Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK

DI RSUD BANGLI

OLEH

Maria O. Murni

23203024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS

RUTENG

2023/2024
BAB I PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-tanda
klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan
kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah
subarakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni, 2017).
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan berkembang
cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di
otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat
mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit
stroke biasanya disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang
ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Ayu R D, 2018).
Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik atau emboli dan trombus
yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah atau gumpalan hasil terbentukbya
trombus. (Nurarif, 2015). Berdasarkand efinisi diatas penulis menyimpulkan bahwa stroke
non hemoragik adalah penyumbatan pembuluh darah diotak yang disebabkan oleh bekuan
darah sehingga menghalangi suplai oksigen ke otak.
B. ETIOLOGI
Stroke disebabkan oleh adanya arteri yang tersumbat pada pembuluh darah otak
( stroke iskemik). Beberapa orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke
otak (transient ischemic attack atau TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen.
Sekitar 80 % kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak
menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah sangat berkurang (iskemia) (Haryono,
Utami, & Sari, 2019).
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
 Trombosis serebral
 Emboli serebri
 Hipoksia Umum
 Hipoksia setempat
C. ANATOMI FISIOLOGI
Dalam mengatur dan mempertahankan homeostatis tubuh, sistem saraf tidak bekerja
sendiri tetapi dibantu oleh sistem endokrin. Sistem saraf adalah serangkaian organ yang
kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur (Manurung, 2018). Adapun
anatomi dari sistem persyarafan menurut susilo (2019) menjelaskan bahwa anatomi drai
system persarafan meliputi :
Susunan sistem saraf
Sistem saraf pada tubuh manusia memiliki satu sistem dengan kompleksitas yang baik.
Adapun susunan sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu :
1. Klasifikasi structural
Klasifikasi struktural atau structural classification mencakup semua sistem saraf.
Klasifikasi ini memiliki dua sub bagian, yaitu sistem saraf pusat (central nervous
system) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya berada pada rongga
tubuh dorsal, dan bertindak sebagai pusat pengintegrasian dan komando sistem saraf.
sistem saraf tepi (peripheral nervous system) merupakan bagian dari sistem saraf
diluar sistem saraf- saraf pusat. Bagian ini terdiri dari saraf- saraf yang membentang
dari otak hingga sumsum tulang belakang.
2. Klasifikasi fungsional
Klasifikasi fungsional hanya terkait dengan struktur sistem saraf tepi. Terbagi atas
bagian sensorik, atau aferen, terdiri dari saraf – saraf yang tersusun dari serat – serat
saraf. Serat saraf ini bertugas membawa informasi sensorik, seperti impuls saraf,
menuju sistem saraf pusat dari reseptor sensorik yang terletak di berbagai bagian
tubuh. Reseptor sensorik mampu mengubah rangsangan menjadi implus
saraf elektronik. Saraf – saraf aferen diaktifkan oleh modalitas fisik seperti cahaya,
suara, suhu dan lain – lain. Terdapat dua serabut sensorik yaitu serabut sensoris
somatik dan serabut sensorik visera.
a Jaringan saraf
Jaringan saraf terdiri dari dua jenis sel utama yaitu, sel Glia dan Neuron keduanya
bekerja saling mendukung.
1. Sel Glia
Sel Glia (neuroglia) adalah sel pendukung kerja sel-sel saraf. Tugasnya
membantu sel saraf agar dapat menjalankan fungsinyanya dengan baik. Sel ini
dapat ditemukan pada sistem saraf pusat dan juga pada sistem saraf tepi.
Fungsi dari sel Glia antara lain, menyediakan nutrisi bagi sel-sel saraf /
neuron, mempertahankan keseimbangan tubuh, membentuk selubung myelin
glia yang mendominasi sistem syaraf tepi.
3. Neuron
Neuron juga disebut sel saraf. Tugasnya sangat khusus yakni untuk mengirimkan
pesan (implus saraf) dari satu bagian tubuh ke tubuh lainnya.
a Inti sel
Inti sel yang terdapat pada neuron atau sel saraf disebut dengan nukleus sel.
Fungsi nukleus adalah mengatur kegiatan sel saraf, dan juga berperan dalam
pembentukan DNA serta kromoson. Pada umumnya sel saraf hanya memiliki
satu inti sel, kecuali sel-sel parenkim yang terdapat dihati dan sel-sel pada otot
jantung. Ada juga sel yang tidak memiliki inti sel, yakni sel eritrosit dan sel
trombosit. Penyusun inti sel terdiri dari empat bagian, yaitu membran inti,
nukleoplasma, kromosom, dan nukleolus.
b Badan sel
Badan sel disebut juga soma, perikaryon, atau cyton adalah pusat
metabolismneuron. Badan sel mengandung banyak organel dan merupakan
tempat menempelnya dendrit dan akson, pada struktur badan sel saraf terdapat
ribosom, retikulum endoplasma, mitokondria, badan golgi, dan membran sel.
Selain itu, juga terdapat butiran nissl yang berfungsi untuk meneruskan implus
(rangsangan). Fungsi utama badan sel saraf adalah sebagai tempat inti sel.
Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson atau
neurit.
c Dendrit
Neuron memiliki beberapa dendrit. Dendrit adalah cabang yang keluar dari
badan sel saraf, dan berfungsi menerima rangsangan. Bentuk dari dendrit ini
berupa sitoplasma yang menonjol, memiliki ukuran pendek, dan bercabang.
Sitoplasma adalah bagian sel yang dibungkus oleh membran sel. Pembentuk
sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel.
d Akson
Akson adalah pemanjangan dari neuron yang membawa implus saraf dari
badan sel menuju sel target. Akson menjadi jalur transmisi utama sistem saraf,
dan berfungsi sebagai bundel yang membantu sistem saraf. Fungsi akson
adalah mengantarkan implus-implus saraf ke sel-sel lainnya.
e Sinapsis
Sinapsis merupakan titik pertemuan terminal akson di salah satu saraf pusat
dengan saraf pusat yang lain. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis.
Fungsinya sebagai pengirim implus atau rangsangan dari neurit ke dendrit
pada sel saraf yang lainnya.
f Selubung mielin
Selubung mielin adalah lemak yang membukus neurit atau akson. Lemak
tersebut terbentuk atas segmen-segmen, dan lekukan di antara dua segmen
disebut dengan nodus ranvier. Fungsi utama dari selubung mielin adalah
sebagai pelindung bagi neurit agar tidak menglami kerusakan dan
mencegah rangsangan dari kebocoran. Selubung mielin memiliki bentuk
seperti kabel isolator yang membungkus tembaga listik dalam kabel listrik.
Bahan penyusun selubung ini terdiri dari air, masa kering yang memiliki
kandungan lemak, dan protein-protein dasar, seperti mielin
oligodendrocytegliko protein, dan proteilipid.
g Nodus ranvier
Nodus ranvier merupakan lekukan-lekukan di antara segmen selubung meilin.
Fungsi utama dari nodus ranvier adalah sebagai batu loncatan untuk
percepatan pergerakan rangsangan menuju otak maupun sebaliknya. Dengan
demikian rangsangan bisa meloncat dari satu nodus ke nodus lainnya dan
cepat sampai tujuan.
b Sistem saraf pusat
1. Otak
Otak adalah organ tubuh yang paling penting sekaligus paling rumit. Otak
terbagi atas empat bagian yaitu sebagai berikut :
a) Otak besar (Cerebrum) Otak besar merupakanbagian otak terbesar serta
yang paling menonjol dari keseluruhan organ otak. Cerebrum
menempati 2/3 dari massa otak dan terletak di bagian atas rongga
tengkorak. Bagian luar dari otak besar ini dilindungi oleh lapisa tipis
jaringan abu-abu yang disebut korteks celebral. Setiap belahan otak
besar terbagi dalam empat lokasi, yaitu sebagai berikut :
1) Lobus frontal
Lobus frontal merupakan bagian terdepan dari otak besar. Lobus ini
berkaitan dengan fungsi motorik, kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, kemampuan untuk menilai sesuatu, kreativitas, kemampuan
untuk mengontrol perasaa, dan perilaku seksual, kemapuan untuk
memahami bahasa, membuat alasan merencanakan sesuatu, dan lain
sebagainya.
