Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA I

PERCOBAAN 8

SISTEM SARAF

DI SUSUN OLEH :

Salsabila Ghanisetya

200106182

Kelas E Farmasi 2020

Dosen Pengampu : Zulkaida, S.Farm, M.S.Farm

Asisten : 1. Sindi Widia

2. Tias Kurniawati

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan Praktikum
1.1. Menentukan anatomi dan fisiologi otak
1.2. Menjelaskan berbagai jenis reflex pada manusia
1.3. Menentukan jenis keterlibatan saraf kranial dalam suatu aktivitas
kehidupan
1.4. Menentukan efek adrenergic dan kolinergik terhadap ukuran pupil
katak

2. Prinsip
Melengkapi anatomi dan fisiologi otak manusia pada gambar dan
mempraktikan dan menjelaskan berbagai jenis reflex pada manusia,
jenis keterlibatan saraf kranial dalam suatu aktivitas kehidupan.

BAB II

2
TEORI DASAR

2.1. Teori Dasar

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan


serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf berfungsi untuk
menyelenggarakan kerja sama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh [ CITATION Eve063 \l 1033 ] . Sistem saraf bersama-sama dengan
sistem endokrin, melakukan bagian terbesar dalam pengaturan tubuh. Pada
umumnya Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat, seperti kontraksi
otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, dan bahkan kecepatan
sekresi beberapa kelenjar endokrin [ CITATION Har11 \l 1033 ].
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih: input
sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau
kondisi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya mata,
kepusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang
berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian
dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi
dilakukan dalam sistem saraf pusat (SSP) atau centralnervoussystem, CNS),
yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrata). Output motoris
adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor
(effectorcells), sel-sel otot atau kelenjar yang mengaktualisasikan respons
tubuh terhadap stimulasi tersebut. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf
(nerve), berkas mirip tali yang berasal dari penjuluran neuron yang
terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat [ CITATION Cam04 \l 1033 ].
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi
tanggapan rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu
bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang
paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang

3
cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada
aktivitas listrik (impuls saraf) [ CITATION Fer06 \l 1033 ].
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf
pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal)
dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).
1. Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula
spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas
tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson
sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta
dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik
[ CITATION Bah13 \l 1033 ].
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan
sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak
di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak adalah otak besar
(cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah [ CITATION
Kha12 \l 1033 ]. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan
tubuh yang disadari.
Otak besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan
kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 4 lobus
yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan disenfalon
adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus,
hipotalamus, dan epitalamus [ CITATION Kha12 \l 1033 ]. Otak
belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu
metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi
batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan mielensefalon akan
menjadi medulla oblongata [ CITATION Nug13 \l 1033 ]. Otak tengah/
sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala
[ CITATION Kha12 \l 1033 ].

4
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan
cairan serebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi
ruang sub araknoid disekitar otak dan medula spinalis. Cairan ini
juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma darah dan
cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi
oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral
dan melapisi kanal sentral medula spinalis. Fungsi cairan ini
adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan
medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan
zat buangan antara darah dan otak serta medula spinalis [ CITATION
Nug13 \l 1033 ].
b. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas
tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi
menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih (white area)
dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area). Lapisan luar
mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan
saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik,
saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur
gerak refleks [ CITATION Kha12 \l 1033 ].

2. Sistem Saraf Tepi


Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun
dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP [ CITATION
Bah13 \l 1033 ]. Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
A. Sistem Saraf Somatik

5
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31
pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh
kesadaran.
1. Saraf Kranial
2 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang
otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari
serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari
serabut sensorik dan motorik.
2. Saraf Spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui
radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal
adalah saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa
informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan melalui eferen.
B. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh
yang tidak disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur
oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik.

SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:


1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari
receptor pada kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus,
radiks, dan seterusnya kesusunan saraf pusat. Jadi besifat
ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke
effector (Muscle and Glands) yang bersifat desendens
untuk menjawab impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan
otot dari lingkungan sekitar [ CITATION Bah13 \l 1033 ].

6
Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf
dan sel glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls
dari panca indera menuju otak yang selanjutnya oleh otak akan dikirim
ke otot. Sedangkan sel glial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron
[ CITATION Fer06 \l 1033 ].
1. Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi
pada sistem saraf [ CITATION Bah13 \l 1033 ] . Sel saraf berfungsi untuk
menghantarkan impuls. Setiap satu neuron terdiri dari tiga bagian
utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan akson [ CITATION Fer06 \l 1033
].
Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan [ CITATION
Fer06 \l 1033 ]. Soma berfungsi untuk mengendalikan metabolisme
keseluruhan dari neuron (Nugroho, 2013). Badan sel (soma)
mengandung organel yang bertanggung jawab untuk memproduksi energi
dan biosintesis molekul organik, seperti enzim-enzim. Pada badan sel
terdapat nukleus, daerah disekeliling nukleus disebut perikarion.
Badan sel biasanya memiliki beberapa cabang dendrit [ CITATION Bah13 \l
1033 ].
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang
serta merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan menghantarkan rangsangan ke badan sel [ CITATION Kha12 \l
1033 ]. Khas dendrit adalah sangat bercabang dan masing-masing
cabang membawa proses yang disebut dendritic spines [ CITATION
Bah13 \l 1033 ].
Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel (Feryawati, 2006). Di dalam akson
terdapat benang-benang halus disebut neurofibril dan dibungkus oleh
beberpa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak

7
dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput
mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel Schwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan dan
membantu pembentukan neurit. Bagian neurit ada yang tidak
dibungkus oleh lapisan mielin yang disebut nodus ranvier [ CITATION
Kha12 \l 1033 ].
Pada SSP, neuron menerima informasi dari neuron dan primer di
dendritic spines, yang mana ditunjukkan dalam 80-90% dari total
neuron area permukaan. Badan sel dihubungkan dengan sel yang lain
melalui akson yang ujung satu dengan yang lain membentuk
sinaps. Pada masing-masing sinap terjadi komunikasi neuron dengan
sel yang lain [ CITATION Bah13 \l 1033 ].
1. Sel Penyokong atau Neuroglia (Sel Glial)
Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi
sebagai jaringan ikat, selain itu juga berfungsi mengisolasi neuron,
menyediakan kerangka yang mendukung jaringan, membantu
memelihara lingkungan interseluler, dan bertindak sebagai
fagosit. Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar
neuroglia, atau sel glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5
kali dari jumlah neuron [ CITATION Fer06 \l 1033 ].
Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya mempertahankan
kemapuan untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada
banyak neuron. Secara bersama-sama, neuroglia bertanggung
jawab secara kasar pada setengah dari volume sistem saraf.

BAB III
8
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. ALAT

No Alat Fungsi
1. Batang pengaduk Digunakan untuk percobaan
reflex faring
2. Benda tumpul Digunakan untuk percobaan
reflex kutan
3. Lampu senter Digunakan untuk percobaan
reflex photo-pupil, konsensual
4. Stetoskop Digunakan untuk percobaan
reflex sfinkter kardiak

3.2. BAHAN
No Bahan Fungsi
1. Kapas Digunakan untuk percobaan reflex
kornea
2. Kertas Digunakan untuk percobaan knee-
jerk reflex

3.3 Prosedur

Percobaan pertama yaitu dilakukan anatomi otak manusia, disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Digambarkan gambar anatomi otak
manusia, kemudian dipelajari bagian-bagian sistem saraf dan ditunjukkan
bagian-bagian otak juga disebutkan fungsinya.

Percobaan kedua, dilakukan prosedur percobaan refleks pada manusia


Deep Refleks, Knee Jerk Refleks. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan

9
yang digunakan. Pada percobaan kali ini diperlukan bantuan teman. Dalam
keadaan duduk diatas bangku yang cukup tinggi yang memungkinkan kaki
tergelanatung bebas. Ditutup mata, dibiarkan teman anda memukul lembut
ligament lutut (persis dibawah tempurung lutut) beberapa kali. Diamati dan
dicatat respon yang terjadi beserta kekuatannya.

Prosedur ketiga, dilakukan Babinski’s Sign. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Pada percobaan ini dibutuhkan bantuan
teman. Ditekan sepanjang telapak kaki menggunakan benda tumpul oleh
bantuan teman. Kemudian diamati respon yang terjadi, tanda positif
ditunjukan dengan fleksi ibu jari (kearah telapak) dan dicatat hasilnya.

Prosedur keempat, dilakukan Reflex Achilles. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Jika menggunakan alas kaki, dibuka alas
kaki dan diposisikan kaki sedikit demi sedikit dorsofleksi untuk
meningkatkan tekanan otot gastrocnemius. Diberikan pukulan singkat pada
tendon Achilles menggunakan precursor dengan bantuan teman. Diamati
yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Prosedur kelima, dilakukan Reflex Biceps. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Diletakkan lengan diatas meja
sedemikian sehingga siku membentuk sudut 90°. Diketuk tendon biseps
diamati respon yang terjadi kemudian dicatat hasilnya.

Prosedur keenam, dilakukan Reflex Triceps. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Diposisikan lengan secara horizontal
terhadap dada. Diberikan ketukan pada tendon triceps, diamati respon yang
terjadi dan dicatat hasilnya.

Percobaan berikutnya yaitu dilakukan prosedur percobaan Superficial


Reflex, Reflex Plantar. Pertama-tama disiaplan alat dan bahan yang akan
digunakan. Diketuk tepi lateral telapak kaki subjek, dimulai dari tumit dan

10
diteruskan ke arah ibu jari dengan menggunakan benda agak tajam. Diamati
respon yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Abdominal. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diberikan ketukan singkat
pada abdomen, tepat dibawah tulang dada menggunakan kunci dan kulu.
Diamati respon yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Kornea. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diambil kapas, kemudian
disentuh kornea menggunakan kapas tersebut. Diamati respon yang terjadi
dan dicatat hasilnya.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Faring. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Disentuh uvula dan fauces dengan
batang pengaduk yang bersih. Diamati respon yang terjadi dan dicatat
hasilnya.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Kutan. Pertama-tama disiapkan


alat dan bahan yang akan digunakan. Digerakan objek tumpul sepanjang
permukaan kulit dan diamati perubahan yang terjadi pada kulit, kemudian
dicatat hasilnya.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Pilomotor. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dibelai dengan lembut kulit
tangan, diamati respon yang terjadi kemudian dicatat hasilnya.

Percobaan berikutnya yaitu dilakukan prosedur percobaan Viseral


Reflex, Reflex Photo Pupil. Pertama-tama disiaplan alat dan bahan yang akan
digunakan. Dipejamkan mata, lalu kelopak mata diberi sinar oleh bantuan
seorang teman. Segera setelah itu, mata dibuka dan dibandingkan diameter
pupil terhadap ukuran sebelum disinari. Diamati respon yang terjadi dan
dicatat hasilnya.

11
Percobaan selanjutntya dilakukan Reflex Konsensual. Pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Salah satu mata disinari,
diamati respon yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Percobaan selanjutnya dilakukan Reflex Akomodasi. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilihat objek yang berjarak
jauh, diukur diameter pupil. Lalu diulangi prosedur yang sama pada saat
melihat objek dekat, sekitar 25 cm, kemudian dibandingkan diameter pupil
pada dua kondisi diatas. Diamati dan dicatat hasil yang didapatkan.

Percobaan selanjutnya dilakukan Reflex Siliosponal. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diusap bagian kanan leher
dengan peniti, kemudian diukur diameter pupil sebelum dan sesudah leher
diusap dengan peniti. Diamati dan dicatat hasil yang didapatkan.

Prosedur selanjutnya dilakukan Reflex Sfinkter Kardiak. Pertama-tama


disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditempatkan stetoskop pada
xiphisternum (perpanjangan xiphoid) sambil menelan air. Dicatat waktu yang
diperlukan untuk terbukanya sfinkter secara reflex (waktu setelah menelan
sampai terdengar bunyi melalui stetoskop). Diamati dan dicatat hasil yang
didapatkan.

Kemudian dilakukan prosedur percobaan pada Saraf Karnial. Pada


prosedur kali ini dilengkapi table dengan menentukan saraf kranial yang
sedang diuji. Diamati dan dicatat hasilnya.

Prosedur percobaan terakhir dilakukan pada Saraf Otonom. Pada


prosedur ini, digambarkan anatomi saraf otonom dengan jelas, kemudian
disebutkan bagian-bagian saraf otonom dan dijelaskan fungsinya masing-
masing.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1. Anatomi Otak Manusia

13
4.1.2. Reflex Pada Manusia

1. Deep Reflex
a. Knee-jerk Reflex

Perlakuan Respon yang terjadi


Dipukul lembut ligament Gerakan menendang tungkai
lutut dalam posisi duduk bawah secara tiba-tiba dan cepat
dan kaki menggantung

Dipukul lembut ligament Gerakan menendang tungkai


lutut dalam posisi duduk bawah dengan lumayan cepat
dan kaki menggangtung
sambil mengepalkan
tangan kuat-kuat
dipunggung

Dipukul lembut ligament Gerakan menendang tungkai


lutut dalam posisi duduk bawah secara tiba-tiba dan cepat
dan kaki menggantung
sambil menghitung suatu
soal matematika

b. Babinski’s Sign

Perlakuan Respon yang terjadi


Ditekan telapak kaki Ibu jari menekuk (fleksi) ke atas
menggunakan benda tumpul

c. Achilles Reflex

Perlakuan Respon yang terjadi


Diberikan pukulan singkat Sentakan kaki ke atas atau
pada tendon Achilles kearah plantar dengan cepat
menggunakan precursor
dengan posisi kaki
dorsofleksi

14
d. Biceps Reflex

Perlakuan Respon yang terjadi


Diketuk tendon biceps Terjadi fleksi pada siku
seketika biceps berkontraksi

e. Triceps Reflex

Perlakuan Respon yang terjadi


Diketuk tendon triceps Terjadi ekstensi pada siku
seketika triceps berkontraksi

2. Superficial Reflex

a. Refleks Plantar

Perlakuan Respon yang terjadi


Diketuk tepi lateral telapak Tidak terjadi respon, pada kaki
kaki mulai dari tumit dan lainnya terjadi fleksi ibu jari
diteruskan kearah ibu jari
menggunakan benda agak
tajam

b. Refleks Abdominal
Perlakuan Respon yang terjadi
Diketuk singkat tepat Kontraksi pada otot abdomen
dibawah tulamg dada seperti mengkedut
menggunakan kunci dan kuku

c. Refleks Kornea
Perlakuan Respon yang terjadi
Disentuh mata dengan kapas Mata refleks berkedip
secara perlahan

d. Refleks Faring
15
Perlakuan Respon yang terjadi
Disentuh uvula dan fauces Terjadi reaksi seperti akan
dengan batang pengaduk muntah
yang bersih

e. Refleks Kutan
Perlakuan Respon yang terjadi
Digerakan objek tumpul Kulit berubah menjadi
sepanjang permukaan kulit kemerahan dan terasa sakit

f. Refleks Pilomotor
Perlakuan Respon yang terjadi
Dibelai dengan lembut kulit Terasa sensasi seperti goose
bumps/merinding, rambut kulit
terlihat mengembang

3. Viseral Reflex
a. Refleks photo-pupil

Perlakuan Respon yang terjadi

Diamati pupil mata tanpa perlakuan Pupil mata dengan


ukuran normal
Diamati pupil mata setelah Pupil mata mengecil
dilakukan penyinaran

b. Refleks Konsensual

Pengamatan Respon yang terjadi

Diamati respon yang ditunjukkan Kedua pupil mengecil


pada mata yang lain saat walau hanya salah satu
yang diberi penyinaran
16
penyinaran

c. Refleks Akomodasi

Pengamatan Respon yang terjadi


Diamati ukuran pupil saat melihat Ukuran pupil besar
objek dengan jarak jauh
Diamati ukuran pupil saat melihat Ukuran pupil kecil
objek dengan jarak yang dekat

d. Refleks Siliospinal

Pengamatan Respon yang terjadi


Diameter pupil diukur saat bagian Pupil melebar
kanan leher diusap dengan peniti

e. Refleks Sfinkter Kardiak


Berikut link video yang diamati:
https://drive.google.com/file/d/14jyXOUI_1yKKH8camo5t8bv_
9L2BOymZ/view?usp=sharing

Pengamatan Waktu yang


dibutuhkan
Diamati waktu yang diperlukan 2,9 detik
untuk terbukanya sfinkter secara
reflex

4.1.3. Saraf Kranial


No Aktivitas Saraf Kranial yang

17
Terlibat
1 Membedakan sejumlah aroma
(kopi, nanas, teh, cuka)
menggunakan kedua lubang Saraf Olfsktorius
hidung

2 Membaca buku
Saraf Optik

3 Menyinari mata
Saraf Okulomotor

4 Menggerakan mata mengikuti


pergerakan telunjuk vertikal dan
horizontal Saraf Abdusen

5 Mengunyah
Saraf Troklearis

6 Menyentuh dengan lembut


keseluruhan bagian wajah dengan
kapas Saraf Trigeminus

7 Menggerakan mata dari satu sisi


ke sisi lainnya Saraf Okulomotor

8 Mengkerutkan dahi
Saraf Motorik

9 Tersenyum
Saraf Motorik

10 Bersiul
Saraf Glosofaringeal

11 Berbisik kepada teman Anda,


Saraf Vestibulokoklaris
kemudian mintalah dia untuk
18
mengulangi perkataan Anda

12 Berjalan
Saraf Vestibulokoklaris

13 Mempertahankan keseimbangan
sementara Anda berdiri di atas satu
kaki Saraf Vestibulokoklaris

14 Berbicara, kemudian menelan,


amati bila ada kelainan Saraf Glosofaringeal

15 Mengangkat pundak Anda (sambil


ditekan). Putar kepala Anda ke
arah dimana tekanan diberikan Saraf Aksesorius

16 Menjulurkan lidah
Saraf Hipoglossus

4.1.4. Saraf Otonom

19
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan anatomi sistem saraf pada otak
manusia. Otak berfungsi sebagai pusat sistem saraf pada manusia. Otak
menerima sinyal dari organ sensorik dan memberikan informasi pada
otot. Berat otak manusia sekitar 1,4 kg dan terbentuk dari jutaan sel
bernama neuron. Neuron-neuron tersebut terhubung oleh miliaran sinapsis.
Sinapsis inilah yang menjadi penyalur informasi di dalam otak. Otak
manusia terbentuk dari berbagai bagian penting, diantaranya:

Cerebrum atau otak besar merupakan bagian terbesar dari otak.


Bagian ini terbagi menjadi dua: otak kanan dan otak kiri. Setiap bagian

20
dari otak besar terbagi menjadi beberapa bagian lagi yang disebut lobus.
Setiap lobus memiliki fungsinya masing-masing. Pertama, lobus frontal.
Bagian ini terdapat di bagian depan otak. Lobus frontal mengendalikan
perilaku manusia seperti kemampuan motorik, problem solving, hingga
emosi dan kontrol impuls. Kedua, lobus parietal yang terletak di bagian
belakang lobus frontal. Fungsi bagian ini adalah mencerna informasi dari
bagian otak lain. Ketiga, lobus temporal. Lobus ini terletak di area yang
sama tingginya dengan telinga. Bagian ini berfungsi untuk mengingat
bentuk, bahasa, dan memahami emosi dan interaksi orang lain. Keempat,
lobus okspital. Lobus ini terletak di bagian belakang otak. Fungsi bagian
ini adalah mengendalikan penglihatan.

Otak kecil atau cerebellum terletak di bagian belakang otak,


tepatnya di bawah lobus okspital. Fungsi otak kecil untuk menggerakkan
motorik halus manusia. Motorik halus berfungsi pada pergerakan tangan
dan kaki. 

Talamus memiliki fungsi seperti penyalur sinyal pada otak.


Talamus juga berfungsi mengendalikan kesadaran, tidur, dan ingatan.

Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan keseimbangan pada


tubuh. Bagian ini menjaga suhu tubuh, nafsu makan, memproduksi
hormon, dan melepaskannya. 

Batang otak terletak di depan otak kecil dan terhubung dengan


saraf tulang belakang. Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama,
otak tengah yang mengendalikan pergerakan mata dan memproses
informasi visual dan audio. Kedua, pons bertugas untuk mengendalikan
pergerakan otot wajah dan mengirim informasi sensorik. Ketiga, medulla
oblongata terletak di bagian paling bawah otak. Bagian ini berfungsi
mengendalikan fungsi jantung dan otak. Setiap bagian otak berisikan
cairan bernama vertrikel. Cairan serebrospinal dan meninges melindungi
otak dan batang otak dari guncangan.
21
Kemudian dilakukan praktikum refleks pada manusia, refleks pada
manusia diantaranya terdapat Deep Reflex (Knee jerk Reflex), Babinski’s
Sign, Reflex Achilles, Reflex Biseps, Reflex Triseps. Superficial Reflex
(Diantaranya: Reflex plantar, Reflex Abdominal, Reflex Kornea, Reflex
Faring, Reflex Kutan, Reflex Pilomotor). Viseral Reflex (Diantaranya:
Reflex Photo-Pupil, Reflex Konsensual, Reflex Akomodasi, Reflex
Siliospinal, Reflex Sfinkter Kardiak).

Pada uji refleks knee-jerk atau yang disebut refleks patella ini,
diberikan pukulan lembut pada ligament lutut atau tepat dibawah patela
kemudian menghasilkan refleks seperti kaki menendang. Hal ini
dikarenakan pukulan tersebut memberi sinyal yang berjalan kembali ke
sumsum tulang belakang dan sinapsis (tanpa interneuron) pada tingkat L3
atau L4 di sumsum tulang belakang, sepenuhnya independen dari pusat
yang lebih tinggi. Dari sana, neuron motorik alfa melakukan impuls eferen
kembali ke otot paha depan femoris, memicu kontraksi.  Kontraksi ini,
yang dikoordinasikan dengan relaksasi otot hamstring fleksor antagonis,
menyebabkan kaki menendang. Ada latensi sekitar 18 ms antara regangan
tendon patela dan awal kontraksi otot paha depan femoris. Ini adalah
refleks proprioception yang membantu menjaga postur dan keseimbangan,
memungkinkan untuk menjaga keseimbangan dengan sedikit usaha atau
pikiran sadar. Maka pada refleks knee-jerk, saraf yang bekerja adalah saraf
pusat, sehingga jika reaksi yang dihasilkan berlebihan atau tidak adanya
reaksi menunjukan terjadi kerusakan pada saraf pusat. Hilangnya refleks
pada patella dapat disebut “Westephal Sign”.

Kemudian pada uji refleks knee-jerk dengan dua kondisi berbeda,


dihasilkan kekuatan refleks yang beragam. Pada uji dengan tangan yang
menggenggam, respon yang ditimbulkan lebih lambat dibandingkan dalam
kondisi berfikir atau menghitung. Karena pada kondisi otak sedang
berfikir, refleks yang terjadi adalah refleks polisipnatik, lalu refleks pada
saat tangan menggemgam adalah refleks monosipnatik, dimana otak yang
22
tadinya sedang focus dalam berfikir akan refleks merespon ketukan yang
terjadi, sama halnya ketika saat refleks melompat kaki saat menginjak
benda tajam, dan kaki lainnya yang berusaha menyemimbangkan. Lalu
refleks pada saat tangan menggemgam adalah refleks monosipnatik.

Pada uji refleks Babinski’s Sign, respon yang normal adalah ketika
ibu jari fleksi ke arah telapak kaki, atau menekuk ke bawah dimana respon
ini merupakan refleks dari tulang segmental yang berfungsi untuk
melindungi telapak kaki, sedangkan ketika refleks yang terjadi adalah ibu
jari berkestensi atau otot memanjang maka kejadian ini dapat dikatakan
menandakan respon Babinski dimana kehadiran tanda Babinski dapat
mengidentifikasi penyakit sumsum tulang belakang dan otak pada orang
dewasa, dan juga ada sebagai refleks primitif pada bayi.

Pada uji refleks Achilles Reflex, terjadi refleks sentakan pada


pergelangan kaki, tepatnya pada tendon Achilles. Mekanisme yang terjadi
adalah dengan mengetuk tendon dengan palu refleks, terjadi pemanjangan
(regangan) berikutnya pada otot triceps surae, menyebabkan reseptor
regangan di spindel otot diaktifkan dan menyebarkan rangsangan
rangsang. Stimulus kemudian dibawa oleh neuron aferen ke sumsum
tulang belakang, khususnya ke badan sel dari neuron aferen di ganglion
akar dorsal. Neuron aferen kemudian bersinaps dan mengaktifkan neuron
motorik alfa di tanduk ventral sumsum tulang belakang. Neuron motorik
alfa yang diaktifkan kemudian mengirimkan rangsangan eferen kembali ke
sambungan neuromuskuler dari otot agonis (triceps surae) yang mengarah
ke kontraksi otot (refleks).

Biceps Reflex dilakukan dengan menggunakan palu tendon yang


dengan cepat menekan tendon bisep brakii. Secara khusus, tes ini
mengaktifkan reseptor peregangan di dalam otot biseps brachii yang
berkomunikasi terutama dengan saraf tulang belakang C5 dan sebagian
dengan saraf tulang belakang C6 untuk menginduksi kontraksi refleks otot

23
bisep dan sentakan lengan bawah. Respon yang dihasilkan adalah sentakan
siku yang berfleksi dengan respon yang normal, artinya tidak terlalu cepat.
Kontraksi yang ditimbulkan adalah kontraksi kuat yang menunjukkan
refleks 'cepat'. Refleks cepat atau tidak ada digunakan sebagai petunjuk
lokasi penyakit neurologis. Biasanya, refleks cepat ditemukan pada lesi
neuron motorik atas, dan refleks yang hilang atau berkurang ditemukan
pada lesi neuron motorik bawah. Perubahan refleks bisep menunjukkan
patologi pada tingkat saraf muskulokutaneus, segmen C5/6 atau di
beberapa titik di atasnya di sumsum tulang belakang atau otak.

Pada uji Triceps Reflex, dilakukan ketukan cepat pada tendon


triceps yang merangsang terjadinya kontraksi pada otot triceps branchii.
Respon yang terjadi adalah hentakan siku secara refleks yang berekstensi.
Hal ini diprakarsai oleh saraf tulang belakang leher rahim (di daerah leher)
7 akar saraf (segmen kecil dari saraf yang muncul dari sumsum tulang
belakang). Refleks diuji sebagai bagian dari pemeriksaan neurologis untuk
menilai jalur sensorik dan motorik di dalam saraf tulang belakang C7 dan
C8.

Refleks plantar hampir sama dengan test yang dilakukan untuk


babinski’s, yaitu gearakan refleks ibu jari ke arah plantar. Respon yang
terjadi pada uji ini adalah ibu jari yang refleks menekuk atau fleksi dan
bisa tidak menimbulkn reaksi apa-apa. Maka reaksi yang ditimbulkan ini
dapat dikatakan normal, sedangkan jika ibu jari berekstensi pada orang
dewasa ketika diberikan rangsangan ini, maka dapat dikatakan Babinski’s
sign, dimana kehadiran tanda Babinski dapat mengidentifikasi penyakit
sumsum tulang belakang dan otak pada orang dewasa, dan juga ada
sebagai refleks primitif pada bayi.

Pada uji refleks abdominal, reaksi positif ditandai dengan


bergetarnya otot perut atau terjadi kontraksi pada dinding perut. Refleks
ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan

24
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan
karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam.

Pada refleks kornea, uji dilakukan untuk melihat respon mata


ketika dimasuki benda asing. Reaksi positif ditandai dengan kelopak mata
yang secara refleks akan berkedip oleh stimulus kornea. Stimulasi yang
baik harus menghasilkan respons langsung dan konsensual (respons dari
mata yang berlawanan). Refleks terjadi dengan kecepatan 0,1 detik. Pada
gerak ini, refleks dpengaruhi oleh saraf pada otak bagian tengah.

Pada uji refleks faring, reaksi positif ditandai dengan reaksi seolah
ingin muntah ketika uvula dan fauce diberikan sentuhan. Refleks
muntah yaitu suatu refleks kontraksi dari belakang
tenggorokan, ditimbulkan oleh menyentuh atap mulut, bagian
belakang lidah, daerah sekitar amandel, uvula, dan bagian
belakang tenggorokan. Ini, bersama dengan refleks aerodigestif lainnya
seperti refleksif menelan, bertujuan mencegah benda-benda di rongga
mulut memasuki tenggorokan kecuali sebagai bagian dari menelan normal
dan membantu mencegah tersedak, dan direaksi kan dengan bentuk batuk.
Dalam kasus tertentu, tidak adanya refleks muntah dan sensasi faring dapat
menjadi gejala dari sejumlah kondisi medis yang parah, seperti kerusakan
pada saraf glossopharyngeal, saraf vagus, atau kematian otak.

Refleks kutan yang terjadi pada uji ini adalah kulit yang sedikit
memerah dengan kulit yang tertekan ketika setelah diberikan perlakuan
oleh benda tumpul. Refleks ini terjadi karena terangsangnya kulit atau
mukosa sehingga mengakibatkan berkontraksinya otot di bawahnya atau di
sekitarnya. Uji ini biasa dilakukan untuk mengetahui atau mengetes
kepekaan saraf seseorang terhadap rangsangan yang diberikan.

Refleks Pilomotor dilakukan dengan cara kulit dibelai dengan


lembut, reaksi yang ditimbulkan adalah seperti goose bumps atau
merinding dan bulu kuduk yang meremang. Refleks pilomotor disebut
25
juga horripilasi, terdiri dari ereksi rambut yang tidak disengaja yang
disebabkan oleh kontraksi otot arrectores pilorum, yaitu otot-otot kecil
yang terletak di asal rambut tubuh masing-masing. Ini adalah reaksi
terhadap suhu dingin atau emosi kuat yang menghasilkan apa yang disebut
cutis anserina atau merinding/jerawat. Otot arrectores pilorum menerima
perintah kontraktil oleh sistem saraf simpatis.

Refleks photo-pupil yaitu suatu refleks yang mengontrol


diameter pupil, dalam menanggapi intensitas (luminance) dari cahaya yang
jatuh pada sel-sel ganglion retina dari retina di belakang mata, sehingga
membantu dalam adaptasi penglihatan ke berbagai tingkat terang/gelap.
Saat pupil mata dalam keadaan normal, ukuran pupil juga akan normal,
dan ketika diberikan cahaya, ukuran pupil mengecil. Hal ini dikarenakan
intensitas cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menyempit,
sehingga memungkinkan lebih sedikit cahaya masuk, sedangkan intensitas
cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil membesar (mydriasis,
ekspansi) sehingga memungkinkan lebih banyak cahaya masuk). Dengan
demikian, refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang masuk ke
mata.  Cahaya yang menyinari satu mata akan menyebabkan kedua pupil
mengerut. Saraf yang berperan pada refleks ini adalah saraf okulomotor.
Saraf okulomotor memiliki dua fungsi motorik, yaitu mengontrol fungsi
otot serta respon pupil di mata. Saraf inilah yang mengatur empat dari total
enam otot yang ada di sekitar mata. Otot-otot tersebut akan membantu
mata bergerak dan fokus terhadap objek tertentu. Saraf okulomotor juga
membatu mengontrol ukuran pupil, sebagai respons terhadap cahaya yang
diterima mata.

Refleks konsensual (refleks tak langsung) diperiksa dengan


menyinari salah satu mata dan menghalangi mata sebelahnya dengan
meletakkan tangan pemeriksa di hidung pasien. Refleks pupil
konsensual yang normal adalah kedua pupil akan mengecil secara
bersamaan walaupun hanya 1 mata yang disinari cahaya, sesuai dengan
26
hasil pengamatan yang dilakukan pada responden. Refleks pupil identik
dengan respons pupil yang mungkin berupa konstriksi atau dilatasi pupil.
Refleks pupil secara konseptual terkait dengan sisi (kiri atau kanan) dari
pupil yang bereaksi, dan bukan ke sisi dari mana stimulasi cahaya berasal.
Refleks pupil kiri mengacu pada respons pupil kiri terhadap cahaya,
terlepas dari mata mana yang terpapar sumber cahaya. Refleks pupil kanan
berarti reaksi dari pupil kanan, apakah cahaya menyinari mata kiri, mata
kanan, atau kedua mata. Jika cahaya hanya menyinari satu mata dan bukan
yang lain, adalah normal jika kedua pupil menyempit secara bersamaan.
Istilah langsung dan konsensual mengacu pada sisi di mana sumber cahaya
berasal, relatif terhadap sisi pupil yang bereaksi. Refleks pupil langsung
adalah respons pupil terhadap cahaya yang memasuki mata ipsilateral
(sama). Refleks pupil konsensual adalah respons pupil terhadap cahaya
yang memasuki mata kontralateral (berlawanan).

Refleks akomodasi adalah respon alam menanggapi fokus pada


objek dekat, kemudian melihat sebuah objek yang jauh (dan sebaliknya),
yang terdiri dari perubahan terkoordinasi di Vergence , lensa bentuk
(akomodasi) dan ukuran pupil. Ini tergantung pada saraf kranial
II (anggota gerak refleks aferen), pusat superior (interneuron) dan saraf
kranial III (tungkai eferen). Perubahan bentuk lensa dikendalikan oleh otot
siliaris di dalam mata. Perubahan kontraksi otot siliaris mengubah jarak
fokus mata, menyebabkan gambar yang lebih dekat atau lebih jauh
menjadi fokus pada retina; proses ini dikenal sebagai akomodasi. Refleks
yang dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatis, melibatkan tiga respons:
penyempitan pupil, akomodasi lensa, dan konvergensi. Pada saat objek
berada dalam jarak dekat, pupil mengecil untuk memfiksasi objek yang
dekat, otot siliaris berkontraksi disekitar lensa untuk memperkecil ukuran
pupil. Sedangkan pada objek yang jauh, pupil melebar karena otot siliaris
mengedur atau berelaksasi dan diameter lensa bertambah untuk

27
meningkatkan ukuran lensa sehingga dapat lebih focus dalam melihat
objek.

Refleks silio-spinal merupakan gerak refleks yang berhubungan


langsung dengan sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi. Sistem ini
tersusun atas neuron-neuron yang aksonnya menjalar dari sistem saraf
pusat menuju organ. Pada pengamatan tersebut terdapat perubahan pupil
dari keadaan normal menjadi membesar setelah menggoreskan peniti pada
tengkuk. Hal ini terjadi karena pada tengkuk terdapat saraf penghubung
yang menghubungkan neurun pada bagian tengkuk kepusat sistem saraf
dan pupil mata sebagai efektor dari rangsangan yang diberikan, seperti
rasa cemas dan nerveous.

Refleks Sfinkter Kardiak. Otot sfingter merupakan otot yang


menghubungkan kerongkongan menuju lambung.
Sfingter adalah otot dengan bentuk seperti cincin yang berfungsi menutup
jalur atau bukaan pada tubuh Saat menelan sesuatu otot ini secara refleks
akan membuka kemudian katupnya dengan segera akan menutup untuk
menghindari asam lambung naik ke kerongkongan. Pada refleks ini juga
dipengaruhi oleh Saraf Glosofaringeal. Saraf
glosofaringeal adalah saraf kranial ke-9 tidak memiliki peran yang cukup
penting kecuali terkait peranannya dalam gag reflex.

Saraf kranial terdiri dari 12 pasang dengan nama dan fungsinya


yang berbeda-beda. Beberapa saraf terlibat langsung dalam indera khusus,
seperti indera penglihatan, pendengaran, dan perasa, sedangkan saraf
lainnya berperan dalam mengendalikan otot di wajah atau mengatur
kelenjar. Setiap saraf kranial dituliskan dengan angka Romawi yang
disusun berdasarkan lokasinya, yaitu dari bagian depan otak sampai ke
bagian belakang. Berikut nama dan fungsi 12 saraf kranial:

1. Saraf olfaktori

28
Saraf olfaktori membawa rangsangan bau untuk indera penciuman dari
hidung ke otak.

2. Saraf optic

Saraf urutan kedua ini memiliki peran dalam mengirimkan informasi


penglihatan dari retina ke mata.

3. Saraf okulomotor

Saraf yang berfungsi memberi pasokan saraf ke otot-otot sekitar mata,


termasuk otot kelopak mata bagian atas (membuat kelopak mata
bergerak), otot ekstraokular, dan otot pupil (membuat pupil mengecil).

4. Saraf troklear

Saraf yang mengendalikan otot oblik superior mata, yaitu salah satu
otot yang menggerakkan mata dan merupakan otot di luar bola mata
(otot ekstraokular). Saraf troklear yang lumpuh dapat mengakibatkan
bola mata rotasi ke arah atas dan sisi luar sehingga menghasilkan
pandangan ganda.

5. Saraf trigeminal

Saraf yang berperan dalam mengendalikan sensasi pada sebagian area


kepala dan wajah dan mengontrol otot-otot rahang yang digunakan
untuk mengunyah. Masalah pada saraf kranial kelima ini dapat
menyebabkan rasa sakit atau mati rasa di wajah, rahang yang miring ke
arah sisi wajah yang terkena, atau bahkan kesulitan untuk mengunyah.

6. Saraf abdusen

Saraf yang bertanggung jawab mengoperasikan otot rektus lateral,


yaitu otot yang menarik mata ke arah sisi kepala. Jika saraf ini
terganggu, maka bisa membuat mata juling.

29
7. Saraf fasialis

Saraf yang berfungsi mengontrol ekspresi wajah, lidah, dan informasi


dari telinga. Terganggunya saraf fasialis dapat menyebabkan salah satu
sisi wajah terkulai, mulut tidak bisa bersiul, dahi tidak bisa mengerut,
mulut miring ke salah satu sisi wajah, dan kelopak mata tidak bisa
menutup. Kelumpuhan saraf ini disebut Bell’s palsy.

8. Saraf vestibulokoklear

Saraf ini bertanggung jawab atas indera pendengaran, keseimbangan


dan posisi tubuh. Masalah pada saraf kranial ini dapat
mengakibatkan tinitus (telinga berdengung), tuli, pusing, vertigo, dan
muntah.

9. Saraf glosofaringeal

Saraf ini berhubungan dengan lidah, tenggorokan, dan salah satu dari
kelenjar ludah, yaitu kelenjar parotis. Mencicipi dan menelan makanan
atau minuman bisa sulit dilakukan jika saraf ini bermasalah.

10. Saraf vagus

Saraf ini bertugas memasok serat saraf ke faring, laring di mana


terdapat (pita suara), trakea, kerongkongan, paru-paru, jantung, usus
halus, dan usus besar. Saraf kranial kesepuluh ini juga bertanggung
jawab membawa informasi sensorik dari telinga, lidah, faring, dan
laring ke otak. Saraf vagus yang terganggu akan memengaruhi suara
(menjadi serak atau parau), hidung, dan pita suara, bahkan membuat
berbicara dan menelan menjadi sulit.

11. Saraf aksesori

Saraf ini memiliki peran dalam mengontrol otot yang digunakan untuk
gerakan kepala. Kerusakan saraf ini dapat membuat otot

30
sternokleidomastoid (otot leher) dan trapezius (otot punggung)
melemah. Akibatnya, tulang belikat akan menonjol, jika bahu
dinaikkan atau diangkat karena tulang belikat sendiri tidak bisa
terangkat.

12. Saraf hipoglosal

Pada saraf kranial terakhir ini memengaruhi otot-otot di lidah.

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga,
bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan
impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian
mempengaruhi pengaturan otonomik. Sistem otonom terdiri dari 2
macam saraf yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf
simpatik berada di pangkal sumsum tulang belakang di daerah dada dan
pinggang. Saraf simpatik umumnya berfungsi untuk mempercepat kerja
organ-organ tubuh. Saraf parasimpatik merupakan saraf yang memanjang
dari sumsum lanjutan dan cenderung berkerja dengan system berlawanan
dengan saraf simpatik.

Pada system saraf otonom, saraf yang mensistesis dan melepaskan


ACh disebut saraf kolinergik, yakni saraf praganglion simpatis dan
parasimpatis, saraf pasca ganglion parasimpatis dan saraf somatik yang
mempersarafi otot rangka. Saraf yang mensintesis dan melepaskan NE
disebut saraf adrenergik, yakni hampir semua saraf pasca ganglion
simpatis.
Reseptor adrenergik adalah reseptor yang mengikat dan bertindak
balas terhadap noradrenalin (norepinefrin) dan adrenalin (epinefrin).
Reseptor ini adalah reseptor yang digabungkan protein G terutamanya
terlibat dengan sistem saraf simpatik. Selanjutnya, terdapat dua reseptor
adrenergik iaitu α-reseptor Alpha 1 dan 2) & β-reseptor (beta 1, 2 dan 3).
31
Reseptor beta 2 mempunyai pertalian yang lebih tinggi terhadap adrenalin
sementara reseptor alpha menunjukkan pertalian yang lebih tinggi
terhadap noradrenalin. Di antara reseptor ini, α1 & β1 bertanggungjawab
untuk pengujaan sementara α2 & β2 bertanggungjawab untuk
penghambatan.
Reseptor kolinergik adalah jenis reseptor kedua yang digunakan
dalam sistem saraf autonomi. Neuron kolinergik melepaskan asetilkolin.
Reseptor ini bersifat inotropik dan metabotropik. Dan, mereka mengikat
dan bertindak balas terhadap asetilkolin dan memudahkan komunikasi.
Lebih-lebih lagi, reseptor kolinergik melibatkan sistem saraf parasimpatis.
Terdapat dua jenis reseptor kolinergik iaitu reseptor muskarin dan
nikotinik. Reseptor muskarinik terdapat pada semua organ viseral.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

32
5.1.1. Dapat diketahui anatomi dan fisiologi otak, otak merupakan alat tubuh
yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan
manusia yang terletak didalam rongga tengkorak. Bagian utama otak
adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah.
5.1.2. Dapat diketahui refleks pada manusia diantaranya terdapat Deep Reflex
(Knee jerk Reflex), Babinski’s Sign, Reflex Achilles, Reflex Biseps,
Reflex Triseps. Superficial Reflex (Diantaranya: Reflex plantar,
Reflex Abdominal, Reflex Kornea, Reflex Faring, Reflex Kutan,
Reflex Pilomotor). Viseral Reflex (Diantaranya: Reflex Photo-Pupil,
Reflex Konsensual, Reflex Akomodasi, Reflex Siliospinal, Reflex
Sfinkter Kardiak).
5.1.3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
setiap kegiatan sehari-hari selalu melibatkan sisten saraf pada tubuh.
Mulai dari sistem saraf pusat yang menyebabkan adanya reflex
motoric dan sensorik, lalu saraf kranial yang berperan kuat dalam
gerakan-gerakan otot serta pada indera, kemudian sistem saraf otonom
yang menyeimbangkan reaksi pada tubuh dengan adanya saraf
simpatik yang saling melengkapi

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin. (2013). Anatomi dan Sistem Saraf Pada Manusia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Camphbell. (2004). Respitologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Erlangga.

33
Feriyawati. (2006). Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. Medan : Universitas Sumatra Utara.
Harun. (2011). Sistem Saraf . Jakarta: PT. Gramedia.
Khanifuddin. (2012, Mei 02). Organ Pada Sistem Saraf. Retrieved from
http://khanifuddin.files.wordpress.com/2012/03/sistem-saraf.pdf
Nugroho. (2013, Mei 2021 02). Anatomi Fisiologi Saraf. Retrieved from
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/ANATOMI-FISIOLOGI-
SISTEM-SARAF.pdf
Pearce, E. (2006). Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum.

34

Anda mungkin juga menyukai