Anda di halaman 1dari 22

AKTUALISASI PANCASILA DALAM BERNEGARA : KEPEMIMPINAN

NEGARA DAN PERILAKU APARATUR NEGARA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Disusun oleh :
Azalia Hapsari (P07120217014)
Lantana Camarasarin (P07120217024)
Mira Luthfiana (P07120217027)
Yuliana Fajarsari (P07120217039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

AKTUALISASI PANCASILA DALAM BERNEGARA : KEPEMIMPINAN


NEGARA DAN PERILAKU APARATUR NEGARA

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Pembimbing Akademik

(Sarka Ade Susana,SIP,S.Kep.,MA)


NIP.196806011993031006
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Aktualisasi Pancasila dalam Bernegara : Kepemimpinan Negara dan
Perilaku Aparatur Negara”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan Palestin, SKM.,M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi.,S.Kep., M.Kep selaku Ka.Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Sarka Ade Susana,SIP,S.Kep.,MA selaku dosen pembimbing mata kuliah pancasila
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan
penyusunan laporan ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang Aktualisasi Pancasila dalam Bernegara : Kepemimpinan Negara dan
Perilaku Aparatur Negara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini,
masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharap dan saran dari
berbagai pihak agar makalah ini lebih sempurna.

Yogyakarta, 4 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 3
D. Cara Pengumpulan Data .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Pancasila ....................................................................................... 5
B. Aktualisasi Pancasila ................................................................................... 5
C. Macam-macam Aktualisasi Pancasila ......................................................... 6
D. Penerapan Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan ............ 7
E. Penerapan Nilai Pancasila pada Aparatur Negara .................................... 13
F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Aparatur Sipil Negara (ASN)....... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan bangsa yang mempunyai banyak sumber daya,
diantaranya kekayaan alam yang melimpah, sumber daya manusia, dan peluang
pasar yang besar. Penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih adalah
keniscayaan di era globalisasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mewujudkannya, namun dalam implementasinya masih jauh dari idealitas. Masih
banyak keluhan masyarakat terkait dengan kinerja aparat pemerintah yang dinilai
rendah dan tidak memiliki nilai dasar dalam menjalankan tugasnya
(Wibisono,2014).
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah
mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut
banyak hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga
berdirilah pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia (Hamid,
2012).
Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang
pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-
unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan
organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan pelayanan pada masyarakat
dengan maksimal. Dengan meningkatkan mutu pelayanan berarti tercapainya hasil
kerja seseorang atau aparatur desa dalam mewujudkan tujuan organisasi (Gibson,
2011).
Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan
keterampilan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas suatu organisasi.
Bila organisasi dapat mengidentifikasi kualitas-kualitas yang berhubungan dengan
kepemimpinan kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif
akan meningkat (Gibson, 2011).
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari aktor pembangunan
yang diharapkan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang (Lembaga Administrasi, 2014)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam
mengelola semua potensi yang ada di Negara Indonesia sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 berupa kekayaan alam yang melimpah, potensi sumberdaya manusia, peluang
pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil agar dapat terkelola secara
efektif dan efisien. Untuk membentuk Pegawai sipil Negara yang mampu
melaksanakan tugas dengan baik maka Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selama ini
PNS identik dengan stigma negatif, mulai dari kerja santai, tidak displin, gampang
disuap, dan stigma negatif lainnya. Agar stigma tersebut berubah, maka perubahan
harus dimulai dari diri PNS itu sendiri (Lembaga Administrasi, 2014).
Untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik maka diperlukan
Aparatur Sipil Negara yang berkualitas dengan cara penanaman nilai-nilai dasar
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun nilai-nilai dasar tersebut adalah akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi atau disingkat menjadi
ANEKA.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui Aktualisasi Pancasila dalam Bernegara : Kepemimpinan Negara
dan Perilaku Aparatur Negara
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Pengertian Pancasila
b. Pengertian Aktualisasi Pancasila
c. Macam-Macam Aktualisasi Pancasila
d. Penerapan Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
e. Penerapan Nilai Pancasila pada Aparatur Negara
f. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Aparatur Sipil Negara (ASN)

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemikiran
khususnnya mengenai Aktualisasi Pancasila dalam Bernegara : Kepemimpinan
Negara dan Perilaku aparatur Negara
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Aktualisasi Pancasila
dalam Bernegara : Kepemimpinan Negara dan Perilaku aparatur Negara
b. Institusi Pendidikan
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan dating, juga sebagai
referensi dan tambahan informasi tentang aktualisasi pancasila dalam
bernegara : kepemimpinan negara dan perilaku aparatur negara
c. Pembaca
Diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran serta
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait aktualisasi pancasila dalam
bernegara : kepemimpinan negara dan perilaku aparatur negara.

