TORI RIZKI
42010119A072
PSIK C
TINGKAT 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai pohon pengetahuan (Body of
knowledge) dan ketrampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan. Pelayanan dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi
kepentingan pasien/klien serta masyarakat. Sebagai cirri dari profesi, keperawatan
memiliki otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan patuh terhadap kode etik
Perawat sebagai profesi secara langsung akan menerima tanggung jawab,
kepercayaan dan kewajiban yang melekat pada kode etik itu sendiri, sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatanya dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai
dengan etik keperawatan, serta memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik
keperawatan yaitu ; perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimum; perawat membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan
kebutuhannya; perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai
advokat bagi kliennya; perawat menjaga kerahasiaan klien; berorientasi pada
akuntabilitas perawat; dan perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik,
dan aman (CNA, 2001).
Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan
tanggungjawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat
dituntut untuk bertanggungjawab memberikan praktik keperawatan yang aman dan
efektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi
(Mahlmeister, 1999). Standar klinik akan memberikan pedoman dan petunjuk bagi
perawat agar mereka tidak melakukan malpraktik, negligance sehingga
menghindarkan klien dari dampak yang buruk. Berdasarkan kondisi tersebut muncul
suatu pertanyaan, bagaimanakah seharusnya seorang perawat harus menjalankan
fungsinya sehingga terhindar dari masalah etik maupun hukum?
Sebagai seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab dan
mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-
langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat juga bekerja diberbagai
tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan interaksi bukan saja
dengan klien/pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim kesehatan
lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik
dengan klien/pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain. Di
samping itu perawat juga harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya
dalam praktek sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dan kesehatan,
terutama yang berkaitan dengan perpanjangan hidup yang sering menimbulkan
dilema etik.
Telaah tentang masalah etik dan isu/konflik yang mungkin timbul dalam
praktek keperawatan dapat dipakai sebagai landasan kerja bagi perawat dalam
pendekatan yang sistematis terhadap perilaku etis. Hal ini juga akan memberikan
peningkatan kesadaran tentang beragam masalah etik dan pengambilan keputusan
dalam asuhan keperawatan. Perawat dapat menjaga perspektif etis dengan jalan
menyadari bahwa semua keputusan yang diambil dalam praktek mempunyai dimensi
etis.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai kontak paling lama
dengan pasien. Seharusnya penghargaan besar perawat terhadap pasien diwujudkan
dalam pemberian asuhan yang bermutu secara ramah dan penuh perhatian. Kepekaan
perawat dituntut untuk dapat menghargai hak pasien/klien untuk menolak teatment
dan kapan mengesampingkan hak tersebut. Selain menghargai pasien dan
keluarganya, perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya seperti dokter,
social worker, ahli gizi dan lain-lain.
Oleh karena itu perawat seharusnya ikut terlibat dalam memecahkan masalah
besar yang menyangkut kesehatan dan kebutuhan pasien, dengan demikian terdapat
konsensus di antara anggota tim dalam mengambil keputusan dan menangani
informasi yang akan disampaikan kepada pasien dan keluarganya secara realistis dan
jujur, dan berpedoman pada nilai-nilai moral dan kode etik..
Rumusan Masalah
Bagaimana perawat mengambil keputusan dilemma etis sehubungan dengan
malpraktik dokter yang menimbulkan kelumpuhan anak usia 12 tahun pasca injeksi
sebelum operasi tonsil ?
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mengetahui strategy pengambilan keputusan keperawatan dalam menyikapi
malpraktik dokter yang menimbulkan kelumpuhan anak usia 12 tahun pasca injeksi
sebelum operasi tonsil dengan Application six step’s in EDM
1.2.2 Khusus
Menetapkan keputusan setiap tahap dalam Six Step”s in EDM
a. Clarify the ethical dilemma
b. Gather additional data
c. Identify options
d. Make decision
e. Act
f. Evaluate
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep etika
2.1.1 Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup
ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971)
2.1.2 Etik Keperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan
lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku
etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial
dalam lingkungan.
2.1.3 Kode Etik Keperawatan
Kode etik perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode
etik bertujuan untuk memberikan alas an/dasar terhadap keputusan yang
menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas
yang konsekuen dan absolute. Sebagai landasan utama dalam kode etik
adalah prinsip penghargaan pada orang lain, diikuti dengan prinsip
otonomi yang menempatkan pasien sebagai focus dari keputusan yang
rasional. Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah : prinsip
kemurahan hati atau selalu berbuat baik, menghargai keyakinan atau hak-
hak istimewa individu (confidentiality), selalu menepati janji (fidelity) dan
memperlakukan individu-individu secara adil.
1. Fungsi Kode Etik Perawat
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan
bagi status professional dengan cara sebagai berikut :
a. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan
tanggung jawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
b. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan
menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan
praktek etikal
c. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan professional
yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien
sebagai advocator, perawat dengan tenaga professional kesehatan
lainnya sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan
sebagai seorang contributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan
d. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai
profesi
2. Maksud kode etik perawat
Kode etik perawat mempunyai maksud sebagai berikut :
a. Memberikan landasan bagi pengaturan hubungan antara perawat,
pasien/klien, rekan sejawat, masyarakat dan profesi
b. Mengingatkan perawat tentang tanggung jawab khusus yang
mereka emban bila sedang merawat pasien/klien
c. Memberikan standar sebagai dasar untuk member sanksi pada
praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan moral dan
sebaliknya digunakan untuk membela praktisi keperawatan yang
diperlakukan tidak adil
d. Sebagai landasan pembuatan kurikulum professional dan untuk
memberikan orientasi bagi lulusan baru terhadap praktek
keperawatan
e. Membantu masyarakat umum agar dapat mengerti tingkah laku
keperawatan professional
f. Menuntun profesi dalam pengaturan diri
3. Prinsip-nilai dalam kode etik
Dalam kode etik perawat terkandung adanya prinsip-prinsip dan nilai-
nilai utama yang merupakan focus bagi praktek keperawatan. Prinsip
dan nilai bermuara pada interaksi professional dengan pasien serta
menunjukkan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah
dilakukannya. Kedelapan prinsip utama tersebut meliputi : respect,
otonomi, beneficence (kemurahan hati), non-maleficence, veracity
(kejujuran), confideciality (kerahasiaan), fidelity dan justice
(kesetiaan, keadilan) (PP-PPNI, 2006)
a. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau
menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus
menghargai hak-hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan
bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar. Penerapan
Informed Consent secara tidak langsung menyatakan suatu trilogy
hak pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan
menolak treatment.
b. Autonomi
Autonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan
membuat keputusannya sendiri meskipun demikian masih terdapat
berbagai keterbatasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi, latar belakang individu, camput tangan hokum dan tenaga
kesehatan professional yang ada. Pada prinsipnya otonomi
berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih bagi diri mereka
sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimbangannya
merupakan hal terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep
diri dalam menentukan nasib atau mempertanggungjawabkan
dirinya sendiri
c. Benefecience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
Kesulitan muncul pada waktu menentukan siapa yang harus
memutuskan hal terbaik untuk seseorang. Pada dasarnya
diharapkan seseorang dapat membuat keputusan untuk dirinya
sendiri kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya seperti
bayi, orang yang secara mental tidak kompeten dan pasien koma.
Permasalahan lain muncul berpusat pada “apa yang disebut baik”
dan “apa yang disebut tidak baik” sebagai contohnya adalah suatu
keputusan yang harus diambil, apakah lebih baik, menopang dan
memperpanjang hidup dalam menghadapi semua ketidak mampuan
atau lebih baik memperbolehkan seseorang untuk meninggal dan
mengakhiri penderitaannya. Tentu saja memerlukan pertimbangan
yang sangat hati-hati.
d. Non-maleficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Kerugian atau cidera
dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan,
kematian atau adanya gangguan emosi yang antara lain adalah
perasaan tidaak berdaya, merasa terisolasi dan adanya kekesalan.
Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan, pelanggaran
atau berbuat kesalahan.
f. Konfidensialitas
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus
dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
professional kesehatan akan dihargai dan tidak
disampaikan/diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat.
Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien
dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien/klien
tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani.
Dalam praktek klinik perawat sering menemukan prinsip-prinsip
yang bertentangan, sehingga mendapatkan kesulitan dalam
menanganinya. Sebagai contoh : adanya seorang pasien yang tidak
diberitahu tentang diagnose penyakitnya, sehingga bertanya pada
perawat. Jika perawat tidak mempunyai kewenangan untuk
menyampaikan informasi tersebut, maka perawat akan mengalami
dilemma etik, antara memberitahu pasien sesuai dengan
penghargaan terhadap otonomi atau tidak akan menceritakan
kebenaran yang berarti melanggar prinsip kejujuran.
g. Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat
untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban
mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan
pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia
dan “caring”
h. Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua
individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang
sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini
persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
kebaikan hidup seseorang
2.1.4 Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih)
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara
atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa
yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang
salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung
pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
1. Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
2. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema
etik, yaitu :
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
3. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
4. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap
alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan berikutnya.
5. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang
menyebabkan masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan
keputusan.
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan
keputusan.
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan
6. Model Levine – Ariff dan Gron
a. Mendefinisikan dilema
b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindaklanjuti
7. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
8. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang
terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
2.1.5 Strategi Penyelesaian Masalah Etik
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan
dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini
berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama,
sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja.
(Mac Phail, 1988)
Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan
melakukan rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan
dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis
tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan
terdapat permasalahan etis.
2.2 PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
4.1 Simpulan
4.1.1 Setiap tindakan pasti ada resiko, apalagi yang berhubungan dengan tindakan
medis sehingga seharusnya apapun tindakan yang dilakukan oleh dokter dan
tim harus tetap mempertimbangkan prinsip etik yaitu : 1) Principle of
Respect to the Patien’s autonomy, 2) Principle of Veracity, 3) Principle of
Nonmaleficence, bahwa ”first of all do no harm (primum non Nocere), 4)
Principle of Beneficence 5) Principle of Confidentiality, , 6) Principle of
Justice
4.1.2 Upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan
nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan
demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut
akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan
terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
4.2 Saran
4.2.1 Perawat sebagai profesi mandiri dan bekerja sebagai teamwork hendaknya
mampu memberikan alternatif problem solving yang dapat menenangkan
dan menentramkan pasien dan keluarga dengan cara advokasi.
4.2.2 Sebagai bentuk pertanggungjawaban rumah sakit terhadap pasien dan
keluarga, maka hendaknya rumah sakit memberikan kompensasi yang
memadai untuk pengobatan pasien.
4.2.3 Selalu berhati-hati dan teliti dalam setiap hendak melakukan tindakan. Dan
berikan penjelasan yang cukup tentang prosedur tindakan dan resiko dari
tindakan yang dilakukan.
4.2.4 Untuk keluarga agar bisa kooperatif dalam proses penyembuhan pasien, dan
pasien dan keluarga mempunyai hak penuh untuk menerima atau menolak
sebuah tindakan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Danny Wiradharma, SH, M.S., dr, 1996, Hukum Kedokteran, Penuntun kuliah, Bina
Rupa Aksara, Jakarta
DPD I PPNI Jawa timur, PSIK FK Unair Surabaya, Kumpulan materi Pelatihan
Dosen /Staf Pengajar cabang Ilmu Keperawatan Dasar, disampaikan dalam
pelatihan Dosen/staf Pengajar cabang Ilmu Keperawatan dasar.
Kusnanto, SKp., 2000, Praktek Keperawatan Profesional, kumpulan materi pelatihan
dosen/staf pengajar, DPD PPNI Surabaya, tidak dipublikasikan.
Majelis kehormatan Etik Keperawatan, PPNI, 2005, Kode Etik Perawat Indonesia, buku
I, II, Jakarta, tidak dipublikasikan
Mimin Emi, S,,Dra, Hj., Etika Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik, EGC, 2004
Nila Ismani, Hj, SKM, 2001, Etika Keperawatan, Widya Medica, Jakarta
Panitia rapat Kerja nasional PPNI, 2008, Praktik Mandiri, PPNI Semarang, tidak
dipublikasikan.
Palestin B, 2006, disalin dari “jurnal keperawatan dan penelitian “,
(http://bondanmanajemen.blogspot.com/2006/10/fungsi-perawat-spesialis-
agar.html)
Pengurus Pusat PPNI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomer
HK.02.02/MENKES/148/I2010..
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP-PPNI), 2010, Standar Profesi
& Kode Etik Perawat Indonesia, Jakarta.
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP-PPNI), 2006, Kode Etik
Perawat Indonesia, Jakarta.
Praptianingsih, Sri., 2006, Kedudukan hhukum perawat dalam upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robert Prihardjo, 1995, Praktik Keperawatan Profesional, dasar Dan Hukum, EGC,
Jakarta.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2009, Himpunan Perundangan Anti Malpraktek
Kedokteran dan Kesehatan, Pustaka Yustisia, Jakarta
Western Pasific And South East Asian Region, 2006, Common Competencies For
Registered Nurses, ANMC Australia