Anda di halaman 1dari 55

KONSEP ETIK DAN ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Rumah sakit adalah organ yang didalamnya terdapat tenaga


kesehatan yang turut membantu dalam pelaksanaan pemberian
pelayanan kesehatan terhadap pasien. Lembaga pelayanan
kesehatan tersebut, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat yang pelayanannya diberikan oleh dokter,
perawat dan tenaga ahli kesehatan lainya, Amir (2021).
Undang Undang Keperawatan Nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan, perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan
tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh pemerintan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Tim Media Cipta (2017). Perawat
merupakan salah satu tulang punggung tenaga Kesehatan yang
ada, sebagai tenaga kesehatan, perawat dituntut untuk mampu
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pelayanan
yang dilakukan terhadap kliennya, Dermawan (2015).
Praktek keperawatan merupakan pelayanan asuhan
profesional berdasarkan kode etik, standart keperawatan dan
peraturan perundang-undangan, di dalam praktik keperawatan,
sering dihadapi pada situasi dimana harus memilih diantaraa dua
atau lebih alternatif atau menentukan keputusan berdasarkan
pertimbangan etik. Perawat setiap hari dihadapkan pada masalah
etika dalam praktik dan sering mengalami kesulitan dalam
mengambil keputusan secara etis, di dalam praktik keperawatan
yang semakin kompleks, dinamis dan berbudaya, sehingga
pengambilan keputusan semakin sulit, Rivai (2021).
Internasional Labour Office (ILO), Internasional Council of
Nurses (ICN) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Public
Service Internasional (PSI) (2002) mendefinisikan masalah etik di

1
dalam keperawatan berupa kekerasan ditempat kerja terdiri dari
kekerasan fisik atau non-fisik terhadap orang atau kelompok
orang lain yang dapat membehayakan korban secara fisik, mental,
spiritual, seksual, moral atau secara sosial, Damopoli. Dkk (2019).
Data dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun
2010-2015 diperkirakan terdapat sekitar 485 kasus malpraktik
profesi keperawatan di Indonesia yang terdiri dari 357 kasus
malpraktik administratif, 82 kasus malpraktik sipil, dan 46 kasus
malpraktik kriminal dengan unsur kelalaian, Noviani (2016).
Damopoli, dkk (2019) menemukan dalam beberapa hasil
penelitian sebelumnya Gacki dan Esmachilpaur (2018)
menunjukan bahwa 50% perawat pernah mengalami kejadian
kekerasan ditempat kerja, dengan kekerasan Verbal yang paling
banyak terjadi. Penelitian Park (2014) prevalensi (12 bulan)
tertinggi pada kekerasan verbal (63,8%), diikuti oleh ancaman
(41,6%), kekerasan fisik (22,3%) dan pelecehan seksual (19,7%)
dan bullying memiliki prevalensi terendah (9,7%). Zhang et al
(2018) mengatakan kekerasan ditempat kerja berpengaruh
terhadap psikologi stress, kualitas tidur dan status Kesehatan
perawat.
Nasional Institute for Occupatioal Safety and Health (NIOSH)
(2006) yang merupakan Lembaga Nasional untuk Keselamatan
dan Kesehatan Kerja menetapkan bahwa perawat merupakan
salah satu profesi yang memiliki risiko tinggi stress. Berdasarkan
hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun
2006 bahwa 50,9 % perawat Indonesia mengalami stress kerja
dengan gejala pusing, lelah, kurang ramah dan kurang istirahat.
Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang
disusun oleh Asosiasi Keperawatan Nasional atau Internasional.
Perawat diharapkan mampu menerapkan prinsip etik dalam
pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari
klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat
memiliki tanggung jawab yang melindugi hak klien dengan
bertindak sebagai advokat klein. Perawat juga memiliki
akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan professional yang
mereka lakukan, sehingga mutlak perawat juga harus mengetahui
berbagai konsep kode etik yang berkaitan dengan praktik
keperawatan, Arwani et al (2019).
Kode Kode etik keperawatan sebagai bagian dari
pengetahuan dasar etik berisi bagaimana perawat seharusnya
berperilaku etik sebagai sebuah profesi, dan bagaimana
seharusnya membuat keputusan saat mengalami hambatan dan
mencegah terjadinya permasalahan etik serta berusaha memenuhi
kewajiban profesional sesuai tujuan, nilai dan standard
keperawatan, Noviani (2016).
Kegiatan assesmen perawat dan kredensial yang dilakukan
secara sistemastis dan berkelanjutan akan menjadi dasar
pengambilan subjek penelitian. Pemahaman tentang kode etik
keperawatan perlu mendapatkan perhatian yang utama dalam
proses pengambilan data penelitian, peneliti akan melakukan uji
coba menggunakan istrumen berupa buku kode etik berbasis
media sosial dalam waktu yang telah ditentukan oleh peneliti,
kemudian peneliti melakukan penilaian pada kejadian
pelanggaran etik keperawatan.
Hasil dari beberapa penelitian terjadinya penyimpangan
perilaku perawat cukup tinggi, sehingga memerlukan perhatian
yang khusus untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku
etik perawat melalui kegiatan penelitian.
Upaya untuk mencegah penyimpangan perilaku perawat
dan menambah pengetahuan dan skill perawat melalui disusunya
buku etik keperawatan berbasis media sosial, belum banyaknya
referensi yang mengembangkan etik keperawatan berbasis media
sosial menjadi perhatian peneliti untuk mngembangkan
penyusunan buku etik keperawatan berbasis media sosial yang
dapat digunakan oleh perawat dalam berperilaku dengan klien,
teman sejawat dan masyarakat.
A. Etika Keperawatan
a) Definisi
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional
berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada
individu baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai
derajat Kesehatan yang professional. Perawat adalah sebuah
profesi yang unik dan kompleks, didalam prakteknya
seorang perawat harus mengacu pada model konsep dan
teori keperawatan yang sudah dimunculkan, Sudarta (2015).
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang
telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
Kode etik pada umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak
berat maka masuk dalam kategori norma hukum, Arwani
(2019). Kode etik keperawatan sebagai norma moral yang
mengandung nilai luhur harus dijunjung tinggi dan
dijadikan sebagai pedoman oleh setiap tenaga keperawatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kliennya,
Hayim dan Prasetyo (2015).

b) Tujuan Etika Keperawatan


Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam
penyusunan alat ukur ini, keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi
perilaku moral perawat. Secara umum tujuan etika profesi
keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klein kepada perawat, kepercayaan diantara
sesama perawat, dan kepercayaan masayarakat kepada
profesi keperawatan. Sesuai dengan tujuan tersebut,
perawat diharapkan untuk mengembangkan etika profesi
secara terus menerus agar dapat menampung keinginan
dan masalah baru dan agar perawat menjadi pioner untuk
anggota profesi yang bertindak kurang professional atau
merusak kepercayaan masayarakat terhadap profesi
keperawatan, Arwani (2019).
Tujuan Kode Etik Keperawatan menurut PPNI (2000)
adalah sebagai berikut:
1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar
perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masayarakat
dan unsur profesi baik dalam profesi lain diluar profesi
keperawatan.
2) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang
dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3) Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam
menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil
oleh institusi maupun masyarakat.
4) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum
Pendidikan keperawatan agar dapat menghasilkan
lulusan yang berorientasi pada sikap professional
keperawatan.
5) Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai
atau pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya
sikap professional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.

A. Manfaat etik

1. Manfaat Etik dari sisi Pengetahuan :

Problem ilmu bebas nilai atau tidak sebenarnya


menunjukkan suatu hubungan antara pengetahuan dan
etika. beberapa pendapat mengatakan bahwa ada tiga
pandangan, tentang hubungan ilmu dan pengetahuan.
Pendapat pertama mengatakan bahwa ilmu merupakan
suatu sistem yang saling berhubungan dan konsisten dari
ungkapan-ungkapan yang sifat bermakna atau tidak
bermaknanya (meaningful or meaningless) dapat ditentukan.
Pengetahuan dipandang sebagai semata-mata aktivitas ilmiah,
logid, dan berbicara tentang fakta. Prinsip yang berlaku
adalah science for science. Pendapat kedua menyatakan
bahwa etika memang dapat berperan dalam tingkah laku
ilmuan seperti pada bidang penyelidikan, putusan-putusan
mengenai baik tidaknya penyingkapan hasil-hasil dan
petunjuk mengenai penerapan ilmu, tetapi tidak dapat
berpengaruh pada ilmu itu sendiri. Dengan kata lain
memang ada tanggung jawab dalam diri ilmuan. Namun
dalam struktur logis ilmu itu sendiri tidak ada petunjuk-
petunjuk untuk putusan yang secara etis
dipertanggungjawabkan. Etika baru dimulai ketika ilmu itu
berhenti. Pendapat yang ketiga adalah bahwa aktivitas ilmiah
tidak dapat dilepaskan begitu saja dari aspek-aspek
kemanusiaan, sebab tujuan utama ilmu adalah
mensejahterakan manusia.

Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang


diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan
perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan
masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan
mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan
masyarakat sekitar agar dapat menjadi cindekiawan yang
memiliki moral dan akhlak yang baik/mulia. Tidak jarang
kita menemukan pernyataan yang mengillustrasikan erat
kaitan antara ilmu dan etika, serta signifikansi keduanya.
Kemegahan seorang ilmuwan terdapat pada keindahan
etikanya. Abu Zakaritta al-anbari berkata: ilmu tanpa etika
bagaikan api tanpa kayu bakar, dan etika tanpa ilmu
adalah seperti jiwa tanpa badan.

2. Manfaat Etika dari sisi sikap adalah sebagai berikut :


a. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam
pandangan dan moral.
b. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh
dirubah dan mana yang boleh dirubah.
c. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
d. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai
3. Manfaat Etika dari sisi psikomotor, yaitu :
a. Manusia hidup dalam jajaran norma moral, religius,
hukum, kesopanan, adat istiadat dan permainan. oleh
karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit
kebebasannya.
b. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia
untuk bertindak sesuai dengan kesadaran akan
tanggung jawabnya (human act bukan an act o- man).
Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri,
sehingga manusia menjadi otonom dan bukan
heteronom.
c. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap
diperlukan karena norma hukum tidak menjangkau
wilayah abu-abu, norma hukum cepat ketinggalan
zaman, sehingga sering terdapat celah-celah hukum,
norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak
secara etis dikemudian hari, etika mempersyaratkan
pemahaman dan kepedulian.

B. Perilaku Perawat
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (2017) menyusun sebuah buku pedoman perilaku
sebagai penjabaran kode etik keperawatan, yang menguraikan
tentang perilaku-perilaku etik perawat yang terurai sebagai
berikut:

a. Perawat dan Klien


1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan
klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial. Perilaku yang dapat diukur antara
lain:
a) Perawat wajib memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
b) Perawat wajib menjelaskan setiap intervensi
keperawatan yang dilakukan pada klien dan keluarga.
c) Perawat dalam memebrikan pelayanan keperawatan
dilarang atau tidak mencela adat kebiasaan dan
keadaan khusus klien.
d) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dilarang atau tidak membedakan pelayanan atas
dasar kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial pada klien.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama. Perilaku yang dapat
diukur, antar lain:
a) Perawat pada awal bertemu klien, wajib menjelaskan
bahwa mereka boleh menjelaskan atau diizinkan
melaksanakan kegiatan yang terkait dengan budaya,
adat dan agama.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan wajib
memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan wajib
mencari solusi yang akan berpihak pada klien bila
terjadi konflik terkait nilai-nilai budaya, adat istiadat
dan kelangsungan hidup beragama.
c) Perawat wajib membeantu klien memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan budaya, adat istiadat
dan agama.
d) Perawat wajib mengikut sertakan klien secara terus
menerus pada saat memberikan asuhan keperawatan.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada meraka
yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perilaku yang
dapat diukur, antara lain:
a) Perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO).
b) Perawat wajib melaksanakan intervensi keperawatan
sesuai dengan kompetensinya.
c) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai SPO.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Perilaku
yang dapat diukur, antara lain:
a) Perawat tidak memberikan informasi tentang klien
kepada orang yang tidak berkepentingan.
b) Perawat tidak mendiskusikan klien di tempat umum.
c) Perawat menjaga kerahasiaan dokumen klien.

b. Perawat dan Praktik


1) Perawat memeliharan dan meningkatkan kompetensi di
bidang keperawatan melalui belajar terus menerus.
Perilaku yang dapat diukur, antara lain:
a) Perawat selalu mengikuti kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan ilmu dan keterampilan sesuai dengan
kemampuan.
b) Perawat menerapkan dalam praktik sehari-hari ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru dalam
memberikan pelayanan.
c) Perawat harus mempublikasikan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki baik dalam bentuk hasil
penelitian maupun presentasi kasus diantaranya
journal reading, laporan kasus dan summary report.
d) Perawat melakukan evaluasi diri terhadap
pencapaian hasil asuhan keperawatan.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional
yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan. Perilaku yang
diukur antara lain:
1) Perawat mengikuti dan melaksanakan kegiatan-
kegiatan peningkatan dan penjaminan mutu antara
lain : GKM (Gugus Kendali Mutu), diskusi kasus, dan
seterusnya.
2) Perawat selalu melakukan evaluasi terhadap perawat
lain yang menjadi tanggunggung jawabnya dalam
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
etrbaru.
3) Perawat dalam meberikan asuhan keperawatan wajib
mengidentifikasi asuhan keperawatan yang tidak
sesuai dengan standar mutu dan keselamatan pasien.
4) Perawat wajib menyampaikan kepada atasan
langsung, apabila menemukan pelayanan kesehatan
yang tidak sesuai dengan standar mutu dan
keselamatan pasien untuk selanjutnya ditindak
lanjuti.
5) Perawat dalam meberikan intervensi keperawatan
wajib merujuk pada standar yang dikeluarkan
institusi Kesehatan.
6) Perawat menggunakan teknologi keperawatan yang
telah diuji validitas (kehandalan) dan reliabilitas
(keabsahan) oleh lembaga yang berwenang.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada


informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
ke orang lain. Perilaku yang dapat diukur:
a) Perawat selalu menggunakan data akurat dalam
mengambil keputusan.
b) Perawat mendelegasikan pekerjaan harus
menggunakan komunikasi yang jelas dan lengkap.
c) Perawat bertanggung jawab dalam pembinaan moral
staf.
d) Perawat harus membuat laporan terkait tugas yang
dilimpahkan.
e) Perawat harus menjalankan tugas sesuai yang
didelegasikan.
f) Perawat memberikan masukan berkaitan dengan
kasus yang dikonsulkan sesuai dengan tingkatan
penerima konsul.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku
profesional. Perilaku yang dapat diukur antara lain:
a) Perawat selalu berpenampilan rapi dan wangi.
b) Perawat selalu dapat menjawab pertanyaan klien
sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
c) Perawat selalu menepati janji.
d) Perawat selalu ramah.
e) Perawat menggunakan seragam yang bersih dan
sesuai dengan norma kesopanan.
f) Perawat berbicara dengan lemah lembut.

c. Perawat dan Masyarakat


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat
untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
Perilaku yang diukur, antara lain:
1) Perawat memperlihatkan perilaku hidup sehat
dilingkungannya.
2) Perawat melakukan pembimbingan kepada masayarakat
untuk hidup sehat dengan berpartisipasi aktif dalam
tindakan preventif, promotive, kuratif dan rehabilitative.
3) Perawat melaksanakan gerakan masayarakat sehat,
seperti perilaku hidup sehat, handhygiene dan lain-lain.
4) Perawat mengajarkan masyarakat tentang bencana.
5) Perawat mengajarkan masyarakat menciptakan
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
6) Perawat melakukan penelitian dan menerapkan praktik
berbasis bukti dalam memenuhi kebutuhan dan
kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat


1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan
lainya dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Perilaku yang
dapat diukur, antara lain:
a) Perawat mendiskusikan hal-hal terkait profesi secara
berkala dengan sejawat.
b) Perawat dalam menyampaikan pendapat terhadap
sejawat, menggunakan rujukan yang diakui
kebenaranya.
c) Perawat menghargai dan bersikap terbuka terhadap
teman sejawat.
d) Perawat menciptakan lingkungan yang kondusif
(keserasian suasana dan memperhatikan privacy.
e) Perawat menghargai sesama perawat seperti keluarga
sendiri.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. Perilaku
yang dinilai antara lain :
a) Perawat mempraktekan penyelesaian yang terjadi
antar sejawat sesuai alur penyelesaian masalah.
b) Perawat melaporkan sejawat yang melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan standar, etik dan
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c) Perawat menager sejawat atas perilaku yang tidak
kompeten, tidak etis dan tidak legal.
d) Perawat membina sejawat agar memelihara Tindakan
yang kompeten, etis dan legal.

e. Perawat dan Profesi


1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan
standar pendidiakn dan pelayanan keperawatan serta
menerapkanyadalam kegiatan pelayanan dan
pendididkan keperawatan, perilaku yang diukur anatar
lain :
a) Perawat menyusun standar yang dibutuhkan profesi
diinstitusi pelayanan dan pendidikan.
b) Perawat wajib memfasilitasi kebutuhan belajar
mahasiswa sebagai calon anggota profesi.
c) Perawat melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan dan
teknologi terbaru dalam lingkup profesi di institusi
pelayanan dan pendidikan.
d) Perawat wajib menjaga nama baik profesi dan simbol-
simbol organisasi profesi termasuk di media sosial
dan lainya.
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan. Perilaku yang dapat
diukur antara lain :
a) Perawat melakukan kajian asuhan keperawatan yang
diberikan secara terus-menerus dengan bimbingan
perawat yang ditunjuk.
b) Perawat menyampikan hasil kajian asuhan
keperawatan dalam forum temu ilmiah perawat pada
institusi terkait.
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang
kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi. Perilaku yang dapat diukur antara lain:
a) Perawat harus aktif memberikan usulan terhadap
pihak terkait agar tersedia sarana prasarana untuk
kelancaran asuhan keperawatan.
b) Perawat wajib menyampaikan asuhan keperawatan
yang telah dilakukanya pada setiap serah terima.
c) Perawat penanggung jawab wajib memastikan
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
pelaksana yang ada dibawah tanggungjawabnya.
d) Perawat penaggung jawab wajib menyampaikan
perkembangan asuhan keperawatan kepada
penanggung jawab keperawataan yang lebih tinggi
secara berkala.

C . PRINSIP MORAL

Pada praktek keperawatan terdapat prinsip – prinsip moral yang


merupakan fokus bagi praktek keperawatan. Prinsip-prinsip
tersebut bermuara pada interaksi profesional dengan
klien/pasien serta menunjukkan kepedulian perawat terhadap
hubungan yang telah dilakukannya.

Menurut Beauchamp & Childress ( 1994 ) , terdapat tujuh


prinsip moral yang meliputi : autonomy, beneficence, non-
maleficence,Veracity, confidentiality, fidelity dan justice.
1. Autonomy (otonomi)
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk
memilih bagi diri sendiri, apa yang menurut pemikiran dan
pertimbangannya merupakan hal yang terbaik.
Menghormati otonomi klien/pasien ditunjukkan melalui
perilaku perawat yang menghormati atau menghargai
klien/pasien dan keluarganya. Penerapan ” informed-
consent” secara tidak langsung menyatakan suatu trilogi
hak klien/pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk
menerima dan menolak terapi.
2. Beneficence (kebaikan)
Prinsip beneficence atau melakukan tindakan untuk
kebaikan klien/pasien merupakan dasar dalam
melakukan pelayanan kesehatan yang baik. Perawat,
dokter dan semua tenaga kesehatan bekerja untuk
meningkatkan kesehatan klien/pasien secara optimal.
Perawat melakukan tindakan untuk kebaikan klien/pasien
ketika memberikan suntikan, mengganti balutan dan
memberikan dukungan emosional bila klien/pasien cemas
3. Nonmaleficence (tidak membahayakan)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk
tidak membahayakan dan tidak menimbulkan kerugian
atau cedera pada klien/pasien. Kerugian atau cidera dapat
diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan.
kematian atau adanya gangguan emosi antara lain adalah
perasaan tidak berdaya , merasa terisolasi dan adanya
kekesalan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak
adilan , pelanggaran atau berbuat kesalahan
4. Veracity ( kejujuran )
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk
mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong atau
menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk ”
informed consent ” yang baik . Perawat harus dapat
memberikan semua informasi yang diperlukan oleh
klien/pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat
keputusan.

5. Confidentiality ( kerahasiaan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat
terhadap semua informasi tentang klien/pasien yang
dirawatnya. klien/pasien harus diyakinkan bahwa informasi
yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan kepada pihak lain secara
tidak tepat. Perlu dipahami bahwa menjelaskan informasi
tentang klien/pasien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat klien/pasien dapat dilakukan ” selama
informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani ”
6. Fidelity ( kesetiaan )
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu
setia atau loyal pada kesepakatan dan tanggung jawab yang
telah dibuat. Kewajiban ini meliputi menepati janji dan
menyimpan rahasia serta perhatian terhadap klien/pasien.
Perawat berkewajiban untuk berperilaku caring/perhatian
dalam memberikan asuhankeperawatan antara lain dengan
memberikan perhatian kepada klien/pasien, memberi
pengharapan dan membuat klien/pasien sejahtera.
7. Justice ( keadilan )
Keadilan bekenaan dengan kewajiban untuk berlaku
adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti
tidak memihak atau tidak berat sebelah . Azas ini bertujuan
untuk melaksanakan keadilan dalam memberikan asuhan
keperawatan, berarti setiap orang harus mendapatkan
perlakuan yang sesuai dengan kebutuhannya

B. Hak Klien/Klien/pasien dan Kewajiban Perawat


Hak klien/pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia
sebagai klien/pasien
1. Klien/pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Klien/pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil
dan jujur.

3. Klien/pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang


bermutu sesuai standar tanpa diskriminasi
4. Klien/pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai
standar profesi keperawatan
5. Klien/pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan
sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit
6. Klien/pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas
menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa
campur tangan dari pihak luar.
7. Klien/pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain
yang terdaftar di rumah sakit tersebut ( second opinion )
terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan
dari dokter yangmerawatnya .
8. Klien/pasien berhak atas keleluasaan pribadi ”
privacy ” dan
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya

9. Klien/pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi :


penyakit yang diderita, tindakan medik yang hendak
dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan
tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi
lainnya, prognosa dan perkiraan biaya pengobatan.
10.Klien/pasien berhak menyetujui / memberikan ijin atas
tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
11.Klien/pasien berhak menolak tindakan yaang hendak
dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta
perawatan atas tanggung jawabnya sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
12.Klien/pasien yang dalam keadaan kritis berhak didampingi
oleh keluarganya.
13.Klien/pasien berhak menjalankan ibadah sesuai
dengan agama/kepercayaan yang dianut selama hal itu
tidak mengganggu klien / pasien lainnya
14.Klien/pasien berhak atas keamanan dan keselamatan
dirinya selamadalam perawatan di rumah sakit.
15.Klien/pasien berhak mengajukan usul,saran , perbaikan
atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
16.Klien/pasien berhak menerima atau menolak
bimbingan moril maupun spiritual.

C. Kewajiban Perawat
1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit yang
syah menurut hukum antara perawat dengan pihak rumah
sakit
2. Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan
pihak rumahsakit
3. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjianyang telah dibuatnya
4. Perawat wajib memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
sesuaistandar profesi dan batas kewenangannya
5. Perawat wajib menghormati hak-hak klien/pasien
6. Perawat wajib merujuk klien/pasien kepada perawat
lain/tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik
7. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien/pasien
agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan
dapat menjalankan ibadah sesuai dengan
agama/keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan pelayanan kesehatan
8. Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain
yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien/pasien
9. Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang
tindakan keperwatan kepada klien/pasien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya
10.Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan
secara akurat dan berkesinambungan
11.Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar profesi keperawatan dan kepuasan
klien/pasien
12.Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK
keperawatan secara terus menerus.
13.Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas
kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya

14.Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang


diketahuinya tentang klien/pasien bahkan juga setelah
klien/pasien meninggal kecuali jika diminta keterangannya
oleh yang berwenang
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (DPP PPNI) tahun 2019 membuat instrumen
penilaian dengan menggunakan alat bantu observasi dengan
metode ceklist. Pedoman perilaku sebagai penjabaran kode etik
keperawatan yang sudah baku dan standar sesuai
rekomendasi yang telah disusun adalah sebagai berikut:
a) Tujuan Penilaian
1) Sebagai evaluasi kinerja perawat dalam tatanan
pekerjaan dan kehidupan profesi.
2) Sebagai penilaian perilaku yang berkaitan dengan
masalah etik keprawatan
b) Kriteria Penilaian
1) Petunjuk pengisian
(a) Penilaian dalam bentuk memberikan tanda (v) pada
kolom perilaku yang diukur.
(b) Penilaian ini berupa hasil obaservasi. Bentuk
observasi dapat langsung atau tidak langsung
(melalui media, dll).
(c) Masing-masing perilaku yang diukur jika dilakukan
diberi tanda (v) pada kolom YA dan tidak dilakukan
diberi tanda (v) pada kolom TIDAK.
(d) Dilakukan diberikan skor 1 dan tidak dilakukan
diberi skor 0
(e) Berikan komentar atau alas an pada kolom
keterangan mengapa tidak dilakukan.
(f) Penentuan skor 1
(1) Memenuhi perilaku yang diukur.
(2) Hasil observasi selaras atau sinkron dengan
perilaku yang diukur.

21
(g) Penentuan skor 0
(1) Semua perilaku yang diukur pada setiap nomer
pertanyaan tidak ditemukan.
(2) Hasil observasi tidak sinkron dengan perilaku
yang diukur.
2) Perhitungan penilaian
Perhitungan nilai perilaku sebagai penjabaran kode etik
berdasarkan format penilaian, yang dinilai adalah
pertanyaan yang diukur, antara lain :
(1) Perawat dan klien : 14 pertanyaan
(2) Perawat dan praktik : 22 pertanyaan
(3) Perawat dan masayarakat : 6 pertanyaan
(4) Perawat dan teman sejawat : 9 pertanyaan
(5) Perawat dan profesi : 10 pertanyaan

Masing- masing pertanyaan dikategorikan 2


pengukuran yaitu skor 1 dan 0. Berikut jumlah skor
tertinggi dari masing-masing hasil pengukuran:

(1) Perawat dan klien : jumlah skor


tertinggi dari hasil pengukuran 14
(2) Perawat dan praktik : jumlah skor
tertinggi dari hasil pengukuran 22
(3) Perawat dan masayarakat : jumlah skor
tertinggi dari hasil pengukuran 6
(4) Perawat dan teman sejawat : jumlah skor
tertinggi dari hasil pengukuran 9
(5) Perawat dan profesi : jumlah skor
tertinggi dari hasil pengukuran 10

Perhitungan penilaian perilaku sebagai penjabaran kode


etik keperawatan yang prima sebagai berikut:

22
Total skor pengukuran
Jumlah skor nilai tertinggi
X 100%

Tabel 2.1 Penetapan nilai perilaku sebagai penjabaran


kode etik keperawatan

Nilai Nilai Interval Nilai Kategori


Persepsi Perilaku Perilaku
1 90-100 A Prima
2 70-89 B Baik
3 50-69 C Cukup
4 10-49 D Buruk

3) Mekanisme penilaian perilaku perawat dalam penelitian


Mekanisme penilaian dijabarkan dalam evaluasi kinerja
perawat dalam tatanan pekerjaan dan kehidupan
profesi:
(1) Penilai melakukan observasi penilaian sesuai dengan
formular penilaian yang meliputi perawat dan klien,
perawat dan praktik, perawat dan masyarakat,
perawat dan teman sejawat dan perawat dengan
profesi sesuai dengan perilaku yang diukur sebanyak
tiga kali dalam satu semester kepada perawat yang
akan dinilai perilakunya.
(2) Hasil penilaian kemudian dikategorikan.

c) Formulir Penilaian
Berikut tabel formular penilaian perilaku perawat sebagai
berikut

23
Tabel 2.2 Formulir penilaian perilaku perawat
I. Perawat dan Klien
Dilakukan
(beri ket
N Pernyataan yang
Perilaku yang diukur tanda V)
o diukur
Ya Tida
k
1. Perawat dalam a. perawat wajib
memberikan memperkenalkan diri kepada
pelayanan klein dan keluarga.
keperawatan b. Perawat wajib menjelaskan
menghargai setiap intervensi
harkat dan keperawatan yang dilakuakn
martabat pada klien dan keluarga.
manusia, c. Perawat dalam memberikan
keunikan klien pelayanan keperawatan
dan tidak dilarang atau tidak mencela
terpengaruh oleh adat kebiasaan dan keadaan
pertimbangan khusus klien.
kebangsaan, d. Perawat dalam memberikan
kesukuan, warna pelayanan keperawatan
kulit, umur, jenis dilarang atau tidak
kelamin, aliran membedakan kebangsaan,
politik dan kesukuan, warna kulit,
agama yang umur, jenis kelamin, aliran
dianut serta politik dan agama yang
kedudukan sosial dianut serta kedudukan
sosial pada klien.
2. Perawat dalam a. Perawat pada awal bertemu

24
memberikan klien wajib menjelaskan
pelayanan bahwa mereka boleh
keperawatan menjalankan atau diijinkan
senantiasa melaksanakan kegiatan yang
memelihara terkait dengan budaya, adat
suasana dan agama.
lingkungan yang b. Perawat dalam memberikan
menghormati pelayanan wajib memfasilitasi
nilai-nilai pelaksanaan nilai-nilai
budaya, adat budaya, adat dan istiadat dan
istiadat dan kelangsungan hidup
kelangsungan beragama dan wajib mencari
hidup beragama. solusi yang akan berpihak
pada klien bila terjadi konflik
terkait nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan
kelangsungan hidup
beragama.
c. Perawat wajib membantu
klien memenuhi
kebutuhanya sesuai dengan
budaya, adat istiadat dan
agama.
d. Perawat wajib
mengikutsertakan klien
secara terus-menerus pada
saat memberikan asuhan
keprawatan.
3. Tanggung jawab a. Perawat wajib melaksanakan
utama perawat asuhan keperawatan sesuai
adalah kepada standar prosedur operasional
mereka yang (SPO)

25
membutuhkan b. Perawat wajib melaksanakan
asuhan intervensi keperawatan
keperawatan sesuai dengan
kompetensinya.
c. Perawat wajib membuat
dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai SPO.
4. Perawat wajib a. Perawat tidak memberika
merahasiakan informasi tentang klien
segala sesuatu kepada orang yang tidak
yang diketahui berkepentingan.
sehubungan b. Perawat tidak mendiskusikan
dengan tugas klien ditrmpat umum.
yang c. Perawat menjaga kerahasiaan
dipercayakan dokumen klien.
kepadanya
kecuali jika
diperlukan oleh
yang berwenang
sesuai dengan
ketentuan
hukum yang
berlaku

II. Perawat dan Praktik


Dilakukan
(beri ket
Pernyataan yang
No Perilaku yang diukur tanda V)
diukur
Ya Tida
k
1. Perawat a. Perawat selalu mengikuti
memlihara dan kegiatan-kegiatan untuk

26
meningkatkan meningkatkan ilmu dan
kompetensi keterampilan sesuai
dibidang dengan kemampuan.
keperawatan b. Perawat menerapkan
melalui belajar dalam praktik sehari-hari
terus menerus ilmu pengetahuan dan
teknologi terbaru dalam
memberikan pelayanan.
c. Perawat harus
mempublikasikan ilmu
dan keterampilan yang
dimiliki baik dalam
bentuk hasil penelitian
maupun presentasi kasus
diantaranay journal
reading, laporan kasus,
dan summary report.
d. Perawat melakukan
evaluasi diri terhadap
pencapaian hasil asuhan
keperawatan.
2. Perawat a. Perawat mengikuti dan
senantiasa melaksanakan kegiatan-
memelihara mutu kegiatan dan penjaminan
pelayanan mutu antar lain : GKM
keperawatan yang (Gugus Kendali Mutu),
tinggi disertai diskusi kasus dan lainya.
kejujuran b. Perawat selalu melakukan
professional yang evaluasi terhadap perawat
menerapkan lain yang menjadi
pengetahuan tanggung jawabnya dalam
serta menerapkan ilmu

27
keterampilan pengetahuan dan
keperawatan teknologi yang terbaru.
sesuai dengan c. Perawat dalam
kebutuhan klien. memberikan asuhan
keperawatan wajib
mengidentifikasi asuhan
keperawatan yang tidak
sesuai dengan standar
mutu dan keselamatan
pasien.
d. Perawat wajib
menyampaikan kepada
atasan langsung, apabila
menemukan pelayanan
kesehatan yang tidak
sesuai dengan standar
mutu dan keselamatan
pasien untuk melanjutnya
ditindak lanjuti.
e. Perawat dalam
memberikan intervensi
keperawatan wajib
merujuk pada standar
yang dikeluarkan institusi
pelayanan kesehatan.
f. Perawat menggunakan
teknologi keperawatan
yang telah diuji
validitasn(kehandalan)
dan reliabilitas
(keabsahan) oleh lembaga
yang berwenang.

28
3. Perawat dalam a. Perawat selalu
membuat menggunakan data
keputusan akurat dalam mengambil
didasarkan pada keputusan.
informasi yang b. Perawat mendelegasikan
akurat dan pekerjaan harus
mempertimbangk menggunakan
an kemampuan komunikasi yang jelas
serta kualifikasi dan lengkap.
sesorang bila c. Perawat bertanggung
melakukan jawab dalam pembinaan
konsultasi, moral staf.
menerima delegasi d. Perawat harus membuat
dan meberikan laporan tarkait tugas yang
delegasi kepada dilimpahkan.
orang lain. e. Perawat harus
menjalankan tugas sesuai
yang didelegasikan.
f. Perawat memberikan
masukan berkaitan
dengan kasus yang
dikonsulkan sesuai
dengan tingkatan
penerima konsul.
4. Perawat a. Perawat selalu
senantiasa berpenampilan rapi dan
menjunjung tinggi wangi.
nama baik profesi b. Perawat selalu dapat
keperawatan menjawab pertanyaan
dengan selalu klien sesuai dengan ilmu
menunjukkan pengetahuan yang
perilaku dimiliki.

29
profesional c. Perawat selalu menepati
janji.
d. Perawat selalu ramah.
e. Perawat menggunakan
seragam yang bersih dan
sesuai dengan norma
kesopanan.
f. Perawat berbica dengan
lemah lembut.

III. Perawat dan Masyarakat


Dilakukan
(beri ket
Pernyataan yang
No Perilaku yang diukur tanda V)
diukur
Ya Tida
k
1. Perawat a. Perawat memperlihatkan
mengemban perilaku hidup sehat
tanggungjawab dilingkunganya.
bersama b. Perawat melakukan
masyarakat untuk pembimbingan kepada
memprakarsai masyarakat untuk hidup
dan mendukung sehat dengan
berbagai kegiatan berpartisipasi aktif dalam
dalam memenuhi tindakan preventif,
kebutuhan dan promotif, kuratif dan
kesehatan rehabilitatif.
masyarakat. c. Perawat melaksanakan
gerakan masyarakat
sehat, seperti perilaku
hidup sehat, hand
hygiene, dan lainnya.

30
d. Perawat mengajarkan
masayarakat tentang
bencana.
e. Perawat mengajarkan
msayarakat menciptakan
lingkungan yang bersih,
aman dan nyaman.
f. Perawat melakukan
penelitian dan
menerapkan praktek
berbasis bukti dalam
memenuhi kebutuhan
dan kesehatan
masayrakat.

IV. Perawat dan Teman Sejawat


Dilakukan
(beri ket
Pernyataan yang
No Perilaku yang diukur tanda V)
diukur
Ya Tida
k
1. Perawat a. Perawat mendiskusikan
senantiasa hal-hal terkait profesi
memelihara secara berkala dengan
hubungan baik sejawat.
dengan sesame b. Perawat dalam
perawat maupun menyampaikan pendapat
dengan tenaga terhadap sejawat
Kesehatan lainya menggunakan rujukan
dan dalam yang diakui kebenaranya.
memelihara c. Perawat menghargai dan
keserasaian bersikap terbuka

31
suasana terhadap pendapat teman
lingkungan kerja sejawat.
maupun dalam d. Perawat menciptakan
mencapai tujuan lingkungan yang kondusif
pelayanan (keserasaian suasana dan
kesehatan secara memperhatikan privacy).
menyeluruh. e. Perawat menghargai
sesama perawat seperti
keluarga sendiri.
2. Perawat bertindak a. perawat
melindungi klien mempraktekan
dari tenaga penyelesaian yang etrjadi
kesehatan yang antar sejawat sesuai alur
memberikan penyelesaian masalah.
pelayanan b. Perawat melaporkan
kesehatan yang sejawat yang melakukan
tidak kompeten, tindakan yang tidak sesuai
tidak etis dan dengan standar, etik dan
illegal. tidak sesuai dengan
perundang-undangan.
c.Perawat menegur sejawat
atas perilaku yang tidak
kompeten, tidak etik dan
tidak illegal.
d. Perawat membina
sejawat agar memelihara
Tindakan yang kompeten,
etis dan illegal.

V. Perawat dan Profesi


Pernyataan Dilakukan
No Perilaku yang diukur ket
yang diukur (beri tanda

32
V)
Ya Tida
k
1. Perawat a.Perawat menyusun standar
mempunyai yang dibutuhkan profesi di
peran utama institusi pelayanan dan
dalam pendidikan.
menentukan b. Perawat wajib
standar memfasilitasi kebutuhan
pendidikan belajar mahasiswa sebagai
dan pelayanan calon anggota profesi.
keperawatan c.Perawat melakukan
serta sosialisasi ilmu pengetahuan
menerapkanya dan teknologi terbaru dalam
dalam kegiatan lingkup profesi diinstutusi
pelayanan dan pelayanan dan pendidikan.
Pendidikan d. Perawat wajib tidak
keperawatan. mencemarkan nama baik
profesi dan simbol-simbol
organisasi profesi di media
sosial dan lainya.
2. Perawat a. Perawat melaksanakan
berperan aktif kajian asuhan keperawatan
dalam berbagai yang diberikan secara terus-
kegiatan menerus dengan bimbingan
pengembangan perawat yang ditunjuk.
profesi b. Perawat menyampikan hasil
keperawatan kajian asuhan keperawatan
dalam forum temu ilmiah
perawat pada institusi
terkait.
3. Perawat a. Perawat harus aktif

33
berpartisipasi memberikan usulan
aktif dalam terhadap pihak terkait agar
upaya profesi tersedia sarana prasarana
untuk untuk kelancaran asuhan
membangun keperawatan.
dan b. Perawat wajib menyampikan
memelihara asuhan keperawatan yang
kondisi kerja telah dilakukanya pada
yang kondusif setiap serah terima.
demi c. Perawat penanggung jawab
terwujidnya wajib memastikan
asuhan terlaskanaaya asuhan
keperawatan keperawatan yang diberikan
yang bermutu oleh perawat pelaksana
tinggi. yang ada dibwah tanggung
jawabnya.
d. Perawat penangungjawab
wajib menyampikan
perkembangan asuhan
keperawatan kepada
penanggung jawab
perawatan yang lebih tinggi
secara berkala.

ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN


Hukum, dapat diartikan sebagai regulasi ketatalaksanaan
sosial yang dikembangkan untuk melindungi masyarakat. Suatu
aturan yang mengatur prilaku manusia dalam hubungannya dengan
orang lain di masyarakat dan dengan pemerintahan (Aikin, 2004).

Norma norma hukum dan peraturan yang berkaitan dengan


legal/sah nya menurut hukum dalam praktik keperawatan di

34
antaranya Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentan
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013
Tentang Komite Keperawatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Registrasi dan Praktek
Perawat.

Hukum yang berlaku di Indonesia, antara lain:

a. Hukum Kesehatan
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup
bermasyarakat. Hukum kesehatan adalah semua ketentuan
hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini berarti hukum
kesehatan adalah aturan tertulis mengenai hubungan antara
pihak pemberi pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau
anggota masyarakat.

b. Sitem Hukum Kontinental Indonesia


Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum
dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum
dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan
lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari
populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum
ini.

c. Hubungan Hukum Perawat dengan Klien


1) Kontraktual Ranah Ikhtiar (inspannings verbintenis)
Praktik Keperawatan dilaksanakan dengan kesepakatan
berdasarkan hubungan kepercayaan antara perawat dan
klien dalam bentuk upaya maksimal (inspannings verbintenis)
meliputi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan

35
kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Profesi, Standar
Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan kebutuhan
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan.

2) Asas-asas perjanjian
a) Asas konsensualisme
Perjanjian terjadi dengan tercapainya kata sepakat
(konsensus) di antara para pihak.

b) Asas kebebasan berkontrak


Setiap orang bebas untuk membuat kontrak dengan siapa
saja, kapan saja, dalam bentuk apa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan undang - undang , ketertiban umum,
kesusilaan.

c) Ukuran Kontraktual Ranah Ikhtiar


Ukuran adalah kontraktual ranah ikhtiar adalah kesesuaian
terhadap Undang undang dan peraturan yang berlaku serta
Standar Pelayanan Profesi, Standar Profesi, Standar
Prosedur Operasional, dan kebutuhan kesehatan Penerima
Pelayanan Kesehatan.

Legal dapat disebut juga kewajiban (liability). Ada


beberapa kewajiban secara umum yang berhubungan dengan
perawat, antara lain tanggung jawab, kewajiban profesional dan
legalisasi sebagai perawat, kewajiban warga negara, kewajiban
kepada atasan, aturan di tempat kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja, infrom consent kepada pasien, kepercayaan
dan menjaga rahasia pasien, menangani keluhan, obat-obatan,
kesehatan mental, kelahiran, aborsi, kehamilan yang tidak
diinginkan, kesehatan reproduksi, kematian dan amputasi
organ tubuh.
Modul aspek legal dalam keperawatan akan membahas
beberapa topik yang berkaitan dengan peran dan fungsi
perawat, yaitu perawat sebagai profesional dan perawat sebagai

36
manajer. Isu aspek legal pada perawat sebagai profesional
antara lain kelalaian komunikasi, tidak berpengalaman,
kewajiban tim dan pembagian tanggung jawab, melaksanakan
instruksi: menolak untuk mematuhi, mematuhi instruksi
dalam kondisi emergensi sedangkan isu pada perawat sebagai
manajer adalah perawat sebagai manajer, kewajiban atasan,
kewajiban selama bekerja, kewajiban terhadap kelalaian
sukarelawan, kewajiban terhadap kontraktor mandiri,
kewajiban langsung atasan, ganti rugi akibat kesalahan
pegawai, tekanan dari sumber yang tidak adekuat,
Komponen aspek legal yang berkaitan dengan perawat adalah :
Sumpah Profesi, Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda Registrasi,
Surat Ijin Praktik Perawat dan Kredensialing.
a.Sumpah Profesi
Sumpah Profesi Keperawatan:

1) Memenuhi aspek norma agama, karena diucapkan dibawah

kitab suci dan disaksikan oleh pemuka agama sesuai dengan

agama yang dianut oleh perawat yang bersangkutanMemenuhi

aspek norma sosial, karena sumpah diucapkan didepan

orang banyak.

2) Memenuhi aspek norma hukum, karena sumpah

diucapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

b. Memenuhi aspek norma moral, karena sumpah diucapkan

dengan sepenuh hatiSertifikat Kompetensi :

Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap

kompetensi Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk

melakukan Praktik Keperawatan. Sedangkan yang dimaksud

37
Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi

yang menyelenggarakan program studi Keperawatan

c. Surat Tanda Registrasi ( STR ) :

Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah

bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada

Perawat yang telah diregistrasi. Perawat yang menjalankan Praktik

Keperawatan wajib memiliki STR.STR sebagaimana dimaksud

diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah memenuhi

persyaratan.

Persyaratan sebagaimana dimaksud meliputi:

1) memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;

2) memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

4) memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji

profesi; dan

5) membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika profesi.

STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi

ulang setiap 5 (lima) tahun.

Persyaratan untuk Registrasi ulang meliputi:

1) memiliki STR lama;

38
2) memiliki Sertifikat Kompetensi atau SertifikatProfesi;

3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

4) membuat pernyataan mematuhi dan telah melaksanakan

ketentuan etika profesi;

d. Surat Ijin Praktik Perawat ( SIPP )

1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki

izin.

2) Izin sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk SIPP.

3) SIPP sebagaimana dimaksud diberikan oleh Pemerintah

Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat

kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat

menjalankan praktiknya.

4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud Perawat

harus melampirkan:

a) salinan STR yang masih berlaku;

b) rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan

5) surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat

keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan5)SIPP

masih berlaku apabila:

6) a)STR masih berlaku; dan

7) b)Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam

SIPP.

8) 6)SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

9) 7)SIPP sebagaimana dimaksud diberikan kepada Perawat paling

banyak untuk 2 (dua) tempat.

39
10) 8)Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang

papan nama Praktik Keperawatan.

11) 9)SIPP tidak berlaku apabila:

12) a)Dicabut berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan;

13) b)Habis masa berlakunya;

14) c)Atas permintaan Perawat; atau

15) d)Perawat meninggal dunia.

16) e)Telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di

bidangnya; dan

17) Memenuhi kecukupan dalamkegiatanpelayanan, pendidikan,

pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya

e. Kredensial
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan
untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis.

Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga


keperawatan yang telah memiliki kewenangan klinis untuk
menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis tersebut.

Kewenangan Klinis tenaga keperawatan adalah uraian


intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan berdasarkan area praktiknya.

Penugasan Klinis adalah penugasan kepala/direktur Rumah


Sakit kepada tenaga keperawatan untuk
melakukanasuhankeperawatan atau asuhan kebidanan di
Rumah Sakit tersebut berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.

40
Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh
surat Penugasan Klinis (clinical appointment).

Landasan Hukum Pratik Keperawatan

a.Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentan Kesehatan,


pasal 23, ayat;

1)Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan


pelayanan kesehatan.

2)Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki.

3)Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga


kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.

b.Undang-Undang Nomor 36Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan

1)Pasal 1, Poin ;

a)Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk


melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan
profesi.

b)Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga


Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lain
serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk
menjalankan praktik.

c)Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah


bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi.

2)Pasal 44 ayat (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan


praktik wajib memiliki STR.

41
3)Pasal 46 ayat;

a)Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang


pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.

b)Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang


pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.

c.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,


Pasal 1, poin;

1)Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan


profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.

2)Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan


oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.

3)Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat


dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat
dirinya.

4)Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi
yang menyelenggarakan program studi Keperawatan.

5)Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan


terhadap kompetensi Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi
untuk melakukan Praktik Keperawatan.

6)Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk


melakukan praktik Keperawatan yang diperoleh lulusan
pendidikan profesi.

7)Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang


telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan

42
telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui
secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.

8)Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah


bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada
Perawat yang telah diregistrasi.

9)Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP


adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.

10)Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau


masyarakat yang menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan

Pasal 18, ayat ;

1)Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib


memiliki STR.

2)STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi


ulang setiap 5 (lima) tahun.

Pasal 19, ayat;

1)Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib


memiliki izin.

2)Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam


bentuk SIPP.

3)SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh


Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat
menjalankan praktiknya

d.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 Tentang


Komite Keperawatan

Pasal 1, poin;

43
1)Kewenangan Klinis tenaga keperawatan adalah uraian
intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan berdasarkan area praktiknya.

2)Penugasan Klinis adalah penugasan kepala/direktur Rumah


Sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan atau asuhan kebidanan di Rumah Sakit tersebut
berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.

Pasal 4, ayat;

1)Penugasan Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa pemberian Kewenangan Klinis tenaga keperawatan oleh
kepala/direktur Rumah Sakit melalui penerbitan surat
Penugasan Klinis kepada tenaga keperawatan yang
bersangkutan.

2)Surat Penugasan Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diterbitkan oleh kepala/direktur Rumah Sakit berdasarkan
rekomendasi Komite Keperawatan.

3)Dalam keadaan darurat kepala/direktur Rumah Sakit dapat


memberikan surat Penugasan Klinis secara langsung tidak
Dokumentasi Keperawatan Sebagai Bukti Hukum

a.Akta

Suatu tulisan tentang suatu peristiwa yang di buat untuk


kepentingan hukum (Subekti 1993)

1)Akta ontentik di buat oleh pejabat berwenang

2)Akta di bawah tangan di buat oleh bukan pejabat berwenang

b.Alat Bukti Hukum Pasal 1866,

Alat bukti terdiri : bukti tulisan, bukti saksi, sangkaan,


pengakuan, sumpah.

44
Pasal 1867

Pembuktian dg tulisan dibuktikan dengan tulisan - tulisan


otentik maupun dg tulisan - tulisan di bawah tangan

Pasal 1875

Suatu akta di bawah tangan yang tanda tangannya diakui olh


yang menandatangani maka dianggap sempurna layaknya akta
otentik

Tanggung Jawab Hukum Dalam Pratik Keperawatan

a.Kewenangan Perawat

Undang – Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan


Pasal 29, ayat ;

1)Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat


bertugas sebagai:

a)pemberi Asuhan Keperawatan;

b)penyuluh dan konselor bagi Klien;

c)pengelola Pelayanan Keperawatan;

d)peneliti Keperawatan;

e)pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;


dan/atau

f)pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2)Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilaksanakan secara bersama ataupun sendiri-sendiri.

3)Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
akuntabel.

Pasal 32

45
1)Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf e hanya
dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada
Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan
melakukan evaluasi pelaksanaannya.

2)Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat dilakukan secara delegatif atau mandat.

3)Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan


sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada
Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

4)Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diberikan kepada Perawat
profesi atau Perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi
yang diperlukan.

5)Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga


medis kepada Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan
medis di bawah pengawasan.

6)Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan


wewenang mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada
pada pemberi pelimpahan wewenang.

7)Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan


wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat
berwenang:

melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya


atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis;berdasarkan
rekomendasi Komite Keperawatan.

b)melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas


pelimpahan wewenang mandat; dan

46
c)memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program
Pemerintah.

Pasal 33

1)Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f
merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada
keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.

2)Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga


kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan setempat.

3)Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kompetensi Perawat.

4)Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan


tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat
berwenang:

a)melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal


tidak terdapat tenaga medis;

b)merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem


rujukan; dan

c)melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal


tidak terdapat tenaga kefarmasian.

Pasal 35

1)Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan


pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.

47
2)Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.

3)Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien.

4)Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.

5)Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

b.Fungsi dan Responsipility, Akuntabilitas dan Liability


dalam pratik keperawatan

1)Fungsi Indipenden

Setiap praktik keperawatan memiliki individual responsbility,


personal akuntability dan personal liability

a)

Individual responsbility

Secara umum setiap perawat memiliki tanggung jawab moral


kepada Tuhan YME dalam melakukan asuhan keperawatan
baik dalam peran indipenden, dependen maupun interdependen

b)Personal Akuntabilitas

Setiap perawat secara individu memiliki tanggung jawab hukum


baik perdata maupun pidana terhadap akibat yang di
timbulkan karena kelalaiannya.

c)Personal Liability

48
Setiap perawat secara individu memiliki tanggung gugat hukum
secara perdata terhadap akibat kerugian yang di timbulkan
karena kelalaiannya.

2)Fungsi Dependen

a)Vicarouse Akuntability

Apabila dalam pendelegasian kelalaian terjadi karena order


( perintah ) oleh profesi lain ( dokter ) maka tanggung jawab
hukumnya adalah pemberi delegasi

b)Personal Akuntabilitas

Setiap perawat secara individu memiliki tanggung jawab hukum,


baik perdata maupun pidana terhadap akibat yang di
timbulkan karena kelalaian oleh pemberi delegasi. Tanggung
jawab tersebut bersifat tanggung renteng, hal mana tanggung
jawabnya lebih ringan di bandingkan dengan tanggung jawab
pemberi pemberi delegasi.

Jikalau karena kelalaian terjadi oleh pihak penerima delegasi


maka menjadi personal akuntabilitas ( tanggung jawab hukum
oleh perawat secara individu )

c)Personal Liability

Setiap perawat secara individu memiliki tanggung gugat secara


hukum perdata terhadap akibat kerugiam yang di timbulkan
karena kelalaiannya. Akan tetapi apabila kelalaian tersebut oleh
pihak pemberi delegasi maka tanggung gugat tersebut bersifat
tanggung renteng, tanggung gugat lebih ringan dari pemberi
delegasi.

3)Fungsi Interdependen

a)Vicarouse Accountability

49
Apabila dalam pendelegasian kelalaian terjadi karena order
(perintah) oleh profesi lain (dokter) maka tanggung jawab
hukumnya adalah pemberi delegasi

b)Personal Akuntabilitas

(1)Setiap perawat secara individu memiliki tanggung jawab


hukum baik perdata maupun pidana terhadap akibat yag
di timbulkan karena kelalaian oleh pemberi delegasi
bersifat tanggungn renteng tanggung, tanggung jawabnya
lebih rendah dari pemberi delegasi.

(2)Jikalau karena kelalaian terjadi oleh pihak penerima


delegasi maka menjadi personal Akuntabilitas ( tanggung
jawab hukum oleh perawat secara individu )

c)Personal Liability

Setiap perawat secara individu memiliki tanggung jawab


hukum secara perdata terhadap akibat yag di timbulkan
karena kelalaian oleh pemberi delegasi bersifat tanggungn
renteng tanggung jawabnya lebih rendah dari pemberi
delegasi

Ada beberapa peraturan perundangan di Indonesia yang


mengatur tentang kewenangan dan legalisasi perawat, antara
lain :

a.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014


Tentang Keperawatan

b.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan

c.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


Tentang Praktik Kedokteran

d.Undang –Undang No 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

50
e.Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit

f.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas peraturan menteri
Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

g.Peraturan Menteri Kesehataan Nomor 49 Tahun 2013 tentang


Komite Keperawatan Rumah Sakit

51
DAFTAR PUSTAKA

Amir, N, Purnama, D (2021). Perbuatan Perawat yang Melakukan


Kesalahan dalam Tindakan Medis. Kertha Wicaksana: Sarana
Komunikasi Dosen dan Mahasiswa.

Arwani et al (2019) Modul I : Konsep Etik Kode. K-Medika.


Jogyakarta.

Arwani et al (2019) Modul II : Konsep Etik Kode Etik Keperawatan


Dan Tanggung Jawab Perawat, Standar Praktik Keperawatan, Hak
dan Kewajiban Pasien Dan Dilema Etik. K-Medika. Jogyakarta.

Arwani et al (2019) Modul III : Pengambilan Keputusan


Berdasarkan Etika, Moral dan Aspek Hukum & Legal Dalam
Keperawatan. K-Medika. Jogyakarta.

Arwani et al (2019) Modul IV : Standart Praktek Keperawatan,


Dilema Etik dan Disiplin. K-Medika. Jogyakarta.
Dermawan, Deden (2015). Pengantar Keperawatan Profesional.
Gpsyen Publishing. Yogyakarta.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia


(2017) Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan.
Redaksi dan Distributor Tunggal : Jakarta.

Hasyim, Masruroh dan Joko Prasetyo (2015) Etika Keperawatan.


Bangkit. Yogyakarta.

Jiwantoro, Yudha Anggit (2017) Riset Keperawatan : Analisis


Data Statistik. Mitra Wacana Medika, Jakarta.
52
Kusuma, Diana Fitri (2018) Strategi Pemanfaatan Instagram
Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Digital yang Dilakukan Oleh
Dono Donuts. Jurnal Menejemen Komunikasi.
Liang Ma et al (2021) Practical Application of QR Code Electronic
Manuals in Equipment Manajement and Training : Journal Frontiers in
Public Health

Notoadmodjo, Soekidjo (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan.


Rineka Cipta : Jakarta.

Noviani, Wulan (2016). Persepsi Mahasiswa Profesi Ners Tentang


Kode Etik Keperwatan Indonesiadi Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Indonesian Jurnal of Nursing
Practices.

Nursalam (2020) Metodologi Penelitian Keperawatan : Pendekatan


Praktis. Salemba Medika : Jakarta.

Pengurus Profinsi Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa


Tengah (2005). Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar
Keperawatan.

Pratiknya, Ahmad Watik (2015) Daasar-dasar Metodologi


Penelitian Kedokteran Ed. 1. Rajawalipers: Jakarta.

Rivai, Ahmad Farid. (2021). Proses dan Model Keputusan Etik


Dalam Praktik Keperawatan : Systematic Review. Scientific Jurnal of
Nursing.

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan. (2016). Dasar-dasar


metodologi penelitian klinis Ed.1V. Jakarta:CV. Sagung Seto.

53
Sudarta, I. Wayan (2015) Managemen Keperawatan : Penerapan
Teori Modeldalam Pelayanan Keperawatan. Gosyen Publishing.
Yogyakarta.

Sugiono (2017) Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.


Alfabeta : Bandung.

Sujarweni, V. Wiratna (2015). Panduan Penelitian Kebidanan


Dengan SPSS. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Tim Media Cipta (2017). Dasar-Dasar Keperawatan. Yogyakarta.

54
55

55

Anda mungkin juga menyukai