2) Lobus pariental
Lobus pariental merupakan bagian tengah otak besar yang
berhubungan dengan sensor perasaan seperti rasa sakit, sentuhan,
tekanan, dan lain sebagainya.
3) Lobus temporal
Lobus temporal adalah bagian bawah dari otak besar yang
berhubungan dengan memori dan pendengaran.
4) Lobus occipital
Lobus occipital adalah bagian belakang otak besar yang berhubungan
dengan sistem pengolahan proses visual manusia sehingga nantinya
dapat berinteeprestasi dengan segala sesuatu yang dilihat.
b) Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang. Letaknya berada
pada atas batang otak dan dibawah oksipital serebrum. Otak kecil berukuran
sebesar bola kasti dan memiliki permukaan yang berlekuk-lekuk. Otak kecil
berfungsi membantu meningkatkan sistem motorik seperti koordinasi gerakan otot.
Oleh karena itu saat otak kecil mengalami cedera, kondisi tersebut dapat
mempengaruhi pada gerakan tubuh yang tak terkoordinasi. Hal ini adalah akibat
terganggunya sikap serta koodinasi gerak otot. Berdasarkan fungsinya, otak kecil
terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1. Vestibuloserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol serta menjaga
keseimbangan pergerakan mata.
2. Spinoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol kemampuan otot serta
gerakan tubuh.
3. Sereberoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi sebagai penyimpan memori, menginisiasi gerakan yang
disadari, serta untuk melakukan perencanaan.
c) Batang otak (Brainstem)
Batang otak merupakan bagian otak yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang
belakang batang otak terletak didasar rongga kepala yang memanjang hingga ke tulang
punggung. Batang otak berfungsi untuk mengkoordinasikan sinyal kontrol motor yang
dikirim dari otak menuju tubuh. Selain itu, batang otak menjadi tempat melekatnya
keseluruhan saraf kranial, kecuali saraf I dan saraf II yang terletak menempel pada otak
besar (cerebrum). Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Otak tengah (Mesencephalon)
Bagian batang otak ini terletak paling atau atas dan menjadi penghubung antara otak besar
dan otak kecil. Fungsi otak tengah antara lain adalah mengontrol respons penglihatan seperti
gerak mata serta pembesaran pupil mata, dan mengatur sistem pendengaran dan gerak tubuh.
2. Medula oblongata
Medula oblongata atau yng sering disebut dengan medula, terletak dibagian otak belakang
dan merupakan bagian paling bawah batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dan
pons varoly. Bagian ini memiliki fungsi menjadi pusat pernafasan di dua tempat, yaitu
dorsal dan vertal. Pusat pengatur jantung, pusat vasomotor, dan pusat refleks.
3. Pons
Pons merupakan bagian otak berupa serabut saraf. Tugasnya adalah menghubungkan otak
kecil bagian kanan dan bagian kiri. Pada manusia pons berukuran sikitar 2,5 cm dan sebagian
besar muncul sebagai tonjolan anterior rostral untuk medula.
d) Sistem limbik (Limbic System)
Sistem limbik atau yang disebut otak paleomammalian merupakan bagian otak yang
membuangkus batang otak didalam batang otak. Sistem limbik tersusun atas bagian, yaitu
sebagai berikut :
1. Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian otak yang tersusun atas sejumlah nukleus. Bagian ini
memiliki berbagai macam fungsi yang peka terhadap suhu, glukosa, steroid, serta
glukokortikoid.
2. Thalamus
Thalamus merupakan struktur simetris garis tengah otak yang terletak diantara otak tengah
dan korteks selebral. Ini merupakan struktur terbesar yang memiliki diencephalon, yaitu
bagian otak yang terletak di antara otak tengah dan otak depan. Pada manusia, thalamus
membentuk bola masa dengan ukuran sekitar 5,7 cm dan terletak simetris pada setiap sisi
ventrikel ketiga dengan kemiringan mencapai 30 derajat.
3. Amigdala
atau amaygdalae merupakan sekumpulan saraf yang terletak di bagian medial temporal lobe.
Amigdala merupakan bagian dari basal ganglia serta bagian dari sistem limbik yang
memiliki peran untuk mengolah ingatan reaksi emosi, serta pengambilan keputusan.
4. Hippocampus
Hippocampus merupakan komponen utama dari otak manusia juga vertebrata lain dan
memiliki peranan penting dalam konsolidasi informasi dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang.
e) Perlindungan sistem saraf
Jaringan saraf bersifat sangat lembut dan rapuh. Apabila mengalami tekanan ringan, neuron
dapat terluka dan rusak. Maka dari itu, sebagai organ tubuh yang memiliki jutaan neuron,
otak merupakan organ yang harus selalu terjaga.
1. Meninges
Meninges terdiri dari tiga membran jaringan ikat yang menutupi dan melindungi struktur
sistem saraf pusat, antara lain :
a. Dura mater
Dura mater adalah membran berlapis ganda yang mengelilingi otak yang berada pada lapisan
terluar.
b. Serabut falx
Serabut falx adalah membran dura dalam meluas ke dalam bentuk lipatan yang menempel
kerongga kranial.
c. Tentorium cerebelli
Tentorium cerebelli memisahkan serebelum dari otak besar.
d. Arachnoid mater
Arachnoid mater merupakan lapisan tengah berbentuk seperti sarang laba-laba.
e. Pia mater
Pia mater merupakan lapisan meningeal terdalam, melekat erat kepermukaan otak dan
sumsum tulang belakang, dan mengikuti setiap lipatan.
2. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan bening yang berada di otak dan sterna serta ruang
subarachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang).
a Isi
Cairan serebrospinal mengandung sedikit protein dan lebih banyak vitamin C dan glukosa.
b Choroid pleksus
Choroid pleksus berbentuk cairan serebrospinal dari darah. Choroid pleksus adalah
kelompok pembuluh darah kapiler yang tergantung dari bagian atas pada masing – masing
ventrikel otak.
c Fungsi
Serebrospinal terdapat di dalam dan sekitar otak dan bekerja melindungi jaringan saraf rapuh
dari pukulan dan trauma lainnya.
d Volume normal
Cairan serebrospinal membentuk dan mengering dengan kecepatan konstan sehingga
tekanan dan volume normalnya harus sekitar 150 ml.
2. Saraf tulang belakang
Saraf tulang belakang atau medulla spinalis atau spinal cord adalah sebuah kolom jaringan
saraf yang menjalar dari dasar tengkorak ke punggung. Saraf ini dikelilingi oleh tigas selaput
pelindung (meninges tulang belakang) dan terlindung di dalam vatebrata ( tulang belakang).
Saraf tulang belakang dan otak membentuk sistem saraf pusat.
d Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf kranial dan saraf spinal dan sistem saraf
tak sadar (otonom).
1) Saraf kranial
Saraf kranial berhubungan dengan kepala san leher kecuali pada saraf vagus. Saraf- saraf ini
terlibat dalam transmisi informasi sensorik dan motorik menuju otak. Terdapat 12 pasang
saraf kranial yaitu sebagai berikut :
a araf kranial I (olfaktorius) adalah saraf sensorik yang fungsinya pada penciuman.
b Saraf kranial II (optikus) adalah saraf sensorik yang fungsinya pada penglihatan, input
refleks, dan kontruksi pupil di limbik.
c Saraf kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik yang fungsinya pada bola mata ,
elevasi alis, kontraksi pupil dan menfokuskan lensa.
d Saraf kranial IV (Trochlearis) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerakan bola
mata kebawah.
e Saraf kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya pada
mata, dagu, lidah, gerakan mengunyah dan lain sebagainya.
f Saraf kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerakan mata ke
lateral.
g Saraf kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik yang menerima rangsangan
dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa, dan juga
mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi.
h Saraf kranial VIII (Vestikubulocochlearis) adalah saraf sensorik yang fungsinya untuk
keseimbangan dan pendengaran.
i Saraf kranial IX (Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya
membantu menelan dan menerima rangsangan dari bagian posterior lidah untuk diproses
diotak sebagai sensasi rasa.
j Saraf kranial X (Vagus) adalah saraf motorik dan sensorik yang fungsinya menerima
rangsangan dari organ dalam dan mengendalikan organ dalam.
k Saraf kranial XI (Aksesorius ) adalah saraf motorik yang berfungsi mengendalikan
pergerakan kepala.
l Saraf kranial XII (Hipoglosus) adalah saraf motorik yang fungsinya pada pergerajab lidah
saat bicara, dan mengunyah.
2) Saraf spinal
Terdapat 31 pasang saraf spinal yang diberi nama sehubungan dengan lokasinya masing-
masing pada sumsum tulang belakang. Semua saraf ini adalah saraf campuran, sehingga
setiap saraf terdiri dari komponen ventral (motorik) dan akar dorsal (sensorik). Saraf ini
berfungsi membawa implus saraf dari sumsum tulang belakang menuju keseluruh bagian
tubuh Sistem saraf spinal berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik. Berdasarkan
asalnya, 31 pasang saraf sumsum tulang belakang dibedakan menjadi 4 sebagai berikut :
 8 pasang saraf cervical meliputi pleksus servikal dan leksus brakial
 12 pasang saraf thorax
 5 pasang saraf lumbar
 5 pasang saraf sacral
 1 pasang saraf coccyigeal
3) Sistem syaraf tak sadar (syaraf otonom)
Sistem saraf tak sadar (saraf otonom) mengatur proses tubuh tertentu, seperti tekanan darah
dan laju pernafasan. Sistem ini bekerja secara otomatis diluar kesadaran. Gangguan sistem
otonom dapat mempengaruhi proses atau bagian tubu, dan dapat bersifat reversibel atau
progresif. Fisiologi sistem saraf melibatkan kerja sejumlah implus yang kompleks, antara lain
:
1. Impuls saraf
Implus saraf adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Implus juga dikatakan serangkaian pulsa elektrik yang
menjalari serabut saraf.
2. Mekanisme jalannya impuls
Fungsi sel saraf adalah menerima rangsangan dan dapat menanggapi rangsangan
tersebut. Sebagai jaringan komunikasi, tentu saraf memiliki mekanisme khusus tentang cara
meneruskan implus. Dalam mekanisme jalannya implus terbagi atas dua. Mekanisme
jalannya implus saraf adalah sebagai berikut :
1. Impuls saraf
2. Mekanisme jalannya impuls
a Implus dihantarkan melalui sel saraf
b Implus dihantarkan lewat sinapsis
c Perubahan potensial membrane
Ada dua macam perubahan potensial membran, yaitu :
 Potensial berjenjang
 Potensial aksi
d Penghantaran impuls
 Penghantaran implus melalui neuron
 Pengantaran implus melalui sinapsis
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah. Manifestasi
sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari penyakit yang mendasari atau faktor
resiko. Patologi utama termasuk hipertensi, aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri
koroner, dislipidemia, penyakit jantung, dan hiperlipemia (Haryono & Utami,2019).
Patofisiologi stroke non hemoragik atau iskemik merupakan penyumbatan yang
disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah
terganggu. Jaringan otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan
menurun fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan iskemia
pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya akibat proses hipoksia
dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam siste peredaran
darah yang biasa terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang
terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak
(fanning dkk, 2014 dalam (Haryono & Utami, 2019).
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat darah otak terbagi menjadi dua daerah
keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau
bagian otak yang memiliki aliran darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap menit.
Daerah ini beresiko menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Daerah penumbra adalah daerah
otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dikarenakan daerah ini masih
masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah (Haryono & Utami, 2019).
