Pembengkakan
jaringan
LIMFATIK DAN ALIRAN LIMF
• Jika suatu daerah meradang, biasanya terjadi peningkatan
mencolok pada aliran limfa yang keluar dari daerah tersebut.
• Pada peradangan akut, sel-sel pelapis yang berdekatan pada
limfatik terkecil agak terpisah, sehingga memungkinkan akses yang
lebih cepat bagi zat celah jaringan untuk masuk ke dalam limfatik.
• Limfa meningkat protein meningkat meminimalkan
pembengkakan dengan mengeluarkan sebagian eksudat.
• Aliran limfatik dapat menyebarkan agen infeksius ke seluruh tubuh,
tetapi penyebaran dibatasi oleh kerja penyaringan getah bening.
• Limfangitis = peradangan pada pembuluh limfatik.
• Limfadenitis/ limfadenopati = peradangan pada kelenjar getah
bening.
Aspek – Aspek Selular
Peradangan
Marginasi &
Emigrasi
Aspek2 selular
peradangan
Kemotaksis
Marginasi & Emigrasi
Aliran darah secara normal
Marginasi leukosit (pavementing)
1. Jalur Siklooksigenase
Jalur siklooksigenase menghasilkan prostaglandin (PG) E2
(PGE2), PGD2, PGF2?, PGI2 (prostasiklin), dan tromboksan
A2 (TXA2). Setiap produk tersebut berasal dari PGH2 oleh
pengaruh kerja enzim yang spesifik. PGH2 sangat tidak
stabil, merupakan prekursor hasil akhir biologi aktif jalur
siklooksigenase.
2. Jalur Lipooksigenase
Agen mikroba
dibunuh & dicerna Fagositosis, dibantu
di fagolisosom scr oleh opsonin
enzimatik
Proses Fagositosis
EOSINOFIL
• Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit multiselular dan beberap
infeksi pada makhluk vertebrata, dengan demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.
• Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan
pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran
jaringan yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar
1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17 mikrometer
Makrofag segera
menempati lokasi
Mikroorganisme masuk
strategis di sekeliling
aliran darah
tubuh utk menyingkirkan
mikroorganisme
• Fungsi makrofag dalam pemrosesan
hemoglobin
Bagian yg
mengandung Fe
Hemoglobin
dipecah
Bagian yg tdk
Bilirubin
mengandung Fe
LIMFOSIT
Merupakan salah satu jenis leukosit
Terdapat dlm eksudat, jumlahnya sedikit
hingga reaksi peradangan menjadi kronis
Komponen-komponen respons
peradangan:
– vasodilatasi: membawa bahan baku
melakukan reaksi
– peningkatan permeabilitas: mengangkut
zat protein keluar
– fibrinogen fibrin; sbg sarana migrasi
leukosit fagositik & sel pembentuk
jaringan parut
– Leukosit menghancurkan debris jaringan
proses perbaikan dapat dimulai
Limfosit T
Makrofag
Sel darah
merah
Pola-Pola Peradangan
Berbagai tipe eksudat diberi nama deskriptif :
Akut: lamanya respons peradangan selama fase eksudasi
aktif.
Kronis: jika ada bukti perbaikan yang sudah lanjut disertai
eksudasi.
Subakut: jika ada bukti awal perbaikan bersama dengan
eksudasi
Lokasi reaksi dinamakan menurut nama organ/jaringan
ditambah akhiran –itis. Ex: apendisitis
Pola peradangan terbagi menjadi: eksudat nonselular (Serosa,
Fibrinosa, Musinosa) dan eksudat selular (Neutrofilik,
campuran)
Eksudat Nonselular
• Eksudat Serosa: trbntuk dari kebocoran protein dari
pembuluh darah yg permeabel di daerah peradangan dgn
cairan yang menyertainya, ex: cairan pd luka lepuh.
• Eksudat Fibrinosa: trbntk saat protein yg
keluar mengandung fibrinogen yg kemudian
diubah menjadi fibrin, ex: permukaan
serosa yang meradang sprti pd pleura &
perikardium.
• Eksudat Musinosa/Kataral: trbntk
di atas permukaan membran
mukosa, tempat sel-sel yg dpt
mensekresi musin (bukan keluar
dari aliran darah), ex: influenza yg
menyertai berbagai infeksi
pernapasan bagian atas.
Eksudat Seluler
• Eksudat Neutrofilik: terdiri atas PMN. Jika dalam jmlh banyak dan
menonjol drpd cairan & proteinosa disebut purulen. Jika enzim
PMN mencerna jaringan di bawahnya dan mencairkannya kemudian
berkombinasi dgn agregasi neutrofil disebut supuratif/supurasi/pus.
Ulkus
PERADANGAN GRANULOMATOSA
• Radang menahun membentuk jaringan yang
khas Granuloma.
• Makrofag sel epitheloid
• Pengaruh pembentukan granuloma untuk
melindungi agen itu dari bagian tubuh lain.
Nasib Reaksi Peradangan
• Dengan adanya reaksi peradangan maka dpt
diketahui sedikit atau tidaknya kerusakan jaringan
di bawahnya.
• Jika agen penyerang sudah dinetralkan dan
dihilangkan maka :
eksudasi cairan dan sel2 pelan2 akan
menghilang pembuluh drh kecil memperoleh
semipermeabelitasnya (kembali seperti
semula,aliran cairan & emigrasi leukosit jg
berhenti) cairan yg dikeluarkan sedikit
demi sedikit akan diabsorpsi oleh limfatik
• Hasil akhir proses tadi adalah jaringan yang
sebelumnya meradang kembali seperti semula sebelum
reaksi peradangan dimulai fenomena ini disebut
resolusi.
• Sebaliknya jika jaringan yg dihancurkan cukup
signifikan maka resolusi tidak terjadi.
• Jaringan yg rusak harus diperbaiki oleh proliferasi sel2
pejamu didekatnya yg masih hidup.
• Perbaikan melibatkan 2 komponen yg terpisah namun
terkoordinasi:
1. Regenerasi, melibatkan proliferasi unsur2
parenkim yg identik dgn unsur2 yg hilang, hasil
akhirnya adalah penggantian unsur2 yg hilang
dengan jenis sel yang sama.
• Kemampuan berbagai sel & jaringan untuk
beregenerasi bervariasi, beberapa sel
beregenerasi secara mudah, sangat buruk atau
bahkan tidak sama sekali.
• Hal yg paling penting adalah bahwa tidak terjadi
regenerasi neuron atau sel2 saraf dlm sistem
saraf pusat. Bila sel ini hilang, maka kehilangan
tersebut bersifat permanen.
• Organisasi terjadi jika:
banyak jaringan menjadi nekrotik,
Jika eksudat peradangan menetap dan tidak
menghilang.
• Setelah kira2 seminggu, jaringan granulasi masih
cukup longgar dan seluler. Fibroblas jaringan granulasi
sedkit demi sedikit mensekresi prekursor protein
kolagen yg larut kemudian akan mengendap sebagai
fibril didlm interstial jaringan granulasi.
• Setelah beberapa waktu semakin banyak kolagen yg
tertimbun di dlm granulasi yg bertahap semakin
matang menjadi jaringan ikat kolagen yg agak padat
(parut).
• jaringan parut setelah kira-kira 2minggu, proses
remodelling terus berlanjut serta densitas & kekuatan
jaringan parut meningkat setelah beberapa minggu.
• Pada tahap penyembuhan insisi jaringan parut yg
dihasilkan mula2 lunak & merahmuda karena
Fase Penyembuhan Luka
• Koagulasi: setelah pendarahan, segera terjadi vasokonstiksi
akibat dilepaskannya katekolamin sehingga suatu bekuan darah
terbentuk dari trombosit yang menghasilkan fibrin yang
membentuk suatu jaringan.
• Inflamasi: leukosit bermigrasi ke dalam luka diikuti dengan
makrofag dalam jumlah banyak dan kemudian limfosit,
sehingga matriks jaringan ikat pulih.
• Fibroplasia: terjadi sint.kolagen, dan akan berkurang setelah 7
hari dari cedera. Serabut tua kolagen diuraikan dan serabut
baru dibentuk dengan kepadatan pengerutan makin bertambah.
• Sitokin: berjalannya komunikasi untuk interaksi antar sel dan
berfungsi untuk penatalaksanaan penyembuhan luka, mengatur
peranan serta pengaturan fibrosis, peningkatan kekuatan
tendon dan tulang setelah perbaikan.
Jenis Penyembuhan Luka
• Penyembuhan primer (healing by first intention):
tepi luka saling didekatkan oleh fibrin, terjadi peradangan luka,
dan darah mulai membeku. Setelah peradangan terjadi
pertumbuhan jaringan granulasi, matang menjadi jaringan parut.
Epitel regenerasi menjadi tebal dan matang menyerupai kulit di
dekatnya.
• Penyembuhan
dengan granulasi
(healing by second
intention):
tepi luka tidak dapat
disatukan (luka besar
yang terbuka), sehingga
terbentuk jaringan
granulasi lebih banyak
yang tumbuh di bawah
keropeng diikuti dengan
pertumbuhan epitel,
keropeng lepas jika
penyembuhan sudah
lengkap. Jaringan parut
lebih luas dan sangat
buruk.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERADANGAN DAN PENYEMBUHAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi peradangan
1. Sirkulasi darah
jika suplai darah ke suatu daerah berkurang, akibatnya proses peradangan
sangat lambat, infeksi yang menetap, dan penyembuhan yang buruk
2. Suplai leukosit
kekurangan leukosit akibat kerusakan atau depresi sumsum tulang
menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi eksudat seluler sehingga
rentan terhadap infeksi berat. Atau fungsi leukosit terganggu meskipun
jumlah normal menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi agresif
3. Imunodefisiensi
fungsi leukosit dibantu oleh antibodi tertentu, sehingga imonodefisiensi
menyebabkan obat-obat tertentu dalam dosis yang tinggi dapat
menghambat aspek-aspek penting respon peradangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan
1. Defisiensi suplai darah lokal
2. Keadaan gizi
3. Adanya benda asing atau jaringan nekrotik
di dalam luka, infeksi pada luka, dan
imobilisasi serta pendekatan tepi luka yang
tidak sempurna
KOMPLIKASI PENYEMBUHAN
Kompikasi penyembuhan di mana sifat jaringan parut memendek dan
menjadi lebih padat dan kompak setelah beberapa lama,
1. Kontraktur
Daerah luka menjadi cacat dan pembatasan gerak pada persendian
2. Striktur
menyebabkan terbentuknya parut di sekeliling struktur tubular
seperti tuba fallopi dan ureter
3. Adhesi
pita fibrosa dapat membentuk permukaan serosa di dalam rongga
peritoneum jika eksudat tidak dibersihkan secara benar dan dapat
mengakibatkan obstruksi usus.
4. Proud flesh
jaringan parut yang menonjol di atas permukaan luka
5. Keloid
jaringan parut yang meluas melebihi batas luka asli
6. Neuroma traumatik
serat-serat saraf perifer yang beregenerasi dan terperangkap di dalam
jaringan parut setelah amputasi anggota gerak
7. Dehiscence
terpisahnya hingga terbuka suatu luka pembedahan
8. Eviserasi
pecahnya hingga terbuka luka pada abdomen disertai keluarnya usus
9. Hernia insisional
jaringan parut yang menonjol pada dinding abdomen
Aspek-aspek
sistematik peradangan
• Demam
• Leukositosis
• Peningkatan sintesis “protein fase akut” di hati