Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KARYA TULIS ILMIAH

REVIEW ARTIKEL
“Konten Viral Tenaga Kesehatan dan Kode Etik di Media Sosial”

Disusun Oleh :
Nama : Nopiati Puspita
NIM : 1033221022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2023
Konten Viral Tenaga Kesehatan dan Kode Etik di Media Sosial

Diperbarui 27/02/2023, 08:23 WIB.

KOMPAS.com - Konten TikTok tenaga kesehatan kembali memicu kontroversi di media sosial.
Kali ini, Ugiadam Farhan Firmansyah dan Ekida Rehan Firmansyah, mahasiswa kedokteran
FKUI yang disebut tengah menjalani koas, bersama Jerome Polin yang jadi pelakunya. Sembari
mengenakan jas putih dokter dan stetoskop, ketiganya berjoget dengan lagu Kpop sambil
tertawa. Namun di bagian atas video diberi caption, "mohon maaf kami sudah berusaha
semaksimal mungkin".

Konten tersebut dianggap tidak sensitif karena kalimat tersebut biasanya digunakan para dokter
ketika menyampaikan kabar duka kepada keluarga pasien. Perilaku tiga conten creator yang
menjadikan hal tersebut sebagai bahan candaan dinilai keterlaluan dan tidak beretika.

Ngeliat kemaren pasien meninggal di dpn mataku, dan bilang ke keluarganya kalo harus
dilepas monitor & O2 mask nya and my supervisor literally said those words… and seeing
this insensitive influencer making fun of it. Wow, no wonder everyone hates you
pic.twitter.com/FwMqsivRvV — Rizka (@rizkahasanah) February 26, 2023

Konten nakes di media sosial yang bermasalah

Kasus Jerome Polin dkk menambah daftar riwayat konten media sosial tenaga kesehatan yang
bermasalah. Di waktu yang lalu, beberapa oknum tenaga kesehatan lain sempat menjadi viral
dianggap melanggar etika profesi. Pelecehan seksual, mengumbar aib, sampai nyinyir soal status
pasien menjadi beberapa diantaranya. Profesi di dunia medis selama ini dianggap sebagai
pekerjaan yang bergengsi sekaligus penuh tanggung jawab. Namun, anggapan ini sempat
tercoreng karena konten oknum nakes yang dianggap tak layak diumbar ke publik. Padahal
penggunaan media sosial selama ini dianggap sangat bermanfaat untuk edukasi masyarakat.
Sebuah survei yang dilakukan pada 4.000 dokter di sebuah situs internet menunjukkan bahwa 90
persen dokter menggunakan media sosial untuk aktivitas personal dan 65 persen dokter
menggunakannya untuk keperluan profesi. Manfaatnya cukup banyak karena dapat memperluas
jaringan profesi, promosi institusi dan kesehatan. Dokter juga berpartisipasi meningkatkan
wawasan kesehatan masyarakat dan terlibat dalam diskusi soal kebijakan kesehatan.

Di sisi lain, penggunaan media sosial yang bijak bisa memfasilitasi hubungan profesional tenaga
kesehatan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dengan adanya media sosial, dokter
lebih terbuka terhadap berita dan penemuan-penemuan baru dalam dunia kedokteran. Sayangnya
berbagai manfaat positif ini kemudian dirusak oknum nakes yang tak mengindahkan kode etik di
dunia maya. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) sendiri telah merilis etika bermedia
sosial untuk tenaga kesehatan sejak 30 April 2021. Ada 13 etika yang harus dipatuhi, bukan
hanya oleh dokter namun juga nakes lainnya di Indonesia.

Riset tahun 2017 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan masalah etik di
media sosial dikarenakan pelanggaran privasi pasien, ketidakjelasan hubungan dokter dan pasien,
serta pencemaran reputasi profesi. Adapula permasalahan berupa kualitas dan tingkat
kepercayaan informasi yang kurang terjamin dan pelanggaran aspek hukum. Meski demikian,
para dokter diharapkan menggunakan media sosial secara bijaksana dengan mempertimbangkan
aspek-aspek etik yang termuat dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Aturan
tersebut mengutamakan profesionalisme, keterangan dan pendapat yang valid, kejujuran,
kebajikan sejawat, serta rahasia jabatan.

Aturan Penggunaan Media Sosial Nakes di Eropa

Berbeda dari Indonesia, tenaga kesehatan khususnya dokter di Eropa sudah memiliki ketetapan
jelas. Aturan ini disebutkan oleh General Medical Council (GMC) dalam publikasi berjudul
"Doctor's use of social media" yang diterbitkan pada 2013 lalu. GMC menegaskan dokter untuk
menjaga batasan dengan pasien, menjaga kerahasiaan rekam medis dan informasi pribadi pasien,
menghindari pencemaran nama baik dan menjaga rasa hormat terhadap sejawat. Untuk itu,
dokter disarankan memiliki dua akun media sosial yang berbeda. Satu dipakai sebagai pemberi
edukasi kesehatan berkenaan dengan profesinya sebagai nakes. Informasi yang disampaikan
harus dipilih agar tepat sasaran dan tidak mengganggu privasi pasien. Disarankan untuk memilih
jenis media sosial dengan enkripsi yang baik agar informasi yang disebarkan tepat sasaran.

Sedangkan satu akun lagi terpisah yang bebas berisikan ekspresi pribadinya di luar profesi.
Hanya saja, dokter harus menolak pertemanan dari pasien di akun pribadi ini. Agar tidak
melanggar kode etik di dunia maya, diperlukan aturan privasi pegawai dan pasien di layanan
kesehatan. Tujuannya untuk mengetahui siapa saja yang mengakses konten yang dibuat atau
disimpan oleh dokter. Dokter juga juga harus waspada dengan sistem keamanan media sosial
yang dipakainya karena kekhawatiran dapat membuka data kerahasiaan pasien. Batasan
hubungan dokter dan pasien juga dibutuhkan, misalnya dengan menolak pertemanan di akun
pribadi dan membatasi pertemanan di akun profesi. Jika mengupas contoh kasus tertentu, dokter
harus merahasiakan data pasien dengan menghilangkan identitas dan meminta persetujuan yang
bersangkutan.

Hal ini erat kaitannya dengan risiko pencemaran nama baik yang mungkin menimpa dokter
tersebut. Untuk ini pula, nakes perlu berhati-hati ketika beropini soal rekan sejawat, pegawai,
fasilitas kesehatan atau birokrasi kesehatan. Penekanan lainnya, berdasarkan acuan GMC, dokter
hanya boleh beriklan secara online dengan menjunjung kejujuran sepenuhnya. Promosi diri
hanya bisa dilakukan berdasarkan informasi yang terpercaya, akurat dan relevan. Dikatakan pula
dokter tidak diperkenankan menggunakan testimoni pasien untuk mempromosikan diri.
Tujuannya agar tidak ada konflik kepentingan yang bisa mencoreng nama baik profesi ini.
REVIEW

Berdasarkan pengamatan, terdapat sekitar 40 penggunaan diksi. Terdiri dari 13 diksi bermakna
denotatif dan konotatif, 6 penggunaan kata umum dan kata khusus, 15 penggunaan kata populer.
5 penggunaan kata asing, dan 1 penggunaan kata ilmiah. Penggunaan diksi pada artikel ini sudah
tepat dan serasi secara keseluruhan paragraf.

Penggunaan kata bermakna denotatif dan konotatif

“baik dalam skala nasional maupun internasional”

Pada penggalan kalimat diatas terdapat sambungan kata yang bermakna denotatif. Kata skala
diikuti nasional maupun internasional dipilih secara tepat agar tidak terjadi multi tafsir, sehingga
pembaca tidak salah mengartikan skala ukur yang lain.

“berbagai manfaat positif ini kemudian dirusak”

Pada penggalan kalimat diatas terdapat sambungan kata yang bermakna denotatif. Dimana
penulis memberi penegasan bahwa manfaat yang diberikan adalah positif yang berarti baik.
Namun penggunaan dirasa kurang sesuai karena kata manfaat sendiri sudah mencerminkan
sesuatu yang baik tanpa harus ditambahkan kata positif lagi.

“pasien di layanan kesehatan.”

Penggunaan kata yang di garis merah menunjukkan makna denotatif yang dipilih secara tepat
agar tidak terjadi multi tafsir. Dimana layanan yang diberikan oleh tempat tersebut adalah
layanan kesehatan.

“tengah menjalani, tidak sensitif, dunia medis, tercoreng, jaringan profesi, nama baik,
menghilangkan identitas”
Beberapa kata tersebut digunakan di dalam artikel dan menunjukkan makna konotatif yang
berarti bukan arti sebenarnya. Tengah menjalani berarti sedang berada dalam situasi sedang
melakukan sesuatu. Tidak sensitif dalam hal ini bukan merupakan suatu respon terhadap
rangsangan, melainkan kepekaan seseorang terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya. Dunia
medis dan jaringan profesi berarti lingkup orang-orang yang bekerja di bidang medis atau profesi
tersebut, bukan dunia atau jaringan dalam arti sebenarnya. Tercoreng dalam artikel ini bukan
secara harfiah mencoreng sesuatu yang memiliki bentuk fisik, melainkan membuat jelek sesuatu
namun tidak bisa dilihat objeknya. Nama baik bukan berarti nama yang mengandung arti bagus
melainkan pandangan orang lain terhadap pribadi seseorang. Sedangkan menghilangkan identitas
bukan berarti keberadaan seseorang benar-benar hilang.

Penggunaan kata populer

“memicu kontroversi, bahan candaan, oknum, viral, nyinyir, nakes, edukasi, tak mengindahkan,
pencemaran, termuat.”

Beberapa kata diatas banyak digunakan di dalam artikel. Kata tersebut merupakan kata populer
karena sering digunakan dalam lingkungan masyarakat meskipun merupakan kata yang tidak
umum atau baku. Memicu kontroversi berarti menimbulkan sesuatu yang menjadi pertentangan
antar individu atau kelompok masyarakat. Bahan candaan berarti sesuatu yang menjadi
pembicaraan yang dapat ditertawakan atau diejek. Oknum berarti segelintir orang yang berbuat
sesuatu yang tidak baik dan tidak mencerminkan keseluruhan komunitasnya. Viral mempunyai
arti sesuatu yang membuat heboh di lingkungan sosial masyarakat. Nyinyir berarti sikap cerewet
terhadap sesuatu yang tidak disukainya. Nakes merupakan singkatan dari istilah tenaga
kesehatan. Edukasi berarti memberikan suatu pengetahuan kepada orang lain, tak mengindahkan
berarti bersikap acuh atau tidak peduli terhadap sesuatu yang terjadi. Pencemaran berarti suatu
tindakan merusak atau membuat jelek objek tertentu yang dapat dilihat ataupun tidak. Sedangkan
termuat berarti objek yang termasuk atau menjadi bagian dalam suatu kumpulan tertentu.
Penggunaan kata umum dan kata khusus

“beberapa oknum tenaga kesehatan lain sempat menjadi viral dianggap melanggar etika profesi”

Kata tenaga kesehatan diatas bermakna umum, karena pemaknaannya masih terlalu luas dan
tidak menjelaskan subjek secara langsung profesi kesehatan apa yang dimaksud, apakah dokter,
perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya.

“Di waktu yang lalu, tepat sasaran, konflik kepentingan.”

Beberapa kata diatas merupakan kata bermakna umum yang artinya masih terlalu luas dan tidak
menjelaskan secara langsung sesuatu yang dimaksud. Kata “di waktu yang lalu” tidak
menunjukkan secara jelas kapan waktu yang dimaksud oleh penulis, bisa kemarin, beberapa hari,
bulan, atau tahun yang lalu. Tepat sasaran berarti sesuai dengan yang diinginkan. Konflik
kepentingan berarti permasalahan antara individu yang satu dengan yang lain.

Penggunaan kata asing

“caption, persona, valid, enkripsi, testimoni”

Beberapa kata diatas merupakan kata yang merupakan serapan dari Bahasa asing yang diselipkan
pada kata lain menjadi satu kalimat untuk memberikan warna lain dalam penyampaian topik
sesuatu. Caption mempunyai arti kutipan atau deskripsi singkat. Persona berarti karakter
seseorang. Valid mempunyai arti sesuai dengan yang semestinya. Enkripsi berarti aktivitas
mengubah bentuk dari yang awalnya sulit dipahami menjadi lebih mudah untuk dimengerti.
Sedangkan testimony mempunyai arti suatu kesaksian atau ulasan terhadap suatu objek tertentu.

Penggunaan kata ilmiah

“menjaga kerahasiaan rekam medis dan informasi pribadi pasien.”


Kata diatas termasuk contoh penggunaan kata ilmiah dalam kalimat. Rekam medis sendiri berarti
dokumen yang berisikan tentang riwayat kesehatan dan pengobatan pasien selama dirawat di
pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai