan tubuh menggunakan seminimal mungkin
energi tubuh. Pada saat makan maka saraf parasimpatis akan menyebabkan
terjadinya proses digesti dan menyebabkan relaksasi tubuh ditandai dengan
menurunnya tekanan darah dan melambatnya denyut nadi. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi saraf parasimpatis berasal dari
kraniosakral (Marieb,2007) . Berikut ini adalah jaras saraf kranialis
parasimpatis yaitu:
1. Saraf Okumulotorius
Neuron preganglion bermula dari mesensefalon dan menuju
ke ganglion siliaris dan neuron preganglion akan menginervasi
otot polos pada pupil yang menyebabkan konstriksi otot spingter
pupila dan merangsang otot siliaris untuk proses akomodasi

2. Saraf Fasialis
Neuron preganglion bermula dari mesensefalon dan menuju
ke ganglion siliaris dan neuron preganglion akan menginervasi
otot polos pada pupil yang menyebabkan konstriksi otot spingter
pupila dan merangsang otot siliaris untuk proses akomodasi
neuron preganglion bermula dari pons (nukleus salivarius
superior) menuju ke ganglion pterigopalatin dan ganglion
submandibularis yang merangsang kelenjar nasal, lakrimal,
submandibularis dan sublingualis.
3. Saraf Glosofaringeal
Neuron preganglion bermula dari medula oblongata
(nukleus salivarius inferior) menuju ganglion otikus untuk
mengaktivasi kelenjar parotis.
4. Saraf Vagus
Saraf vagus memiliki peran parasimpatis di tubuh manusia
sekitar 90%. Saraf vagus akan menginervasi organ di dalam
toraks dan abdomen. Neuron preganglionnya berasal dari medula
oblongata (nukelus dorsal motorik) akan membentuk pleksus
terlebih dahulu sebelum menuju ganglion organnya yaitu:
 Pleksus kardiak, menuju jantung untuk memperlambat denyut
jantung
 Pleksus pulmonalis, menuju paru-paru
 Pleksus esofagus, menuju esofagus, kemudian akan
mengeluarkan trunkus vagal anterior dan posterior dan
mengeluarkan pleksus aorta yang dibentuk oleh pleksus yang
lebih kecil seperti pleksus seliaka, mesenterika dan
hipogastrika yang akan mempersarafi organ abdomen seperti
usus kecil, lambung, hati, kandung empedu, ginjal, pankreas,
ginjal dan sebagian proksimal usus besar

E. Kelainan pada Saraf Otonom

Gangguan pada sistem saraf ini memiliki gejala berfariasi, termaksuk


gangguan regulasi frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh,
berkeringangat, fungsi saluran cerna dan kandung kemih. Gejala-gejala lain
yang dapat ditemukan antara lain lemah, kepala seperti melayang, sinkop, dan
gangguan kognitif.(Sinaga,20011)
Gangguan sistem saraf otonom disebabkan oleh kondisi atau penyakit
lain, seperti diabetes, atau sebagai kelainan primer sistem saraf tersebut
merupakan satu-satunya sistem yang mengalami gangguan. Gangguan sistem
saraf otonom primer, antara lain :
a. Hipotensi ortostatik
b. Intoleransi ortostatik
c. Sindrom tatikardi ortostatik
d. Sinkop
e. Saluran pencernaan neurogensik ( gangguan gerakan usus, konstipasi)
f. Disfungsi ereksi dan gangguan kaandung kemih neurogenik.

F. Fungsi Saraf Otonom

1. Sistem Saraf Simpatik


Sistem saraf simpatik ialah saraf yang terletak di depan ruas tulang
belakang yang berpangkal pada sumsum tulang belakang ( medulla
spinalis ) yang terdapat pada daerah dada dan pinggang. Sistem saraf
simpatik disebut juga dengan sistem saraf torakolumbar, dikarenakan saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke 1 sampai ke 12. Sistem
saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglio atau simpul saraf di sumsum
tulang belakang. Fungsi utama sistem saraf simpatik ialah untuk memacu
kerja organ tubuh naun ada juga beberapa yang menghambat kerja organ
tubuh.
Fungsi Sistem Saraf Simpatik
 Memperbesar pupil mata
 Mempercepat detak jantung
 Memperbesar bronkus
 Memperlambat kerja alat pencernaan
 Menghambat kontraksi kantung seni
 Menghambat ereksi
 Menurunkan tekanan darah
 Menghambat sekresi empedu
 Meningkatkan sekresi adrenalin
2. Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik ialah sistem saraf yang berpangkal pada
sumsum tulang lanjutan (medulla oblongata ). Sistem saraf parasimpatik
disebut juga sistem saraf kraniosakral dikarenakan saraf preganglion
keluar dari daearah otak dan daerah sakral. Saraf simpatik berupa jaring-
jaring yang saling terhubung dengan ganglion yang tersebar pada seluruh
tubuh.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi kerja yang berlawanan
dengan fungsi kerja sistem saraf simpatik. Jika fungsi utama sistem saraf
simpatik ialah mempercepat kerja organ tubuh, namun beda halnya dengan
fungsi utama sistem saraf simpatik yakni memperlambat kerja organ
tubuh. Dari kerja kedua sistem saraf yang berlawanan tersebut
menghasilkan keadaan yang normal.
Fungsi Sistem Saraf Parasimpatik
 Memperkecil bronkus
 Menghambat detak jantung
 Memperkecil pupil mata
 Mempercepat kontraksi kantung seni
 Merangsang ereksi
 Mempercepat kerja alat pencernaan
 Meningkatkan tekanan darah
 Meningkatkan sekresi empedu
 Menghambat sekresi adrenalin
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Mitchel. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Darmansyah I, Arini setiawati, Sulistia gan, Susunan saraf Otonom dan


transmisiNeurohumoral, Dalam : Farmakologi dan Terapi, FKUT :
Jakarta. 1994 : 23-3810

Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 1997 edisi 9, hal 957-97010

Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. The 11th
edition. Philadelphia: Elsevier-Saunders: 945-960, 749-760.

Moss J, Renz CL, The Autonomic Nervous System., In. Anesthesia, Miller et al
(ed), fifth edition, Churchill Livingstone : Philadelphia. 2000 : 523-
7010

Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:
UNIMED Press

Stoelting RK, Miller RD, Autonomic Nervous System, in Basic of Anesthesia,


fourth edition, Churchill Livingstone :Pensylvania. 2000 : 34-45.10

Zulfa Inayatul Ulya.2017.Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa
koripandriyo kecamatan gabus kabupaten pati. Cendekia
utama.Kudus

Anda mungkin juga menyukai