Anda di halaman 1dari 8

3.

7 Confidentiality

1. Contoh Kasus

Mahasiswi Viral Cerita Pasang Kateter Pasien Cakep Dapat Batunya, Ini Kata RSUD
Wonosari dan Unisa

TRIBUNJABAR.ID - Aksi perempuan yang nampak seperti tenaga kesehatan (nakes)


menceritakan dirinya ketika memasang kateter urin pada pasien laki-laki viral di media sosial.
Sayangnya, video tersebut bukan viral karena hal yang baik. Rupanya, perempuan dalam video
tersebut bukan nakes, melainkan masih berstatus mahasiswa. Pengunggah video terebut adalah
akun TikTok bernama @moditabok. Video ini disebut diunggah pada Selasa (31/5/2022) dan
viral pada Rabu (1/6/2022). “Ketika aku harus masang kateter urin/DC untuk pasien cowok.
Mana udah cakep, seumuran lagi,” tulis akun TikTok tersebut.

Namun usai video ini viral, akun TikTok yang mengunggah video tersebut mengunci akunnya.
Hanya saja, meski akun TikTok tersebut telah mengunci akunnya, jejak digital video tersebut
telah tersebar di media sosial lain termasuk Twitter. Di sisi lain, pengunggah dan sosok yang
berada di video tersebut telah memberikan klarifikasi di kolom komentar videonya. Dirinya
menyebutkan bahwa video tersebut dibuat hanya untuk seru-seruan.

Klarifikasi dari Pihak RSUD Wonosari dan Unisa, Setelah viral, ternyata lokasi direkamnya
video tersebut berada di RSUD Wonosari, Yogyakarta. Namun pihak RSUD Wonosari pun telah
mengklarifikasi bahwa sosok wanita di video tersebut bukanlah pegawainya, tetapi seorang
mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik. Klarifikasi tersebut pun diunggah di akun
Instagram resmi RSUD Wonosari, @rsud_wonosari.

Sementara, mahasiswa tersebut ternyata berasal dari Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Menanggapi viralnya video tersebut, Unisa Yogyakarta pun mengkonfirmasi sosok wanita di
video itu merupakan salah satu mahasiswanya. Dalam pengumumannya di akun Twitter resmi
Unisa, @unisa_yogya, pihak program studi (prodi) mahasiswi tersebut telah melakukan beberapa
sanksi.

Selain itu, menurut penjelasan dari Kepala Biro Humas dan Protokol Unisa Yogyakarta, Sinta
Maharani mengatakan, pihak mahasiswa akan mendapatkan sanksi tegas sesuai aturan dan
ketentuan akademik. Dirinya menyebut, pihak kampus bakal memberikan skorsing hingga sanksi
terberat yakni penundaan kelulusan Profesi Ners. Adapun menurut keterangan Sinta, sebelum
terjun ke lapangan, mahasiswa Unisa Yogyakarta juga sudah mengucap janji profesi. Selain itu
mahasiswa juga telah memperoleh pembekalan kepaniteraan umum atau panum yaitu berupa
pembekalan etik termasuk menjaga privasi klien, keselamatan kerja, dan keselamatan pasien.

Sumber: Tribunnews

2. Analisis Kaus

Dari kasus tersubut dapat dilihat media sosial memiliki pengaruh besar pada praktik
keperawatan. Terbukti dengan meningkatnya penggunaan media sosial dalam dunia keperawatan
saat ini. Media sosial membuat praktik keperawatan lebih transparan, akuntabel, dan fleksibel.
Media sosial dikelola perawat sebagai sumber, dan zona menyebarkan informasi serta sarana
komunikasi kesehatan. Media sosial membuka kesempatan interaksi lebih luas dan ekspansi
jaringan antar sejawat perawat dalam diskusi keperawatan. Publikasi informasi dengan format
berita, temuan terkini dari ilmu perawatan medis, preventif penyakit, layanan medis,
kebijaksanaan medis, atau komunikasi medis lainnya. Permasalahannya, jika tidak dilakukan
dengan baik, media sosial sebagai sarana publikasi informasi dapat menimbulkan kekacauan
bahkan pelanggaran kode etik.

Dapat kita lihat dari kasus tersebut seorang mahasiswi keperawatan atau calon tenaga
keperawatan, sudah seharusnya ia wajib serius dalam mempelajari ilmu dan bekal dari institusi
mengenai etika dan hukum keperawatan. Konten yang dibuat mahasiswa tersebut merugikan
orang lain dan melanggar etik yaitu Confidentialiy. Confidentialiy merupakan salah satu kode
etik profesionalisme dalam keperawatan. Confidentiality bermakna kerahasiaan. Paham
berdasarkan kerahasiaan data pasien harus diperlakukan secara rahasia. Data medik pasien
dengan tegas dilarang diketahui oleh orang yang tidak memiliki akses yang sah. Mendiskusikan
pasien di luar area pelayanan bersama teman dan keluarga harus karena bertentangan dengan
prinsip Confidentiality.

Meskipun mahasiswa tersebut tidak menyebutkan nama dan wajah pasien tetapi pasien
tersbut menyebutkan tindakan apa yang telah ia lakukan terhadap pasien ini merupakan
pelanggaran privasi pasien. Tindakan medis pun termasuk privasi. Kurang etis jika dijadikan
konten, terlebih lagi konten tersebut mengarah ke hal yang negatif. Dan hal ini termasuk
melanggar kode etik dalam keperawatan yaitu tidak menjaga privasi atau kerahasiaan pasien.
Tindakan mahasiswa tersebut membuat pasien tersebut maupun pasien yang akan mendapat
tindakan keperawatan yang sama akan mengalami trauma, kita tahu bahwa penyebaran info
maupun berita di media sosial akan tersebar luas dengan mudah. Hal ini dapat memicu buruknya
paradigma pasien terhadap perawat sehingga tindakan keperawatan tidak akan berjalan dengan
baik.

Maka dari itu mahasiswa tersebut sebagai calon perawat hendaklah mematuhi aturan dan
etika keperawatan salah satunya confidentiality. Mahasiswa harus merahasiakan dan menjalin
hubungan saling percaya, tidak boleh memberi tahu kepada orang lain tanpa persetujuan dari
pasien tersebut.

Sumber :

Miranti, SA. (2022). Mahasiswa Viral Cerita Pasang Kateter Pasien Cakep Dapat Batunya, Ini
Kata RSUD Wonosari dan Unisa. Tribun Jabar.id.

https://jabar.tribunnews.com/2022/06/02/mahasiswi-viral-cerita-pasang-kateter-pasien-cakep-
dapat-batunya-ini-kata-rsud-wonosari-dan-unisa Diakses Pada Tanggal 03 Oktober 2022.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai
profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan dikaitkan
dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang
lain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang
dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi
moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013). Etika keperawatan merujuk pada standar etik
yang menentukan dan menuntun perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994). Misalnya
seorang perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan pada pasien, harus terlebih dahulu
menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya serta perawat harus menanyakan
apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut atau tidak. Dalam hal ini perawat
menunjukkan sikap menghargai otonomi pasien. Jika pasien menolak tindakan maka perawat
tidak bisa memaksakan tindakan tersebut sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan
tersebut.

2.2 Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur
perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat dapat
meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam
buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi 2010,
tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Menurut National League for Nursing (NLN Pusat pendidikan keperawatan milik perhimpunan
perawat Amerika) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas, keputusan
tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilemma
etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik
dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

3.3 Fungsi Etika Keperawatan

Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh individu yang
menikmati pelayanan keperawatan (Utami N,2016). Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan
2. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam kegiatan
penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan
3. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik dan
melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah sakit tetapi di
luar rumah sakit.
4. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus untuk
meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan loyalitasnya bagi masyarakat luas
5. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan kepribadian serta
sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya
6. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif, terbuka
untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan perannya.

3.4 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh
orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

2. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam
praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat
memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab individu memiliki otonomi,mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

6. Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain.Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang
dibuatnya. Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,mencegah
penyakit,memulihkan kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Dapus BAB 2 :

Amelia, N. (2013). Prinsip Etika Keperawatan. Edited by L. Witjaksana. Jogjakarta: D-Medika.

ANA, 1976. Kode Etik Keperawatan, Jakarta: EGC

Chinn, P.L. (2010). Anthologi on Caring. New York: National League for Nursing Press.

Dalami, E. (2010). Etika Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

Suhaemi, M.E. (2010). Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik. Jakarta: EGC.

Utami N.W, A. U., Happy R.E. (2016). Etika Keperawatan Dan Keperawatan Profesional,
Jakarta, Kemenkes Ri.

Anda mungkin juga menyukai