Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Etik
Etika ialah ilmu tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral;
sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar
atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat (KBBI).
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti
tempat tinggal, padang rumput, karakter , watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan
filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah,
tindakan kebajikan dan suara hati.
2. Kode etik
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta apa yang tidak
benar dan juga tidak baik bagi profesional. Secara singkat pengertian kode etik adalah
suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu kegiatan
ataupun suatu pekerjaan.

B. Kode Etik Perawat Indonesia ( Keputusan Munas PPNI Th 2000)


1. Perawat dengan klien
a. Dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai: harkat martabat
manusia. Keunikan klien, tidak terpengaruh oleh kebangsaan / kesukuan
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama serta kedudukan
sosial.

1
b. Dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien
2. Perawat dengan praktik
a. Memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus menerus.
b. Senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c. Membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat untuk
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dnegan selalu menunjukkan prilaku profesional.
3. Perawat dan masyarakat
Mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat
4. Perawat dan teman sejawat
a. Senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lain dan memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
b. Bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

C. Kode etik menurut american Nurse Association

2
1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai mertabat manusia dan
keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi. Kepribadian
atau sifat masalah kesehatan.
2. Melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tertentu
3. Bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat dari praktik yang tidak
kompeten, tidak berdasarkan etik dan bersifat ilegal
4. Bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan dan pertimbangan
keperawatan individual.
5. Mempertahankan kompetensi dalam keperawatan
6. Menetapkan pertimbangan, kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria
dalam mencari konsultasi, menerima tanggung jawab dan memberikan
pendelegasian
7. Berpartisipasi membantu pengembangan pegetahuan profesi
8. Berpartisipasi dalam implementasi dan meningkatkan standar keperawatan
D. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut (kozier, Erb.
1990):

1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan professional

3
E. Penerapan pengetahuan etik di area critical care Terdapat delapan asas etik
dalam keperawatan yaitu
1. Autonomi (otonomy) Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan
nasibnya, dalam hal ini setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus
memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti
prinsip autonomi berarti menghargai pasien untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan keunikan individu secara holistik.
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan.
2. Non maleficence (tidak merugikan) yaitu keharusan untuk menghindari berbuat
yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja
membahayakan, resiko membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja .
Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.
3. Beneficence ( kemurahan hati) yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada
pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan
pasien. Berarti melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang
menguntungkan pasien dan keluarga
Contoh : Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan
baik dan benar.
4. Justice (perlakuan adil) yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus
bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan
melakukan tindakan kepada pasien
Contoh : Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal
maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
5. Fidelity (setia, menepati janji ), Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung
jawab yang dimiliki oleh seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk

4
selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap
tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat konflik
diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka
tidak boleh mengingkari janji tersebut.
6. Veracity (kebenaran, kejujuran), Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat
untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain.
Kejujuran adalah landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat harus
dapat menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP
yang berlaku dimana klien dirawat
7. Confidenciality ( kerahasiaan ) Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat
terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien
harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional
kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain
secara tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien
dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien tersebut bukan
merupakan pembeberan rahasia selama informasi tersebut relevan dengan kasus
yang ditangani
8. Accountability ( akuntabilitas ) Dalam menerapkan prinsip etik, apakah
keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya, apakah tindakan ini bermanfaat,
apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas dalam hal
ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan

F. Karakteristik Perawat Profesional

5
1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan
mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap
klien, diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan
asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan tindakan atau praktik
keperawatan tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya dengan:
a. D= Define the problem (memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur
keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan,
serta rekam medis)
a. E= Ethical review (yaitu identifikasi komponen etik perawat harus
mampu menggambarkan komponen-komponen etik yang terlibat)
b. C= Consider the option ( mempertimbangkan berbagai macam pilihan
untuk mendapatkan hasil yang terbaik)
c. I= Investigate outcome (mengidentifikasi hasil termasuk orang-orang
yang terlibat didalamnya ataupun masalah yang terjadi)
d. D= Decide on action (memutuskan tindakan apa yang terbaik untuk
memecahkan masalah)

G. Tanggung Jawab Legal Dalam Keperawatan Kritis

Selain kewajiban etik perawat pada keperawatan kritis harus memiliki


tanggung jawab dan tanggunggugat kepada pasien beberapa masalah hukum yang
melibatkan perawat diantaranya:
2. Lisensi
Perawat yang terlibat dalam keperawatn kritis harus memiliki lisensi
sebagai standar bahwa perawat tersebut dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap pasien yang ditangani. Lisensi ini dibutuhkan pada
keperawatan kritis diantaranya lisensi dari PPNI yang didapatkan dengan

6
melalui ujian kompetensi, lisensi pelatihan keperawatn gawat darurat (pelatihan
PPGD) .
3. Tuntutan perkara
Perawat dalam melaksanakan perawatan kritis harus memperhatikan
segala prosedur yang ada. Ketika perawat tidak dapat melaksanakan tugas
dengan benar maka akan terjadi tuntutan atau masalah-masalah
hukum. Masalah hukum yang dapat dihadapi dapat berupa pidana atau
perdata. Oleh karena itu perawat kritis dalam melakukan keperawatan kritis
harus bersikap baik pada pasien ataupun keluarga.