Sel darah
Peningkatan
Alkohol, dan obat- Arterianggota Hipertensi, Disatria
Kerusakan
darahpada
jantung Usia
Edema
Cairan plasmaKelemahan
Disfungsi
Alirannervus
darah Suplai
Gangguan
Infark
Gangguan Hipoksia Penurunan
sel
Penurunan
kapasitas
merah
intracranial
Endotel
obatan
serebral vertebral
gerak
Gangguan coroner,
Faktor Gangguan
Penyumbatan
saraf
gagal
resiko
dan
fugsi pembuluh
hipoglosus
ginjal
Stroke
oksigen
bicara
hilang XI(aksesorius),XII(Hipo
lambat cerebellum
fungsi motorik otak adaptif kesadaran
intracranial
menggumpal
rusak basilris
mobilitas Non darah
Hemorgaik otak
(XII)
keotak
komunikasi berupah
glossus)
fisik bekuan darah atau udarah
menurun
verbal
Pathway

Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Nurarif A. H,(2016),manifestasi klinis stroket meliputi :
1. Tiba –tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
2. Tiba – tiba hilang rasa peka
3. Bicara pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso, L.E (2018).
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium
G. KOMPLIKASI
Menurut Andra & Yessie (2013)
1) Berhubungan dengan imobilisasi
2) Infeksi pernafasan
3) Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
4) Konstipasi
5) Tromboflebitis
6) Berhubungan dengan mobilisasi
7) Nyeri daerah punggung
8) Dislokasi sendi
9) Berhubungan dengan kerusakan otak
10) Epilepsy
11) Sakit kepala
12) Kraniotomi
13) Hidrosefalus

BAB II
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat &
Teke, 2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data yang dikumpulkan
meliputi (Lestari et al., 2019) :
a. Identitas
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab
klien selama perawatan,data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat traumakepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
5. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
6. Pola – pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayatperokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
d. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot.
f. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburanpandangan
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti
obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
2. Pemeriksaan integumen
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tandatanda dekubitus terutama pada
daerahmyang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis .
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara
nafas tambahan, pernafasan tidakteratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung .
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine.
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaanneurologi
1. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
4. Pemeriksaan reflek
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan munculkembali didahuli dengan refleks patologis
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik.
2. Pemeriksaan laboraturium
a) fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak mengandung darah atau
jernih.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
d) Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
e) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan kelemahan
2. Penurunan kapasitas adaptif intracranial berhubungan dengan
D. IMPLEMENTASI
Pada tahan ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Nasrul Effendy, 1995 dalam Judha & Rahil, 2011). Pencatatan
pendokumentasian ini terfokus pada metode Dar yaitu data (D) adalah data yang berisi
tentang data subjektif dan objektif yang mendukung dokumentasi asuhan keperawatan,
action/tindakan (A) adalah tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan masalah, dan
response (R) adalah menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan keperawatan.
(Judha & rahil, 2011).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota
tenaga kesehatan lain. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Terdapat jenis-jenis evaluasi dalam keperawatan yaitu,
evaluasi formatif (proses) merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Selanjutnya evaluasi sumatif (hasil) yaitu rekapitulasi dan
kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Penentuan
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan
antara soap dengan kriteria hasil. Evaluasi proses menggunakan metode soap yaitu, Subjektif
adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. objektif
adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan setelah dilakukan tindakan. Analisa adalah membandingkan antara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. Dan yang terakhir planning adalah
rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan diagnose.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Septiandini Dyah, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Stroke Non
Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang ICU RSUD Salatiga, Program Studi
D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik Dengan
Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Studi Di Ruang Krissan Rsud Bangil
Pasuruhan), Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang
Dharmawita, ni, s. p., Fitriyani, & nia. (2020). Perbandingan stroke non hemorogik dengan
gangguan motorik pada pasien yang memiliki faktor resiko diabetes ,milletus,hipertensi
diabetes milletus& hipertensi medikes ( Media informasi kesehatan ) volume 7, nomor 1,
198.
Haryono, Utami, R., & Sari, M. P. (2019). keperawatan medikal bedah 2. yogyakarta: pustaka baru
press.
Judha, m., & rahil, n. h. (2011). Sistem Persyarafan ( dalam asuhan keperawatan ). yogyakarta:
gosyen publishing.
Lestari, P. H. (2019). Pelaksanaan intervensi cakupan informasiku melalui pendekatan asuhan
keperawatan keluarga sebagai upaya pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.
11(1).
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan Nanda Nic Noc.
Jakarta: CV Trans Info Media. Mardalena, I. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jogyakarta: Pustaka Baru Press.
Martini, S. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Stroke. jurnal berkala
pidemiologi, vol (2).
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai