Oct 6
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4) Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa doctors knows best sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6) Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7) Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dihindari.
8) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawtan Indonesia :
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar
terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat
lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan publik
(International Council of Nurse (ICN)
1. Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya
penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung
jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga keperawatan
maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin
seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
6. Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik
keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.
Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan
ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan
Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu
kebiasaan didalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika
keperawatan adalah sifat manusia yang unik
Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika
keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup
Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang
pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti
ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam
menentukan keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan
kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluaga pasien menanyakan apakah selang-selang
yang dipasang hampir pada semua bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap
hidup.
Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.
Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk
pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat pada
permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan
pasien.
Berkata secara jujur melawan berkata bohong
Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan
narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan
mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia yang
dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.
Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,
ekonomi dan ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat
kedokter.
Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untuk mengatasi
nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun tersebut
terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan
dibagian tubuh yang sakit.
Konsep Profesi Keperawatan
1. Etika hubungan tim keperawatan
Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung pada
tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program pendidikan
keperawatan yang berafiliasi/kerjasama Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan
terhadap kualitas asuhan keperawatan : Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat
harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah
mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat
harus mampu mengadakan komunikasi secara efektif. Latar belakang pendidikan, jenis
pekerjaan maupun kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan,
perawatan dibagi dalam berbagai kategori, misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal,
kepala unit perawat, kepala seksi perawatan (supervisor), dan kepala bidang keperawatan
(direktor president of nursing). Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus
mampu mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat
didiskusikan dengan sesama perawat atau atasannya.
2. Hubungan perawat-pasien-dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan selama
mereka masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan
perawat dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tidak
terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan lain-lain. Berbagai
model hubungan perawat-pasien-dokter telah dikembangkan, diantaranya adalah model yang
dikembangkan oleh Szasz dan hollander, mereka mengembangkan tiga model hubungan
dokter-perawat di mana model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk
hubungan antara perawat dan dokter Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :
1. Model Aktivitas Pasivitas
Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat untuk
bayi, pasien koma, pasien bius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada pada posisi
mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien kurang
diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.
1. Model Hubungan Membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran. Model ini terdiri dari pasien
yang mempunyai gejala mencari bantuan dan dokter yang mempunyai pengetahuan terkait
dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan bantuan dalam bentuk perlakuan/pengobatan.
Timbal baliknya, pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran dokter. Dalam
model ini, dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati
pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistic atau sedikit lebih
rendah.
1. Model Partisipasi Mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama/kesejajaran antara umat manusia
merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi.
Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa pihaknya yang saling berinteraksi
mempunyai kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan
memberikan kepuasaan kedua pihak. Robert Veatch mengembangkan empat model hubungan
dokter pasien meliputi :
1. The Engineering Model
Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas murni dari ilmu atau
kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara terus menerus terhadap fakta, observasi, desain
penelitian, dan tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka nilai-nilia dengan praduga
menurut ilmu-ilmu murni. Sejumlah besar piliha-pilihan nilai dan signifikasi harus dibuat
oleh orang-orang terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak seperti ilmu
teknik, nilai-nilai tidak dapat ditiadakan dari nasehat teknis terhadap
1. The Pristly Model
Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat memberi tahu
pasien apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan prinsip
etis jangan kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan prinsip paternalistic
dengan tidak memberitahukan berita buruk kepada pasien, tetapi memberikan suatu
pemantapan yang tidak nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat
keputusan, tetapi menyerahkan kebebasan kepada dokter, misalnya, pasien tidak diizinkan
menolak transfusi darah yang menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime
mengurangi takdir pasien dengan mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan
kehidupan.
1. The Collegial Model
Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai tujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya dan percaya
diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama. Namun
pada kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk persamaan
kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial, status ekonomi,
pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim terhadap
ilusi.
1. The Contractual Model
Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi berharap untuk memegang
ketaatan terhadap anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak. Kesepakatan terhadap
prinsip moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam kesepakatan hubungan, pasien
berhak menentukan nasib mereka. Dalam model ini terjadi curah pendapat tentang tanggung
jawab dan kewajiban etis.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan dengan dokter,
dikenal beberapa peran perawat, yaitu :
1. Peran independen ( Mandiri )
Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri
2. Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )
Peran tergantung merupakan peran perawat dalam melaksanakan program kesehatan dimana
pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.
3. Peran inter dependen ( Kolaborasi )
Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work
dengan tim kesehatan lain.
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f) Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g) Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi
dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
k) Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.
3. Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan di indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat PPNI melalui
Musyawara Nasional PPNI dijakarta pada tanggal 29 November 1989.
BAB I
Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat kelurga dan penderita
1. Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab
yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk orang
seorang, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga atau penderita,
keluarganya dan masyarakat.
BAB II
Tanggung jawab perawat tehadap tugas
1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disetai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan
sesuai dengan kebutuhan orang seorang atau penderita, keluarga dan masyarakat.