Anda di halaman 1dari 32

NILAI, ETIK DAN MORAL KEPERAWATAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA KEPERAWATAN

OLEH :
Isna
NIM : 202013024

DOSEN PEMBIMBING :

Ernawati, S.Si, M.Psi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG
PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN

peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta

meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntunan

masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan

tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi

pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memeerlukan landasan komitmen yang

kuat dengan basis pada etika dan moral yang tinggi.

Sikap etos professional yang kokoh dari setiap perawat akan tercemin disetiap langkahnya ,

termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh

karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan motral serta penenrapannya menjadi

bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nila-nilai

pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.


BAB II

PEMBAHASAN

ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN

1. ETIKA DALAM KEPERAWATAN

A. Konsep Etika

> Pengertian

Etika adalah sikap etis yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat sebagai

bagian dari integritas selama bertugas menjalankan profesi perawat dengan

menerapkan norma-norma keperawatan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari konsep pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu

tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam

masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan

tingkah laku yang benar, yaitu:

a). Baik dan buruk

b). Kewajiban dan tanggung jawab.

c). Disiplin dalam bertindak


> Tujuan

Etika profesi keperawatan merupakan alut untuk mengukur perilaku moral

dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat ukur ini, keputusan diambil berdasarkan

kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan

mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesama

perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keparawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untuk mengembangkan etika

profesisecara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru. Dan

agar perawat manjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang

professional atau merusak keparcayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.

Etika dalam Keperawatan

Kode Etik Keperawatan


Kode etik keperawatan merupakan alat pengambil keputusan yang valid dan

berguna bagi perawat dalam menghadapi masalah etik pada praktek klinik sehari-

hari (Bijani, 2017). Untuk menjamin praktek dilakukan secara professional, penting

bagi perawat untuk memenuhi prinsip-prinsip etik karena perawat secara langsung

berhubungan dengan pasien (Liaschenko & Peter, 2004).

Salah satu cara memenuhi prinsip-prinsip etik yaitu perawat membutuhkan kompetensi

professional dan kerangka kerja yang disediakan oleh kode etik sebagai standar pelayanan dan

penilaian yang benar selama bekerja (Heikkinen, Sala, Radaelli, & Leino-kilpi, 2006; Verpeet,

2005).

Secara global perawat di seluruh dunia memiliki kode etik keperawatan yang dibuat oleh

organisasi profesi setiap negara, misalnya di Amerika dikenal dengan American Nurse

Association (ANA) yang merupakan organisasi keperawatan di Amerika di mana mewakili

kepentingan 3,1 juta perawat untuk memajukan profesi keperawatan dengan mendorong standar

praktek keperawatan yang tinggi (ANA, 2011).

kode etik keperawatan menurut  American Nurses Association (ANA)   adalah

sebagai berikut.

Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat

kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-


pertimbangan status sosial atau ekonomif atribut personal, atau corak masalah

kesehatannya.

Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi

yang bersifat rahasia.

Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya

terancam oleh praktik seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis, atau ilegal.

Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan

yang dijalankan masing-masing individu.

Perawat memelihara kompetensi keperawatan. Perawat melaksanakan

pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu

sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab, dan

melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.

Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan

profesi.

Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan

meningkatkan standar keperawatan.


Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina

kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.

Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik

terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas

perawat.

Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat

Iainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan publik.

Tanggung jawab Keperawatan

Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang

harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan

para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung

jawab masing-masing perawat serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana

mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional akan bertanggung

jawab atas

semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan

dalam lingkup tugasnya.

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang

ditampilkan guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi.


Yang perlu diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara

jelas tentang uraian tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan standar

yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai tanggung

jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi

tugas yang dibebankan kepadanya tanggung jawab utama perawat adalah

meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan

mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut,

perawat harus meyakini bahwa:

Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai ternpat

Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap

kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan

instansi terkait.

Nilai-nilai Keperawatan

Pada tahun 1985, “The American Association  Colleges of Nursing” 

melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai

keperawatan. Perkumpulan ini  mengidentifikasikan nilai-nilai keperawatan, yaitu:


Aesthetics (keindahan)

Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan  

termasuk penghargaan,  kreatifitas, imajinasi, sensitifitas   dan kepedulian.

Altruism (mengutamakan orang lain)

Kesediaan memperhatikan  kesejahteraan orang lain  termasuk keperawatan

atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati   serta

ketekunan.

Equality  (kesetaraan)

Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan   dengan sikap asertif,

kejujuran, harga diri dan toleransi

Freedom (Kebebasan)

Memiliki kapasitas untuk memilih   kegiatan termasuk percaya diri,  harapan,

disiplin  serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.

Human dignity (Martabat manusia)


Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia

sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan

penghargaan penuh  terhadap kepercayaan.

Justice (Keadilan)

Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,

moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.

Truth (Kebenaran)

Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan

dan reflektifitas yang  rasional.

Hubungan Etika dengan Praktek Keperawatan

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk

menempatkan etika, nilai-nilai  dan perilaku kesehatan  pada posisinya. Perawat bisa

menjadi sangat

frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang

mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini

disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama


yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha   membantu pasien  untuk

mengidentifikasi etika dan nilai-nilai dasar   kehidupannya sendiri.

Perawat memiliki komitmen   yang tinggi  untuk  memberikan asuhan yang

berkualitas berdasarkan  standar perilaku etika yang etis dalam praktek asuhan  

keperawatan. Pengetahuan tentang   perilaku  etis dimulai dari  pendidikan  perawat

dan berlanjut  pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat. Perilaku yang

etis mencapai puncaknya   bila perawat mencoba dan mencontoh   perilaku  

pengambilan keputusan yang etis   untuk membantu memecahkan masalah etika.  

Dalam hal ini, perawat seringkali  menggunakan dua pendekatan yaitu :

 Pendekatan berdasarkan Prinsip

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam etika untuk

menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994)

menyatakan empat pendekatan prinsip   dalam etika antara lain :

Sebaiknya mengarah langsung untuk   bertindak sebagai penghargaan terhadap  

kapasitas otonomi  setiap orang

Menghindarkan berbuat suatu  kesalahan


Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang   bermanfaat dengan

segala konsekuensinya

Keadilan menjelaskan tentang   manfaat dan resiko yang dihadapi.

Pendekatan berdasarkan  Auhan Keperawatan.

Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam etika  

mengarahkan banyak perawat untuk   memandang “care” atau asuhan sebagai

fondasi  dan kewajiban. Hubungan perawat dengan pasien   merupakan pusat 

pendekatan berdasarkan  asuhan, dimana memberikan langsung perhatian   khusus

kepada  pasien,  sebagaimana dilakukan   sepanjang kehidupannya sebagai perawat.

Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara   bagaimana  perawat dapat membagi

waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasien, merupakan suatu kewajaran yang

dapat  membahagiakan  bila  diterapkan berdasarkan etika.

Karakteristik  perspektif dari asuhan menurut Taylor (1993) meliputi :

Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan

Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat   klien atau 

pasien  sebagai  manusia


Mau mendengarkan dan  mengolah   saran-saran dari orang lain sebagai dasar

yang mengarah pada tanggung jawab profesional

Mengingat kembali  arti tanggung jawab moral yang  meliputi kebajikan

seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih sayang, dan menerima

kenyataan.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang bearti adat atau kebiasaaan. Pengertian

moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan

“nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal.

Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar

atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan

praktek professional.

Kedua istilah diatas, etika, dan moral  sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika

lebih dititik beratkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati

peraturan hukum, dan undang-undang yang membedakan benar salah dalam moralitas.

B.     Konsep Moral dalam praktek keperawatan

Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan mempunyai dasar penting, seperti

advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat

manusia. Diantara berbagai pernyataan ini, yang lazim termaktub dalam standar praktik
keperawatan dan telah menjadi bahan kajian dalam waktu lama adalah advokasi,

responsibilitas dan akuntabilitas, (fry, 1991)

1.    Advokasi

Istilah advokasi sering digunakan dalam hukum yang berkaitan dengan upaya

melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi

menurut ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang

dilakukan oleh siapa pun”.

Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang

memiliki penyebab atau dampak penting. Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan Gadow

(1983) bahwa “advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan

bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri”.

Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-

hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan

kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan

prinsip dan asuhan. Perawat atau yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan

keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb:

a.       Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh

komitmen utamanya terhadap pasen.


b.      Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.

c.       Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam

kesembuhan pasien.

Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam

memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan

mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai advokat

klien (curtin, 1986).

Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan

memberi bantuan kepada klien atas keputusan apa pun yang di buat kilen, memberi

informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien,

memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi.

Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa

mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan

sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi

mengandungarti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak memengaruhi

keputusan klien (Khonke, 1982).

Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus menghargai klien sebagai

induvidu yangmemiliki berbagai karakteristik. Dalam hal ini, perawat memberikan


perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.

Contoh : Tuan A mengalami luka bakar. Dokter X yang merupakan mahasiswa kedokteran

masih belum lulus ujian tekhnik amputasi, jadi agar lulus ujian tersebut Dokter X

berinisiatif mengamputasi Tuan A, padahal luka bakar yang dialami Tuan A tersebut tidak

parah dan sangat mempunyai kemungkinan besar untuk sembuh. Tentu saja perawat yang

bertugas merawat tuan a tidak tinggal diam dan langsung menegur dokter tersebut bahkan

terjadi perdebatan antar keduanya. Berkat perjuangan perawat tersebut Tuan A tidak

diamputasi

2.    Responsibilitas

Tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-

tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di

masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi

tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan

punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia.

Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan

perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.Kepercayaan tumbuh dalam

diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang

merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman.

Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan,

pengetahuan (integrity) dan kompetensi.


Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

a.       Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan   

mengganti balutan atau mengganti spreinya”.

b.      Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay).

Misalnya; “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan

darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”.

c.       Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan

perilaku perawat.

Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

d.      Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the

patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.

Misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila

perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau

dilayani terus”

e.       Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina

(derogatory)misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding

pasien yang tadi”

f.        Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut

pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana

saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

3.    Akuntabilitas

Akuntabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu

keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi -konsekunsinya. Perawat

hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan

siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang

dilakukannya.

Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :

a.    Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?


Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,

sedangkansebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap

direktur, Sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan

sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim

biasanya dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien.

b.   Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat ?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang

dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini

bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

c.    Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya ?

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah

menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan

apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input,

proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat

mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu Mencuci kuku, telapak tangan,

punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali.


C.     Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan

Pada dasarnya moral dalam praktek keperawatan mempunyai prinsip- prinsip sebagai

berikut :

1.    Menghargai otonomi (facilitate autonomy)

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup

individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap

pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan

untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa

yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah

menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah

kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya

variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat

kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi, tersedianya informsi dan

lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa

yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .

2.      Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan

pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut

pandangannya sesuatu yang terbaik.

Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan

yang diberikan.

3.      Kebenaran (Veracity) à truth

Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak

bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987)

didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban

untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran

merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan

pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang

memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada pasien dalam keadaan terminal

menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978).

Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang

berlaku dimana klien dirawat.


4.      Keadilan (Justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu

prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan

yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.

Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus

diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,

sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip

ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan

keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus

sama.

5.    Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)

Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang

lain.(Aiken, 2003).
Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang

side driil.

6.      Kemurahan Hati (Benefiecence)

Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari

tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip

untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali

sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering

memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah

perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap

perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.

7.      Kesetiaan (fidelity)

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,

memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap

setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien

meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan

perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan.
Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan,

terutama pada pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat

diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap

baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan professional

Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak

boleh mengingkari janji tersebut.

8.      Kerahasiaan (Confidentiality)

Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai

semua informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak

istimewa dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan

secara tidak tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh

menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga

demi kepentingan hukum.

9.         Hak  (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas,

berhubungan dengan hukum legal.(Webster’s, 1998). Contoh : Klien berhak untuk

mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya.

D.    Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat

1.      Justice (Keadilan)

Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat dari Justice, adalah:

Courage (keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan beberapa kegiatan

yang berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien,

Mengalokasikan sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan yang tidak kompeten,

tidak etis, dan tidak legal secara obyektif dan berdasarkan fakta.

2.      Truth (kebenaran)

Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan denganperawt yang

dapat dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu),

kegiatan yang beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan

keperawatan secara akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat

suatu keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat

dari informasi yang salah tentang asuhan keperawatan.

3.      Aestheti
Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan

prilaku/ sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity,

kegiatan perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang

menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri

dan orang lain, Penampilan diri yang dapat meningkatkan “image” perawat yang positif

4.      Altruism

Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan yaitu:

Caring, Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun,

tabah (sabar), kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism:Memberikan perhatian

penuh saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan

keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan

kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan.

5.      Equality (Persamaan)

Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapt ditunjukan oleh perawat yaitu:

Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness, kegiatan

perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan nursing care berdasarkan kebutuhan

klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman sejawat

dengan cara yang tidak diskriminatif

6.      Freedom (Kebebasan)
Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu:

Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang

berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi, Mendukung hak

teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, Mendukung

diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan

7.      Human Dignity (Menghargai martabat manusia)

Menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu,

sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust,

Consideration, kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak

individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka

untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nilai Profesional Keperawatan

1. Nilai Nilai merupakan realita abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing

sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Oleh sebab

itu, nilai menduduki tempat penting dan strategis dalam kehidupan seseorang, sampai pada suatu

tingkat di mana orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan

nilai (Fitri, 2012: 89). Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang

lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan dasar dari keindahan dan efisiensi atau

keutuhan kata hati (Sumantri dalam Gunawan, 2012: 31). Richard Eyre & Linda (dalam

Gunawan, 2012: 31), menyebutkan bahwa nilai yang benar dan diterima secara universal adalah

nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang

menjalankan maupun bagi orang lain.

Profesional Profesional dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai dengan ilmu

yang dimiliki dan manusiawi serta utuh/penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi

melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana menghargai

diri sendiri (Tawi, 2008). Profesionalisasi merupakan proses dinamis, profesi yang sedang

terbentuk mengalami perubahan

karakteristik dan meningkat menjadi http://repository.unimus.ac.id profesi. Proses

profesionalisasi pada dasarnya adalah suatu proses pengakuan, dimana pengakuan terhadap

sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat (Kustanto, 2004).

Profesionalisme dapat didefinisikan sebagai suatu pelaksanaan secara konsisten didalam nilai-
nilai utama dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan kerja perawat dengan profesional kesehatan

lain untuk mencapai kesehatan secara optimal dan kesejahteraan bagi pasien, keluarga, dan

komunitas dengan menerapkan prinsip alttruisme, keunggulan, kepedulian, etik, rasa hormat,

komunikasi, dan akuntabilitas AANC (2008). Fisher (2014), mengatakan bahwa suatu nilai

profesional dapat dibuktikan dari sikap yang dapat mempengaruhi suatu perilaku atau tindakan.

Schein dalam Pidarta (2005), profesional adalah seseorang yang memiliki ciri antara lain: (1)

bekerja dengen sepenuhnya disaat jam kerja; (2) pilihan kerja dimulai dengan dasar motivasi

yang kuat; (3) memiliki banyak pengetahuan ilmu dan ketrampilan yang didapat melalui

pendidikan dan pelatihan; (4) membuat wewenang secara mandiri dalam menyelesaikan tugas

untuk melayani klien; (5) bekerja berdasarkan orientasi bukan kepentingan individualis; (6)

pelayanan asuhan bersadarkan standar pada kebutuhan klien; (7) memiliki kewenangan untuk

menyelesaikan masalah secara mandiri; (8) menjadi suatu organisasi profesional sesudah

memenuhi syarat dan

kriteria; (9) memiliki kekuatan dan status untuk menjadi peneliti ekspert dalam

spesialisasinya; (10) keahlian dalam profesinya dapat dikembangkan untuk mencari klien. 3.

Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai

peraturan perundangundangan

(PPNI, 2005). Perawat adalah seseorang yang telah http://repository.unimus.ac.id

menyelesaikan pendidikan formalnya yang memiliki tugas untuk melaksanakan peran dan

fungsinya (Sumijatun, 2010). Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa


pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada

pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang

dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan

kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spriritual yang komprehensif, ditujukan

pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia (Kusnanto, 2004). Roy (dalam Nursalam, 2008), mendefinísikan bahwa

tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptasi yang berhubungan dengan empat

model respons adaptasi. Perubahan internal, eksternal, dan stimulus input bergantung dari

kondisi koping individu. Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat

adaptasi ditentukan oleh stimulus fokal kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu

respons yang diberikan

secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya

bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual

adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta

mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh

individu. Stimulus residual adalah karakteristik atau riwayat seseorang dan timbul secara relevan

sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

http://repository.unimus.ac.id Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan


respons adaptasi pada situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalam

memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Memanipulasi semua

stimulus tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona adaptasi. Jika memungkinkan,

stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus harus dirangsang dengan baik. B. Nilai

Profesional Keperawatan 1. Pengertian Nilai profesional keperawatan adalah suatu pondasi dari

praktik yang mengarahkan perawat dalam berinteraksi dengan klien, rekan sejawat, praktisi

profesional dan publik. Nilai-nilai yang menjadi identitas diri seorang perawat dalam mengurus

kesejahteraan klien dan menjadi suatu fondasi dalam mengaplikasikan praktik keperawatan

AANC (2008). Hayes (2006), menjelaskan tentang nilai profesional merupakan standart perilaku

yang digunakan untuk menyusun tindakan yang akan diterima oleh praktisi ditempat mereka

berada. Nilai dapat berhubungan dengan emosi dan pengalaman seseorang pada suatu pilihan,

keputusan dan tindakan dalam melakukan pelayanan (Naagazan, 2006). 2. Komponen Nilai

Profesional Perawat American Assosiation of Collage of Nursing, (2008),

menyebutkan beberapa nilai profesional dalam keperawatan yang menjadi fondasi dasar

dalam memberikan asuhan keperawatan. Beberapa klasifikasi nilai profesional yang

mencerminkan perawat profesional untuk berperilaku etik didalam memberikan pelayanan

asuhan keperawatan. a. Altruisme Bentuk tindakan yang memperhatikan dan mementingkan

kesejahteraan serta keselamatan bagi orang lain. Altruisme didalam

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai