Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNOLOGI INFORMASI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN

Oleh:
HENY AGUSTINA
NPM. 2314201210272

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2024
TEKNOLOGI INFORMASI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN

1.1 Teknologi informasi Kesehatan


Sistem informasi atau sistem informasi manajemen pada hakekatnya adalah
serangkaian prosedur dan integrasinya dengan perangkat dan manusia untuk menghasilkan
data/informasi untuk manajemen. Sistem informasi merupakan tatanan yang melibatkan
manusia, peralatan, dan prosedur untuk menghasilkan data dan informasi yang digunakan
untuk pengambilan keputusan (Hamson, 2021) . Sistem informasi kesehatan membantu dalam
proses pengambilan keputusan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari, intervensi
cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan, dan untuk mendukung manajemen kesehatan
di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang (Hamson, 2021) .
Salah satu aspek penting dalam pembangunan masyarakat sehat adalah sistem
informasi kesehatan (SIK) yang baik. SIK diperlukan untuk menjalankan upaya kesehatan dan
memonitoring agar upaya tersebut efektif dan efisien. Oleh karena itu, data informasi yang
akurat, pendataan cermat dan keputusan tepat kini menjadi suatu kebutuhan. Penyajian data
pada sistem informasi kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan teknologi yang ada.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknologi informasi kesehatan yang memiliki jejaringan yang
komprehensif untuk dapat digunakan oleh seluruh elemen yang terkait dengan pemberi jasa
pelayanan kesehatan. Beberapa peneliti menyarankan bahwa adopsi teknologi sistem informasi
kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan jasa yang diberikan kepada penerima
kesehatan (Bates, Leape, & Cullen, 1998; Chaudhry et al, 2006;. Kucher et al, 2005 dalam Brown
2012).
Dalam industri kesehatan, keselamatan pasien atau kualitas pelayanan tetap menjadi
prioritas pelayanan yang masih menjadi kekhawatiran terbesar (American College of
Healthcare Eksekutif, 2007; Chassin & Galvin, 1998 dalam Brown 2012). Dalam area kesehatan
teknologi informasi, relatif menjadi topik baru di dunia, terlebih di Indonesia yang masih
mengalami keterbatasan pada sisi perangkat sistem informasi kesehatan secara nasional. Dalam
industri lainnya, teknologi informasi telah memungkinkan untuk menurunkan biaya,
menghemat waktu, dan meningkatkan kualitas melalui investasi berat teknologi komputer dan
struktur informasi (Davenport & Pendek, 2003 dalam Liu, 2009).
Terlepas dari segala manfaat yang dapat diambil dengan penerapan teknologi informasi
kesehatan, tekhnologi informasi tetap memiliki dampak negatif yang harus disadari dan
diantisipasi. Dampak negative yang mungkin timbul antara lain peralatan yang membahayakan,
pelanggaran privacy, pencurian data dan kurangnya sentuhan pada pasien. Makalah ini akan
membahas lebih lanjut bagaimana teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, apa dampak negatifnya, dan bagaimana solusi mengatasi dampak negatif tersebut.
Teknologi Informasi Kesehatan/ Health Information Technology (HIT) didefinisikan
sebagai penerapan pengolahan informasi yang melibatkan baik hardware dan software
komputer yang berhubungan dengan penyimpanan, pencarian, berbagi, dan penggunaan
informasi kesehatan, data, dan pengetahuan untuk komunikasi dan pengambilan keputusan
(Brailer, 2004) .

1.2 Procedural equipment dalam sistem pelayanan kesehatan


Dalam bidang kesehatan, komputer sangat berperan penting. Penggunaan komputer
dalam bidang kesehatan tidak hanya akan dirasakan manfaatnya oleh para penggunanya, tetapi
juga oleh organisasi tersebut, dalam hal ini misalnya rumah sakit, puskesmas, klinik, dan lain
sebagainya. Perangkat ini secara tidak langsung dapat menolong jiwa manusia.
Komputer dapat digunakan mulai dari penyimpanan dan pengolahan data administrasi
suatu rumah sakit atau klinik, hingga melakukan riset bidang kedokteran, mendiagnosis
penyakit, menemukan obat yang tepat, serta menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam
yang sulit dilihat. Peranan komputer dalam bidang kesehatan sangat banyak dan penting.
Sebagai contoh dalam bidang kesehatan peranan – peranan tersebut antara lain :

1.2.1 Bidang administrasi


Dengan adanya komputer di dalam dunia administrasi sangat membantu di dalam
penyimpanan, pengelompokan, dan pengolahan data. Tanpa komputer, akan sangat sulit sekali
untuk memeriksa banyaknya data – data pasien, stok obat, dan data – data lainnya yang dimiliki
oleh rumah sakit. Namun dengan adanya komputer, memeriksa data – data pasien, stok obat
dan juga data keuangan rumah sakit akan mudah dan praktis untuk dilakukan. Dengan adanya
penggunaan komputer dan sistem – sistem yang canggih di dalamnya sangat mempermudah
jalannya suatu sistem di rumah sakit tersebut.

1.2.2 Bidang farmasi


Dalam bidang obat – obatan komputer juga berperan sangat penting dalam farmasi,
misalnya untuk merecord resep dan dosis, serta menyimpan data harga obat – obatan tersebut.
Selain itu, dengan adanya komputer dalam bidang farmasi juga membantu untuk
mengelompokkan macam-macam obat berdasarkan kegunaannya, misalnya Panadol, Feminax,
Ponstan adalah obat penahan rasa sakit.
1.2.3 Mendiagnosa suatu penyakit
Dengan adanya komputer DNA yang sudah di rancang khusus di dalam bidang
kesehatan mendiagnosa suatu penyakit bukan hal yang sulit lagi, karena dengan menggunakan
komputer akan lebih cepat, mudah dan akurat untuk mengetahui nama dan jenis suatu
penyakit.

1.2.4 Memonitoring status pasien


Pasien yang sudah pernah datang atau baru pertama kali berobat akan dengan mudah
dilacak. Data – data personal pasien juga dengan mudah dilihat. Selain itu, dokter ataupun
perawat dapat melihat rekaman hasil periksa, keluhan dan riwayat penyakit sebelumnya yang
pernah diderita oleh si pasien, tanggal kedatangan pasien terakhir kali berobat, record resep
yang pernah diberikan, dan masih banyak lagi.

1.2.5 Penelitian
Penelitian ilmiah yang sering dilakukan dalam bidang kesehatan sangatlah bergantung
pada penggunaan komputer. Penggunaan komputer dapat memaksimalkan hasil penelitian,
karena dengan adanya komputer penelitian itu dapat di telusuri lebih dalam dan lebih detail.
Misalnya penelitian untuk mendeteksi bakteri atau virus baru, pendeteksian DNA, dan lain
sebagainya.

1.2.6 Melihat dan menganalisa organ – organ tubuh bagian dalam manusia
Untuk dapat melihat organ tubuh bagian dalam manusia telah ditemukan begitu banyak
alat canggih, namun hampir seluruh alat tersebut masih bergantung pada perangkat komputer
sebagai sarana untuk penyaluran data ataupun gambarnya. Oleh karenanya, komputer memiliki
peranan yang vital juga dalam melihat dan menganalisa organ – organ tubuh manusia tersebut.
Contoh penggunaan sistem komputer untuk menganalisa organ – organ tubuh :

1.2.6.1 System Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk menggambar struktur
otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan
sinar-X.
1.2.6.2 System Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) berguna untuk melihat gambar dari
berbagai sudut organ tubuh secara bergerak.
1.2.6.3 SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography) merupakan sistem komputer
yang mempergunakan gas radiokatif untuk mendeteksi partikel- partikel tubuh yang
ditampilkan dalam bentuk gambar.
1.2.6.4 PET (Position Emission Tomography) merupakan sistem komputer yang menampilkan
gambar yang mempergunakan isotop radioaktif.
1.2.6.5 NMR (Nuclear Magnetic Resonance) yaitu teknik mendiagnosa dengan cara
memagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hydrogen.
1.2.6.6 USG (Ultra Sonography) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz –
2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor berupa gambar dua
dimensi atau tiga dimensi.
1.2.6.7 Helical CT-SCAN adalah alat untuk pemeriksaan organ tubuh secara komputerisasi,
dengan potongan tranversal, coronal dan sagital, paling kecil jarak antara potongan 3 mm.
1.2.6.8 Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah alat untuk pemeriksaan organ tubuh secara
komputerisasi, dengan potongan tranversal, coronal dan sagita.

1.3 Manfaat Penggunaan HIT dan penerapan komputer dalam bidang kesehatan
Menurut Department of Health and Human Services, 2007 dalam Liu (2009), maanfaat
penggunaan HIT adalah sebagai berikut :
1.3.1 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
1.3.2 Mencegah kesalahan medis
1.3.3 Mengurangi biaya perawatan kesehatan
1.3.4 Meningkatkan efisiensi administrasi
1.3.5 Menurunkan dokumen
1.3.6 Memperluas akses jangkauan perawatan
Seperti yang telah dijabarkan di atas, peranan dan aplikasi komputer dalam bidang
kesehatan sangatlah banyak. Komputer secara tidak langsung telah membantu manusia untuk
mengetahui penyakit yang dideritanya hingga sampai pada tahap penyembuhan. Sebagai
kesimpulannya, manfaat dari penerapan komputer dalam bidang kesehatan di tiap-tiap
aplikasinya antara lain sebagai berikut :
1.3.1 Mendiagnosa suatu penyakit dan menentukan obat yang cocok
1.3.2 Melihat dan menganalisa organ – organ tubuh bagian dalam manusia
1.3.3 Memonitoring status pasien, merecord data pribadi pasien dan riwayat penyakit pasien
1.3.4 Melakukan penelitian ilmiah yang diperlukan
1.3.5 Memasukkan, menyimpan, menggelompokkan dan mengolah data – data secara cepat
1.3.6 Mendeteksi DNA seseorang
1.3.7 Mengecek dan mengethaui hasil tes darah di laboratorium
1.3.8 Sebagai alat Bantu dalam pemeriksaan medis
Intinya, dengan adanya komputer dalam bidang kesehatan sangatlah membantu.
Kegiatan yang tadinya belum bisa dilakukan, saat ini sudah dapat dilakukan dengan komputer.
Penggunaan komputer membuat pekerjaan seseorang menjadi lebih mudah, cepat dan akurat.

1.4 Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan


Menurut AbouZahr & Boerma, 2004 dalam Hamson (2021) sesuai dengan kebutuhan,
ruang lingkup sistem informasi kesehatan meliputi :
1.4.1 Determinan kesehatan (faktor sosial ekonomi, perilaku lingkungan dan genetik) dan
lingkungan kontekstual dan hukum di mana sistem kesehatan berjalan.
1.4.2 Masukan untuk sistem kesehatan dan proses terkait termasuk kebijakan dan organisasi,
infrastruktur kesehatan, fasilitas dan peralatan, biaya, sumber daya manusia dan keuangan, dan
sistem informasi kesehatan.
1.4.3 Hasil Kinerja atau keluaran dari sistem kesehatan seperti ketersediaan informasi,
penggunaan dan kualitas informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan.
1.4.4 Indikator Kesehatan ( angka kematian, angka kesakitan, kecacatan, kesejahteraan,
wabah penyakit dan status kesehatan).
1.4.5 Faktor resiko penyakit, cakupan dan hasil penggunaan layanan termasuk jenis kelamin,
status sosial ekonomi, etnis dan lokasi geografis pada fasilitas pelayanan kesehatan, Unit
Manajemen Informasi Kesehatan atau rekam medis bertanggung jawab atas pengelolaan semua
informasi pasien baik data di kertas maupun elektronik. Unit ini harus mengembangkan dan
memelihara sistem informasi yang konsisten dengan misi fasilitas perawatan kesehatan dan
sesuai dengan kebutuhan akreditasi. Unit ini bertanggung jawab atas organisasi, pemeliharaan,
produksi, dan penyebaran informasi, termasuk privasi, keamanan data, integritas, dan akses
informasi.

1.5 Rekam Kesehatan Elektronik/ Electronic Health Record (EHR)


Rekam kesehatan elektronik sangat penting dalam adopsi HIT. Dokumen ini terdiri dari
profil kesehatan pribadi pasien yang mendokumentasikan riwayat medis pasien, catatan
perkembangan kesehatan seumur hidup pasien. Apabila pendokumentasian dengan berbasis
kertas, maka akan memiliki kekurangan dalam menyusun riwayat seumur hidup pasien yang
panjang, ambigu dalam proses pencatatan, data tidak lengkap, fragmentasi dan tulisan tangan
tidak terbaca (Dick & Steen, 1997 dalam (Liu, 2009) ).
EHR dengan adopsi HIT akan memiliki kelebihan diantaranya komputer akan
menyimpan data informasi kesehatan tentang satu orang dan dapat dihubungkan oleh sebuah
identifier orang. Sedangkan dokumentasi EHR berbasis kertas tidak hanya gagal untuk
memenuhi kebutuhan untuk data instan tetapi juga mengambil kelemahan disajikan dalam
informasi kesehatan rekaman pasien, misalnya: tidak ada struktur standar dan sulit untuk
membaca tulisan tangan (Walsh, 2004 dalam Liu, 2009).
Wang dkk, 2003 dalam Liu(2009), memberikan kerangka untuk memperkirakan
dampak keuangan dalam perbandingan antara EHR dan catatan pasien berbasis kertas.
Dilaporkan bahwa penyedia diperkirakan bertambah 86.400 USD untuk menggunakan EHR
dalam 5 - periode tahun dengan berbasis kertas (Wang, et al., 2003). Millier et al. (2007)
Informasi Kesehatan dan Manajemen Sistem Masyarakat (HIMSS) mendefinisikan EHR pada
situs web mereka sebagai: "suatu catatan elektronik longitudinal informasi kesehatan pasien
yang dihasilkan oleh satu atau lebih pertemuan dalam pengaturan pemberian perawatan.
Termasuk dalam informasi ini adalah demografi pasien, catatan perkembangan, masalah, obat-
obatan, tanda-tanda vital, riwayat medis masa lalu, imunisasi, data laboratorium dan laporan
radiologi (Liu, 2009) .
Definisi dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa EHR adalah alat yang
memungkinkan informasi kesehatan untuk disimpan dalam format elektronik dan
memungkinkan hanya pengguna yang berwenang yang dapat mengakses di beberapa lokasi,
dan real-time. Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa beberapa istilah EHR lainnya adalah
seperti: Rekam Pasien Elektronik (EPR), Electronic Medical Record (EMR), atau Komputer
Berbasis Rekam Pasien (CPR). Meskipun terdapat berbagai sinonim untuk EHR, secara harfiah
EHR adalah istilah yang secara luas dipakai oleh sebagian besar literature pada saat ini.
Singkatnya, EHR mendukung tidak hanya catatan klinis, tetapi juga pengumpulan data
untuk penggunaan seperti: penagihan, manajemen mutu, pelaporan hasil, perencanaan sumber
daya, dan survailen kesehatan publik penyakit dan pelaporan. Namun, survei menunjukkan
bahwa sebagian besar EHR belum meluas untuk rawat inap dan rawat jalan (Ash & Bates, 2005
dalam Liu, 2009).

1.6 Telenursing
Saat ini perawat dituntut untuk profesional dan dapat mengikuti perkembangan dan
kemajuan teknologi, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dibidang pelayanan
asuhan keperawatan, saat ini masyarakat membutuhkan asuhan keperawatan yang dapat
diakses melalui jarak jauh salah satunya memanfaatkan teknologi informasi dan media internet.
Telenursing merupakan pemberian asuhan keperawatan dengan menggunaan teknologi kepada
masyarakat secara jarak jauh dengan tujuan untuk mengatasi masalah kesehatan khususnya
masalah keperawatan. Teknologi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan telenursing sangat
beragam, yaitu di antaranya telepon, smartphone, mesin faksimile, komputer, dan pemanfaatan
jaringan internet. Perawat yang melakukan telenursing tetap melalui proses - proses dalam
keperawatan yaitu pengkajian, perumusan masalah, intervensi, implementasi, dan evaluasi
serta adanya pendokumentasian. Contoh penerapan telenursing yaitu pemberian edukasi atau
pendidikan kesehatan kepada pasien Hipertensi, edukasi bisa dilakukan dengan melalui media
komunikasi, misal video call atau zoom. Dalam pelaksanaan tindakan tersebut perlu adanya
hubungan terapeutik antara perawat dan pasien atau masyarakat. Prinsip dalam pelaksanaan
telenursing yaitu selalu meningkatkan kualitas dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan, mampu mendefinisikan peran dan tanggung jawab, mengurangi pemberian informasi
yang tidak perlu dengan menekankan pemberian informasi sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi pasien, serta mampu menjaga privasi dan kemanan informasi yang berkaitan dengan
pasien.

1.7 Sistem Jejaring dan Konsep Teknologi Informasi Kesehatan


Prosedur mengirimkan informasi membutuhkan standar untuk memfasilitasi
pengoperasian di antara pengguna HIT. Standar bahasa/ kata dalam adopsi HIT diperlukan di
berbagai sistem untuk dapat berkomunikasi satu sama lain (Mead, 2006) . Beberapa konsep
teknologi sistem informasi kesehatan telah ditawarkan olah para ahli untuk menjadi pilihan
dalam mewujudkan teknologi sistem informasi kesehatan di Indonesia. Sistem informasi
kesehatan dapat diaplikasikan pada puskesmas, rumah sakit, klinik, farmasi, asuransi,
laboratorium, PMI, apotik tenaga kesehatan dan lain-lain (Jalil, 2005).
Menurut Sabarguna, (2012) , beberapa hal yang menjadi lingkup penerapan teknologi
sistem informasi kesehatan meliputi beberapa hal, diantaranya master plan (data, proses,
sistem pelaporan informasi, sistem manajemen informasi, sistem pendukung keputusan,sistem
yang mahir dan sistem pengetahuan); network system (pusat, provinsi, daerah); sistem
informasi pusat pelayanan kesehatan; sistem informasi billing di sebuah rumah sakit; sistem
monitoring dan sistem pendukung keputusan.

1.8 Hambatan penggunaan HIT


Sistem HIT sering menimbulkan gangguan besar dalam alur kerja serta mengurangi
perawatan terfragmentasi dalam sistem kesehatan (DePhillips, 2007 dalam Brown 2010).
Beberapa hal yang menjadi penghambat adopsi HIT adalah :
1.8.1 biaya sistem start-up dan pemeliharaan,
1.8.2 kurangnya standar lokal, regional, dan nasional, dan
1.8.3 waktu untuk mempertimbangkan memperoleh, menerapkan, dan menggunakan sistem
baru (Liu, 2009).

1.9 Sistem Informasi Rumah Sakit


Sistem informasi rumah sakit (SIMRS) dapat dicirikan dengan fungsinya melalui
informasi dan jenis layanan yang ditawarkan. Untuk mendukung perawatan pasien dan
administrasinya, SIMRS mendukungpenyediaan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara
yang benar, relevan dan terbarukan, mudah diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi
yang berbeda dan dalam format yang dapat digunakan. Transaksi data pelayanan dikumpulkan,
disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk menghasilkan informasi tentang kualitas
perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa
sistem informasi rumah sakit harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara
berbagai unit di rumah sakit (Siti Rokayah et al., 2019) .
DAFTAR PUSTAKA

Brailer, D. J. (2004). The decade of health information technology: delivering consumercentric and
information-rich health care. Washington DC: Office of the National Coordinator for Health
Information Technology.

Brown, S. F. (2012). Effects of healthcare information technology adoption on nursing home


quality rating scores. Walden University. ProQuest Dissertations and Theses, , 150.

Hamson, Zulkarnain. (2021). Informasi teknologi di dunia ilmu kesehatan. Bandung: Penerbit
Media Sains Indonesia.

Jalil, S.A. (2005). Teknologi informasi untuk kesehtan sebagai komunikasi informasi efektif bagi
daerah. Disampaikan pada symposium nasional membangun era informasi melalui sistem
rekam elektronik dalam manajemen sistem informasi kesehatan di Indonesia. Jakarta.
https://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3309.pdf

Liu, D. (2009). Health information technology and nursing homes. University of Pittsburgh.
ProQuest Dissertations and Theses.

Mead, C. N. (2006). Data interchange standards in healthcare IT--computable semantic


interoperability: now possible but still difficult, do we really need a better mousetrap? Journal
of Healthcare Information Management, 20(1), 71-78.
jhi.sagepub.com/content/18/2/147.refs

Sabarguna. (2012). Hospital development health system. Materi kuliah SIM. Jakarta: FIK UI.

Siti, R. G. S., Shofa, R. N., & Rianto, R. (2019). Perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi
menggunakan framework TOGAF Versi 9.1 Di SMK Kesehatan Hidayah Medika
Tasikmalaya. Jurnal SITECH : Sistem Informasi Dan Teknologi, 2(1), 51–66.
https://doi.org/10.24176/sitech.v2i1.3123

Anda mungkin juga menyukai