Sistem saraf adalah serangkaian organ kompleks dan bersambung serta terdiri dari
terutama jaringan saraf. Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel
saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah
yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf. Berdasarkan
struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Sel saraf sensori,Sel
saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi). Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf
sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).Sistem saraf sadar mengontrol
aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang
tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat. Sistem saraf sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan
secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak.
Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf
kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal). Berdasarkan sifat kerjanya saraf
tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Sistem saraf
otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang
belakang dan menuju organ yang bersangkutan Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem
saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak
di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai
urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang
mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau
perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon)
dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan
ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Sistem persarafan terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan sel
Schwann). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lain
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Neuron adalah suatu sel saraf dan
merupakan unit anatomi dan fungsional sistem persarafan. Sedangkan neuroglia adalah sel
penyokong untuk neuron-neuron SSP, sedangkan sel Schwann menjalankan fungsi tersebut
pada SST.Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya
lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10 : 1. Ada empat sel neuroglia
yang berhasil diidentifikasi , yaitu mikroglia, ependimal, astroglia (astrodit), dan
oligodendroglia (oligodendrosit) (Arif Muttaqin,2008).
Struktur Neuron yang mempunyai berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda:salah satunya
adalah tipe neuron multipolar yang merupakan jenis yang paling banyak terdapat didalam
sistem syaraf pusat. Sekitar 5% dari sel-sel glia di SSP adalah mikroglia. Mikroglia
mempunyai sifat fagosit;bila jaringan syaraf rusak, maka sel-sel ini bertugas untuk mencerna
sisa-sisa jaringan yang rusak. Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP dan dianggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi (Arif Muttaqin,2008).
Neuron terdiri atas tiga bagian : dendrit, yaitu tonjolan memanjang yang menerima
informasi dari lingkungan atau dari neuron lain; badan sel, yang mengandung nukleus dan
akson yang panjangnya dapat mencapai 1 meter dan menghantarkan impuls ke otot, kelenjar,
atau neuron lain. Fungsi utama neuron adalah menerima, memadukan, dan menyalurkan
informasi ke sel lain (Ganong, William F. 2012). Setiap neuron yang hanya memiliki akson
tunggal. pada ujung distal, akson terbagi menjadi beberapa cabang terminal yang masing-
masing berakhir dengan apa yang disebut terminal bouton yang membuat kontak dengan
neuron berikutnya. proses perifer panjang neuron pseudo-unipolar dari ganglia spinal
merupakan kasus khusus yang penting. ini adalah serat yang menyampaikan informasi
mengenai sentuhan, nyeri dan, suhu dari permukaan tubuh ke SSP (Mathias Baehr, 2012).
1. Dendrit adalah perluasan saraf dari badan sel. Dendrit adalah bagian neuron yang
menerima stimulasi dari saraf lain. setiap neuron memiliki banyak cabang dendrit
2. Badan Sel mengandung organel tipikal sel manusia. Nukleus, yang mengandung
informasi genetik neuron, mengarahkan produksi protein, enzim, dan neuro
transmiter yang diperlukan oleh saraf untuk fungsi tepatnya.
3. Akson
Tonjolan dari badan sel adalah akson, bagian pangkalnya disebut segmen inisial
atau zona pemicu. Akson adalah serabut panjang tempat lewatnya sinyal listrik
yang dimulai di dendrit dan badan sel.
4. Sinapsis
Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung
dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada
bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut
berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa
asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf
pada sinapsis.
5. Mielin
Myelin merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang melapisi
tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran ion natrium dan melintasi membrane
neuronal dengan hampir sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang
tonjolan saraf, dan terdapat celah celah tanpa myelin, yang disebut nodus
Ranvier(Sylivia price, 2006).
