PERADANGAN
(INFLAMASI)
By dr. Endah Rahmawati
Pengertian Inflamasi (Radang)
• Inflamasi (radang) adalah respons protektif setempat terhadap cedera atau kerusakan jaringan yang
bertujuan menghancurkan, mengurangi, atau melokalisir agen pencedera juga jaringan yang cedera.
• Inflamasi merupakan respons yang menguntungkan sebagai pertahanan tubuh sehingga terjadi
netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang, jaringan nekrosis, sehingga tercipta keadaan yang
dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan tubuh.
• Pada keadaan dimana jaringan mengalami cedera seperti terbakar, teriris atau terinfeksi kuman, maka
pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi guna memusnahkan agen yang membahayakan
jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Respons tersebut merupakan sistem
kekebalan terhadap infeksi yang distimulasi oleh faktor kimia (histamin, serotonin, bradikinin dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel Mast sebagai mediator inflamasi di dalam sistem kekebalan
untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
• Sebagai hasil akhir respons inflamasi yaitu jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan
jaringan baru.
Etiologi
a. Infeksi mikroba (bakteri, virus, jamur, protozoa dll)
b. Cidera fisik (insici, kontusi, abrasi, pungsi, cidera termal suhu tinggi / rendah)
c. Cidera kimia (agent farmasi, asam, alkohol, logam)
d. Reaksi imun (menimbulkan respon hipersensitivitas dalam jaringan, autoimun)
e. Jaringan nekrotik (sel-sel mati dianggap benda asing oleh tubuh)
Komponen darah :
1. Plasma darah
Plasma adalah komponen darah yang berperan dalam mengangkut sel-sel darah ke seluruh
tubuh bersama dengan berbagai zat lain.
2. Sel-sel darah
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih) , 5 jenis sel darah putih :
1). Granulosit yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-granula.
Eosinofil
Basofil
Netrofil
2). Agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu
lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula.
Limfosit
Monosit
c. Trombosit (keping darah/platelet) membantu proses pembekuan darah atau koagulasi
RESPON TUBUH TERHADAP PERADANGAN
Peradangan akut merupakan respon langsung tubuh terhadap cedera atau kematian sel.
Berikut adalah gambaran makroskopik peradangan akut :
1. RUBOR (KEMERAHAN)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai darah melebar
sehingga lebih banyak darah mengalir. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik
maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin.
2. KALOR (PANAS)
Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi inflamasi akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi
darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37ᵒC disalurkan ke permukaan tubuh yang
mengalami inflamasi lebih banyak daripada ke daerah normal.
3. DOLOR (NYERI)
Rasa sakit terjadi karena adanya rangsangan saraf. Rangsangan saraf sendiri dapat terjadi akibat
perubahan pH lokal, perubahan konsentrasi ion-ion tertentu, atau pengeluaran zat-zat kimia bioaktif
lainnya (bradikinin dan prostaglandin). Selain itu, pembengkakan jaringan yang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal juga dapat menimbulkan rasa sakit.
4. TUMOR (PEMBENGKAKAN)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah inflamasi disebut dengan eksudat.
5. FUNGSIO LAESA (PERUBAHAN FUNGSI)
Perubahan fungsi atau fungsio lasea adalah reaksi-reaksi inflamasi yang telah dikenal. Sepintas mudah
dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri yang disertai sirkulasi abnormal dari lingkungan kimiawi
yang abnormal, berfungsi abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan
cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
ASPEK CAIRAN PADA PERADANGAN
1. EKSUDASI
Biasanya dinding saluran darah yang terkecil (kapiler dan venula) memungkinkan molekul-molekul kecil
lewat, tetapi akan menahan molekul-molekul yang besar seperti protein plasma untuk tetap didalam
lumen pembuluh. Sifat pembuluh yang semipermeabel ini menyebabkan gaya osmotik yang cenderung
untuk menahan cairan dalam pembuluh. Hal ini juga diimbangi oleh dorongan keluar dari tekanan
hidrostatik didalam pembuluh.
Pergeseran cairan dalam reaksi peradangan sangat cepat, contoh lepuh yang terjadi setelah cedera
termal. Eksudat dari peradangan luka bakar akibat cidera termal mengandung protein plasma yang cukup
berarti. Jadi, peristiwa penting dari peradangan akut adalah perubahan permeabilitas pembuluh-
pembuluh yang sangat kecil yang menyebabkan kebocoran protein dan diikuti pergeseran keseimbangan
osmotik dan air keluar bersama protein, sehingga menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol
yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan juga mengakibatkan kenaikan tekanan intravaskuler
lokal, karena pembuluh darah penuh.
2. LIMFATIK DAN ALIRAN LIMFE
● Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfa (getah bening) di dalam tubuh.
● Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar
dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.
Limfa atau getah bening adalah cairan jernih kekuning-
kuningan yang berisi sel-sel darah putih, keping darah, dan
fibrinogen.
● Aliran cairan limfa tidak dipompa oleh jantung seperti pada
peredaran darah, tetapi mengalir karena desakan otot-otot
rangka di sekitar pembuluh limfa
LIMFATIK DAN ALIRAN LIMFE PADA PERADANGAN
Dalam sistem limfatik, biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan
dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan bergabung kembali kedarah vena. Daerah
yang terkena radang biasanya terjadi kenaikan yang mencolok pada aliran limfe daerah tersebut. Selama
peradangan akut, tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan
limfe juga bertambah dengan cara yang sama seperti pada sistem vaskuler darah.
Tetapi sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan, karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari
eksudat.
Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar limfe yang terkena
radang, maka disebut dengan limfadenitis. Limfadenitis regional sering menyertai peradangan, salah satu
contoh yang terkenal adalah pembesaran kelenjar limfe servikal, yang nyeri terlihat pada tonsillitis.
ASPEK-ASPEK SELULAR PERADANGAN
1. MARGINASI DAN EMIGRASI
Pada awal peradangan akut, waktu arteriol berdilatasi, aliran darah radang bertambah, namun sifat aliran
darah segera berubah. Hal ini disebabkan karena cairan bocor keluar dari mikrosirkulasi yang
permeabilitasnya bertambah. Sejumlah besar dari eritrosit, trombosit dan leukosit ditinggalkan, dan
viskositas naik, sirkulasi didaerah yang terkena radang menjadi lambat. Hal ini menyebabkan leukosit akan
mengalami marginasi, yaitu bergerak kebagian arus perifer sepanjang aliran pembuluh darah, dan mulai
melekat pada endotel. Akibatnya pembuluh darah tampak seperti jalan berbatu.
Emigrasi = keluarnya sel darah putih dengan menerobos diantara endotel menuju ke tempat cedera.
2. KEMOTAKSIS
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah beremigrasi,
merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan
kemotaksis.
Infeksi Cedera Cedera Respon Jaringan
Patofisiologi
mikroba Fisik kimia imunologis Nekrotik
Respon
Inflamasi
peradangan PD vasokontriksi
Pengeluaran
histamin
Sumsum Tulang
Belakang
FOSFOLIPID