SEPSIS
1. Definisi
a. Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik
(inflammatory systemic reaction) yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri,
virus, jamur atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya
kuman-kuman yang berproliferasi dalam darah dan osteomielitis yang menahun.
Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah terjadinya kerusakan organ dan
dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari satu organ.
b. Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam
organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi,
parasit, dan virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi menjadi sepsis,
dan terdapat suatu rangkaian dari beratnya infeksi dari proses yang terlokalisisir
menjadi bakteriemia sampai ke sepsis dan menjadi septik syok (Norwitz,2010).
c. Sepsis adalah suatu respon sistemik terhadap infeksi. Pada sepsis gejala klinis
yang terdapat pada SIRS diikuti oleh adanya bukti infeksi. Terminologi sepsis
masih membingungkan karena penggunaan yang tidak tepat dan berba-gai macam
definisi yang meyebabkan kebingungan pada literatur medis. saat ini telah dibuat
standardisasi terminologi infeksi, bakteriemia, sepsis, dan septik syok sebagai
usaha untuk meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosis, mengobati, dan
membuat formulasi untuk prognosa dari infeksi ini. Dalam terminologi yang baru,
sepsis mewakili subgrup dalam “Systemic Inflamatory Response Syndrome”
(SIRS) (Gordon MC 1997, Wheeler AP 2004).
2. Etiologi
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram
negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi
jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab- penyebab lain dari infeksi atau
agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-
bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam
(contohnya kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.).
Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya)
kemudian menyebar secara langsung atau tidak langsung ke dalam aliran darah,
sehingga menyebar ke hampir segala sistem organ lain. Sepsis bisa disebabkan oleh
mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram
positif, gram negatif, jamur, dan virus. Bakteri gram negatif yang sering
menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp,
dan Proteus Sp. Bakteri gram negatif mengandung liposakarida pada dinding selnya
yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,
endotoksin dapat menyebabkan berbagai perubahan biokimia yang merugikan dan
mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya syok
sepsis. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus,
streptococcus dan pneumococcus. Organisme gram positif melepaskan eksotoksin
yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan
endotoksin.
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok
septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat
yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja; sisanya
ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Sepsis dapat dipicu oleh
infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi yang paling sering
menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis
infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
a. Infeksi paru-paru (pneumonia)
b. Flu (influenza)
c. Appendisitis
d. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
e. Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
f. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
g. Infeksi pasca operasi
h. Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis.
2) Perubahan miokardial
Kinerja miokardial mengalami gangguan, dalam bentuk penurunan fraksi
ejeksi ventricular dan juga gangguan kontraktilitas. Factor depresan miokardial,
yang berasal dari jaringan pankreatik iskemik, adalah salah satu penyebabnya.
Terganggunya fungsi jantung juga diakibatkan oleh keadaan metabolic abnormal
yang diakibatkan oleh syok, yaitu adanya asidosis laktat, yang menurunkan
responsivitas terhadap katekolamin.
Dua bentuk pola disfungsi jantung yang berbeda terdapat pada syok septic.
Bentuk pertama dicirikan dengan curah jantung yang tinggi dan TVS yang
rendah, kondisi ini disebut dengan syok hiperdinamik. Bentuk kedua ditandai
dengan curah jantung yang rendah dan peningkatan TVS disebut sebagai syok
hipodinamik.
Cardiovascular changes associated with septic shock and the effects of fluid
resuscitation.
A.Fungsi normal kardiovaskular, B. respon kardiovaskular pada syok septic,
C.kompensasi resusitasi cairan. (Sumber : Dellinger RP: Cardiovascular management of
septic shock. Crit Care Med 2003;31:946-955.)
b. Manifestasi Hematologi
Bakteri dan toksinnya menyebabkan aktivasi komplemen. Karena sepsis
melibatkan respon inflamasi global, aktivasi komplemen dapat menunjang
respon-respon yang akhirnya menjadi keadaan yang lebih buruk ketimbang
melindungi.
Komplemen menyebabkan sel-sel mast melepaskan histamine. Histamine
merangsang vasodilatasi dan meningkatnya permeabelitas kapiler. Proses ini
selanjutnya menyebabkan perubahan sirkulasi dalam volume serta timbulnya
edema interstisial.
Abnormalitas platelet juga terjadi pada syok septic karena endotoksin
secara tidak langsung menyebabkan agregasi platelet dan selanjutnya pelepasan
lebih banyak bahan-bahan vasoaktif (serotonin, tromboksan A). platelet
teragregasi yang bersirkulasi telah diidentifikasi pada mikrovaskular,
menyebabkan sumbatan aliran darah dan melemahnya metabolism selular. Selain
itu endotoksin juga mengaktivasi system koagulasi, dan selanjutnya dengan
menipisnya faktor-faktor penggumpalan, koagulapati berpotensi untuk menjadi
koagulasi intravaskular disemanata.
c. Manifestasi Metabolik
Gangguan metabolik yang luas terlihat pada syok septic. Tubuh
menunjukkan ketidakmampuan progresif untuk menggunakan glukosa, protein,
dan lemak sebagai sumber energy. Hiperglikemia sering dijumpai pada pada awal
syok karena peningkatan glukoneogenesis dan resisten insulin, yang menghalangi
ambilan glukosa ke dalam sel. Dalam berkembangnya syok, terjadi hipoglikemia
karena persedian glikogen menipis dan suplai protein dan lemak perifer tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh.
Pemecahan protein terjadi pada syok septic, ditunjukkan oleh tingginya
eksresi nitrogen urine. Protein otot dipecah menjadi asam-asam amino, yang
sebagian digunakan untuk oksidasi dsan sebagian lain dibawa ke hepar untuk
digunakan pada proses glukoneogenesis. Pada syok tahap akhir, hepar tidak
mampu menggunakan asam-asam amino karena disfungsi metaboliknya, dan
selanjutnya asam amino tersebut terakumulasi dalam darah.
Dengan keadaan syok berkembang terus, jaringan adipose dipecah untuk
menyediakan lipid bagi hepar untuk memproduksi energi, metabolism lipid
menghasilkan keton,yang kemudian digunakan pada siklus kreb (metabolism
oksidatif), dengan demikian menyebabkan pembentukan laktat.
Pengaruh dari pada kekacauan metabolik ini menyebabkan sel menjadi
kekurangan energi. Deficit energi menyebabkan timbulnya kegagalan banyak
organ Pada keadaan multiple organ failure terjadi koagulasi, respiratory distress
syndrome, payah ginjal akut, disfungsi hepatobiller, dan disfungsi susunan saraf
pusat. Pada penelitian para ahli didapatkan bahwa tambah banyak disfungsi organ
akan meningkatkan angka mortalitas akibat sepsis. Pada susunan saraf pusat
karena terganggunya permeabelitas kapiler menyebabkan terjadinya odem otak
peninggian tekanan intrakranial akan menyebabkan terjadinya destruksi seluler
atau nekrosis jaringan otak (Plum, 1983). Tetapi defisit neurologik fokal dapat
terjadi akibat meningkatnya aggregasi platelet dan eritrosit sehingga menyumbat
aliran darah serebral. Sedangkan DIC dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan
intra serebral.
Variable Umum
HR > 90x/mnt
Takipnea
Variabel inflamasi
WBC >12000,<4000 mm
Variabel heodinamik
d. Manifestasi Pulmonal
Endotoxin mempengaruhi paaru-paru baik langsung maupun tidak
langsung. Respon pulmonal awal adalah bronkokonstriksi, mengakibatkan
hipertensi pulmonal dan peningkatan kerja pernapasan. Neutrofil teraktifasi dan
menginviltrasi jaringan pulmonal dan vaskulatur, menyebabkan akumulasi air
ekstravaskular paru-paru (edema pulmonal). Neutrofil yang teraktivasi
menghasilkan bahan-bahan lain yang mengubah integritas sel-sel parenkim
pulmonal, mengakibatkan peningkatan permeabelitas. Dengan terkumpulnya
cairan di interstisium, komplians paru berkurang, terjadinya gangguan pertukaran
gas dan terjadi hipoksemia.
5. Klasifikasi
Definisi berikut ini dibuat pada konsensus konferensi dari Members of the American
College of Chest Physician/Society of Critical Care Medicine Consen-sus Confrence
Committee. American College of Chest Physician/Society of Critical Care Medicine
Consensus Confrence untuk berbagai macam manifestasi infeksi.
a. Infeksi : Fenomena mikroba dengan karakteristik adanya respon inflamasi karena
adanya mikroorganisme atau invasi dari jaringan host yang steril oleh organisme
ini.
b. Bakteriemia : Terdapatnya bakteri yang viabel pada darah.
c. Sepsis (simpel) : Respon sistemik terhadap infeksi dengan manifestasi dua atau
lebih dari keadaan berikut ini:
1) Septik syok temperatur lebih dari 38C atau kurang dari 36C
2) Peningkatan denyut jantung lebih dari 90 kali per menit;
3) Takipneu, pernafasan lebih dari 20 kali per menit atau PaCo2 kurang dari 32
mmHg.
4) Perubahan hitung lekosit, yaitu lekosit lebih dari 12.000/mm3atau ku-rang dari
4000/mm3, atau terdapatnya lebih dari 10% netrofil imatur.
d. Sepsis (berat) : Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi, atau
hipotensi. Hipoperfusi dan abnormalitas perfusi dapat termasuk, tetapi tidak
terbatas pada laktat asidosis, oliguria, atau perubahan status mental akut.
e. Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) keadaan dimana ditemukan
disfungsi dari beberapa organ.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. Demam atau hipotermia
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a. Perubahan sirkulasi
b. penurunan perfusi perifer
c. Takikardi
d. Takipneu
e. Hipotensi
7. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Status mental pasien pada fase awal masih baik perlahan terjadi penurunan status
mental seiring dengan gangguan sirkulasi yang semakin berat. Vital sign pada fase
hiperdinamik terdapat peningkatan suhu, tekanan darah masih tergolong pada
rentang normal, nadi cepat >100 x/menit. Pada fase hipodinamik terjadi
penurunan suhu tubuh < 37 C, tekanan darah dan nadi semakin lemah dan cepat.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Neurosensori
Subyektif :
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Obyektif :
1) Perubahan mental
2) Kelemahan
3) Nyeri
b. Sistem Kardiovaskuler
1) Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal (selama hasil curah
jantung tetap meningkat).
2) Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik): lemah/lembut/mudah hilang,
takikardi ekstrem (syok).
3) Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi
miokard, efek dari asidosis atau ketidak seimbangan elektrolit.
4) Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat,lembab,burik
(vasokontriksi).
c. Sistem Pencernaan
Diare, Anoreksia, Mual, Muntah, Penurunan berat badan juga kadang terjadi pada
penderita sepsis dengan pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Sistem Pernafasan:
1) Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan
2) Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
3) Peningkatan frekuensi pernafasan
4) Nafas sesak / kuat
5) Pucat, sianosis
f. Sistem Eliminasi
Penurunan haluaran, konsentrasi urine, perkembangan ke arah oliguri, anuria.
Umumnya disertai diare, namun tidak jarang pula konstipasi terjadi pada pasien
sepsis.
9. Pemeriksaan Penunjang
Tata laksana syok sepik yang biasa digunakan pada Advanced Cardiac Life Support
(ACLS) and Advanced Trauma Life Support (ATLS), meliputi tahap sebagai berikut:
No Etiologi
Analisa Data Diagnosa Keperawatan
.
1. DS: Invasi mikroba Risiko Infeksi
Pasien atau keluarga pasien mengatakan pasien menderita
sakit kronis, demam Pelepasan endotoksin
atau eksotoksin
DO (f.risiko):
Respon sistemik tubuh
a. adanya penyakit kronis terhadap infeksi
b. penekanan sistem imun
c. pertahanan primer yang tidak adekuat (luka, trauma SEPSIS
jaringan kulit)
d. pertahanan sekunder inadekuat (Hb turun, leukopenia) Stimulasi sel imun tubuh
e. prosedur infasif
f. malnutrisi produksi sitokin
proinflamasi berlebih
Risiko infeksi
2. DO/DS: SEPSIS Risiko Syok
a. hipotensi
b.hipovolemia Efek berbagai mediator
inflamasi (protaglandin,
c. hipoksemia kinin, histamin)
d.hipoksia
e. infeksi Vasodilatasi,
f. sepsis peningkatan
permeabilitas kapiler
Volume intravaskuler
menurun
TVS menurun
CO meningkat u/
kompensasi
Asedemia laktat
Penurunan responsivitas
terhadap katekolamin
fs. jantung terganggu
(fraksi ejeksi ventrikel
turun, gangguan
kontraktilitas)
risiko syok
3. DS: SEPSIS Ketidakefektifan Perfusi
Perubahan sensasi Jaringan Perifer
Efek berbagai mediator
inflamasi (protaglandin,
DO:
kinin, histamin)
a. TD turun/hipotensi
b. RR meningkat respon inflamasi masif di
c. CRT >2 detik jaringan vaskuler
d. akral ekstremitas dingin
e. kulit pucat agregasi leukosit dan
penimbunan fibrin
f. edema ekstremitas
g. nadi lemah
penyumbatan kapiler
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
4. DS: - SEPSIS Gangguan Pertukaran
Gas
neutrofil teraktivasi
DO:
a. Pernafasan abnormal (kecepatan, irama, kedalaman) infiltrasi di jar. pulmonal
b. Warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) dan vaskuler
c. hiperkapnia
d. hipoksemia akumulasi cairan
ekstravaskuler di paru
e. hipoksia
f. takikardi
edema pulmonal
kompliance paru
menurun
DO (f.risiko):
Kriteria Hasil:
a. adanya penyakit kronis
Suhu DBN (36,5-37,50C)
b. penekanan sistem imun
c. pertahanan primer tidak Jumlah leukosit DBN
tidak adekuat
e. prosedur invasif
f. malnutrisi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
• Hb DBN
• Nadi DBN
• BGA normal
DAFTAR PUSTAKA
Djer, M Mulyadi. 2015. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi (Kardiologi
Intervensi) Petunjuk Praktis Menangani Pasien dan Mengedukasi Keluarga. Jakarta :
Sagung Seto
Hudak galo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik edisi IV. Jakarta : EGC.
Linda D, Kathleen, M Stacy, Mary E,L. 2006. Critical care nursing diagnosis and
management. Mosby : USA.
Monahan, Sand, Neighbors. 2007. Phipps Medical surgical nursing. Mosby : St Louis.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Nanda International: Nursing Diagnosis 2012-2014. USA :
Willey Blackwell Publication.
Persatuan Dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
PDSPDI. Jakarta.