Susunan saraf manusia terdiri dari 2 yaitu susunan syaraf pusat dan susunan syaraf
perifer. Susunan syaraf pusat sendiri terdiri dari Otak dan Sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Sistem saraf pusat meliputi otak dan medulla spinalis. otak terdiri atas serebrum,
serebelum, batang otak, dan struktur primitif yang terletak dibawah serebrum yaitu
diensefalon, system limbik, serta sistem aktivasi retikuler (RAS, reticular activating system).
Medulla spinalis merupakan lintasan primer untuk menyampaikan pesan-pesan diantara
daerah perifer tubuh dan otak, medulla spinalis juga mengantarai reflek.
1. Sereberum : Hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh korpus kalosum, yaitu massa
jaringan saraf yang memungkinkan komunikasi antara pusat-pusat terkait dalam
hemisfer kiri dan kanan. setiap hemisfer serebri dibagi menjadi empat lobus
berdasarkan anatomi dan perbedaaan fungsinya. nama lobus menurut nama tulang
kranial yang menutupinya (frontal, temporal, parietal, dan oksipital).
a. lobus frontalis : mempengaruhi kepribadian, penilaian, kemampuan berfikir
abstrak, perilaku social, ekspresi bahasa, dan gerakan (pada bagian motorik).
b. lobus temporalis : mengendalikan pendengaran, pemahaman bahasa, dan
menyimpan serta mengingat memori.
c. lobus parietalis : menginterpretasi dan mengintegrasi rasa, yang meliputi rasa
nyeri, suhu dan sentuhan, juga menginterpretasi ukuran, bentuk, jarak dan tekstur.
d. lobus oksipitalis : menginterpretasi stimuli visual
2. Kortek serebri merupakan lapisan permukaan yang tipis pada sereberum, tersusun dari
substansia grisea (badan sel saraf tidak bermielin) permukaan sereberum memiliki
konvulsi (girus) dan alur atau fisura (sulkus).
3. Serebelum : memiliki dua buah hemisfer berfungsi mempertahankan tonus otot,
mengoordinasi gerakan otot, dan mengendalikan keseimbangan.
4. Batang otak : tersusun atas pons, mesensefalon (otak tengah), medulla oblongata,
meneruskan pesan antara tingkat yang lebih tinggi dan tingkat yang lebih rendah
didalam system saraf. nervus kranialis berasal dari pons, mesensefalon dan medulla
oblongata.
5. Pons : menghubungkan serebelum dengan sereberum dan mesensefalon dengan
medulla oblongata, pons mengandung satu dari beberapa pusat pernapasan.
6. mesensefalon (midbrain) : mengantarai reflex auditorius dan visual.
7. medulla oblongata : mengatur fungsi respirasi, vasomotor, dan kardiak
(Kowalak,2011).
Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang belakang serta otak antara
lain, yaitu :
1. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk dari badan sel.
2. Substansi alba atau bagian materi putih yang terbentuk dari serabut saraf.
3. Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia yang ada di dalam system saraf pusat tepatnya di
antara sel-sel saraf yang ada
Susunan syaraf perifer terdiri dari susunan syaraf somatik dan susunan syaraf otonom
yang meliputi susunan syaraf simpatis dan parasimpatis
Sistem perifer terdiri atas nervus kranial (NK), nervus spinalis, dan sistem saraf
otonom. Nervus Kranialis ke 12 pasang nervus kranialis menstramisikan pesan motorik atau
sensorik atau keduanya terutama di antara otak atau batang otak dan kepala serta leher.
kecuali nervus olfaktorius dan optikus. nervus kranialis merupakan saraf sensorik, motorik,
atau campuran keduanya.
Berbicara tentang pengkajian, keluhan utama klien juga perlu kita kaji. Keluhan
utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila sudah terjadi disfungsi
neurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi(kejang), sakit kepala yang hebat,
nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS<15), ekstremitas
dingin, dan ekspresi rasa takut.
Bila klien mengeluh nyeri perlu ditinjau penilaian rasa nyeri dengan pengkajian nyeri
PQRST, meliputi:
1. Provoking Incident (insidens pemicu): Peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri.
2. Quality of pain: Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien (apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk).
3. Region, radiation, relief: Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien (apakah
rasa sakit bisa reda, menjalar atau menyebar).
4. Severity (scale) of pain: Sebesar apa rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri/gradasi dan klien menerangkan sejauh mana rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
5. Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari
atau siang hari.
Sumber: Arif Muttaqin,2008.Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan.Salemba Medika. Hal: 54-57
Selain itu pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya
keluhan atau kelainan dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Nyeri kepala : Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalam bentuk
serangan atau terus menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif, makin lama makin
berat atau makin sering? Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari?
2. Muntah : Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak,
seolah-olah isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?
3. Vertigo : Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar atau anda
merasa diri anda yang bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut ada hubungannya
dengan perubahan sikap? Apakah disertai rasa mual atau muntah? Apakah disertai tinitus
(telinga berdenging, berdesis)?
4. Gangguan penglihatan (visus) : Apakah ketajaman penglihatan anda menurun pada satu
atau kedua mata? Apakah anda melihat dobel (diplopia)?
5. Pendengaran : Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus (bunyi
berdenging/berdesis pada telinga)?
6. Saraf otak lainnya : Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi
(pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di wajah? Adakah
kelemahan pada otot wajah? Apakah bicara jadi cadel dan pelo? Apakah suara anda
berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi mengecil/hilang (afonia)? Apakah
bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Apakah sulit menelan (disfagia)?
7. Fungsi luhur : Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah anda
menjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda (disfasia, afasia motorik) atau memahami
pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana dengan kemampuan
membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit membaca, dan memahami apa yang anda baca?
Bagaimana dengan kemampuan menulis, apakah kemampuan menulis berubah, bentuk
tulisan berubah?
8. Kesadaran : Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa yang
terjadi di sekitar anda? Pernahkah anda mendadak merasa lemah dan seperti mau pingsan
(sinkop)?
9. Motorik : Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan, lengan,
kaki, tungkai)? Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap atau berkurang? Apakah
gerakan anda menjadi tidak cekatan? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas
badan yang abnormal dan tidak dapat anda kendalikan (khorea, tremor, tik)?
10. Sensibilitas : Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau
ekstremitas? Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar? Dimana
tempatnya? Adakah rasa tersebut menjalar?
11. Saraf otonom : Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu
seks (libido) anda? Adakah retensio atau inkontinesia urin atau alvi?
Sumber: Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat:Jakarta
Pada pemeriksaan fisik sistem persyarafan ditujukan pada area fungsi mayor yang
meliputi tingkat kesadaran, fungsi serebral, saraf kranial, sistem motorik, respon refleks, dan
sistem sensoris.
1. Tingkat Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, dimana aksi dan
reaksi terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dan seterusnya)
sesuai dan tepat. Keadaan dimana aksi sama sekali tidak dibalas dengan reaksi, dikenal
sebagai koma.
a. Membuka mata
b. Mengucapkan
c. Gerakan
Sumber: Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
a. Membuka mata
Scoring
1) Spontan = 4
2) Terhadap suara membuka mata = 3
3) Terhadap nyeri membuka mata = 2
4) Menutup mata terhadap segala jenis rangsang = 1
b. Respon Bicara
Scoring
1) Berorientasi baik = 5
2) Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) = 4
3) Bisa membentuk kata tetapi tidak mampu mengucapkan suatu kalimat = 3
4) Bisa mengeluarkan suara yang tidak punya arti (groaning) = 2
5) Suara : tidak ada = 1
c. Respon Motorik
Scoring
1) Menurut perintah = 6
2) Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (raba) = 5
3) Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdraw) = 4
4) Menjauhi ragsangan nyeri ( flexion) = 3
5) Ekstensi spontan = 2
6) Tidak ada gerakan = 1
Skala dari Glasgow ini disamping untuk menentukan tingkat kesadaran, juga berguna
untuk menentukan prognosis perawatan suatu penyakit (misalnya contusio serebri).
Sumber : Juwono, T. 1990. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. Jakarta. EGC
2. Fungsi Serebral
1) Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara berpakaian
klien, kerapian, dan kebersihan diri.
2) Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik. Semuanya ini memberikan informasi penting tentang klien.
3) Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran juga diobservasi.
4) Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal?
5) Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor?
Status emosional klien dapat dinilai dari reaksinya terhadap pertanyaan yang
diberikan perawat, terhadap tindak tanduk orang-orang disekelilingnya, atau terhadap
keadaan dan perasaan fisik diri sendiri. Secara ringkas pengkajian status emosional
klien dapat dilakukan perawat adalah sebagai berikut:
1) Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka, pemarah, cemas, apatis, atau
euphoria?
2) Apakah alam perasaannya berubah-ubah secara normal atau iramanya tidak dapat
diduga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?
3) Apakah tingkah lakunya sesuai dengan kata-kata atau isi dari pemikirannya?
4) Apakah komunikasi verbal sesuai dengan tampilan komunikasi non verbal?
Pemeriksaan fungsi serebral juga bisa dilakukan pada fungsi setiap lobus serebral.
Pemeriksaan fungsi serebral tersebut meliputi:
3. Saraf Cranial
Pemeriksaan saraf kranial dimulai dengan mengatur posisi klien sehingga duduk di tepi
tempat tidur bila memungkinkan, perhatikan kepala, wajah, dan leher. Catat apakah
terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitiga terbalik), atau akromegali.
4. Sistem Motorik
Pemeriksaan yang teliti pada sistem motorik meliputi inspeksi umum (postur, ukuran,
otot, gerakan abnormal, dan kulit), fasikulasi, tonus otot, kekuatan otot, refleks,
koordinasi, dan keseimbangan.
a. Inspeksi Umum
Cara pemeriksaan:
Pertama, perawat mundur sebentar dan memperhatikan adanya postur yang abnormal,
misalnya pada klien dengan hemiphlegia akibat stroke. Pada pemeriksaan ini anggota
badan atas dalam posisi fleksi dan lengan dalam posisi aduksi dan pronasi, sedangkan
anggota badan bawah dalam posisi ekstensi. Kemudian carilah atrofi otot yang
menunjukkan adanya denerfasi otot, penyakit otot primer, atau disuse atrophy.
Bandingkan satu sisi dengan lainnya untuk menentukan adanya atropi dan tentukan
kelompok-kelompok otot mana yang terkena. Selanjutnya lakukan inspeksi adanya
gerakan-gerakan abnormal, seperti tremor pergelangan tangan atau lengan. Inspeksi
kulit untuk melihat kelainan seperti Herpes Zooster. Klien diinstruksikan untuk
berjalan menyilang di dalam ruangan, sementara pengkaji mencatat postur dan gaya
berjalan, keadaan tonus yang tidak normal mencakup spastisitas atau kejang, rigiditas
atau kaku atau flaksiditas.
b. Tonus Otot
Dalam pemeriksaan tonus otot, perawat menggerakkan lengan dan tungkai di sendi
lutut dan siku klien. Perawat sebagai pemeriksa perlu menggunakan kedua tangannya.
Penilaian tonus yang meningkat, berarti perawat pemeriksa mendapat kesulitan untuk
menekukkan dan meluruskan lengan dan tungkai di sendi siku dan lutut. Jika tonus
otot hilang, maka dalam menekukkan dan meluruskan lengan dan tungkai klien tidak
dirasakan sedikit tahanan pun. Dari pengalaman dapat ditentukan apakah tonus
ototnya normal, meningkat (hipertonik) seperti pada lesi upper motor neuron atau
ekstrapiramidal ataupun berkurang (hipotonik, seperti pada lesi lower motor neuron).
c. Kekuatan Otot
5. Respon Refleks
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul
dinamakan gerakan reflektorik. Setiap suatu rangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu
gerakan, menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak
secara reflektorik itu terdapat hubungan. Lintasan yang menghubungkan reseptor dan
efektor itu dikenal sebagai busur refleks.
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki. Respons abnormal yaitu ekstensi serta
pengembangan jari-jari kaki dan elevasi ibu jari kaki
2) Gerakan sekutu
Gerakan tidak volunter dan reflektorik yang selalu timbul pada setiap gerakan
volunteer.
6. Sistem Sensoris
Sistem sensorik lebih kompleks dari sistem motorik karena modalitas dari sensori
mempunyai perbedaan traktus, lokasi pada bagian yang berbeda pada medulla spinalis.
Pengkajian sensori dinilai secara subjektif, dengan luas dan membutuhkan kerja sama
klien. Dianjurkan penguji mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari medulla
spinalis.
Sumber :Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
a. Sensasi Taktil
Sensasi taktil dilakukan dengan cara menyentuh dengan lembut pada masing-masing
tubuh. Tujuannya yaitu untuk membandingkan sensitivitas ekstremitas proksimal
dengan distal.
b. Sensasi Nyeri dan Suhu
Sensasi nyeri dan suhu di transmisi bersama dibagian lateral medulla spinalis
sehingga tidak perlu menguji sensasi suhu dalam keadaan ini. Nyeri superfisial dapat
dikaji dengan menentukan sensitivitas klien terhadap objek yang tajam. Klien
diinstruksikan untuk memejamkan mata dan membedakan antara ujung yang tajam
dan tumpul dengan menggunakan lidi kapas yang dipatahkan atau spatel lidah. Untuk
keamanan hindari penggunaan peniti karena dapat merusak integritas kulit. Kedua sisi
objek tajam dan tumpul digunakan dengan intensitas yang sama pada semua
pelaksanaan dan kedua sisi diuji dengan simetris.
c. Vibrasi dan Propriosepsi
Vibrasi propriosepsi yaitu melakukan pemeriksaan menggunakan garbu tala yang
berrgetar pada tulang yang menonjol.
d. Merasakan Posisi
e. Integritas Sensasi
Sumber: Damhudi.2008. Jurnal: Efektifitas pengkajian dengan metode NIHSS dan ESS.FIK
UI.
Penilaian fungsi batang otak pada pasien dengan gangguan neurologi, yaitu:
1. Respirasi
a. C.N.H (Central Neurogenic Hyperventilation) = kussmaul adalah pernafasan dalam
dan cepat
b. Apneustic breathing = disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral
c. Ataxic breathing = disfungsi dari pusat pernafasan yaitu formatio reticularis bagian
medio-dorsal medulla oblongata di bawah obeks
d. Cluster breathing = lesi di medulla oblongata
e. Gasping respiration = napas tinggal satu-satu, lesi di medula oblongata
Pada pasien koma yang harus diperiksa. Caranya : kepala penderita di gerakkan
dengan cepat (mendadak) ke arah lateral kanan dan kiri sementara dokter melihat gerakan
bola mata pasien.
Pada keadaan normal (tidak ada kelemahan saraf otak 3, 4 dan 6) maka bola mata
akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala.
Bila ada gangguan pada sistem saraf otak 3, 4 dan 6 atau gangguan “gaze” maka
akan timbul gerakan dysconyugate eye movement, deviasi conjugate ke arah kanan kiri
dan bola mat fixed/ diam di tengah berarti doll head eye phenomenon negatif.
Damhudi.2008. Jurnal: Efektifitas Pengkajian dengan Metode NIHSS dan ESS. FIK
UI.
Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat.
Mutaqqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba medika.
Saged, A. A. G., Yusof, M. Y. Z. M., Latif, F. A., Hilmi, S. M., Al-Rahmi, W. M.,
AlSamman, A., … Zeki, A. M. (2018). Impact of Quran in Treatment of the
Psychological Disorder and Spiritual Illness. Journal of Religion and Health.
https://doi.org/10.1007/s10943-018- 0572-8