H. Keperawatan Gawat Darurat/Kritis Ditinjau Dari Aspek Hukum


Pemahaman terhadap aspek hukum dalam Keperawatan Gawat
Darurat/kritis bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin
keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena
konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik. Walaupun ada undang-undang
yang mengatur tentang keperawatan gawat darurat yaitu Pasal 11 Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Informed Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak
sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik
berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan
medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
(Per.Menkes,1989).
Tetapi yang menjadi tuntutan hukum dalam praktek Keperawatan Gawat
Darurat biasanya berasal dari :
1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan
Gawat Darurat merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :

7
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
c. Kualifikasi tenaga medis
d. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit,
menyelamatkan)
g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
h. Prinsip keadilan dan fairness
i. Kelalaian
j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi :
salah obat, salah dosis
k. Diagnosis kematian
l. Surat Keterangan Kematian
m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse,
aborsi dan kerahasiaan informasi pasien

Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat/kritis dapat dicegah


dengan:

a. Mematuhi standar operating procedure (SOP)


b. Melakukan pencatatan dengan benar meliputi mencatat segala tindakan,
mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima.

I. Contoh Kasus Kode Etik

Seorang pasien yang dirawat di ruang ICU dan baru saja dilakukan
pemasangan chest tube pada shift malam. Pada saat itu perawat lalai dalam
melakukan monitoring pasien dari pukul 23:00 sampai pukul 03:00 ketika dilakukan
pengecekan kembali pada pukul 03:00 didapatkan keadaan pasien memburuk, pasien

8
mengalami penurunan kesadaran, oksimetri buruk, dan tanda-tanda vital dalam
keadaan jelek, kemudian klien mengalami henti napas dan henti jantung, dan
kemudian segera dilakukan resusitasi pada pasien. Namun ternyata pasien tetap tidak
terselamatkan

Identifikasi kasus :

Menurut asas etik perawat telah melanggar 2 asas kode etik yaitu:

1. Non maleficence (tidak merugikan) yaitu keharusan untuk menghindari berbuat


yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien, perawat telah lalai melaksanakan tugasnya yang
seharusnya pasien dimonitor /jam namun perawat tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik sehingga merugikan pasien yang menyebabkan kondisi pasien
semakin memburuk.
2. Beneficence ( kemurahan hati) yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada
pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan yaitu mengimplementasikan
tindakan yang menguntungkan pasien dan keluarga, sedangkan disini perawat
tidak melakukan tugasnya dengan baik dan benar karena kelalaiannya.

Menurut kode etik PPNI perawat sudah melanggar kode etik :

1. Perawat dengan klien


Dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai: harkat
martabat manusia. Keunikan klien, tidak terpengaruh oleh kebangsaan /
kesukuan warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama serta
kedudukan sosial perawat dikatakan melanggar kode etik ini karena perawat
tidak benar2 merawat pasien dengan benar yang dapat dikatakan perawat tidak
menghargai harga martabat klien dimana seharusnya perawat tetap memberikan
pelayanan dengan baik dalam kondisi apapun.

9
2. Perawat dengan praktik
a. Senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Klien dikatakan melanggar
kode etik ini dikarenakan tidak memberikan mutu pelayanan yang baik
kepada klien dikarenakan kelalaiannya yang membuat kondisi klien semakin
memburuk, dan tidak jujur atas pekerjaannya dikarenakan kelalaiannya
untuk pendokumentasiankeperawatan pun tidak benar-benar dikerjakannya
dengan benar karna dokumentasi keperawatan di ruang icu yang seharusnya
di isi setiap jam ia tidak melakukannya.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan prilaku profesional. Perawat dikatakan
melanggar kode etik ini dikarenakan perawat tidak menunjukkan prilaku
profesional sebagai perawat yaitu dengan kelalaiannya dalam menjalankan
tugas.

3. Menurut karakteristik perawat

Menurut karakteristik perawat , perawat harus mematuhi karakteristik


accountability yang berarti tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien,
diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan asuhan. Jika
perawat profesional dalam melakukan tindakan atau prektik keperawatan tidak
sesuai etik, maka penyelesaiannya yaitu:

a. Define the problem yaitu memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur


keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam
medis

10
b. Ethical review yaitu identifikasi komponen etik perawat harus mampu
menggambarkan komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan
hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian.
c. Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah pasien yang
berada di ruang ICU yang keadannya tidak stabil ataupun memang sudah
mengalami penurunan kesadaran maka yang berhak memberikan sanksi adalah
keluarga pasien atau yang bertanggung jawab . Sedangkan yang terlibat adalah
perawat, staf rumah sakit dan dokter yang sedang melaksanakan jaga di ruangan
tersebut.

Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:

1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan


2. Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah pengadilan
hukum.
3. Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence.
4. Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip etik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta


pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan pedoman
perawat profesional dalam melakukan tindakan praktik keperawatan secara
professional sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas
utama. Pelanggaran berkaitan kode etik tersebut banyak di pengaruhi oleh
karakteristik perawat, pasien, dan kurangnya pemahaman tentang landasan teori
berkaitan kode etik perawat.

B. Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “Kode Etik Keperawatan
Kritis” berharap agar pembaca dapat memahami dan mengerti mengenai kode etik
keperawatan kritis.
Dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik
dan saran bagi para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Klein, Sole. 2009. Critical Care Nursing: fifth edition. Unitide Site of America: Sevier.
http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-keperawatan-gawat-darurat.html
di akses pad tanggal 6 september 2019
http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-keperawatan-gawat-darurat.html
di akses pada tanggal 6 september 2019

J.

13

Anda mungkin juga menyukai