Anda di halaman 1dari 68

BAHAN ALAM YANG BERKHASIAT SEBAGAI

OBAT SISTEM SARAF PUSAT DAN DISFUNGSI EREKSI


BAHAN ALAM YANG BERKHASIAT SEBAGAI

OBAT SISTEM SARAF PUSAT

DISUSUN OLEH :

NURUL FATMA 1820036

SRI ERLIN MARGARETHA 1820048

WIKA ADELIA PUTRI 1820051

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) PELITA MAS
PALU
2021
A. SISTEM SARAF PUSAT

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke


susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan.Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari
organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.Susunan saraf
manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang
tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf).
Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga
tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik
akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat
(SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses
pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang
berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi respons motorik
terhadap stimulus.
Gambar 1.1 Fungsional Sistem Saraf (biru : sensorik, merah : motoric)

A. Susunan Sistem Saraf


Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak
dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi
yaitu saraf otonom dan saraf somatic.
Gambar 1.2 Susunan Saraf Manusia

1. Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis, yang
merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh.Bagian fungsional pada
susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi
elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik
dan metabolic.
A. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak.Bagian utama
otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah.Otak besar
merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.Otak besar ini dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri.Tiap belahan tersebut terbagi
menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal.Sedangkan disenfalon
adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan
epitalamus.Otak belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon
dan mielensefalon.Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan cereblum.
Sedangkan mielensefalon akan menjadi medulla oblongata. Otak tengah/ sistem
limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala.

Gambar 1.3 Bagian-bagian Otak

Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis.
Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak.Cairan ini menyerupai plasma darah
dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel
epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral
medula spinalis.Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak
otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan otak serta medula spinalis.
B. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang,
mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua.Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar
berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area).Lapisan
luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.Di
dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf
penghubung.Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak
serta sebagai pusat pengatur gerak reflex.

Gambar 1.4 Bagian Area Medula Spinalis

2. Sistem Saraf Tepi


Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan
garis komunikasi antara SSP dan tubuh .SST tersusun dari semua saraf yang
membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan fungsinya SST
terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
A. Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.
1. Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak.Beberapa dari
saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun
dari serabut sensorik dan motorik.Kedua belas saraf tersebut dijelaskan pada
(Gambar 1.5).
2. Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior)
dan ventral (anterior).Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui
eferen. Saraf spinal (Gambar 1.6)diberi nama dan angka sesuai dengan regia
kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut.

Gambar 1.5 Distribusi Saraf Kranial


Gambar 1.6 Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya

B. Sistem Saraf Otonom (SSO)


Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari.Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung.Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik.Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan,
seperti pada (Gambar 1.7) dibawah ini.

Gambar 1.7 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik)


SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor pada kulit
atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya kesusunan saraf
pusat. Jadi besifat ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke effector (Muscle
and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang diterima dari
reseptor di kulit dan otot dari lingkungan sekitar.

C. Sel-sel pada Sistem Saraf


Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf dan sel
glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls dari panca indera
menuju otak yang selanjutnya oleh otak akan dikirim ke otot. Sedangkan sel glial
berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron.
1. Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi pada
sistem saraf. Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls. Setiap satu neuron
terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan akson .
Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan.Soma berfungsi untuk
mengendalikan metabolisme keseluruhan dari neuron.Badan sel (soma)
mengandung organel yang bertanggung jawab untuk memproduksi energi dan
biosintesis molekul organik, seperti enzim-enzim.Pada badan sel terdapat nukleus,
daerah disekeliling nukleus disebut perikarion.Badan sel biasanya memiliki
beberapa cabang dendrit.
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang serta
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
menghantarkan rangsangan ke badan sel. Khas dendrit adalah sangat bercabang
dan masing-masing cabang membawa proses yang disebut dendritic spines.
Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi
keluar dari badan sel. Di dalam akson terdapat benang-benang halus disebut
neurofibril dan dibungkus oleh beberpa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan.Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel Schwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan dan membantu
pembentukan neurit. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin
yang disebut nodus ranvier.
Pada SSP, neuron menerima informasi dari neuron dan primer di dendritic
spines, yang mana ditunjukkan dalam 80-90% dari total neuron area permukaan.
Badan sel dihubungkan dengan sel yang lain melalui akson yang ujung satu
dengan yang lain membentuk sinaps. Pada masing-masing sinap terjadi
komunikasi neuron dengan sel yang lain.

Gambar 1.8 Struktur Neuron

2. Sel penyokong atau Neuroglia (Sel Glial)


Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai
jaringan ikat, selain itu juga berfungsi mengisolasi neuron, menyediakan kerangka
yang mendukung jaringan, membantu memelihara lingkungan interseluler, dan
bertindak sebagai fagosit.Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar
neuroglia, atau sel glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5 kali dari jumlah
neuron.
Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya mempertahankan kemapuan
untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada banyak neuron.Secara
bersama-sama, neuroglia bertanggung jawab secara kasar pada setengah dari
volume sistem saraf. Terdapat perbedaan organisasi yang penting antara jaringan
sistem saraf pusat dan sitem saraf tepi, terutama disebabkan oleh perbedaaan
pada
a. Macam-macam Sel Glia
Ada empat macam sel glia yang memiliki fungsi berbeda yaitu (Feriyawati,
2006):
1. Astrosit/ Astroglia: berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi sel saraf
2. Oligodendrosit/ Oligodendrolia: sel glia yang bertanggung jawab
menghasilkan mielin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan
dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf
sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk
oleh sel Schwann. Sel ini membentuk mielin maupun neurolemma saraf tepi.
Mielin menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal
dengan hampir sempurna. Serabut saraf ada yang bermielin ada yang tidak.
Transmisi impuls saraf disepanjang serabut bermielin lebih cepat daripada
serabut yang tak bermielin, karena impuls berjalan dengan cara meloncat
dari nodus ke nodus yang lain disepanjang selubung myelin. Peran dari
mielin ini sangatlah penting, oleh sebab itu pada beberapa orang yang
selubung mielinnya mengalami peradangan ataupun kerusakan seperti pada
pasien GBS maka akan kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-
ototnya sehingga terjadi kelumpuhan pada otot-otot tersebut. Perbedaan
struktur dari selubung mielin normal dengan selubung mielin pada pasien
GBS dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.9 Selubung myelin normal dan selubung myelin pada GBS
1. Mikroglia: sel glia yang mempunyai sifat fagosit dalam menghilangkan sel-sel
otak yang mati, bakteri dan lain-lain. Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP
dan dianggap penting dalam proses melawan infeksi.
2. Sel ependimal: sel glia yang berperan dalam produksi cairan cerebrospinal.

Gambar 1.10 Bagian neuron dan neuroglia

b. Neuroglia pada Sistem Saraf Tepi (SST)


Neuron pada sistem saraf tepi biasanya berkumpul jadi satu dan disebut
ganglia (tunggal: ganglion). Akson juga bergabung menjadi satu dan
membentuk sistem saraf tepi.Seluruh neuron dan akson disekat atau
diselubungi oleh sel glia.Sel glia yang berperan terdiri dari sel satelit dan sel
Schwann.
1. Sel Satelit
Badan neuron pada ganglia perifer diselubungi oleh sel satelit.Sel satelit
berfungsi untuk regulasi nutrisi dan produk buangan antara neuron body dan
cairan ektraseluler. Sel tersebut juga berfungsi untuk mengisolasi neuron dari
rangsangan lain yang tidak disajikan di sinap.
2. Sel Schwann
Setiap akson pada saraf tepi, baik yang terbungkus dengan mielin maupun
tidak, diselubungi oleh sel Schwann atau neorolemmosit.Plasmalemma dari
akson disebut axolemma; pembungkus sitoplasma superfisial yang
dihasilkan oleh sel Schwann disebut neurilemma.
Dalam penyampaian impuls dari reseptor sampai ke efektor perifer caranya
berbeda-beda.Sistem saraf somatik (SSS) mencakup semua neuron motorik
somatik yang meng-inervasi otot, badan sel motorik neuron ini terletak dalam
SSP, dan akson-akson dari SSS meluas sampai ke sinapsis neuromuskuler
yang mengendalikan otot rangka.Sebagaian besar kegiatan SSS secara sadar
dikendalikan.Sedangkan sistem saraf otonom mencakup semua motorik neuron
viseral yang menginervasi efektor perifer selain otot rangka.Ada dua kelompok
neuron motorik viseral, satu kelompok memiliki sel tubuh di dalam SSP dan
yang lainnya memiliki sel tubuh di ganglia perifer.
Neuron dalam SSP dan neuron di ganglia perifer berfungsi mengontrol efektor
di perifer.Neuron di ganglia perifer dan di SSP mengontrolnya segala
bergiliran.Akson yang memanjang dari SSP ke ganglion disebut serat
preganglionik.Akson yang menghubungkan sel ganglion dengan efektor perifer
dikenal sebagai serat postganglionik.Susunan ini jelas membedakan sistem
(motorik visceral) otonom dari sistem motorik somatik.Sistem motorik somatik
dan sitem motorik visceral memiliki sedikit kendali kesadaran atas kegiatan
SSO.Interneuron terletak diantara neuron sensori dan motorik.Interneuron
terletak sepenuhnya didalam otak dan sumsum tulang belakang. Mereka lebih
banyak daripada semua gabungan neuron lain, baik dalam jumlah dan jenis.
Interneuron bertanggung jawab untuk menganalisis input sensoris dan
koordinasi motorik output. Interneuron dapat diklasifikasikan sebagai rangsang
atau penghambat berdasarkan efek pada membran post sinaps neuron.

D. Regenerasi Neuron
Sel saraf sulit sekali untuk melakukan regenarasi setelah mengalami
kerusakan. Dalam sel body (inti sel/ sel tubuh), bagian kromatofilik menghilang dan
nukleus keluar dari pusat sel. Jika neuron berfungsi normal kembali, sel tersebut
pelan-pelan akan kembali pada keadaan normal. Jika suplai oksigen atau nutrisi
dihambat, seperti yang selalu terjadi pada stroke atau trauma mekanik mengenai
neuron, seperti yang selalu pada kerusakan medula spinalis atau perifer, neuron
tidak akan mengalami perbaikan kecuali sirkulasi baik atau tekanan turun dalam
waktu beberapa menit atau jam. Jika keadaan stress ini terjadi terus menerus,
neuron yang mengalami kerusakan akan benar-benar mengalami kerusakan
permanen.
Pada SST, sel Schwann berperan dalam memperbaiki neuron yang rusak.
Proses ini dinamakan degenaration wallerian, bagian distal akson yang semakin
memburuk dan migrasi makrofag pada sel tersebut untuk proses fagositosis sel mati
tersebut. Sel Schwann di area yang putus membentuk jaringan padat memanjang
yang menyambung pada bagian akson yang sebenarnya.Selain itu, sel Schwann
juga mengelurkan growth factor untuk merangsang pertumbuhan kembali akson. Jika
akson telah putus, akson yang baru akan mulai muncul dari bagian proksimal bagian
yang putus dalam beberapa jam. Pada sebagian kerusakan yang biasa pada
proksimal akson yang rusak akan mati dan menyusut beberapa sentimeter sehingga
tunas muncul lambat sekitar beberapa minggu. Ketika neuron terus mengalami
perbaikan, akson tersebut akan tumbuh kesisi yang mengalami kerusakan dan sel
Schwann membungkus disekitarnya.
Jika akson terus tumbuh di daerah perifer sepanjang saluran sel Schwann, ini
akan secepatnya mengembalikan hubungan antar sinapnya. Jika tidak tumbuh lagi
atau menyimpang, fungsi normalnya tidak akan kembali. Akson yang tumbuh
mencapai tujuannya, jika bagian distal dan proksimal bagian yang rusak bertemu.
Ketika sebuah saraf perifer mengalami kerusakan seluruhnya, relatif hanya beberapa
akson yang akan sukses mengembalikan hubungan sinap yang normal, sehingga
fungsi saraf akan selamanya rusak.
Regenerasi yang terbatas disebabkan karena:
1. Banyak akson yang terdegenarasi
2. Astrosit menghasilkan jaringan parut sehingga mencegah pertumbuhan akson di
daerah yang rusak
3. Astrosit melepaskan bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan kembali
akson
GBS merupakan bagian atau salah satu dari penyakit neuromuskular, penyakit ini
jarang dijumpai.Gangguan neuromuskular memiliki spektrum gejala dan tanda yang
cukup khas.Mulai dari kesemutan diujung jari, kelumpuhan ekstremitas, hingga
kegagalan saluran pernafasan yang dapat mengancam nyawa.Oleh karenanya,
mengenali penyakit ini sejak awal sangatlah penting.Penyakit neuromuskular sifat
kelumpuhannya adalah lower motor neuron (LMN).Maka dari itu yang pertama kali
diperkirakan bila mencurigai pasien dengan penyakit neuromuskular adalah
memastikan bahwa kelainan pada pasien tersebut bukan upper motor neuron (UMN).
Untuk memperjelas perbedaan antara lesi LMN dan UMN dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel I.1 Perbedaan lesi LMN dan UMN

LMN UMN
Bentuk kelumpuhan Kelemahan pada otot Hemiparesis, quadriparesis,
paraparesis
tertentu sesuai distribusi
radiks atau pleksus

Atrofi Atropi akibat denervasi Disuse atrophy (muncul


(muncul lebih cepat dan belakangan dan tidak
terlalu
jelas)
jelas)
Fasikulasi (kedutan + -
otot) dan Fibrilasi
Refleks Fisiologis Menurun atau hilang Meningkat
Klonus - +
Tonus Hipotonus Hipertonus
Refleks Patologis - +

E. Sistem Imunitas Tubuh


Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,
misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia.Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan
jarang meninggalkan kerusakan permanen.Hal ini disebabkan tubuh manusia
memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun yang memberikan respons dan
melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen tersebut.
Respon imun sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali molekul asing (antigen) yang terdapat pada patogen potensial dan
kemudian membangkitkan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber antigen
bersangkutan. Proses pengenalan antigen dilakukan ileh unsur utama sistem imun,
yaitu limfosit, yang kemudian diikuti oleh fase efektor yang melibatkan berbagai jenis
sel. Pengenalan antigen sangat penting dalam fungsi sistem imun normal, karena
limfosit harus mengenal semua antigen pada patogen potensial dan pada saat yang
sama limfosit juga harus mengabaikan molekul-molekul jaringan tubuh sendiri
(toleransi). Untuk mengatasi hal itu, limfosit pada seorang individu melakukan
diversifikasi selama perkembangannya demikian rupa sehingga populasi limfosit
secara keseluruhan mampu mengenal molekul asing dan membedakannya dari
molekul jaringan atau sel tubuh sendiri.
Kemampuan diverifikasi dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang
terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misal
didalam sumsum tulang, kelenjar limfa, limpa, thymus sistem saluran pernafasan,
saluran cerna dan organ lainnya.Sel sel terdapat dalam tubuh melaui darah, getah
bening serta jaringan limfoid dan dapat menunjukkan respons terhadap suatau
rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing.Rangsangan terhadap
sel-sel tersebut terjadi apabila dalam tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau
jaringan tadi dianggap asing.Sistem imun dapat membedakan zat asing (non-self)
dan zat yang berasal dari tubuh sendiri (self).Pada beberapa keadaan patologik,
sistem imun tidak dapat membedakan self dan nonself sehingga sel-sel imun
membentuk zat anti terhadapt jaringan tubuhnya sendiri, zat anti itu disebut
autoantibodi.
Bila sistem terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon
imun yang mungkin terjadi, yaitu:1) Respon imun non-spesifik (bawaan) dan respon
imun spesifik (didapat). Respon imun nonspesifik umunya merupakan imunitas
bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar zat tersebut, sedangkan respon
imun spesifik merupakan respons yang didapat (acquired) yang timbul terhadap
antigen tertentu, dimana tubuh sudah pernah terpapar sebelumnya.
1. Respons Imun Terhadap Infeksi Secara Umum
Respons imun memegang peran penting dalam melindungi tubuh terhadap
infeksi. Walaupun demikian berbagai bukti yang dikumpulkan bertahun-thaun
menunjukkan bahwa aspek patologik yang tampak pada penyakit infeksi seringkali
tidak diakibatkan aksi oleh langsung dari patogen agresor melainkan merupakan
akibat dari proses respon imun. Pada situasi demikian, ada reaksi hipersensitifitas
yang meningkatkan dan memodulasi respon imun yang berakibat kerusakan
jaringan. Pada situasi lain mikroba, baik dengan cara meniru (mimicry) antigen
sendiri, menginduksi proliferasi sel-sel self-reactive atau dengan meningkatkan
ekspresi MHC dan molekul ko-stimulasi pada sel-sel yang terinfeksi, dapat
menimbulkan penyakit autoimun.
Antigen adalah substansi yang dapat dikenali dan diikat dengan baik oleh
sistem imun.Antigen dapat bersal dari organisme (bakteri, virus, jamur, dan
parasit) atau molekul asing bagi tubuh.Tidak setiap bagian dari antigen dapat
berinteraksi dengan molekul sistem imun.Bagian dari antigen secara langsung
berikatan dengan molekul resptor (seperti antibodi) yang dikenal dengan
epitop.Hapten adalah molekul organikm kecil yang dapat mengikat bagian
reseptor antigen.Meskipun molekul ini kecil tetapi dapat menginduksi respon imun
sendiri.Selain itu juga dapat menginduksi antibodi dengan titer yang tinggi jika
diikatkan dengan carrier berupa protein yang mempunyai berat molekul (BM)
tinggi atau polimer sintetik.
Reaksi inflamasi merupakan respons imun non-spesifik dimana terdapat suatu
upaya pada sel-sel sistem umum untuk memusatkan produk-produk yang
dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama proses ini berlangsung, terjadi 3 proses
penting, yaitu: peningkatan aliran darah di area infeksi, peningkatan permeabilitas
kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul besar
menembus dinding vaskular, dan migrasi leukosit ke luar vaskular. Reaksi ini
terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel
misalnya histamin yang dilepaskan basofil dan monosit, vasoactive amine yang
dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang berasal dari komponen-
komponen komplemen yang merangsang pelepasan mediator-mediator oleh
mastofit dan basofil sebagai reaksi umpan balik. Mediator-mediator ini antara lain
merangsang bergeraknya sel-sel polimorfnuklear (PMN) menuju lokasi masuknya
antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskular yang mengakibatkan
eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut respons inflamasi
akut.
2. Guillain Barré Syndrome (GBS)
Penyakit GBS sudah ada sejak 1859, nama Guillain dan Barré diambil dari dua
ilmuwan Perancis, yang menemukan dua orang prajurit perang ditahun 1916 yang
mengidap kelumpuhan dengan ditemukannya kelainan pada cairan cerebrospinal
yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar protein namun jumlah sel tetap
(dissosiasi albuminositik) kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis.
3. Definisi GBS
Guillain Barré Syndrome (GBS) atau dikenal dengan Acute Inflammatory
Idiopathic Polyneuropathy (AIIP) atau bisa juga disebut sebagai Acute
Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP) adalah suatu penyakit pada
susunan saraf yang terjadi secara akut dan menyeluruh, terutama mengenai
radiks dan saraf tepi, terkadang mengenai saraf otak yang didahului oleh infeksi.
Penyakit ini merupakan autoimun dimana sistem imunitas tubuh menyerang sel
sarafnya sendiri.GBS adalah kumpulan gejala klinis akibat poliradikuloneuropati
akut yang ditandai kelemahan saraf motorik (kadang sensorik dan otonom)
bersifat progresif, simetris dengan penurunan refleks fisiologis.
Guillain Barré Syndrome (GBS) merupakan gangguan pada saraf perifer, sering
dikenal sebagai polyradiculoneuropathy.GBS adalah penyebab paling umum dari
kelumpuhan akut dan subakut pada bayi dan anak-anak.GBS sebelumnya
dianggap sebagai gangguan inflamasi yang hanya mempengaruhi selubung
myelin, yang mengakibatkan demielinisasi. Namun, sekarang diakui bahwa proses
juga dapat menyerang akson, yang menyebabkan degenerasi saraf itu sendiri.
Menurut Perry dan Stanberg 2007, GBS merupakan gangguan dimana
kekebalan tubuh menyerang sistem bagian dari sistem saraf perifer (autoimun),
merupakan kumpulan gejala kelemahan pada anggota gerak dan kadang-kadang
disertai dengan kesemutan pada lengan atau tungkai, disertai menurunnya
refleks.Selain itu kelumpuhan juga dapat terjadi di otot-otot penggerak bola mata
sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua yang dapat disertai gangguan
koordinasi anggota gerak.
Secara umum, GBS mencakup berbagai sindrom klinis dengan
polyradiculoneuropathy akut inflamasi, kelemahan otot, dan berkurangnya atau
hilangnya reflex.
4. Epidemiologi GBS
GBS termasuk penyakit langka dan jarang terjadi hanya 1 atau 2 kasus
per100.000 populasi dan angka tersebut hampir sama di semua negara di dunia
tiap tahunnya dan penyakit ini terjadi sepanjang tahun. Angka kejadian terjadinya
GBS diperkirakan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan dilihat dari berbagai
segi; segi usia; GBS dapat terjadi pada semua usia, tetapi jarang pada anak-anak
di bawah usia 2 tahun. Orang dewasa lebih sering terkena daripada anak-anak.
Insiden pada anak-anak lebih rendah, dengan perkiraan antara 0,4 dan 1,3 kasus
per 100.000 per tahun, diperkirakan juga terjadi peningkatan sebanyak 20% pada
setiap penambahan usia 10 tahun, segi genetik; pria lebih mempunyai faktor
resiko yang tinggi dibandingkan dengan wanita dengan rasio 3:2 untuk terkena
GBS, namun penyebab pria mempunyai resiko lebih tinggi terkena GBS belum
diketahui secara pasti.
Angka kejadian diberbagai negara sangat variasi, seperti angka kejadian yang
sangat rendah 0,40 dari 100.000 tiap tahunnya dilaporkan di negara Brazil,
dengan tingakatan yang lebih tinggi 2,5 per 100.000 tiap tahunnya di Curacao dan
Bangladesh. Insiden keseluruhan telah diperkirakan berkisar 0,4-2,4 kasus per
100.000 per tahun, dengan 3.500 kasus baru per tahun terjadi di Amerika Serikat.
Insiden latar belakang terjadinya GBS di kebanyakan penelitian tetap konstan dari
waktu ke waktu, meskipun fluktuasi musiman kadang-kadang ditemukan dalam
studi dari Curaçao, Bangladesh dan Cina.
Peninjauan epidemiologi dari segi subtipe GBS di beberapa negara memiliki
varian yang berbeda.Proporsi pasien dengan GBS yang memiliki AIDP dan AMAN
sangat bervariasi di seluruh dunia.AIDP adalah subtipe dominan (60- 80% dari
pasien) di Amerika Utara dan Eropa. Sebaliknya, frekuensi AMAN berkisar dari 6-
7% di Inggris dan Spanyol dan 30-65% di Asia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Keragaman geografis mungkin timbul dari perbedaan dalam paparan
beberapa jenis infeksi, kemungkinan dalam kombinasi dengan kerentanan genetik
yang berbeda karena berbagai polimorfisme genetik antara individu atau
kelompok orang yang tinggal di daerah yang berbeda di dunia.Perbedaan-
perbedaan ini mungkin tidak hanya terkait untuk pengembangan subtipe GBS
tertentu, tetapi juga untuk perjalanan dan keparahan penyakit. Menurut data yang
sudah terekap, insiden terjadinya GBS di Indonesia , pada akhir tahun 2010-2011
tercatat ada 48 kasus GBS dalam satu tahun dengan berbagai variannya.
Dibandingkan tahun sebelumnya memang terjadi peningkatan sekitar 10%.
5. Etiologi GBS
Penyebab yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui.Kelemahan dan
paralisis yang terjadi pada GBS disebabkan karena hilangnya mielin, material
yang membungkus saraf.Hilangnya mielin ini disebut dengan demielinisasi.
Demielinisasi menyebabkan penghantaran impuls oleh saraf tersebut menjadi
lambat atau berhenti sama sekali. GBS menyebabkan inflamasi dan destruksi dari
mielin dan menyerang beberapa saraf.Penyebab terjadinya inflamasi dan
destruksi pada GBS sampai saat ini belum diketahui.Ada yang menyebutkan
kerusakan tersebut disebabkan oleh penyakit autoimun yang didahului oleh
adanya suatu infeksi. Beberapa etiologi yang dapat dikatakan sebagai penyebab
GBS diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Infeksi oleh bakteri atau virus
Infeksi saluran pernafasan dan pencernaan sering mendahului gejala
neuropati dalam 1 sampai 3 minggu (kadang-kadang lebih lama) pada kira-kira
60% penderita GBS.Pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi dari
bakteri maupun virus.Berdasarkan penelitian Yuki dkk 2012, dua pertiga kasus
didahului oleh gejala infeksi saluran pernapasan atas atau diare. Agen infeksi
yang paling sering diidentifikasi terkait dengan perkembangan selanjutnya dari
GBS adalah C. jejuni (Bahrudin, 2013) dan pada satu penelitian meta-analisis,
30% dari infeksi disebabkan oleh bakteri ini, sedangkan virus adalah
Cytomegalovirus yang telah diidentifikasi terdapat hingga 10%. Insiden GBS ini
diperkirakan 0,25-0,65 per 1.000 kasus infeksi C. jejuni, dan 0,6-2,2 per 1000
kasus infeksi Cytomegalovirus primer. Agen infeksi lain dengan hubungan yang
terdefinisi dengan GBS diantaranya virus Epstein-Barr, virus varicella-zoster,
dan Mycoplasma pneumonia.
a. Infeksi Campylobacter jejuni
Infeksi C.jejuni adalah penyebab paling umum penyakit gastroenteritis
yang terkadang melebihi infeksi yang disebabkan oleh bakteri lainnya seperti
Salmonella, Shigella dan Eschericia coli.Terjadinya infeksi-infeksi ini dapat
diperoleh dari mengkonsumsi daging hewan unggas yang kurang atau belum
terlalu matang dan dari air yang terkontaminasi.Infeksi oleh C. jejuni ini
menunjukkan adanya antigen spesifik dalam kapsul. Respon imun yang
terjadi akibat infeksi ini adalah kapsul lipopolisakarida yang akan
menghasilkan antibodi yang bereaksi silang dengan mielin sehingga
menyebabkan demielinasi.
b. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi Cytomegalovirus ini merupakan infeksi yang paling sering
dilaporkan kedua setelah infeksi yang disebabkan oleh C.jejuni.Dalam studi
di Belanda menyatakan bahwa sebanyak 13% pasien GBS yang terlebih
dulu terinfeksi oleh CMV (Lunn & Hughes, 2011).Infeksi ini dapat berupa
infeksi saluran pernafasan atas, pneumonia, dan penyakit yang tidak spesifik
seperti flu.Pasien GBS yang mengalami infeksi ini memiliki keterlibatan
dengan saraf sensorik dan saraf kranial.Infeksi ini secara bermakna dikaitkan
dengan antibodi terhadap GM2. Keterlibatan secara langsung maupun tidak
langsung replikasi virus dapat mempengaruhi proses patologis pada GBS.
c. Infeksi Epstein–Barr virus (EBV), virus varicella-zoster dan Mycoplasma
pneumonia
Ketiga patogen tersebut akan menyebabkan infeksi yang nantinya akan
menjadi penyebab dari penyakit GBS. Tetapi, belum banyak studi yang
menunjukkan hal tersebut dan juga memang tidak banyak ditemukan kasus-
kasus pasien yang terinfeksi ketiga patogen tersebut. Infeksi EBV sekitar
10% dari pasien GBS, Mycoplasma pneumonia hanya 5% lebih sering dari
pada kelompok control.
2. Vaksinasi
Dalam suatu studi epeidemiologi, dikatakan bahwa pemberian vaksin pada
seseorang akan berkaitan dengan terjadinya GBS. Beberapa vaksin yang dapat
menyebabkan GBS adalah influenza, rabies, polio oral, campak, tetanus
toksoid, hepatitis B. Gejala-gejala GBS dimulai satu hari sampai beberapa
minggu setelah dilakukan vaksinasi dan biasanya mencapai puncak pada 2
minggu setelah pemberian vaksin. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
vaksin influenza cukup berpengaruh dalam peningkatan resiko terjadinya GBS.
Dikatakan bahwa pada tahun 2009 terdapat sekitar 1,6 kasus per 100.000
populasi yang diberi vaksin influenza yang akhirnya menjadi penyebab GBS,
namun pada penelitian yang terbaru yaitu pada tahun 2011 menyimpulkan
bahwa tidak ditemukan bukti yang memadai mengenai hubungan pemberian
vaksin influenza dengan terjadinya penyakit GBS.
Selain pemberian vaksin influenza, vaksin rabies dikatakan dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit GBS.Vaksin rabies dibuat dari jaringan
otak yang terinfeksi dari hewan dewasa sehingga dapat meningkatkan resiko
terjadinya GBS oleh karena adanya kontaminasi dengan antigen mielin.Tetapi,
ada formulasi baru dari vaksin rabies berasal dari sel-sel embrio ayam, dimana
tidak terlihat hubungan antara pemberian vaksin dengan peningkatan resiko
GBS.
Bagaimanapun kemungkinan peningkatan resiko terjadinya GBS masih ada
meskipun sangatlah kecil.Untuk vaksin yang lainnya seperti polio oral, tetanus
toksoid, dan Hepatitis B terbukti tidak ditemukan adanya hubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya GBS.
3. Pembedahan
Proses pembedahan ini masih belum diketahui dengan jelas dikatakan
sebagai penyebab GBS, tetapi pada saat proses pembedahan dapat
menyebabkan pelepassn antigen dari sel saraf yang dapat memicu timbulnya
penyakit GBS.
6.Patofisiologi GBS
Mekanisme terjadinya Guillain Barré Syndrome (GBS) sebenarnya masih belum
diketahui dengan pasti.Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf
yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi. Bukti-bukti
bahwa imunopatogenesis merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf
tepi pada sindroma ini adalah didapatkannya antibodi atau adanya respon
kekebalan seluler (cell mediated immunity) terhadap agen infeksius pada saraf
tepi, adanya autoantibodi terhadap sistem saraf tepi, dan didapatkannya
penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pembuluh darah saraf tepi
yang menimbulkan proses demielinisasi saraf tepi.
Perjalanan penyakit ini umumnya diawali oleh kejadian atau faktor pemicu lain
seperti infeksi, vaksinasi dan pembedahan, yang paling sering adalah infeksi.
Infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain
memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut
mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini selanjutnya mengaktivasi proses
pematangan limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik yang dapat
merusak atau mendestruksi mielin maupun akson dari saraf tepi. Selain itu, pada
saraf penderita GBS ditemukan sel inflamasi dan makrofag, yang selanjutnya akan
diikuti dengan dekstruksi mielin akibat aktivitas sitokin. Inflamasi dan degenerasi
mielin menyebabkan kebocoran protein dari darah ke cairan serebrospinalis,
sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan
cerebrospinalis.Tanda ini merupakan ciri khas pada GBS.Destruksi tersebut
menyebabkan sel sel saraf tidak dapat mengirimkan sinyal secara efisien,
sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan
otak menerima lebih sedikit impuls sensoris dari seluruh bagian tubuh.
Ada beberapa teori mengenai pembentukan autoantibodi, yang pertama adalah
virus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh
mengenalinya sebagai benda asing.Teori yang kedua mengatakan bahwa infeksi
tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri
berkurang. Teori lain mengatakan bahwa respon imun yang menyerang mielin
disebabkan oleh karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan
myelin. Teori - teori tersebut diperjelas dengan adanya empat faktor utama yang
diketahui berperan dalam perjalanan penyakit GBS, antara lain antibodi
antigangliosida, mimikri molekular dan reaktivitas silang, aktivasi komplemen, dan
faktor penjamu (host).
7. Klasifikasi GBS
GBS diklasifikasikan berdasarkan kerusakan saraf yang terjadi pada saraf
perifer, yaitu demielinasi dan degenerasi aksonal dimana serabut saraf ystem
lebih rentan terhadap penyakit daripada saraf sensorik.Menurut Fish dan Liewelyn
2008, klasifikasi pada GBS dilihat berdasarkan segi klinis; rangkaian waktu,
dominasi keterlibatan saraf sensorik atau ystem ataupun keduanya dan
keterlibatan saraf kranial serta keterlibatan ystem y yang beperan pada masing-
masing varian.Konduksi saraf biasanya membedakan antara demielinasi dan
degenerasi aksonal primer.GBS dapat diklasifikasikan menurut selubung ystem
atau akson yang dipengaruhi; apakah motor, ystem sensorik atau otonom yang
terlibat.
8. Manifestasi Klinis GBS
GBS pada umumnya mudah diidentifikasi dengan manifestasi klinis yang
spesifik dan kelemahan progresif dalam beberapa hari.Manifestasi klinis dari GBS
yang terpenting adalah adanya kelemahan motoris yang progresif yang mengenai
lebih dari satu anggota gerak dan adanya reflek yang menurun atau
menghilang.GBS dapat menimbulkan gejala-gejala di daerah multifokal dari
infiltrasi sel monuklear pada saraf perifer.Lokasi dan keparahan inflamasi
berkaitan dengan manifestasi klinis. Pada AIDP, mielin lebih dominan mengalami
kerusakan, sedangkan pada AMAN, nodus ranvier merupakan target inflamasi.
9. Komplikasi GBS
GBS merupakan suatu gangguan imun-mediasi pada sistem saraf tepi dengan
luas spektrum komplikasi.Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai
komplikasi GBS membantu dokter dan tenaga kesehatan lainya untuk mengenali
dan mengelola (menangani) komplikasi tersebut secara tepat sehingga dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas pada pasien GBS.
10. Diagnosa GBS
GBS pada umumnya merupakan kelainan pasca-infeksi yang terjadi pada
orang yang sehat.Pada kasus tertentu, gejala pertama yang menyertai adalah
nyeri, mati rasa, kelumpuhan, kelemahan pada anggota gerak atau beberapa
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Ciri utama GBS adalah progresif kelemahan
otot berlangsung secara cepat, bilateral dan relatif simetris pada anggota badan,
dengan atau tanpa keterlibatan dari otot-otot pernafasan atau otot kranial yang
terinervasi saraf, dan kelemahan yang berlangsung selama 12 jam sampai 28 hari
sebelum mencapai fase plateau. Pasien biasanya secara umum menderita
hyporeflexia atau areflexia.Riwayat penyakitnya meliputi infeksi saluran
pernapasan atas atau diare 3 hari sampai 6 minggu sebelum timbul gejala GBS
(van Doorn et al., 2008; Yuki & Hartung, 2012).
Beberapa tanda dan gejala yang membantu menegakkan diagnosis GBS di
antaranya:
a.Gangguan muncul pada kedua sisi tubuh (gejala relatif simetris)
b.Kelemahan otot terjadi dalam beberapa hari atau minggu, bahkan berbulan-
bulan.
c.Kelemahan pada awalnya muncul di tungkai yang kemudian menjalar ke atas
hingga dapat mengenai otot pernafasan dan otot-otot lengan.
d.Ditemukan riwayat infeksi saluran nafas atau pencernaan sebelum awitan.
e.Adanya faktor pencetus seperti riwayat infeksius, vaksinasi, kehamilan, operasi
sebelumnya, dan lain-lain.
f.Refleks tendon menghilang akibat terlambatnya penyampaian impuls saraf
karena kerusakan mielin.
g.Keterlibatan saraf kranial, terutama kelemahan bilateral dari otot-otot wajah
h.Disfungsi autonomy
i. Nyeri
11. Penatalaksanaan GBS
Tatalaksana GBS meliputi tatalaksana suportif (simptomatis) dan spesifik
(etiologis).Muid, Penatalaksanaan suportif masih merupakan yang paling penting
karena bersifat multidisiplin, artinya masih harus tetap diberikan untuk mencegah
kondisi pasien semakin memburuk.Terapi suportif berupa terapi simptomatis yang
diperlukan untuk mengantisipasi dan menangani akibat dari imobilisasi dan
keterlibatan saraf yang mengurus tanda vital dan diberikan ataupun digunakan
untuk mengatasi manifestasi klinik dari GBS seperti kelemahan otot sampai
dengan kelumpuhan motorik, gangguan saraf otonom, gangguan otot pernafasan
serta nyeri.Sedangkan tatalaksana spesifik (etiologis) diperlukan untuk mengatasi
gejala penyebabnya berupa imunoterapi Intravenous Immunoglobulin (IVIG) atau
Plasma Exchange (PE), digunakan untuk mengatasi penyebab autoimun yang
terjadi pada pasien GBS.Pengobatan spesifik sebaiknya segera diberikan begitu
diagnosis ditegakkan; imunoglobulin intravena diberikan dengan dosis 400
mg/kgBB/hari selama 5 hari atau dengan pemberian plasmafaresis.Pemberian
kortikosteroid untuk penderita GBS sampai saat ini masih kontroversi. Apabila
penderita melewati fase akut dari penyakitnya akan mengalami penyembuhan
yang sempurna, namun demikian dalam perjalanannya dapat menjadi berat
sampai memerlukan ventilator. Disamping itu penderita perlu perawatan
rehabilitasi medis.

F. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Saraf Otonom (SSO)


gangguan pada sistem saraf ini memiliki gejala yang bervariasi, termasuk
gangguan regulasi frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, berkeringat,
dan fungsi saluran pencernaan serta kandung kemih. Gejala-gejala lain yang dapat
ditemukan antara lain lemah, kepala seperti melayang, pingsan (sinkop), dan
gangguan kognitif.
Gangguan sistem saraf otonom dapat disebabkan oleh kondisi atau proses
penyakit lain, seperti diabetes, atau sebagai kelainan primer dimana sistem saraf
tersebut merupakan satu-satunya sistem yang mengalami gangguan. Contoh
gangguan sistem saraf otonom primer, antara lain:
1) Hipotensi ortostatik
2) Intoleransi ortostatik
3) Sindrom takikardia ortostatik
4) Sinkop (pingsan)
5) Saluran pencernaan neurogensik (gangguan gerakan usus, konstipasi)
6) Disfungsi ereksi dan gangguan kandung kemih neurogenic

G. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Saraf Pusat (SSP)


Sudah di jelaskan di awal, bahwa sistem syaraf merupakan sistem pusat yang
mengontrol semua koordinasi.Maka dari bagian penginderaan, pendengaran,
perasaan, dan pemikiran juga bagian yang mengatur.Termasuk pula dalam
koordinasi gerakan, serta fungsi tubuh lainnya.Maka dari itu, jika masalah penyakit
atau gangguan yang menyerang sistem syaraf, imbasnya bukan hanya otak saja.
Tapi hampir semua sistem tubuh akan terpengaruhi.
Banyak jenis penyakit yang menyerang sistem saraf.Misalnya infeksi otak serta
sumsum tulang belakang. Bukan hanya itu, beberapa problematika lain yang juga
mampu menyerang bagian syaraf pusat seperti tumor yang biasanya di anggap
serius. Ada pula masalah yang menyerang otak, namun masih berada dalam rentang
yang kurang serius, misalnya sakit kepala yang di sebabkan karena tegang.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sangat berpotensi menyerang bagian
syaraf pusat.Ada beberapa penyakit yang sudah bawaan sejak lahir.Ada pula yang
muncul saat masa kanak-kanak, sampai dewasa.
1. Infeksi sistem syaraf pusat
Siapa sangka jika bakteri dan juga virus bisa menjalar ke mana mana, termasuk
ke jaringan otak dan sumsum tulang belakang.Meskipun sebenarnya orang orang
yang menderita jenis penyakit syaraf yang menginfeksi sistem saraf pusat ini tidak
terlalu banyak, namun resiko untuk terkena penyakit ini pasti ada.Penyakit ini di
nilai parah dan perlu penanganan yang serius.Untuk itu wajib hati hati dalam
menjaga kesehatan otak anda.karena ketika sakit, akan memerlukan waktu lama
untuk sembuh. Bahkan ketika sembuh, tak akan bisa kembali seperti sedia kala.
2. Ensefalitis atau radang otak
Penderita yang terkena penyakit ensefalitis atau infeksi otak biasnaya merasa
demam dan sakit kepala yang berlebihan.Selain ituperasaan mengantuk dan juga
bingung kerap terjadi pada mereka.Penyebab dari penyakit ini adalah virus. Dalam
diri anda, bagian sistem imun akan mencoba untuk melawan infeksi otak. Sayang
ini tidak akan berhasil dengan baik. Karena kebanyakan kasus yang ada, justru
sistem imun yang berusaha untuk melawan penyakit, malah yang kondisi
bertambah parah.
Seperti terjadi pembengkakan di otak. Sebab virus tadi malah akan semakin
berkembang. Karena kekurangan ruang, maka bagian otak akan mendorong
tulang tengkorak. Hal ini berbahaya, sebab mampu melukai bagian otak.Parahnya
bisa menyebabkan kematian.
Meskipun dokter akan mengupayakan untuk meminum beberapa obat obatan
pencegah dan pengurangi infeksi, tampaknya tidak terlalu banyak berpengaruh.
Sebab obat tidak akan mampu melawan semua infeksi yang ada. Hanya beberapa
infeksi saja yang bisa di tanggulangi.
3. Meningitis atau radang selaput
Penyakit ini sempat menjadi kontrofersial di media massa beberapa bulan lalu.
Pasalnya inilah penyakit yang menyebabkan kematian seorang komedian
Indonesia yang sedang naik daun. Radang selaput otak atau di kenal sebagai
meningitis adalah penyakit yang menyerang Olga Syahputra, hingga ia meninggal
belum di temukan obatnya.
Merupakan salah satu bentuk infeksi yang menyerang pada selaput, yang mana
fungsinya menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Penderita akan
merasakan demam cukup tinggi serta sakit kepala. Selain itu, leher mereka juga
akan terasa kaku. Penyebab dari penyakit ini adalah virus atau bakteri. Jika
penderita terserang meningitis karena virus, maka akan sedikit aman. Sebab viras
ini mampu dibersihkan dengan sendirinya sampai beberapa hari kemudian.
Sedangkan jika mengalami meningitis yang di sebabkan karena bakteri, jatuhnya
akan lebih serius. Karena mampu menyebabkan kerusakan otak, bahkan
parahnya sampai terjadi kematian.Pasien yang terkena meningitis bakteri sangat
memerlukan perawatan medis darurat yang intensif.Satu satunya yang dapat
medis lakukan untuk membantu mengurangi penyakit ini adalah dengan
diberikannya antibiotik yang berguna untuk membunuh bakteri.Meskipun hal ini
sebenarnya tidak terlalu menolong banyak.
Berkat kemajuan teknologi dan pendidikan, kini sebuah vaksin untuk mencegah
meningitis sudah di temukan. Vaksin ini sudah mampu diberikan pada anak-anak
sejak usia dua tahun. Dari beberapa dokter merekomendasaikan untuk pemberian
vaksin sebelum anak masuk ke usia 12 tahun atau 13 tahun.
4. Sindrom raye
Anda pernah mendengar nama penyakit ini sebelumnya? Jika memang belum,
maka bukan mutlak kesalahan anda.sebab penakit ini pun sebenarnya tergolong
jarang, bahkan di nilai langka. Mereka yang terkena sindrom raye adalah orang
tua yang memiliki infeksi virus, yang mana sebelumnya ketika masa muda yang
mengambil aspirin.
Sindrom ini mampu menyebabkan pembengkakan pada otak, dan akibatnya bisa
fatal.Biasanya mereka yang memiliki resiko terkena sindrom raye adalah yang
memiliki kekebalan tubuh rendah. Sebab kala muda sering mengkonsumsi obat
yang mengandung aspirin, yang mana biasanya di pakai dalam tablet flu. Boleh
jadi mereka memiliki reaksi alergi terhadap obat.
Salah satu cara untuk menghindari sindrom raye adalah dengan tidak
mengkonsumsi aspirin. Karena kita tidak pernah tahu, apakah nantinya ketika
sudah tua akan terserang sindrom raye atau tidak. Dengan tidak membeli obat
sembarangan di warung, penyakit ini bisa menjadi alasan.Karena pada dasarnya,
tubuh anda bisa mengobati diri sendiri jika hanya terserang penyakit ringan.
5. Epilepsi
Nama epilepsi memang sudah tidak asing lagi di telinga kita.terkenal sebagai
penyakit kejang kejang. Siapapun bisa menderita epilepsi, sebab sasaran dari
penyakit ini tidak terpaut usia. Namun biasanya menjangkiti anak anak. Penyebab
dari penyakit ini adalah
Jika di kategorikan, epilespi di bagi menjadi 3 jenis.Yakni epilepsi simptomatik,
kriptogenik, dan idiopatik.Jenis epilepsi simptomatik, biasanya terjadi kejang-
kejang yang di sebabkan karena ada gangguan atau kerusakan yang terjadi pada
otak. Sedangkan jenis epilepsi idiopatik, sama terjadi kejang kejang pada dirinya.
Namun sayangnya tidak ditemukan penyebab mengapa ia bisa terjadi. Dan jenis
epilespi yang terakhir, epilepsi kriptogenik membuat penderita mengalami kejang
kejang tanpa di temukan alasan mengapa ia bisa mengalami kejang kejang ini.
Padahal dalam struktur otaknya tidak mengalami masalah apapun. Di tambah lagi,
penderita epilepsi jenis kriptogenetik akan mengalami masalah gangguan belajar.
6. Hidrocephalus
Anda kerap menonton acara peduli sesama?Biasanya icon yang paling terkenal
salah satunya adalah anak kecil dengan kepala besar sekali. Saking besarnya,
bahkan ia tak mampu mengangkat tubuhnya sendiri. itulah yang di namakan
dengan penyakit hirocephalus. Sasaran utamanya adalah organ otak.
Penderita hidrosefalus akan mengalami penumpukan cairan di dalam otak.
Akibatnya adalah terjadi peningkatan tekanan otak.Jika tidak segera di obat, bisa
fatal.Sebab tekanan ini mampu merusak jaringan yang ada di dalamnya.Bahkan
juga mampu melemahkan fungsi otak. Penyakit hidrosefalus ini bisa terjadi pada
orang orang dalam usia berapapun. Tapi biasanya penyakit ini menyerang bayi
dan manula (manusia lanjut usia).
7. Alzheimer
Pertama kali penulis mengerti nama penyakit alzheimer adalah pada film yang
berjudul momentum remember. Pemeran wanita utamanya menderita penyakit
kepikunan ini. Kemudian pelan pelan ia akan melupakan jalan pulang ke rumah
barunya, lalu lupa pada pekerjaanya, kemudia lupa dengan nama suaminya,
bahkan sampai siapa dirinya. Penderita penyakit ini akan di tandai dengan
melemahnya daya ingat, apalagi yang baru saja terjadi. Karena penyakit ini
menyerang memori yang baru saja ia simpan.
Tingkat parah dari penderita alzheimer adalah ia akan mengalami gangguan otak
dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, sampai dengan berbahasa.
Mereka juga akan mengalami disorientasi dan perubahan perilaku. Misalnya
menjadi lebih agresif, penuntut, dan sangat mudah curiga terhadap orang lain.
Sampai pada tahapan yang kronis, penderita akan mengalami halusinasi, yakni
kesalahan dalam mempersepsi sesuatu. Selanjutnya kemampuan berbicara dan
berbahasa akan semakin melemah. Sampai akhirnya ia tak bisa mengerjakan
aktivitas tanpa bantuan orang lain.
8. Vertigo
Jika anda mengalami sakit kepala yang di tandai dengan gejala sensasi diri
sendiri atau sekeliling serasa berputar, mungkin anda terkena vertigo. Selain itu,
penderita yang mengalami vertigo akan kehilangan keseimbangan dalam
beberapa waktu. Hal ini membuatnya merasa kesulitan untuk berdiri, bahkan
sampai berjalan.Mereka juga mengalami gejala mual mual dan muntah.
Ada berbagai jenis vertigo, yakni yang ringan sampai berat.jika masih berada
dalam tahapan ringan, biasanya vertigo tidak terlalu terasa. Sedangkan mereka
yang sudah mengalami penyakit vertigo yang berat, mampu menghambat
aktivitas.Serangan yang terjadi pada penderita vertigo cukup banyak
bervariasi.Ada yang hanya berlangsung selama beberapa detik. Namun ada pula
yang jenis vertigo yang berat akan sampai beberapa hari. Tentu saja hal ini sangat
mengganggu penderita, karena ia tidak mampu beraktivitas secara normal seperti
biasanya.
Gejala lain yang berhubungan dengan vertigo adalah kehilangan keseimbangan
yang akan membuat penderita sulit berdiri atau berjalan, mual atau muntah, dan
pening.
9. Parkinson
Merupakan suatu penyakit yang menerang sistem syaraf.Hal ini menyebabkan
terjadinya degenerasi sel saraf secara di bagian otak tengah.Padahal fungsi
utama dari bagian ini adalah untuk mengatur pergerakan tubuh atau sistem
motoriknya.Gejala yang timbul dari penderita adalah terjadinya tremor atau
gemetaran. Meskipun pada tahap awalnya, penderita yang mengidap penyakit
parkinson ini tidak menunjukan gejala yang tampak.
Biasanya penderita akan merasa lemah pada tubuhnya. Bahkan sampai ada yang
kaki pada beberapa bagian tubuhnya.Ia juga akan mengalami gemetar yang halus
namunterus menerus pada satu organ. Biasanya terjadi saat ia sedang
beristirahat.
10. Lumpuh otak
Penyakit lumpuh otak atau biasa di kenal dengan nama cerebral palsy
merupakan jenis penyakit syaraf yang cukup mengganggu, bahkan sangat
memengaruhi sistem koordinasi serta pergerakan tubuh. Penyebab terjadinya
penyakit ini karena adanya masalah yang serius pada bagian otak besar.Biasanya
menyerang pada anak anak.Dan karena alasan penyakit inilah yang menjadi
penyebab utama mengapa terjadi kelumpuhan kronis pada anak anak.

H. BAHAN ALAM YANG BERKHASIAT SEBAGAI OBAT SISTEM SARAF PUSAT


1. Sage(Salvia officinalis)

Kandungan kimia
Antioksidan, triterpene glycosides, abrin, vitamin A, Vitamin C, Vitamin E,
Zink, kalsium. Bunga, daun, dan batang S. officinalis telah diidentifikasi dengan
baik. Berbagai konstituen termasuk alkaloid , karbohidrat, asam lemak, turunan
glikosidik (misalnya, cardiac glycosides, flavonoid glikosida , saponin), senyawa
fenolik (misalnya, kumarin , flavonoid , tanin), poli acetylenes , steroid, terpen /
terpenoid (misalnya, monoterpenoid , diterpenoid , triterpenoid , seskuiterpenoid ),
dan lilin ditemukan di S. officinalis .
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2225411017300056#fig2)

Khasiat
Membantu meningkatkan daya ingat pasien penyakit Alzheimer, penyakit
batuk, mencegah kanker.

Cara penggunaan
Rebus 10 gram daun sage dengan 1/2 liter air sampai mendidih.Saring
dan gunakan air rebusan 2-3 kali sehari untuk berkumur. Daun saga juga memiliki
sifat anti bakteri yang dapat mencegah infeksi penyakit. Dalam sebuah
penelitian, daun saga diketahui mengandung senyawa glikosida steroid

Peringatan
Kandungan abrin di daun sage sangat beracun dapat membahayakan bila
dikonsumsi oleh: ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak-anak, penderitaan
gangguan darah, penderita diabetes, orang yang akan dan atau pasca operasi.

Mekanisme kerja
Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi
penyembuhan nyeri sendi. Daya analgetik daun saga memiliki aktivitas menekan
atau mengurangi rasa nyeri. Analgetik dibagi menjadi analgetik opoid dan non-
opoid. Analgetik opoid bekerja secara langsung pada sistem saraf pusat
sedangkan analgetik non-opoid bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin yang merupakan molekul terlibat pada mekanisme presepsi nyeri
perifer.
Struktur kimia Sage (Salvia officinalis)

triterpene glycosides abrin antioksidan


tambah lagi 3 struktur
2. Ginkgo biloba (Ginkgo biloba)

Kandungan kimia
Diterpen, ginkgolida A, ginkgolida B, flavonol, kemferol, kuesertin,
isorhammetin, flavon, luteolin, trisertin, biflavon, bilobetin, ginkgetin, isoginketin,
siadopisin, ketekin, sterol dan asam 6-hidroksiknurenik

Khasiat
Meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, serta mengurangi gejala yang
berkaitan dengan demensia

Cara penggunaan
120 mg ekstrak ginkgo, sekali sehari. 120-240 mg perhari, dibagi dalam 1-
2 kali pemberian .40 mg atau 80 mg, dikonsumsi sebanyak 2kali sehari.

Peringatan
Diskusikan dengan dokter sebelum menggunakan ginkgo biloba untuk
penderita epilepsi, gangguan pembekuan darah, diabetes .

Mekanisme kerja
efek antiinflamasi pada ekstrak G.biloba yang berhubungan dengan
penghambatan siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase yang diperankan oleh
zat flavonoid di dalamnya. Ginkgetin (biflavon dari daun G.biloba) menghambat
fosfolipase-A2, menghidrolisis gliserofosfolipid membrane dan fase prostaglandin
D yang bergantung pada COX2 untuk melepaskan asam arakidonat (precursor
untuk eicosanoid), prostaglandin, dan leukotrien. Selain itu, ginkgolide A dan B
(flavonoid G.biloba) menghambat sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-1.
Faktor aktivasi trombosit (PAF) merangsang sintesis leukotriene yang terlibat
dalam pathogenesis proses inflamasi. Ginkgolide B merupakan antagonis
reseptor PAF kuat yang dianggap memiliki efek pelindung saraf (neuroprotektif)
di SSP (sistem saraf pusat).
Struktur kimia Ginkgo biloba (Ginkgo biloba)

Isorhammetin luteolin Ketekin

3. Kunyit (Curcuma domestica Val)


Kandungan kimia
Dari segi kimia, mengandung senyawa fenol turunan diarilheptanoid atau
kurkuminoid dan senyawa seskuiterpen. Ohshiro (1990) dan Park (2002)
melaporkan bahwa dari rimpang C. longa (sinonim C. domestica) ditemukan tiga
zat warna fenol turunan diarilheptanoid atau kurkuminoid. Ketiga senyawa fenol
tersebut, yang merupakan komponen fenol utama, masing-masing adalah
bisferuloilmetan atau kurkumin, 4-hidroksi-sinamoil feruloil metan atau
demetoksikurkumin dan bis(4-hidroksisinamoil)-metan atau
bisdemetoksikurkumin. Di samping itu, juga ditemukan suatu turunan
kurkuminoid yang tak simetri, yaitu dihidrokurkumin.

Khasiat
Pengobatan Alzheimer, meredakan peradangan, menurunkan berat badan
Cara penggunaan
Parut kunyit sebesar setengah jari dan campur dengan 2 sendok makan
air minum hangat, aduk campuran tersebut sampai air berubah warna dan peras
sisa kunyitnya, buang ampas kunyit dan masukkan hasil perasan pada satu
mangkuk berisi 1 kuning terlur ayam kampung dan 1 sendok air kapur sirih, aduk
jamu kunyit tersebut dan minum 1 sampai 2 kali sehari sampai sembuh.

Peringatan
Hindari meminum ramuan ini setiap hari setelah sembuh karena akan
menyebabkan iritasi pada tenggorokan.

Mekanisme kerja
Kemampuan menghambat kurkumin mengakibatkan terjadinya
peningkatan monoamine yang selanjutnya menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin. Efek yang ditimbulkan pada
peningkatan kadar serotonin dan norepineprin diotak kemudian akan
memberikan efek perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya aktivitas
fisik, peningkatan nafsu makan dan waktu tidur yang lebih baik. Zat tersebut
memiliki beberapa manfaat terhadap otak diantaranya memasuki otak dan
mendorong stimulasi perfusi otak, memicu angiogenesis, neurogenesis, dan
perubahan morfologi neuron.

Struktur kimia Kunyit (Curcuma domestica Val)

4. Peterseli dan thyme( Petroselinum crispum )


Kandungan kimia
Apigenin, chrisin, luteolin, tangeritin, kuercetin, kaemperol
Khasiat
Memperkuat koneksi antara sel saraf (neuron) sehingga bisa merangsang
pembentukan sel-sel otak yang baru dan sehat struktur kimia apigenin mampu
meniru hormon estrogen yang berperan dalam perkembangan neuron.Semakin
banyak dan semakin kuat koneksi antar sel saraf otak, semakin kecil risiko
perkembangan depresi, Alzheimer, dan penyakit Parkinson.

Cara penggunaan
Merebus satu gelas (250 ml) air dalam panci. Selanjutnya, siapkan
peterseli dengan membilas 1/4 gelas (15 gram) peterseli segar dan potong-
potong. Sebagai alternatif, dapat menggunakan dua sendok makan peterseli
kering.Biarkan mendidih selama 5-10 menit.Terakhir, gunakan saringan untuk
menyaring peterseli, dan minumlah.

Perhatian
Tidak disarankan untuk mengonsumsi daun thyme secara berlebihan
karena berpotensi menimbulkan berbagai efek samping, seperti gangguan
pencernaan dan sakit kepala.Secara umum, daun thyme cukup aman
dikonsumsi sebagai teh herbal atau bahan masakan.Namun, jika Anda ingin
menggunakan suplemen atau obat herbal yang mengandung daun thyme.

Mekanisme kerja
Apigenin bekerja dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam sel.
seperti kalium, magnesium dan zat klorofil 3-n-butylphthalide yang terkandung
dalam seledri berperan dalam merelaksasi dan melemaskan otot-otot halus
pembuluh darah dan menurunkan hormon stres dalam darah, berinteraksi
dengan kaskade persinyalan yang melibatkan protein dan lipid kinase yang dapat
menghambat kematian neuron dengan apoptosis yang diinduksi oleh neurotoksik
seperiti radikal oksigen, serta meningkatkan kelangsungan hidup neuron dan
plastisitas sinaptik.

Struktur kimia Peterseli dan thyme ( Petroselinum crispum )

apigenin luteolin tangeritin

kuersetin kaempferol myricetin

5. Ginseng (Panax)

Kandungan kimia
Stigmast 5-en3-ol, B-sitosterol, kalium , natrium, kalsium, Magnesium,
ginsenoside (triterpene saponin), minyak esensial (Limonene, terpineol, citronellal,
polycetylene)
Khasiat

Antistres sehingga bisa meningkatkan suasana hati.ginseng merangsang


perkembangan sel-sel otak dan meningkatkan konsentrasi serta fungsi kognitif ota

Cara penggunaan
Mengunyah layaknya permen karet. Namun, kamu dapat membuat
teksturnya lebih empuk dengan cara merebusnya terlebih dahulu ke dalam air
mendidih selama 5 menit. Nantinya ginseng akan cukup empuk untuk dikunyah.

Peringatan
Meski gingseng adalah ramuan jamu tak beracun, lanjut dia, penggunaan
secara berlebihan dan berkepanjangan dapat mengakibatkan insomnia dan
hipertensi.penggunaan secara terus menerus selama lebih dari tiga bulan tidak
direkomendasikan.

Mekanisme kerja
ginsenoside berperan pada sdmulasi produksi nitrit oksida dalam sel
sistem imun, sel endotelial vaskular, dan jaringan erekdl. Efek adaptogen maupun
ergogenik ginseng berkaitan dengan kandungan ginsenoside ginseng.
Ginsenoside mengubah mekanisme homeostasis penyediaan energi selama
latihan fisik dengan cara meningkatkan kapasitas otot skelet dalam mengoksidasi
asam lemak bebas menjadi glukosa untuk kepentingan produksi energi sel.
Struktur kimia ginseng (Panax)

Ginseniside-Rb1
limonene ginsenoside

citronellal terpineol β-sitosterol

6. Pegagan(Centella asiatica)

Kandungan kimia
Ursan, oleanan, asam madasiatat, asam asiatat, asam madecasat,
Asiatikoside, centelasapogenol, β-sitosterol, daukosterol, dan 3-glukosilkuercetin

Khasiat
Meningkatkan daya ingat, meningkatkan syaraf memori, meningkatkan
mental dan stamina tubuh, menghentikan pendarahan (haemostatika),
membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika),
penurun panas (antipiretika), menurunkan gejala stres dan depresi.

Cara penggunaan
1-2 sendok teh daun pegagan kering diseduh dengan air panas selama
10-15 menit. Konsumsi daun pegagan bisa dilakukan sebanyak 3 kali sehari dan
diperuntukkan bagi usia lebih dari 18 tahun.

Peringatan
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi contohnya adalah sakit
kepala, sakit perut, mual, kulit terasa terbakar, serta reaksi alergi.
Mekanisme kerja
efek protektif dari pegagan (Centella asiatica) terhadap penyakit yang
menyerang sistem saraf pusat, dikarenakan derivat triperten seperti asam asiatik,
asam madecasik, asiatikosida, madekasonida, dan asam brahmida. Efek
neuroprotektif ini terlihat dari mekanisme yang berbeda-beda namun berdampak
positif. memiliki efek neuroprotektif dengan mencegah kematian sel neuron, efek
protektif melawan neurotoksisitas dengan induksi aluminium pada korteks
serebral, striatum, hipotalamus, dan hipokampus.

Struktur kimia Pegagan (Centella asiatica)


7. Brotowali (Tinospora cordifolia)

Kandungan kimia
Magnoflorin, tembetarin, protoberberin, palmatin, jatorisine, colombanin.

Khasiat
Pemicu sistem system saraf, menaikan tekanan darah, mengurangi rasa
sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung.

Cara penggunaan
Ambil dan bersihkan 1 jari batang brotowali segar, setelah bersih potong-
potong batang menjadi beberapa bagian saja, rebus terus sampai air rebusan
hanya tersisa 1,5 gelas saja, minum ramuan alami ini 3 kali dalam sehari, aturan
minun 1/2 gelas per minum
Peringatan
Bagian akar brotowali sebaiknya tidak digunakan karena bagian tersebut
mengandung senyawa berberin yang memiliki efek samping seperti sesak
napas, lesu, mimisan, iritasi pada kulit, diare, muntah dan bisa juga
menyebabkan keracunan.
Mekanisme kerja
Alkaloid berberin memiliki efek antimikroba karena kemampuannya untuk
berinteraksi dengan DNA bakteri dengan cara menginterkalasi DNA sehingga
replikasi DNA bakteri terhambat dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh, terganggunya sintesis peptidoglikan sehingga pembentukan sel
tidak sempurna karena tidak mengandung peptidoglikan dan dinding selnya
hanya meliputi membran sel. Senyawa flavonoid yang terkandung didalam
brotowali memiliki efek analgetik yang dapat melawan neurotoksisitas pada
system saraf pusat.

Struktur kimia Brotowali (Tinospora cordifolia)

DAFTAR PUSTAKA

Alhasyimi, A. A. (2018) “Induksi Re-Epitelisasi Pada Proses Penyembuhan Luka


Gingiva Oleh Aplikasi Topikal Ekstrak Daun Sage (Salvia officinalis L.) Konsentrasi 50%
(Kajian In Vivo Pada Tikus Sprague Dawley),” B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Baiturrahmah, 3(1), hal. 31–38. doi: 10.33854/jbdjbd.35.
Dini Kesuma. 2018. Identifikasi Efek Depresan Ssp (Susunan Saraf Pusat) Antikejang
Dan Neurotoksisitas Senyawa 4-Klorobenzoiltiourea Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal
Teknosains. Universitas Muhammadiyah. Malang
Suryadi, S. dkk. (2017) “pengaruh ekstrak gingseng jawa (Talinum paniculatum, Geartn)
terhadap kemampuan fagositosis makrofah pada hepar dan gambaran histologi pada
lien dan lempeng peyer,” Buletin penalaran mahasiswa UGM, hal. 14–17.
Ludwig, P., & Varacallo, M. (2019). Neuroanatomy, Central Nervous System (CNS).
StatPearls Publishing, Treasure Island. National Institute of Health (2019). U.S. National
Library of Medicine MedlinePlus. Brain Diseases.
National Institute of Health (2018). Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child
Health and Human Development. Dangond, F. eMedicine Health (2019). Central
Nervous System
Sinaga E., Melva Silitonga. (2017). "Jurnal Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Sistem
Saraf Pusat 1". Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Muhammadiah. Makassar. Vol 10 (6)

BAHAN ALAM YANG BERKHASIAT SEBAGAI

OBAT DISFUNGSI EREKSI


DISUSUN OLEH :

YEYEN FRANSISCHA WIYOTO 1820054

YUSTIN 1820057

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) PELITA MAS

PALU

2021

B. DISFUNGSI EREKSI
a. Definsi Disfungsi Ereksi
Impotensi atau lebih dikenal dengan sebutan impoten adalah kondisi ketika
pria tidak bisa atau tidak memiliki kemampuan dalam mendapatkan dan
mempertahankan ereksi secara optimal saat sedang berhubungan
seks.Impotensi juga dikenal dengan istilah disfungsi ereksi.
b. Tanda & gejala impotensi
Gejala utama impotensi adalah ketidakmampuan penis untuk mencapai
ereksi, walaupun sudah mendapatkan rangsangan saat melakukan hubungan
seksual.
Gejala lainnya adalah kesulitan mempertahankan penis terus ereksi
sehingga tidak bisa ejakulasi sampai kegiatan seks berakhir.
Beberapa ciri-ciri impoten lainnya yang mungkin terjadi, di antaranya:
1. Terkadang bisa ereksi, meskipun tidak setiap waktu.
2. Bisa ereksi, namun tidak berlangsung cukup lama untuk berhubungan seks.
3. Benar-benar tidak bisa ereksi.
c. Penyebab Impotensi
Gairah seksual pria merupakan proses yang cukup kompleks. Hal ini
karena melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, serta pembuluh
darah.Kombinasi dari penyebab fisik dan psikologis merupakan penyebab
utama impotensi. Misalnya, kondisi fisik memperlambat respons seksual Anda
sehingga berujung pada kecemasan mempertahankan ereksi.
Kecemasan inilah yang memperburuk disfungsi ereksi sehingga bisa
menjadi penyebab impotensi di usia muda. Kondisi penis yang sehat dan
fungsi ereksi normal dapat dipengaruhi oleh masalah berkaitan dengan salah
satu sistem berikut ini:
1. Gangguan yang membuat aliran darah lebih rendah atau kerusakan saraf di
penis
2. Kerusakan saraf penis bisa diakibatkan dari operasi panggul atau perut
3. Gangguan hormon

a) Penyebab fisik
Cukup banyak kasus impotensi yang disebabkan oleh penyakit fisik, yaitu
meliputi:
1. Penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah
2. Diabetes
3. Tekanan darah tinggi
4. Kolesterol tinggi
5. Obesitas dan sindrom metabolik
6. Penyakit Parkinson
7. Gangguan hormonal, termasuk kondisi tiroid dan defisiensi testosteron
8. Kelainan struktural atau anatomi penis, seperti penyakit Peyronie
9. Perawatan untuk penyakit prostat
10. Komplikasi bedah
11. Cedera di daerah panggul atau sumsum tulang belakang
12. Terapi radiasi ke daerah panggul
b) Penyebab psikologis
Otak mempunyai peran utama dalam memicu ereksi yang dimulai dari
merasakan rangsangan seksual.Namun, ada kondisi ketika perasaan seksual
terganggu sehingga menimbulkan impotensi atau disfungsi ereksi.Berikut hal-
hal yang menjadi penyebab psikologis terjadinya impotensi, yaitu:
1. Merasa bersalah
2. Stres
3. Takut akan keintiman
4. Depresi
5. Kecemasan berat
6. Masalah hubungan dengan pasangan
d. Faktor risiko impotensi
Bertambahnya usia bisa menjadi faktor lainnya yang membuat anda sulit
ereksi atau mengeluarkan air mani.Beragam faktor risiko terjadinya disfungsi
ereksi, termasuk:
1. Kondisi medis, terutama diabetes atau kondisi jantung.
2. Konsumsi tembakau, yang membatasi aliran darah ke pembuluh darah dan
arteri.
3. Kelebihan berat badan atau obesitas.
4. Perawatan medis tertentu, seperti operasi prostat atau pengobatan radiasi
untuk kanker.
5. Cedera, terutama jika merusak saraf atau pembuluh darah yang mengontrol
ereksi.
6. Pengaruh obat-obatan, termasuk antidepresan, antihistamin, dan obat-
obatan untuk mengobati kondisi tekanan darah tinggi, nyeri, atau prostat.
7. Kondisi psikologis, seperti stres, kecemasan, atau depresi.
8. Penggunaan narkoba dan alkohol.
e. Patofisiologi Disfungsi Ereksi
Patofisiologi disfungsi ereksi meliputi gangguan biologis (organik) dan
psikososial, sehingga membuat penis tidak dapat ereksi maksimal dan
menimbulkan dampak ketidakpuasan seksual. Pada pria sehat, ereksi terjadi
karena respon terhadap rangsangan sentuhan, penciuman, dan
penglihatan.Suplai aliran darah yang lancar, fungsi saraf tepi yang baik, dan
mekanisme biokimia yang adekuat merupakan faktor mutlak yang dibutuhkan
hingga ereksi dapat dimulai dan dipertahankan.
Terdapat dua mekanisme sistem saraf yang berlaku, yakni sistem saraf
otonom yang berperan dalam ereksi serta orgasme, serta sistem saraf
parasimpatik yang berperan untuk menginisiasi dan mempertahankan ereksi.
Terjadinya kontraksi penis jika dijabarkan secara terperinci meliputi adanya
mekanisme RhoA-Rho kinase, dan adanya faktor mediasi seperti noradrenaline,
endothelin-1, neuropeptide Y, prostanoids, angiotensin II, serta hal lain yang
belum dapat teridentifikasi. Sedangkan pada relaksasi penis terdapat faktor
mediasi relaksasi seperti acetylcholine, nitric oxide, vasoactive intestinal
polypeptide, pituitary adenylyl cyclase activating peptide, calcitonin gene related
peptide, adrenomedullin, adenosine triphosphate, serta adenosine prostanoids.
1) Faktor Organik
Gangguan organik bisa disebabkan oleh gangguan mekanisme nitric oxide
dan penurun testosteron.
2) Gangguan Mekanisme Nitric Oxide
Gangguan mekanisme nitric oxide (NO) merupakan gangguan pada
komponen saraf dan jaringan endotel. Dari berbagai percobaan klinis
menunjukkan bahwa saat NO dilepaskan oleh ujung saraf dan pembuluh
darah pada arteri penis akan menyebabkan terjadinya ereksi. NO diproduksi
oleh enzim NO synthase (NOS), dimana enzim ini berperan dalam banyak hal
penting mulai dari mekanisme perdarahan sampai ke mekanisme sistem
kekebalan tubuh. Terdapat 3 subtipe NO, yakni nNOS yang terdapat pada
jaringan syaraf, iNOS yang diaktivasi oleh sistem imun makrofag, dan eNOS
yang terdapat pada endotel pembuluh darah. Gangguan pada mekanisme
Nitric oxideakan sebabkan disfungsi ereksi.
3) Penurunan Testosterone atau Hipogonadisme
Hormon testosteron berfungsi sebagai pengatur mood, vitalitas, fungsi
kognitif, dan pengaturan komposisi otot dan tulang.Selain itu, tak kalah
pentingnya memiliki fungsi vital pada gangguan seksual, di antaranya
penurunan libido, kualitas ereksi yang buruk, gangguan ejakulasi, penurunan
gairah seksual, dan penurunan respon ereksi secara spontan. Telah
dilakukan penelitian terkait hubungan keduanya, didapatkan hasil sekitar 40%
pada laki-laki usia 45 tahun ke atas mengalami disfungsi ereksi dan
penurunan testosteron.
Saat ini, mekanisme hubungan antara rendahnya testosteron dan
disfungsi ereksi masih tidak jelas. Hanya 2-21% pria memiliki disfungsi ereksi
disertai penurunan kadar testosteron, sementara itu 35-40% pria mengalami
perbaikan ereksi saat dilakukan penggantian testosteron yang berarti hampir
65% tidak mengalami perbaikan.
4) Faktor Psikososial
Disfungsi ereksi dapat dipengaruhi adanya gangguan psikis seperti
stress, kelelahan, depresi, trauma psikis, dan rendahnya percaya diri.
Berbagai macam gangguan psikis tersebut berkorelasi dengan noradrenaline
neurotransmitter yang bersifat menghambat ereksi.
5) Faktor Medikamentosa
Disfungsi ereksi dapat disebabkan karena efek mengonsumsi obat-
obatan.Obat antidepresi yang memiliki peran sebagai selective serotonin
reuptake inhibitors dan serotonin noradrenaline reuptake inhibitors dapat
menghambat hasrat seksual sehingga menyebabkan disfungsi ereksi.Obat
antipsikotik juga dapat berpengaruh pada libido pria karena dapat mengubah
kualitas orgasme serta mampu menghambat terjadinya ereksi.

f. Pengobatan Tradisional Untuk Disfungsi Ereksi


1. Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl)

Kandungan kimia
Minyak atsiri 0,9%, zat pedas piperin 4-6% resin (kavisin), asam
palmitik, 1-undecyleny-3-4methylenedioy benzen, piperidin, sesamin,
senyawa lain asam palmitat, asam tetrahidropierat, N-isobutyl decatrans-2,
fitosterol,sylvatine, linanool.

Khasiat
Disfungsi ereksi dan aprodisiak

Cara penggunaan
Buah cabe jawa yang sudah kering direbus hingga air rebusan tersisa 2
gelas kemudian disaring, kemudian ramuan diminum 2 kali sehari pagi dan
sore.

Peringatan
Reaksi anafilaksis pada orang yang alergi.
Mekanisme Kerja
karena aktifitasnya sebagai neurofarmakalogi yang dapat mengobati
gangguan psikologis dan gangguan neurologis terutama pada disfungsi
ereksi dengan mekanisme yaitu meningkatkan regulasi pada sistem saraf
pusat maka hal ini memungkinkan jika minyak atsiri juga memiliki efek
sebagai afrodisiaka.

Struktur kimia Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl)

Piperin fitosterol

Resin Linalool Sesamin

2. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia (Jack))

Kandungan kimia
Quassinoids, termasuk eurycomanol, eurycomanol-2-O-β-D-
glycopyranosida, 13 beta, 18-dihydroeurycomanol,14,15p-dihydroxyklaineanone,
dan alpha-hydroxyeurycomalactone, derivat squalene, biphenylneolignasns,
terpenoid, steroid, xanthin
Khasiat
Meningkatkan lairan darah kepenis, mengatasi disfungsi ereksi, sekaligus
membantu meningkatkan produksi sperma dan memperbaiki kualitasnya

Cara penggunaan
Ambil 2 gr akar pasak bumi rebus atau seduh dengan 110 ml air. Sisakan
hingga 100 ml. diminum 1 kali sehari

Peringatan
Kehamilan dan laktasi

Mekanisme Kerja
Afrodisiaka ini dapat bekerja melewati blood brain barrier atau sawar otak
dan menstimulasi beberapa hormon dan berbagai macam neurotransmitter.
Sehingga meningkatkan gairah seksual penggunanya

Struktur kimia Pasak Bumi (Eurycoma longifolia (Jack))

Quasinoid Terpenoid xanthin

3. Purwoceng (Pimpinella pruatjan (Molkenb) )

Kandungan kimia
senyawa kumarin (bergapten dan Isobergapten serta xantotoksin,
umbeliferon dan marmesin), saponin dan sterol (stigmasterol dan y-sitosterol),
furanokumarin (bergapten, isobergapten, psoralen dan sfondin), saponin, sterol
dan alkaloid).

Khasiat
Aprodisiak dan disfuungsi ereksi

Cara Penggunaan
Umbi akar dibersihkan terlebih dahulu, kemudian ditumbuk direbus dan
digodok. Air rebusan umbi akar purwoceng kemudia diminum setelah dingin,
minum air rebusan purwoceng dengan rutin sehari satu gelas akan membuat
stamina dan vitalitas meningkat

Peringatan
Konsumsi purwoceng secara berlebihan mengakibatkan iritasi ginjal

Mekanisme Kerja
Alkaloid meningkatkan dilatasi pembuluh darah pada alat kelamin pria.
Melalui berbagai mekanisme inilah, senyawa aktif menimbulkan peningkatan
libido sehingga mampu mendorong perilaku seksual dan disebut dengan efek
afrodisiaka

Struktur kimia Purwoceng (Pimpinella pruatjan (Molkenb) )

kumarin sterol furanokumarin


4. Baru cina (Artemisia vulgaris Linn.)
Kandungan kimia
Minyak menguap ( phellandrene, cadinene, thujvl alkohol), alfa-amirin,
fernerol, dehydromatricaria ester, cineole, terpinen-4-ol, β-karyophyllene, 1-
quebrachitol, inulin, oxytocin, yomogi alkohol dan rindentin.

Khasiat
Disfungsi ereksi, obat kuat, meancarkan peredaran darah, mencegah
keguguran, mengatur menstruasi.

Cara pemakaian
15-45 gram biji digiling halus kemudian di konsumsi

Peringatan
Terjadi reaksi alergi (gatal,ruam,kemerahan, sensasi panas)

Mekanisme Kerja
alkaloid bekerja dengan cara yaitu dengan membantu relaksasi otot polos
corpus cavernosum yang memicu terjadinya ereksi. Mekanisme sentral yang
dimiliki oleh alkaloid adalah meningkatkan pelepasan nitric oxide dari endothelial
dan ujung saraf. Alkaloid diketahui memiliki peranan dalam menginduksi
vasodilatasi sehingga menimbulkan ereksi. Alkaloid meningkatkan dilatasi
pembuluh darah pada alat kelamin
Struktur kimia Baru cina (Artemisia vulgaris Linn.)
amirin fernerol β-karyophyllene

inulin oxytocin dehydromatricaria ester


5. Daun Jintan (Plencranthus ambonicus (L.)Spreng)

Kandungan Kimia
Minyak atsiri, eugenol, fenol, apigenin, terpenoid, luteolin, cuminall,
kalium.

Khasiat
Mengatasi impoten,disfungsi ereksi, menurunkan demam, meningkatkan
kesehatan ginjal, meredakan stress dan kecemasan, meringkan nyeri haid,
mengatasi sakit kepala.
Cara penggunaan
Seluruh bagian tanaman direbus, kemudian air rebusan diminum
Peringatan
Diare, anoreksia, disfungsi hati dan ginjal

Mekanisme Kerja
Saponin triterpenoid mempengaruhi aktivitas seksual melalui
mekanismenya dalam menggantikan kolesterol untuk mensintesis
testosterone.

Struktur kimia Daun Jintan (Plencranthus ambonicus (L.)Spreng)

apigenin eugenol

terpenoid luteolin

6. Daun Sendok ( Plantago mayor L.)

Kandungan kimia
Plantangin, auksin, asam ursolik, β-sitosterol, h-hentrikontan,
plantaguiside yang terdiri dari methyl D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa,
L-rhammosa, kalium dan vitamin (B1, C, A)

Khasiat
Sebagai afrodisiak, ekspetoran, pencahar, meredakan panas hati dan
menerangkan penglihatan.
Cara penggunaan
Herba kering sebanyak 10-15 gram direbus lalu diminum airnya.Herba
segar segar ditumbuk lalu diperas dan saring untuk diminum.
Peringatan
Dosis tinggi daun sendok dapat menyebabkan anafilaksis, yang
merupakan reaksi alergi berbahaya.
Mekanisme Kerja
Senyawa flavonoid bekerja dengan cara menghambat aktivitas
enzim fosfodiesterase 5 (PDE5) sama seperti mekanisme penghambatan
enzim fosfodiesterase oleh sildenafil sitrat. Selain itu, flavonoid juga dapat
meningkatkan kadar testosterone hewan uji yaitu dengan cara meningkatkan
dehydroepiandrosteron

Struktur kimia Daun Sendok ( Plantago mayor L.)

auksi asam ursolik β-sitosterol


galaktosa

7. Tapak Liman (Elephantopus scaber L)

Kandungan kimia
Epifriedelinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol,
lupeol, acetate, deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin, luteolin -7-glucoside

Khasiat
Mengatasi disfungsi ereksi, malaria, obat batuk, obat sariawan, diare,
disentri, asam urat, afrodisiak

Cara penggunaan
Tiga batang tanaman bersama akarnya dimasukkan kedalam tiga gelas
air, kemudian direbus sampai tinggal 2 gelas, minum sehari 2 kali satu gelas

Peringatan
Bila dikonsumsi secara berlebihan dapat memicu penyakit jantung
berbahay, salah satunya penyakit liver dan serangan jantung

Mekanisme Kerja
Saponin dapat meningkatkan gairah seksual dengan cara
Meningkatkan jumlah LH, dengan demikian sintesis testosteron juga
meningkat. Peningkatan testosteron akan merangsang peningkatan nitrit
oksida (NO) dengan bantuan enzim nitric oxide synthase. Peningkatan
kadar NO akan meningkatkan kadar dopamin. Peningkatan dopamin
akan meningkatkan respo terhadap rangsangan yang memacu terjadinya aktivitas
seksual.

Struktur kimia Tapak Liman (Elephantopus scaber L)

lupeol luteolin

8. Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)

Kandungan kimia
Katekat, kuinon, steroid, triterpenoid, minyak atsiri
Khasiat
Meningkatkan gairah seks (aprodisiak)

Cara pemakaian
Ambil dua rimpang lengkuas merah, ditamabh tiga sampai empat gram
bubuk merica hitam. Rebus dengan air empat gelas, adikan tiga gelas .minum
tiga kali sehari, masing-masing segelas ditamabh dua sendok makan madu

Peringatan
Buang air kecil berlebihan, diare, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan
Mekanisme kerja
Senyawa aktif yang terkandung dalam jahe merah yang berperan
sebagai afrodisiaka adalah flavonoid dan alkaloid. Flavonoid memiliki peran
dalam meningkatkan kadar dehydro epiandrosteron, yang dapat
meningkatkan kadar hormone testosteron dan mendorong perilaku seksual
pada pria. Flavonoid dan alkaloid tidak hanya memiliki aksi sentral namun juga
memiliki aksi perifer, yaitu dengan membantu relaksasi corpus cavernosum
yang memicu terjadinya ereksi. Mekanisme sentral yang dimiliki oleh alkaloid
adalah meningkatkan pelepasan nitric oxide dari endothelial dan ujung saraf.
Alkaloid diketahui memiliki peranan dalam menginduksi vasodilatasi sehingga
menimbulkan ereksi. Alkaloid meningkatkan dilatasi pembuluh darah pada alat
kelamin pria. Melalui berbagai mekanisme inilah, senyawa aktif dalam jahe
merah menimbulkan peningkatan libido sehingga mampu mendorong perilaku
seksual dan disebut dengan efek afrodisiaka.

Struktur kimia Lengkuas Merah (Zingiber officinale Roscoe)


9. Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa Nigrociliata)

Kandungan Kimia
Stigmast-5-en-3-ol, ethylinoleat, hexanoic meruacid, butatonic acid, acetic
acid, trimethyl 1-3, Antosianin, flavonol, flavon, strychnine, quinine,

Khasiat
Afrodisiaka

Cara Penggunaan
Rebus dengan air empat gelas, adikan tiga gelas .minum tiga kali sehari

Peringatan
Sebab berbagai bahan alami yang terkandung di dalam rebung bisa
menyebabkan alergi, bahkan bisa menyebabkan keguguran bagi ibu hamil.

Mekanisme Kerja
Rebung bambu berpotensi sebagai bahan afrodisiak karena dapat
meningkatkan hormon testosteron yang meruapakan salah satu faktor penting
dalam pengaturan sistem reproduksi serta dapat meningkatkan motivasi seksual.

Struktur kimia Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa Nigrociliata)


Antosianin Kuinin Flavon

10. Daun Katuk (Sauropus androgynus (L). Merr)

Kandungan Kimia
Monomethyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam
benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2- pyrolidinon dan methyl
pyroglutamate (alkaloid), fenolik, sterol, glikosida, terpenoid

Khasiat
Afrodisiaka

Cara Penggunaan
Rebus menggunakan segelas air hingga mendidih. Saring air rebusan dan
minum 2 kali sehari.

Peringatan
Jika dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan keracunan bahkan kematian

Mekanisme Kerja

Saponin (steroid glikosida) berperan dalam biosintesis DHEA


(dehydroepiandrosteron) sehingga meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh
dan memacu libido. Melalui mekanisme ini, saponin mampu meningkatkan kadar
hormon testosteron.
Struktur kimia Daun Katuk (Sauropus androgynus (L). Merr)

Glikosida Terpenoid

11. Buah Pare (Momordica charantina L.)

Kandungan Kimia
Polifenol, triterpenoid, momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin, asam
butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat

Khasiat
Afrodidisiak, meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata.
Cara Penggunaan
Caranya cukup dengan merebus pare selama 10 menit, kemudian air rebusan
dikonsumsi

Peringatan
Hindari mengonsumsi pare jika sedang menggunakan obat penurun kadar
gula darah. Pare dapat berinteraksi dengan obat-obatan diabetes.

Mekanisme Kerja
Senyawa aktif yang terkandung dalam buah pare yaitu flavonoid
dan triterpenoid yang merangsang produksi hormon testosteron yakni
hormon yang bertanggungjawab terhadap dorongan seksual (libido)

Struktur kimia Buah Pare (Momordica charantina L.)


Polifenol Triterpenoid Momordisin

12. Terung Ungu (Solanum melongena L)

Kandungan Kimia
Asam askorbat, alanin, arginin, khlorogenat, β-karoten, 5- hidroksi-
triptamina, glikosida, steroid, solanin, solanida.

Khasiat
Afrodisiaka, mencegah kanker, mendukung kesehatan jantung.

Cara Penggunaan
Terong direbus dan air rebusanya diminum

Peringatan
Hindari mengonsumsi terong terlalu banyak karena bisa menyebabkan
gangguan pencernaan

Mekanisme Kerja
Tannin pada terung ungu secara fisiologis dapat melancarkan peredaran
darah pada sistem saraf pusat atau sirkulasi darah tepi sehingga efeknya dapat
meningkatkan sirkulasi darah pada alat kelamin laki-laki.Dimana pada saat
jaringan erektil penis terisi darah, vena mengalami tekanan dan aliran keluar
terhambat sehingga turgor organ bertambah.
Struktur kimia Terung Ungu (Solanum melongena L)
Alanin Arginin Solanin

DATAR PUSTAKA

Darwati, I. dkk. (2016) “Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di


Indonesia,” Buletin Plasma Nutfah, 12(1), hal. 9. doi: 10.21082/blpn.v12n1.2006.p9-15.
Heriyanto, N. M. dkk. (2016) “Kajian Ekologi dan Potensi Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia Jack.) di Kelompok Hutan Sungai Manna-Sungai Nasal, Bengkulu,” Buletin
Plasma Nutfah, 12(2), hal. 69. doi: 10.21082/blpn.v12n2.2006.p69-75.
Jumain dkk. (2019) “Efek Afrodisiak Ekstrak Buah Terung Ungu (Solanum melongena
L) Terhadap Hewan Uji Mencit Jantan (Mus Musculus),” Media Farmasi Poltekes
Makassar, 8(5), hal. 55.
Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2017) “Kadungan Ekstrak Cabe Jawa Untuk
Alternatif Energi Dalam AKtivitas Olahraga,” Paper Knowledge . Rivai, H., Yetti, R. D.,
dkk. (2020) “Analisis Fitokimia Dari Ramuan Obat Tradisional Penurun Demam : Cabe
Jawa ( Piper retrofractum . Vahl ),” Universitas Andalas, (April).
Rivai, H., Azmel, S. N. F., dkk. (2020) “Analisis Fitokimia Ramuan Obat Tradisional
untuk Nyeri Haid: Baru Cina (Artemmisia vulgaris (L.)),” Jurnal Biologi Universitas
Andalas, 1(1), hal. 1–9. doi: 10.13140/RG.2.2.16119.44965.
Rusdi, N. K. dkk. (2018) “Aktivitas Afrodisiaka Fraksi dari Ekstrak Etanol 70% Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L). Merr) Pada Tikus Putih Jantan,” Pharmaceutical
Sciences and Research, 5(3), hal. 123–132.
Sarapi, V. A. dkk. (2015) “Uji Efek Afrodisiak Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
Charantia L.) Terhadap Libido Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus),”
Pharmacon, 4(3), hal. 147–154. doi: 10.35799/pha.4.2015.8853.
Silalahi, M. (2018) “Plectranthus Amboinicus (Lour.) Spreng Sebagai Bahan Pangan
Dan Obat Serta Bioaktivitasnya,” Jurnal Dinamika Pendidikan, 11(2), hal. 123. Siwi, A.
(2017) “Pengaruh ekstrak daun sendok (Plantago major L.) terhadap kadar
malondialdehyde pada mencit Balb/C induksi streptozotocin,” Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Sukmaningsih, A. A. S. A. dkk. (2017) “Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa
Nigrociliata) Berpotensi Sebagai Bahan Afrodisiak pada Mencit Jantan (Potential
Aphrodisiac Activity Of Tabah Bamboo Shoots (Gigantochloa Nigrociliata) In M
Tandi, J. (2016) “Efek Antiagregasi Platelet Kombinasi Ekstrak Etanol Bawang Hutan
( Eleutherine Americana Merr ) dan Rimpang Jahe Merah ( Zingiber Officinale Var .
Rubrum ) pada Mencit ( Mus Musculus ).”
Tendean, L. dkk. (2018) “Penanganan Disfungsi Ereksi Secara Dini,” Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, 3(3), hal. 196–199.
Wardani, I. G. A. A. K. (2017) “Efektivitas Afrodisiaka dari Ekstrak Etanol Jahe Merah
(Zingiber Officinale ROSCOE) Pada Tikus (Rattus norvegicus L.) Putih Jantan,” 3(1),

Anda mungkin juga menyukai