D. Cara Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Metode Penulisan
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku mengenai
aktualisasi pancasila dalam bernegara : kepemimpinan negara dan perilaku
aparatur negara, jurnal cetak maupun online, dan artikel ilmiah yang bersumber
dari internet.
2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka dari berbagai literatur dan disusun
berdasarkan hasil diskusi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antara satu sama lain sesuai dengan topik yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Kata Pancasila berasal
dari Bahasa Sanskerta yaitu terdiri dari dua kata : pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara etimologis (pengertian kata), istilah Pancasila berasal dari bahasa
Sanskerta dari India yang mengandung dua arti yakni “Panca” artinya lima
sedangkan “Syila” vocal i pendek artinya batu sendi atau dasar. “Syiila” vokal i
panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik baik, yang penting. Oleh karena itu
secara etimologis, kata “Pancasila” berarti liam aturan tingkah laku yang baik dan
penting.
Dalam ajaran Buddha, sila diartikan sebagai moralitas dan Pancasyiila
merupakan lima aturan atau larangan yang wajib ditaati oleh penganutnya. Lima
larangan tersebut disebut juga sebagai lima prinsip (five principle) yakni dilarang
membunuh (panatipada-virati), dilarang mencuri (adinnadana-virati), dilarang
berbuat asusila (kamesu-micchacara virati), dilarang berkata bohong (musavada-
virati), dan dilarang minum yang memabukan (suraprana-virati) (Setijo, 2009).

B. Pengertian Aktualisasi Pancasila


Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara
pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran
nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma
hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan
dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.
C. Macam-Macam Aktualisasi Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi
setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan sikap serta tingkah laku bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara hasur berdasar pada nilai-nilai
Pancasila. Hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap, dan tidak berubah.
Nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan
negara dan dalam wujud norma-norma baik norma hukun, kenegaraan, maupun
norma-norma moral yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.
Berdasar pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia dalah sebagai
makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan dalam
Pancasila adalah sebagai suatu kesepakatan yang luhur untuk mendirikan Negara
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita
harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan
tingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi Bangsa Indonesia
merealisasikan Pancasila adalah suatu keharusan moral maupun yuridis.
Aktualisasi Pancasila dibagi dua, yakni:
1. Aktualisasi Obyektif
Adalah penjabaran nilai-nilai Pancasila ke bentuk norma aspek
penyelenggaraan negara, baik Lembaga Eksekutif, Legislatif, Yudikatif maupun
semua bidang kenegaraan lainnya. Selain itu, juga meliputi bidang-bidang
aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran
ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun
bidang kenegaraan lainnya.
2. Aktualisasi Subyektif
Adalah penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma dalam diri
individu dan berkaitan dengan norma-norma moral. Arti lain dari aktualisasi
subjektif adalah pelaksaanaan Pancasila dalam setiap pribadi, perorangan, setiap
warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap
orang Indonesia dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi Pancasila
yang subjektif ini justru lebih penting dari aktualisasi yang objektif, karena
aktualisasi subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan aktualisasi yang
objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan kesadaran,
ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila. Pelaksanaan
Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan baik apabila suatu keseimbangan
kerohanian yang mewujudkan bentuk suatu kehidupan dimana kesadaran wajib
hukum telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral, sehingga dengan demikian
suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukan
hanya akan menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan
tingkah laku seseorang sehingga aktualisasi Pancasila yang subjektif berkaitan
dengan norma-noram moral.

D. Penerapan Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


Selama sekian tahun Indonesia merdeka, pengkajian Pancasila secara filosofis
terus dilakukan untuk memperoleh makna terdalam hingga dapat dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini perlu dipahami, karena penyelenggaraan pemerintah sangat sensitif
dengan nilai-nilai yang merusak Pancasila. Selain itu, penyelenggaraan pemerintahan
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila akan mempercepat tercapainya tujuan
pembangunan nasional.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila harus
ada di setiap perumusan kebijakan dan implementasinya. Artinya, dalam
penyelenggaraan pemerintahan harus mengandung tata nilai spiritual sehingga
merasa bahwa Tuhan Yang Maha Esa selalu mengawasi dan ada, menghindari
praktik yang menyimpang dan diskriminatif. Begitu pula dengan nilai kultural dan
institusional Pancasila, semua menjadi ruh pada penyelenggaraan pemerintahan.
Nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan diuraikan di bawah ini
berdasarkan masing-masing sila Pancasila, sebagai berikut:
1. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Setiap penyelenggaraan pemerintahan dan semua individu yang terkait di
dalamnya meyakini dan mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian,
diskriminasi, penyelewengan, dan segala bentuk ketidakadilan dapat dihindari.
Nilai sila pertama ini akan menjiwai seluruh sila lain dan seharusnya menjiwai
seluruh aktivitas penyelenggaraan pemerintahan. Nilai-nilai tersebut
diimplementasikan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut :
a) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga melahirkan
pelaksanaan semua kewajiban dan larangannya, pada setiap individu
penyelenggaraan negara sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
b) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa selalu mengawasi
semua perbuatan di dunia, untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
c) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa, berarti bahwa segala sesuatu di dunia ini ada, karena diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
d) Penyelenggaraan pemerintahan harus menjamin semua penduduk Indonesia
(warga negara Indonesia dan warga negara asing) untuk memeluk agama
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
e) Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi
diwajibkan memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Dimana saat ini ada lima agama yang diakui keberadaannya,
ditambah dengan aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
f) Ateisme atau ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa
dilarang di Indonesoa. Oleh karena dilarang, maka tidak diperkenankan
seorang pun warga negara Indonesia yang menganut paham tersebut.
g) Penyelenggaraan pemerintahan menjamin berkembang dan tumbuhnya
kehidupan beragama, toleransi antar umat dalam beragama. Toleransi disini
terutama dalam hal membiarkan pemeluk agama lain untuk menjalankan
ibadahnya.
h) Memberikan fasilitas untuk meningkatkan iman dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa umat beragama. Misalnya, dengan ikut
menumbuhkan kegiatan beragama, menetapkan hari libur nasional untuk
hari-hari besar agama, menyiarkan siaran meningkatkan iman dan takwa 5
agama yang diakui dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
sebagainya.
i) Menjadi fasilitator atau mediator ketika terjadi konflik antar umat beragama
dengan tidak memihak agama mana pun. Hal ini penting bagi
penyelenggaraan pemerintahan, agar kesatuan dan persatuan tetap terjaga.
2. Nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Penyelenggara pemerintahan harus mempunyai nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab. Dengan demikian, penyelenggara akan mengakui adanya martavak
manusia, adil terhadap manusia, dan tidak lupa untuk bersikap baik dengan
lingkungan alam. Nilai Pancasila yang sepenuhnya dimiliki oleh penyelenggara
pemerintahan akan membawa kesejahteraan bagi semua yang berada di bawah
pemerintahannya. Masyarakat adil dan makmur akan tercipta dengan
memperhatikan keseimbangan lingkungan. nilai sila kedua Pancasila,
diimplementasikan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut:
a) Memahami bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang universal,
sehingga penyelenggara pemerintah akan menempatkannya sesuai hakikat.
Tidak merendahkan, tidak diskriminatif, dan selalu mengakui persamaan
derajat sesama manusia menjadi ciri khasnya.
b) Penyelenggara pemerintahan akan memperlakuan seluruh warga negara dan
penduduk yang tinggal di wilayahnya dengan adil. Tidak ada sikap pilih
kasih dalam berbagai kegiatan dan kebijakan yang diambil. Semua
didasarkan keadilan, misalnya pembangunan dan hasilnya yang dapat
dinikmati semua penduduk di daerah maupun kota, di daerah terjangkau
maupun daerah terpencil. Sehinggga, konflik sosial dalam masyarakat juga
tidak terjadi.
c) Memahami bahwa manusia mempunyai daya cipta, daya rasa, dan daya
karsa yang tidak sama dengan makhluk lain.
Penyelenggaraan pemerintahan akan berusaha menyalurkan semua potensi
yang dimiliki masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Dengan daya cipta
dan daya karsa tersebut, manusia juga diarahkan untuk mencintai
lingkungan dan peduli terhadap sesama manusia.
d) Mengakui adanya martabat manusia. Ini penting karena dengan mengakui
martabat manusia, maka sikap terhadap orang lain juga akan lebih baik dan
tidak lagi merendahkan.
e) Menjunjung tinggi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, terutama
negara Indonesa. Ini juga menjadi nilai landasan penyelenggara
pemerintahan agar amanat menjalankan tugasnya dan tidak semena-mena
terhadap orang lain.
f) Penyelenggara pemerintah harus dapat mewujudkan keadilan dalam
peradaban yang kuat. Dapat bijaksana dalam mengambil kebijakan dan
sikap terhadap segala masalah yang terjadi dalam negara, artinya
penyelenggara pemerintah Indonesia juga tidak pasif terhadap segala
penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.
Nilai dari sila kedua ini menjadi jiwa untuk sila-sila Pancasila selanjutnya.
Penyelenggara pemerintahan akan dapat menerapkan nilai persatuan dan
kesatuan, kerakyatan, dan keadilan apabila nilai sila pertama dan ekdua dapat
bermakna bagi mereka.
3. Nilai Sila Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mencakup seluruh wilayah
Indonesia dan seluruh suku, rasa, dan agama yang mendiami seluruh wilayah
tersebut. Bangsa yang memiliki keanekaragaman yang banyak seperti Indonesia,
tentu sulit untuk membangun apabila tidak diiringi sikap persatuan dan kesatuan.
Penyelenggaraan pemerintah yang tidak mengimplementasikan nilai persatuan
juga sulit untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya, sehingga seluruh
kebijakan dan rencana yang dibuat tidak dapat terlaksana. Makna nilai sila
persatuan Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan, antara lain :
a) Mengakui adanya Bhinneka Tunggal Ika. Tugas pemerintahan dalam hal ini
adalah melakukan pembinaan dan fasilitator terhadap semua perbedaan
yang ada, agar menjadi satu kesatuan yang bersifat maju. Keanekaragaman
diolah menjadi sebuah kekayaan Bangsa Indonesia yang bersifat
membangun, bukan merusak keutuhan bangsa.
b) Cinta bangsa dan tanah air. Merupakan bagian dari nilai dan rasa
nasionalisme. Penyelenggaraanan pemerintah dapat menciptakan dan
mensosialisaikan rasa cinta bangsa dan tanah air Indonesia. Cinta terhadap
tanah air dan bangsa Indonesia, yang akan membuat semua warga negara
dengan segala prestasi dan kemampuan yang dimilikinya di mana pun
mereka berada akan kembali ke Indonesia. Mereka akan mengabdikan
seluruh hidup dan ilmu yang dimiliki untuk kejayaan Bangsa Indonesia.
c) Menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sebagai perwakilan
dan tokoh bangsa yang dipercaya oleh rakyat untuk membuat rencana dan
kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, maka
pemerintahan dapat mengajak semua pihak untuk selalu bersatu. Pemerintah
dapat menghimbau semua komponen bangsa agar dapat bersatu. Dan
apabila terjadi pertikaian, pemerintah menjadi mediator untuk
menyelesaikan pertikaian demi terjaganya persatuan Indonesia.
d) Penyelenggaraanan pemerintah, menghilangkan penonjolan kekuatan dan
kekuasaan berdasarkan suku, keturunan, dan warna kulit. Penyelenggara
pemerintah, dapat diambil dari semua komponen bangsa sesuai kemampuan
dan prestasinya untuk Indonesia. Bukan kekuasaan yang berdasarkan
keturunan atau suku tertentu.
e) Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, penyelenggaraan
pemerintahan menumbuhkan nilai rasa senasib dan sepenanggungan di
antara rakyat Indonesia. Siapapun, apapun suku, ras, dan agamanya, serta di
wilayah manapun dia berada harus dibela . Tentu saja sesuai aturan dan
ketentuan hukum yang berlaku.
4. Nilai Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila mengandung makna
demokrasi, dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan musyawarah dalam
setiap keputusan. Nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan sila
keempat dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu :
a) Mengakui adanya nilai kedaulatan berada di tangan rakyat sebagai ciri-ciri
negara demokrasi. Pemerintahan yang berasal dari rakyat, di mana semua
penyelenggaraan pemerintahan adalah wakil-wakil rakyat yang dipilih
melalui proses pemilihan umum. Pemerintahan oleh rakyat, karena
penyelenggara pemerintah adalah wakil rakyat, hendaknya menyuarakan
kepentingan rakyat secara umum, bukan menyuarakan kepentingan
golongan / kelompok maupun pribadi. Pemerintah untuk rakyat, semua
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara pemerintah yang sebenarnya
adalah wakil rakyat bertujuan untuk rakyat. Sebesar-besarnya dengan tujuan
kesejahteraan rakyat.
b) Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai
level paling tinggi adalah seseorang yang dapat membuat kebijakan
berdasarkan kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat. Bukan pemimpin
yang tidak dapat menerima usul dan kritik dari rakyat yang memilihnya.
c) Dalam penyelenggara pemerintahan, semua warga negara Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kweajiban yang sama. Misalnya,
dalam fungsi pemilu, semua warga negara yang sudah memenuhi syarat
mempunyai hak dipilih (pemilih aktif) maupun hak memilih (pemilih pasif).
d) Di setiap keputusan, penyelenggaraan pemerintahan selalu
berdasarkan manfaat musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam tingkat
tertinggi musyawarah dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk di
lembaga-lembaga negara yang ada, terutama DPR. Musyawarah mufakat
lebih utama dan didahulukan daripada keputusan cara lain. Dimana dalam
musyawarah setiap orang berhak menyuarakan pendapat dan usulannya dan
peserta harus saling menghargai.
e) Gotong royong juga merupakan nilai yang harus dianut oleh
penyelenggaraan pemerintahan. Gotong royong dimaksud adalah semua
penyelenggara pemerintahan mempunyai tujuan yang sama, sehingga harus
secara bersama, bersatu, agar tujuan dapat terlaksana dengan segera.
5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia meliputi
seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, keadilan juga harus mencakup semua
bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, ideologi, politik, sosial, dan
kebudayaan. Maka nilai-nilai sila kelima Pancasila dalam penyelenggaraan
pemerintahan, meliputi
a) Kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang bersifat
dinamis, selelu berubah menuju lebih baik dan bergerak semakin cepat
sesuai perkembangan zaman. Penyelenggara pemerintahan harus
mewujudkan yang demikian, dengan pembangunan yang merata sampai ke
pelosok-pelosok daerah dan perbatasan dengan negara lain.
b) Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa
Indonesia, menjadi milik negara dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk
kebahagiaan bersama. Pelaksanaannya diatur oleh pemerintah daerah sesuai
potensi dan kemampuan masing-masing daerah.
c) Penyelenggaraan pemerintahan melindungi segenap Bangsa Indonesia agar
masing-masing dapat berkerja dan ikut membangun Indonesia sesuai
bidangnya masing-masing. Misalnya, dengan memfasilitasi keterampilan
dan fasilitas umum untuk orang-orang yang cacat. Jika mereka diberi
kesempatan dan keterampilan yang sesuai kemampuan mereka, maka
mereka juga dapat ikut membangun negeri
d) Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh
penyelenggara pemerintahan, cita-cita tersebut tidak hanya mencakup
tujuan secara fisik/materil, tetapi juga mencakup spiritual
e) Penyelenggara pemerintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan
dan pembangunan. Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan
dalam pelaksaan pembangunan tersebut.
f) Nilai keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta dengan menjunjung
penghormatan terhadap hal orang lain. Pada akhirnya akan membuat semua
warga juga akan saling menghargai.
Nilai-nilai sila kelima Pancasila ini meliputi dan dijiwai oleh sila-sila
sebelumnya, yaitu sila pertama sampai keempat.

E. Penerapan Nilai Pancasila pada Aparatur Negara


Sesungguhnya apabila Pancasila dipahami, dihayati dan diamalkan secara jujur
dan benar serta konsekuen oleh setiap anggota masyarakat, utamanya para
penyelenggara negara dan para elite politik dalam melaksanakan gerakan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia masa depan yang dicita-citakan, maka Pancasila dapat
menjadi perekat dan mengarahkan kekuatan kemajemukan bangsa untuk mencapai
tujuannya yang besar dan mulia berupa tegaknya kedaulatan negara untuk
kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Pancasila tidak saja mengandung nilai budaya
bangsa, tetapi juga menjadi sumber hukum dasar nasional dan merupakan
perwujudan cita-cita luhur di sgala aspek kehidupan bangsa. Dengan perkataan lain
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga harus dijabarkan menjadi norma moral,
norma pembangunan, norma hukum dan etika kehidupan berbangsa. Dengan
demikian sesungguhnya secara formal bangsa Indonesia telah memiliki dasar yang
kuat dan rambu-rambu yang jelas bagi pembangunan masyarakat Indonesia masa
depan yang dicita-citakan. Permasalahannya ialah bagaimana mengaktualisasikan
dasar dan ramu-rambu tersebut ke dalam kehidupan yang nyata setiap pribadi warga
negara, sehingga bangsa ini tidak kehilangan norma moral sebagai penuntun dan
pegangan dalam melaksanakan gerakan reformasi, dan untuk mengatasi krisis multi
dimensi termasuk krisis moral yang sedang melanda bangsa dan negara untuk
menggapai masa depan yang dicita-citakan.
Menurut Zabda (2015) bentuk operasional nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan Negara yaitu: “Sila Ketuhanan Yang Mahaesa, dapat dioperasionalkan
seperti: setiap orang Indonesia seharusnya beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa,
yang wujud perilakunya adalah menjalankan perintah ajaran agamanya masing,
bertoleransi terhadap orang lain yang menjalani ajarannya agamanya. Kemudian
mengamalkaan ajaran agama betul memberi manfaat baagi kepentingan orang
lain/banyak. Sila Kemanusian yang adil dan beradab, diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang saling menghargai harkat dan martabat manusia, kesamaan dalam
kemasyarakatan dan hukum, saling mengasihi, dan menyayangi satu sama lain
hingga mewujudkan kondisi yang serasi selaras dalam masyarakat. Sila Persatuan
Indonesia, diwujudkan tiadanya diskriminasi individu dan antar golongan, kesedian
bekerjsasama untuk kepentingan bersama, bergotong royong, rela berkorban,
senantiasa sama berupaya menciptakan kerukunan, mencitai tanah air dengan cara
mencintai karya bangsa sendiri, dan lain-lain. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sila itu diwujud ke dalam
menyelesaikan masalah dengan musyawarah, demokrasi substansial, dan tidak
memaksakan kehendak, dan seterusnya. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, diwujudkan dalam bentuk perilaku menghargai hak orang lain, karya cipta
orang lain, mengedepankan kewajiban kemudian hak yang dilaksanakan secara
seimbang.”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Pancasila dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu (1) terjalinnya hubungan fungsional yang
proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara; (2) penyelesaian sengketa secara
musyawarah, sedangkan peradilan merupakan sarana terakhir; dan (3) hak-hak asasi
manusia yang tidak hanya menekankan hak atau kewajiban, tetapi terjalinnya suatu
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sedangkan peran lembaga Negara dalam
mengaktualisasikan nilai pancasila berdasarkan system ketatanegaraan Indonesia
untuk menegakkan UUD 1945 dengan melakukan judicial review atas UU yang
bertentangan terhadap UUD 1945 maupun dalam melakukan kewenangan lainnya
sebagai pengawal politik hukum nasional, pengawal konstitusi dan sebagai penafsir
tunggal pasal-pasal UUD 1945 demi tegaknya hukum dan keadilan.

F. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Aparatur Sipil Negara (ASN)


Aparatur Sipil Negara (ASN) ialah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
ASN sendiri merupakan bagian dari manajemen kepegawaian negara di bawah
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. ASN adalah penyelenggara
negara yang terdapat dalam semua lini pemerintahan sehingga ASN juga tergolong
dalam aparatur negara. Sebagai seorang aparatur negara ini, ASN juga mempunyai
kewajiban untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Masri selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta,
sebagai seorang ASN sangat penting untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila karena seluruh nilai dari kelima sila dalam Pancasila
sangat tepat dengan kinerja ASN.
Menurut Masri, dalam Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima memiliki
nilai-nilai yang sesuai dengan kehidupan seorang ASN. Ketuhanan Yang Maha Esa,
misalnya mengandung nilai bahwa prinsip kerja harus sebagai ibadah, yaitu
menunjukkan sikap selalu bersyukur atas setiap pekerjaan yang telah diamanahkan
kepada ASN. ASN juga wajib menjalankan kinerja dengan ikhlas, bekerja sepenuh
hati, jujur, dan disiplin. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa juga harus memiliki rasa
takut dan diawasi oleh Allah SWT sehingga kita selalu berhati-hati dalam bertindak,
menjauhi kejahatan, kecurangan, dan praktik-praktik yang merugikan tempat kita
bekerja.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, menurut Masri, diantaranya
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan, dan keadaban. Kemudian menolong
dan berbagi ilmu dengan teman sesama kerja dan bersikap adil, tidak membeda-
bedakan dalam memilih dan memosisikan sumber daya manusia sebagai rekan
sekerja, bawahan, dan pelanggan.
Sementara pada nilai persatuan Indonesia, aktualisasinya ialah menekankan
pentingnya membangun semangat kerja sama, saling menghargai, dan saling
mendukung antarsesama, serta tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar
belakang dalam tim tetapi dapat bekerja sama sesuai tugas pokok dan fungsi masing-
masing, serta dalam bekerja ASN harus mendahulukan kepentingan organisasi
daripada kepentingan pribadi dan golongan.
Nilai sila keempat dari butir Pancasila yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, diantaranya harus
membiasakan diri bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah serta mengambil
keputusan. Kemudian bersikap terbuka untuk menerima kritik, mengakui kekurangan
diri dan menghargai kelebihan teman.
Sedangkan pada nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, ialah
seorang pemimpin harus berani memberikan pujian kepada karyawan yang
berprestasi dan sanksi bagi sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Kata Pancasila
berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu terdiri dari dua kata : pañca berarti lima dan śīla
berarti prinsip atau asas. Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan
realisasi antara pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Aktualisasi Pancasila dibagi dua yaitu
Aktualisasi Obyektif dan Aktualisasi Subyektif
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila
harus ada di setiap perumusan kebijakan dan implementasinya. Artinya, dalam
penyelenggaraan pemerintahan harus mengandung tata nilai spiritual sehingga
merasa bahwa Tuhan Yang Maha Esa selalu mengawasi dan ada, menghindari
praktik yang menyimpang dan diskriminatif
Nilai Pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu (1) terjalinnya
hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara; (2)
penyelesaian sengketa secara musyawarah, sedangkan peradilan merupakan sarana
terakhir; dan (3) hak-hak asasi manusia yang tidak hanya menekankan hak atau
kewajiban, tetapi terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban.
ASN adalah penyelenggara negara yang terdapat dalam semua lini
pemerintahan sehingga ASN juga tergolong dalam aparatur negara. Sebagai
seorang aparatur negara ini, ASN juga mempunyai kewajiban untuk menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan tugasnya

B. Saran
Makalah mengenai Aktualisasi Pancasila dalam Bernegara : Kepemimpinan
Negara dan Perilaku Aparatur Negara. Informasi yang didapat dari makalah ini
dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan pengetahuan khusunya
dibidang ilmu pancasila. Untuk penyusunan makalah ke depannya penulis dapat
mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih variatif dan
mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James.2011.Kepemimpinan Organisasi.Semarang: UNDIP

Hamid S.2012.Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan


Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP 7 Pusat

H. D., Kaelany. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Akuntabilitas (Modul Penyelenggaraan Perdana


Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Erlangga
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Presfektif Perjuangan Bangsa. Jakarta :
Grasindo.
Syamsir, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Palembang : BKS
PTN-Barat.

Wibisono Siswomihardjo Koento, 2014, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam


pembangunan Nasional.Yogyakarta: Bumi Aksara
https://www.uinjkt.ac.id/id/asn-harus-implementasikan-nilai-nilai-pancasila/ diakses pada
tanggal 07 November 2019
https://www.google.com/amp/s/guruppkn.com/nilai-nilai-pancasila-dalam-penyelengaraan-
pemerintahan/amp diakses pada tangggal 07 November 2019

Anda mungkin juga menyukai