Anda di halaman 1dari 17

Penuntun Praktikum Patologi Anatomi

Blok
Neurology

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
Konten Praktikum

No Judul Sub pokok bahasan Blok Alokasi


waktu
1 Histopathology - Meningioma Neurology 2x50’
of central and - Glioma
peripheral - Schwannoma
nervous system
PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI
BLOK SISTEM NEUROLOGU
Humairah Medina Liza Lubis, M. Nadjib Dahlan Lubis, Siti Mirhalina
Hasibuan, Delyuzar, Ren Astrid Siregar

PEMBELAJARAN :

1. Mahasiswa mengetahui gambaran histopatologi kelainan pada sistem


saraf.
2. Mahasiswa mampu membedakan berbagai perdarahan pada sistem saraf
berdasarkan lokasinya.
3. Mahasiswa mampu memahami berbagai CNS malformation.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM :

2. Mahasiswa mengikuti praktikum melalui aplikasi zoom meeting.


3. Memperhatikan objek praktikum dan gambarkan dengan
menggunakan pinsil merah dan biru.
4. Diskusi break out room dan jurnal pelaporan praktikum.

SEDIAAN MIKROSKOPIS :

1. Meningioma
2. Glioma
3. Schwannoma

• Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan


• Gambarkan sediaan pada jurnal pelaporan praktikum disertai dengan
keterangan gambar
SISTEM SARAF

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf


ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil
dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat
(otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara
fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik.

Gambar 1. Struktur Utama Sistem Saraf

1. Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis,
yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian
fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai
penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel
glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik.

1.1 Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga
tengkorak. Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil
(cereblum) dan otak tengah. Cerebrum merupakan pusat pengendali
kegiatan tubuh yang disadari. Cerebrum dibagi menjadi dua belahan,
yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 4
lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan
dienfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus,
hipotalamus, dan epitalamus. Otak belakang/ kecil terbagi menjadi dua
subdivisi yaitu metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon
berubah menjadi batang otak (pons) dan cerebelum. Sedangkan
mielensefalon akan menjadi medulla oblongata. Otak tengah/ sistem
limbik terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala.

Gambar 1. Bagian otak

1.2. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)


Medula spinalis terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang,
mulai dari ruas tulang leher sampai pinggang yang kedua. Sumsum
tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna
putih (white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area)
(Chamidah, 2013). Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan
dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang
terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung.
Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks.

2. Sistem Saraf Tepi


Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari
semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP. Berdasarkan fungsinya
SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
2.1. Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang
saraf spinal.
Dua belas pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang
otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik,
tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
Gambar 3. Saraf kranial

Saraf spinal terdiri dari 31 pasang saraf yang berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal
adalah saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke
korda melalui neuron aferen dan keluar melalui eferen. Saraf spinal
diberi nama dan angka sesuai dengan regio kolumna vertebra tempat
munculnya saraf tersebut.

Gambar 4. Saraf spinal


2.2. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang
tidak disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem
saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem ini
terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.

Gambar 5. Sistem saraf otonom (simpatik-parasimpatik)

3. Sel pada Sistem Saraf


Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf
(neuron) dan sel glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk
menghantarkan impuls dari panca indera menuju otak yang selanjutnya
oleh otak akan dikirim ke otot. Sedangkan sel glial berfungsi sebagai
pemberi nutrisi pada neuron.
3.1. Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi
pada sistem saraf dan berfungsi untuk menghantarkan impuls. Setiap
satu neuron terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma),
dendrit dan akson.
Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan Soma
berfungsi untuk mengendalikan metabolisme keseluruhan dari
neuron. Soma mengandung organel yang bertanggung jawab untuk
memproduksi energi dan biosintesis molekul organik, seperti enzim-
enzim. Pada badan sel terdapat nukleus, daerah disekeliling nukleus
disebut perikarion. Badan sel biasanya memiliki beberapa cabang
dendrit.
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang serta
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan menghantarkan rangsangan ke badan sel.
Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel. Di dalam akson terdapat benang-
benang halus disebut neurofibril dan dibungkus oleh beberapa lapis
selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi
untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut
dibungkus oleh sel-sel Schwann yang akan membentuk suatu jaringan
yang dapat menyediakan makanan dan membantu pembentukan
neurit. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin
yang disebut Nodus Ranvier.

Gambar 6. Struktur neuron

3.2. Sel penyokong atau Neuroglia (Sel Glial)


Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi
sebagai jaringan ikat selain itu juga berfungsi mengisolasi neuron,
menyediakan kerangka yang mendukung jaringan, membantu
memelihara lingkungan interseluler, dan bertindak sebagai fagosit.
Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar neuroglia, atau
sel glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5 kali dari jumlah
neuron. Sel glia lebih kecil dari neuron. Ada empat macam sel glia
yang memiliki fungsi berbeda yaitu:
1. Astrosit/Astroglia yang berfungsi sebagai “sel pemberi makan”
bagi sel saraf
2. Oligodendrosit/ Oligodendrolia yang bertanggung jawab
menghasilkan mielin dalam susunan saraf pusat. Sel ini
mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi
penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung
mielin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann.
Sel ini membentuk mielin maupun neurolemma saraf tepi. Mielin
menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal.
3. Mikroglia merupakan sel glia yang mempunyai sifat fagosit untuk
memusnahkan sel-sel otak yang mati, bakteri dan lain-lain. Sel
jenis ini ditemukan diseluruh SSP dan dianggap penting dalam
proses melawan infeksi.
4. Sel ependymal merupakan sel glia yang berperan dalam produksi
cairan cerebrospinal.

Gambar 7. Struktur neuron dan neuroglia

3.3.Neuroglia pada Sistem Saraf Tepi (SST)


Neuron pada sistem saraf tepi biasanya berkumpul jadi satu dan
disebut ganglia (tunggal: ganglion). Akson juga bergabung menjadi
satu dan membentuk sistem saraf tepi. Seluruh neuron dan akson
diselubungi oleh sel glia. Sel glia yang berperan terdiri dari sel satelit
dan sel Schwann.
Sel Satelit merupakan sel yang menyelubungi badan neuron pada
ganglia perifer dan berfungsi untuk regulasi nutrisi dan produk
buangan antara neuron body dan cairan ektraseluler.
Sel Schwann atau neurolemmosit merupakan sel yang menyelubungi
setiap akson pada saraf tepi, baik yang terbungkus dengan mielin
maupun tidak. Plasmalemma dari akson disebut axolemma;
pembungkus sitoplasma superfisial yang dihasilkan oleh sel Schwann
disebut neurilemma.
KELAINAN PADA SISTEM SARAF

1. Perdarahan
Berbagai perdarahan (Hematome/Hemorrhage) yang bias dijumpai:
- Epidural (biasanya disertai fraktur)
- Subdural (trauma tanpa fraktur)
- Subarachnoid (arterial, tanpa trauma)
- Intraparenchymal (bisa oleh karena apapun)
- Intraventricular (tanpa trauma, jarang pada orang dewasa)

Gambar 8. Lokasi perdarahan

2. CNS Malformation
2.1. Neural Tube
- Anencephaly, encephalocele, spina bifida
2.2. Forebrain
- Polymicrogyria, holoprosencephaly, agenesis of corpus callosum
2.3. Posterior Fossa (Infratentorial)
- Arnold Chiari (infratentorial herniation), Dandy-Walker (cerebellar
cyst)
2.4. Syringomyelia/Hydromyelia
3. Tumor
3.1. Meningioma
Merupakan tumor otak primer (20-30% dari keseluruhan tumor otak) yang
berasal dari sel arachnoid cap (berhubungan dengan duramater, choroid
plexus). Tumbuh sepanjang permukaan eksternal otak atau didalam sistem
ventricular. Pertumbuhan lambat (dapat tumbuh pesat selama kehamilan),
gejala tidak jelas atau berhubungan dengan kompresi otak. Biasanya
ditemukan pada orang dewasa dan 2/3 dari meningioma serebral terjadi
pada wanita, 90% meningioma sumsum tulang belakang terjadi pada
wanita. Merupakan Biasanya tumor soliter dan multipel (terlihat pada 1 -
6%) kadang-kadang berhubungan dengan neurofibromatosis type 2.
Berdasarkan kriteria WHO dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
- WHO grade I (benign) → paling banyak ditemukan
- ~6% are WHO grade II (peningkatan kekambuhan sering terjadi)
- WHO grade III (ganas dengan potensi malignansi) → jarang

Varian dari meningioma sangat variatif, yaitu:


1. WHO Grade I:
- Angiomatous
- Fibroblastic
- Lymphocyte rich
- Meningothelial
- Metaplastic
- Microcystic
- Psammomatous
- Secretory
- Transitional
2. WHO Grade II:
- Atypical
- Chorcoid
- Clear cell
3. WHO Grade III:
- Anaplastik
- Papillary
- Rhabdoid
Makroskopis
- Bulat dan berbatas tegas
- Melekat pada dura
- Tumor terpisah dari otak
- Dapat terbentuk plak (sepanjang permukaan dural) dan menyebabkan
perubahan tulang reaktif (hiperostotik)

Gambar 9. Makroskopis meningioma. Neoplasma padat kuning


kemerahan berbatas tegas di bawah dura di sebelah falx.

Mikroskopis
- Bidang arachnoid berada di antara meningioma dan parenkim SSP.
- Arsitektur berlobus, mengandung "meningothelial" whorl.
- Sel syncytial dengan membran sel yang tidak jelas.
- Sitoplasma eosinofilik.
- Inti bulat uniform, intranuclear pseudoinclusions sering ditemukan.
- Dapat mengandung badan psammoma.
- Degenerasi xantomatosa, pleomorfisme nukleus sedang, dan
metaplasia dapat terlihat tetapi tidak memiliki signifikansi prognostik.
- Jarang terjadi nekrosis atau perdarahan ekstensif.
Gambar10. Mikroskopis Meningothelial Meningioma WHO Type I. Pada
lapangan pandang kecil tampak spindly-looking cells dengan sitoplasma
merah muda dengan pola fascicles, membentuk struktur dan lingkaran
syncytial. Sel tersusun dalam lobulus yang dipisahkan oleh septa
fibrovaskular.

3.2. Glioma
Merupakan tumor SSP yang paling sering ditemukan.Termasuk
astrocytoma, ependymoma, glioblastoma, oligodendroglioma dan
berbagai subtipe / kombinasi Penting untuk mengidentifikasi komponen
oligodendroglial, karena efektivitas kemoterapi untuk glioma ini. Etiologi
glioma tidak diketahui, tetapi faktor risiko yang diketahui adalah terapi
radiasi ke tengkorak, dan glioma dalam kondisi ini biasanya muncul 5-25
tahun setelah terpapar.

Mikroskopis
- Biopsi episentrum tumor memiliki selularitas lebih tinggi dari otak di
sekitarnya.
- Sering mengandung kalsifikasi granular di antara glia hypercellular.
- Sering dijumpai mikrokista dan mitosis.
Gambar 11. Mikroskopis Glioblastoma. hypercellularity, nuclear
pleomorphism dan hyperchromasia, dan peningkatan mitotic activity

3.3. Schwannoma
Merupakan benign nerve sheath tumor yang berasal dari
diferensiasi sel Schwann.

Makroskopis
- Biasanya soliter.
- Kapsul berasal dari epineurium.
- Asal saraf dari perifer - tidak menembus substansi tumor.
- Tumor kecil mungkin sulit dibedakan dari neurofibroma karena
gambarannya yang fusiform.
- Tumor besar berada pada posisi eksentrik.
- Bagian yang dipotong berwarna cokelat muda dan berkilau dan
menunjukkan bercak kuning.
- Tumor besar bersifat kistik.
- Area perdarahan mungkin terlihat.
Gambar 12. Makroskopis Schwannoma

Mikroskopis
- Biphasic: area Antoni A hiperseluler kompak dan area Antoni B
hiposeluler myxoid.
- Nuclear palisading di sekitar proses fibrillary (badan Verocay)
sering terlihat di area seluler.
- Daerah vessel irregular paling menonjol di daerah Antoni B.
- Sel sempit, memanjang dan bergelombang dengan ujung meruncing
diselingi dengan serat kolagen.
- Sel tumor memiliki sitoplasma yang tidak jelas, kromatin padat.
- Sering menunjukkan atipia inti degeneratif.
- Gambaran mitosis jarang ditemukan.
- Pembuluh darah mengalami thrombus..
- Pembuluh darah melebar.
- Ditemukan makrofag berbusa dan agregat limfoid.
- Tidak ada ditemukan akson.
- Transformasi ganas dapat menunjukkan sel epiteloid ganas, mirip
angiosarkoma.
Gambar 13. Mikroskopis Schwannoma. Terlihat jelas daerah Antoni
A dan B.

Alat dan Bahan


- Mikroskop
- Slide mikroskopik
- Alat tulis

Cara Kerja
- Kuliah overview
- Observasi hands on preparat gross dan micros yang telah
disediakan dengan pembesaran 40x dan 100x.
- Identifikasi slide dengan mengenal jaringan dan kelainan-kelainan
yang dijumpai.
- Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan
- Beri keterangan gambar pada lembar tugas praktikum yang telah
disediakan.
Hasil praktikum
- Tugas praktikum dikerjakan di lembar tugas yang telah disediakan dan
dikumpulkan untuk dikoreksi oleh dosen yang bertugas.

Referensi :
1. Kumar, V. Abbas, A. Aster, J. 2017. Robbins Basic Pathology. 10th
edition. Philladephia. WB Saunders Company. New Delhi.
2. Underwood, J.C.E. Sistem in : Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai