Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MODUL PRAKTIKUM 2

Soka Reska Dena


2306288181
Kelas B Ekstensi

Topik Respon-Radang dan Pemulihan Jaringan

1. Apa pengertian dan tujuan pemeriksaan darah tepi dan hitung darah lengkap?
Apakah kaitan pemeriksaan tersebut dengan radang?
Jawaban:
a. Pemeriksaan darah tepi: pemeriksaan jumlah leukosit di dalam perifer.
Tujuan dari pemeriksaan darah tepi adalah untuk membantu dalam
pembuatan diagnosis penyakit darah dengan mendeteksi leukopenia.
b. Pemeriksaan hitung darah lengkap: perhitungan hemoglobin, leukosit dan
jenis leukosit, eritrosit, dan trombosit, Tujuan dari hitung darah lengkap
adalah untuk mengukur jumlah, ukuran, dan kematangan sel darah.
Kaitan dari dua pemeriksaan ini adalah keduanya menjadi indikator telah
terjadinya peradangan/ proses pemulihan, misalnya hasil pemeriksaan yang
menunjukkan jumlah eosinofil dalam leukosit.
(Price, 2005)

2. Jelaskan mekanisme aksi neutrofil pada proses radang akut!


Jawaban:
a. Marginasi: pelekatan leukosit darah terutama neutrofil dan monosit dengan
sel endotel jaringan yang terkena cidera.
b. Rolling: leukosit berguling-guling (rolling) pada permukaan endotel,
kemudian akan melekat. Keduanya melepaskan reseptor selektin yang
ditandai dengan pengikatan gula tertentu di daerah ekstrasel.
c. Adhesi: pelekatan leukosit tersebut akan keluar di antara sel endotel
melewati membran basalis, kemudian masuk ke ruang ekstravaskuler.
Adhesi dirantai oleh molekuk superfamily immunoglobulin sel endotel yang
bereaksi dengan integrin di permukaan sel leukosit.
d. Diapedesis: leukosit akan menembus membran basalis dengan mendegradasi
secara fokal menggunkan kolagen.
e. Kemotaksis: leukosit berimigrasi menuju jejas kemudian mendekati gradien
kimiawi (kemotaksis). Kemotaksis berikatan dengan reseptor protein di
membran plasma sel fagosit sehingga terjadi peningkatan Ca2+ ke dalam sel.
Ca2+ mengaktifkan perangkat kontraktil sel untuk pergerakan.
f. Fagositosis: terjadi fusi lisosom, yaitu pembungkusan oleh membran dan
pengeluaran enzim hidrolitik ke vesikel yang terbungkus membran oleh
lisosom dengan bantuan protein serum opsonin. Lalu, terjadi pembunuhan
degradasi oleh spesien oksigen reaktif dan asam hidrolasi asam lisosom.
(Pringgoutomo, 2006)

3. Apa peran benang-benang fibrin dalam proses inflamasi?


Jawaban:
a. Sebagai pembeku cairan radang, yang mampu menyumbat saluran limfe dan
sela-sela jaringan (sebagai pencegah infeksi).
b. Menangkap sel darah yang menyempurnakan pembekuan darah, melapisi
permukaan alat tubuh yang terkena radang, membatasi perluasan radang, dan
penyembuhan serta pembentukan jaringan ikat.
(Pringgoutomo, 2006)

4. Apakah isi dan manfaat granula dalam neutrofil dalam proses radang?
Jawaban:
Isi dan manfaat granula dalam neutrofil pada proses radang adalah sebagai
berikut:
a. Di dalam granula intraseluler terdapat ensim lisosom yang terdiri atas:
- Mieloperoksidase (MPO): yaitu komponen aktif granulosit yang
merupakan enzim antibakteri utama dan bergabung dengan hydrogen
peroksidase.
- Hidrolase asam: enzim yang bekerja pada benda organic termasuk
bakteri.
- Protease: mengakibatkan degradasi protein termasuk elastin, kolagen, dan
protein yang dijumpai pada membrane basalis.
- Lisozime: bekerja pada mikroorganisme melalui hidrolisis dan dijumpai
pada netrofil dan monosit (makrofag dan histiosit).
- Protein kation: mencegah pertumbuhan bakteri dan mengakibatkan
kemotaksis monosit dan permeabilitas vascular.
Pengeluaran enzim lisosomal pada jaringan ekstravaskuler akan
mengakibatkan reaksi radang lokal.
b. Histamin dan heparin: untuk reaksi hipersensitifitas.
c. Protein: meningkatkan permeabilitas bakterisidal yang dapat menyebabkan
aktivasi fosfolipase dan degradasi fosfolipid membran.
d. Protein dasar: unsur granula eosinophil yang penting dengan sitoksitas yang
kuat terhadap parasit.
e. Defensin: peptide yang membunuh mikroba dengan membentuk lubang di
dalam membrannya.
(Kumar, Abbas, Aster, & Perkins, 2018) & (Othman et al, 2021).

5. Apa perbedaan antara eksudat dan transudat? Mengapa eksudat dikategorikan


sebagai serosa, seroanguinosa, fibrinosa, dan purulen? Bedakan keempat eksudat
tersebut!
Jawaban:
Eksudat Transudat
Sumber Terjadi ketika cairan keluar Terjadi ketika cairan keluar
dari dari pembuluh darah ke dari pembuluh darah ke
dalam jaringan atau rongga dalam jaringan atau rongga
tubuh sebagai respons tubuh karena tekanan
terhadap peradangan/ infeksi hidrostatik yang tinggi atau
(proses eksudasi). gangguan dalam tekanan
onkotik darah.
Komposisi Eksudat memiliki komposisi Air, elektrolit, sedikit
yang kaya akan protein, sel protein, dan sedikit sel
darah putih, dan faktor-faktor darah.
pro-inflamasi. Ini berbeda
secara signifikan dari plasma
darah.
Penyebab Peradangan atau proses Terjadi akibat gangguan
patologis lainnya yang dalam keseimbangan
meningkatkan permeabilitas tekanan hidrostatik dan
pembuluh darah, sehingga onkotik.
memungkinkan protein dan
sel darah putih untuk bocor
ke dalam jaringan atau
rongga tubuh.
Penampaka Cairan tampak keruh. Cairan tampak jernih.
n
makroskopis
(Damjanoy, 2017)

a. Eksudat: terbentuk melalui membran kapiler dengan permeabilitas yang


abnormal. Disebabkan karena proses radang.
 Serosa: sebuah eksudat jernih dengan kandungan sedikit protein yang
disebabkan oleh radang ringan

 Seroanguinosa: merupakan efusi sel darah merah

 Fibrinosa: benang fibrin yang berasal dari eksudat (kaya akan protein)

 Parulenta: merupakan empiema di pleura (PMN)


b. Transudat: terbentuk karena hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan
koloid osmotik terganggu sehingga membentuk cairan pada satu sisi pleura.
6. Jelaskan pengertian dan mekanisme abses!
Jawaban:
a. Pengertian
Abses adalah penumpukan nanah di dalam rongga di bagian tubuh setelah
terinfeksi bakteri (umunya bakteri Staphylococcus aureus), parasit, atau
benda asing.
b. Mekanisme abses
Abses biasanya terjadi pada infeksi folikulosentris, yaitu folikulitis, furunkel,
dan karbunkel yang berkembang menjadi abses. Abses juga bisa terjadi di
lokasi trauma, benda asing, luka bakar, atau tempat penyisipan kateter
intravena. Abses terjadi karena reaksi pertahanan tubuh dari jaringan untuk
menghindari penyebaran infeksi dalam tubuh.
Agen penyabab infeksi menyebabkan peradangan dan infeksi sel di
sekitarnya sehingga menyebabkan pengeluaran toksin. Toksin tersebut
menyebabkan sel radang, sel darah putih menuju tempat peradangan atau
infeksi. Terbentuk dinding abses untuk mencegah infeksi meluas ke bagian
tubuh lain. Namun, enkapsulasi tersebut mencegah sel imun untuk
menyerang agen penyebab infeksi di dalam abses.
(Hidayati et al, 2019)

7. Apa itu jaringan granulasi? Apakah proses pembentukan jaringan granulasi


fisiologis atau patologis? Jelaskan!
Jawaban:
Jaringan granulasi merupakan jaringan yang terbentuk kembali sebagai proses
penyembuhan secara fisiologis. Jaringan ini akan mengerut untuk mengurangi
lebar luka hingga menimbulkan penyempitan.
8. Apa mekanisme yang mendasari migrasi neutrofil dari plasma ke arah inflamasi?
Jawaban:
Perpindahan neutrofil didasari oleh mikroorganisme seperti bakteri atau
penyebab patologi yang dapat memberikan sinyal-sinyal kimia sehingga
memancing neutrofil untuk berpindah dari plasma menuju area datangnya
patologi atau ke arah inflamasi melalui diapedesis sel. Proses perpindahan
neutrofil ini biasa disebut kemotaksis karena mendapatkan sinyal kimiawi dari
sel-sel yang terinfeksi mikroba. Neutrofil memiliki kepekaan yang luar biasa
terhadap sinyal kimiawi tersebut sehingga neutrofil selalu datang paling awal.
Neutrofil bekerja dengan cara memasuki jaringan yang terinfeksi, kemudian
memakan dan merusak mikroba yang terdapat didalamnya (fagositosis).
Penarikan leukosit yang meliputi neutrofil dan monosit ke daerah cedera disebut
kemotaksis. Sel-sel yang tertarik ke daerah cedera akhirnya akan berperan
melakukan penyembuhan.
(Carrillo et al, 2017)

9. Apa yang menyebabkan perikarditis fibrinosa? Apa dampak dari proses ini pada
fungsi organ dan bagi pasien?
Jawaban:
Pericarditis fibrinosa merupakan kondisi peradangan pada pericardium sehingga
menyebabkan terbentuknya jaringan fibrin atau benang-benang fibrin.
a. Penyebab pericarditis fibrinosa: infeksi bakteri atau virus, trauma atau
cedera, kondisi autoimun, kanker paru-paru.
b. Dampak pada fungsi organ: penurunan elastisitas jantung, pembatasan
kapasitas jantung, meningkatkan tamponade jantung, dan penyakit jantung
kambuhan.
c. Dampak bagi pasien: pasien akan merasakan tanda dan gejala seperti nyeri
dada, sesak napas, lemas dan mudah lelah, hingga demam karena infeksi dari
bakteri atau virus.
(Sherwood, 2010)
10. Apa yang menyebabkan luka tekan? Apa akibatnya bagi klien?
Jawaban:
Luka tekan (pressure ulcer) adalah luka yang diakibatkan karena adanya tekanan
atau gesekan yang berkepanjangan pada area tertentu sehingga menyebabkan
kerusakan pada kulit dan jaringan dibawahnya. Biasanya terjadi pada pasien yang
memiliki mobilitas rendah (bedrest) dalam jangka waktu yang lama.
a. Faktor penyebab luka tekan:
- Tekanan yang berlebihan: tekanan yang terus menerus atau berlebihan
pada area tertentu dari tubuh terutama dibawah tulang-tulang yang
menonjol atau area yang tidak dilindungi oleh jaringan lemak atau otot,
dapat menghambat aliran darah ke kulit dan jaringan dibawahnya.
- Gesekan: gesekan antara kulit dan permukaan tempat tidur atau bahan
yang bersentuhan dengan tubuh menyebabkan luka tekan.
- Kelembapan: kulit yang lembab atau basah dapat membuat kulit lebih
rentan terhadap luka tekan.
- Gaya gesekan : pada saat pasien digeser atau dipindahkan gaya gesekan
antara kulit dan permukaan dibawahnya dapat menyebabkan kerusakan.
- Kurang nutrisi dan hidrasi

b. Akibat luka tekan bagi klien:


- Kerusakan kulit dan gangguan fungsi kulit
- Memunculkan masalah kesehatan lainnya
- Rasa nyeri dan tidak nyaman
- Resiko infeksi
- Waktu penyembuhan mengalami perpanjangan
(Tkacs, 2021)
Referensi Jawaban

Carrillo J. L., Garcia F. P., Coronado et al. (2017). Physiology and Pathology of
Innate Immune Response Against Pathogens, In : Physiology and Pathology of
Immunology, Intechopen, pp. 99-134.
Damjanov, I. (2017). Pathology for The Health Professions. (5th Ed). St. Louis:
Elsevier.
Hidayati, A.N., dkk. (2019). Infeksi Bakteri Kulit. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Universitas Airlangga (AUP).
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., & Perkins, J. A. (2018). Robbins basic
pathology. (Tenth edition.). Philadelphia: Elsevier.
Othman, A., Sekheri, M.,& Filep, J. G. (2021). Roles of neutrophil granule proteins
in orchestrating inflammation and immunity. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diperoleh pada 19 September 2023.
Price, S.A. (2005). Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes. (Terj.
Brahm U. Pendit, dkk). Eds. Huriawati Hartanto, dkk. Jakarta: EGC.
Pringgoutomo, S., Himawan, S.,& Tjarta, A. (2006). Buku Ajar Patologi I (Umum).
Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood L. (2010). Human Physiology from cells to system. (7th Ed). Pacific
Grove: Brooks/Cole Cengange Learning.
Tkacs, N., Herrmann, L.L., dan Johnson, R.L. (2021). Advance Physiology and
Pathophysiology Essentials for Clinical Practice. New York: Springer Publishing
Company, LLC.

Anda mungkin juga menyukai