SEMARANG
Entrepreneur Campus
Sectio caesarea adalah pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin yang viabel
melalui abdomen. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi
dengan membuka dinding abdomen dan rahim .
Spinal anestesi adalah prosedur pemberian obat anestesi untuk menghilangkan rasa
sakit pada pasien yang akan menjalani pembedahan dengan menginjeksikan obat anestesi
lokal ke dalam cairan cerebrospinal dalam ruang subarachnoid (Morgan et al., 2013).
Spinal anestesi dapat menghilangkan respons stress terhadap pembedahan, menurunkan
perdarahan intraoperatif, menurunkan kejadian tromboemboli post operasi, menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien bedah dengan risiko tinggi (Naiborhu F.T.M, 2009).
Teknik spinal anestesi ini masih menjadi pilihan untuk bedah sesar, operasi daerah
abdomen dan ekstermitas bagian bawah karena teknik ini membuat pasien tetap dalam
keadaan sadar sehingga masa pulih lebih cepat dan dapat dimobilisasi lebih cepat
(Marwoto dan Primatika, 2013). Namun, spinal anestesi dapat memberikan dampak
terhadap penurunan tekanan darah melalui blokade saraf simpatis yang menyebabkan
vasodilatasi vena, sehingga terjadi perubahan volume darah kebagian ekstremitas bawah.
Hal tersebut menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung (iChesnut et al.,
2009).
Salah satu komplikasi akut spinal anestesi yang paling sering terjadi adalah
hipotensi. Hipotensi adalah penurunan tekanan darah arteri >20% dibawah dasar atau
nilai absolute tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg atau MAP dibawah 60 mmHg
(Gaba et al., 2015). Hipotensi pasca spinal anestesi merupakan insiden yang paling
sering muncul, kurang lebih 15 – 33% pada setiap injeksi spinal anestesi (Mercier et al.,
2013). Kasus pembedahan yang berhubungan dengan hipotensi, tertinggi ditemukan pada
bagian obstetri dengan 11,8%, bila dibandingkan dengan bedah umum 9,6% dan
hipotensi akibat trauma 4,8%, insiden hipotensi maternal pada seksio sesaria akibat
spinal anestesi mencapai 83,6% sedangkan pada prosedur anestesi epidural 16,4%
(Metzger et al., 2010)
Mekanisme yang mendasari terjadinya hipotensi pada anestesi spinal terutama
akibat paralise serabut preganglionik saraf simpatis yang mentransmisikan implus
motorik ke otot polos pembuluh darah perifer yang akan menyebabkan arteri dan arteriol
mengalami dilatasi pada daerah yang mengalami denervasi simpatis sehingga terjadi
resistensi vaskuler perifer total dan tekanan darah arteri rata-rata turun. Selanjutnya akan
terdapat dilatasi vena dan venula perifer dengan pooling darah dan dapat menurunkan
curah balik ke jantung sehingga dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan
tekanan darah. Hipotensi bila berlangsung lama dan tidak diterapi akan menyebabkan
hipoksia jaringan dan organ. Bila keadaan ini berlanjut terus akan mengakibatkan
keadaan syok hingga kematian.
Hipotensi dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran, aspirasi pulmonal,
depresi pernapasan dan henti jantung (Flora dkk, 2014). Hipotensi yang berat juga dapat
menyebabkan henti jantung yang merupakan komplikasi yang serius dari spinal anestesi.
Pernah dilaporkan terjadi 28 kasus henti jantung dari 42,521 pasien oleh karena hipotensi
yang berat pada spinal anestesi (Sukaraja dan Purnawan, 2015). Hipotensi jika tidak
diterapi dengan baik akan menyebabkan hipoksia jaringan dan organ. Bila keadaan ini
berlanjut terus akan mengakibatkan keadaan syok hingga kematian (Sari dkk, 2012).
Dalam kasus seksio sesaria, kejadian hipotensi dapat mempengaruhi keadaan ibu dan
bayi (Tanambel dkk, 2015). Hipotensi maternal yang berkepanjangan dapat merusak
janin dan menurunkan apgar skor. Dampak hipotensi selama persalinan dengan spinal
anestesi bagi ibu yaitu mual muntah dan hilangnya kesadaran, sedangkan bagi bayi nya
akan terjadi kerusakan pertukaran oksigen di otak (Mohamed et al., 2016)
Teknik yang biasa digunakan dalam mengatasi hipotensi antara lain leg elevation
and compression, preloading atau coloading, uterine displacement, mengurangi dosis
anestesi dan pemberian vasopresor. Cara lain yang digunakan dalam mencegah hipotensi
yaitu posisi head up setelah penyuntikan obat anestesi lokal hiperbarik, pemberian cairan
kristaloid atau koloid sebelum tindakan spinal anestesi, vasopresor, posisi uterus miring
kiri pada seksio sesaria, elevasi tungkai bawah dan atau membungkusnya
mempergunakan stocking (Chesnut et al., 2009). Hipotensi juga dapat dicegah dengan
memposisikan pasien trendelenberg, pemberian cairan dan terapi oksigen (Sungsik,
2013).
Kemampuan prediksi hipotensi spinal pada operasi Sesar dapat membantu
tatalaksana lebih adekuat. Saat ini, penelitian mengenai hubungan faktor dan pemberian
terapi di atas tersebut dengan kejadian hipotensi sangat dibutuhkan dalam bidang
anestesia obstetrik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu di lakukan penelitian untuk
mengetahui perbedaan tekanan darah paska anestesi spinal dengan pemberian preload
kristaloid terutama ringer laktat dengan jumlah 20cc/kgbb dan tanpa pemberian preload.
Hal ini berguna untuk memanfaatkan penggunaan kristaloid dengan meningkatkan
jumlah penggunaan dan mengatur waktu pemberian pada anestesi spinal.
B. Analisis jurnal
1. Analisis Jurnal 1
NO KOMPONEN ISI
3 Latar belakang / Ketidakstabilan tekanan darah berupa hipotensi akibat spinal anestesi
alasan diteliti merupakan masalah yang serius, bila penangannya kurang baik bisa
menyebabkan suatu komplikasi hipotensi berat sampai kematian. Teknik
untuk menjaga kestabilan tekanan darah pada spinal anestesi salah
satunya adalah melakukan elevasi kaki.
4 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh
Penelitian elevasi kaki terhadap kestabilan tekanan darah pada pasien dengan spinal
anestesi
7 Hasil dan Hasil penelitian menunjukkan selisih tekanan darah sebelum dan lima
kesimpulan menit setelah spinal anestesi pada kelompok perlakuan didapatkan rata –
rata TDS 9,6 mmHg dengan standar deviasi 12,3; rata-rata selisih TDD
4,9 mmHg dengan standar deviasi 7,0; rata selisih MAP 5,8 mmHg
dengan standar deviasi 8,4. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil rata-
rata selisih TDS 23,3 mmHg dengan standar deviasi 8,6; rata-rata selisih
TDD 16,7 mmHg dengan standar deviasi 8,0; rata selisih MAP 19,6
mmHg dengan standar deviasi 7,7. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan nilai p sebesar 0,001 untuk TDS, untuk TDD 0,000 dan untuk
MAP 0,000 sehingga ada pengaruh elevasi kaki terhadap kestabilan
tekanan darah pada pasien dengan spinal anestesi di kamar operasi IBS
RSUP Sanglah Denpasar Bali.
8 Saran Berdasarkan penelitian ini maka tindakan elevasi kaki bermanfaat untuk
menjaga kestabilan tekanan darah pada pasien spinal anestesi dan
diharapkan dapat diaplikasi dalam area keperawatan perioperatif.
1. Analisis Jurnal 2
NO KOMPONEN ISI
3 Latar belakang / Obat spinal anestesi memiliki efek langsung pada pembuluh darah
alasan diteliti arteriol, sehingga menimbulkan vasodilatasi. Salah satu komplikasi
spinal anestesi yang terjadi adalah hipotensi, sehingga
mengakibatkan hemodinamik tidak stabil. Terdapat metode yang
cukup efektif untuk mencegah terjadinya hipotensi salah satunya
yaitu dengan tindakan leg wrapping (pembebatan pada kedua kaki)
3. Analisa Jurnal 3
NO KOMPONEN ISI
3 Latar belakang / Banyaknya kasus operasi dengan anestesi spinal dan tingginya
alasan diteliti frekuensi komplikasi hipotensi pada tehnik anestesi tersebut, serta
adanya perbedaan cara mengantisipasi terjadinya komplikasi
hipotensi pada anestesi spinal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “ adakah
pengaruh pemberian elevasi kaki, Leg Wrapping dan preloading & Coloading cairan
Ringer Laktat terhadap Hipotensi pada pasien section sesarea dengan spinal anestesi ”.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini pada keperawatan interoperatif, diketahuinya
efektifitas elevasi kaki, Leg Wrapping dan preloading cairan Ringer Laktat terhadap
Tekanan Darah Sistolik ( TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) pada ibu seksio
sesarea dengan spinal anestesi di IBS RSWN Semarang.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis (Bagi Ilmu Keperawatan Perioperatif)
Hasil miniriset ini diharapkan dapat memperkuat dan menjadi kajian ilmiah ilmu
keperawatan perioperatif tentang efektifitas elevasi kaki, Leg Wrapping dan
preloading cairan Ringer Laktat terhadap Tekanan Darah Sistolik ( TDS) dan Tekanan
Darah Diastolik (TDD) pada ibu seksio sesarea dengan spinal anestesi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSWN Kota Semarang
Dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan Standar Operating
Prosedur (SOP) untuk intervensi keperawatan mandiri dalam meminimalisir
kejadian penurunan heart rate dan tekanan darah dengan elevasi kaki, Leg
Wrapping dan preloading cairan Ringer Laktat pada ibu seksio sesarea dengan
spinal anestesi.
b. Bagi Perawat kamar Bedah RSWN Kota Semarang
Data digunakan sebagai bahan referensi dan menambah wawasan berkaitan
tentang teknik meminimalisir kejadian penurunan Tekanan Darah Sistolik
( TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) dengan teknik non-farmakologis
elevasi kaki, Leg Wrapping dan preloading cairan Ringer laktat pada ibu seksio
sesarea dengan spinal anestesi.
c. Bagi Peneliti Lanjut
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan data sebagai bahan kajian mengenai
efektifitas elevasi kaki, Leg Wrapping dan preloading cairan Ringer laktat
terhadap Tekanan Darah Sistolik ( TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
pada ibu seksio sesarea dengan spinal anestesi serta dapat melanjutkan dengan
mengganti variable terikat Tekanan Darah Sistolik ( TDS) dan Tekanan Darah
Diastolik (TDD) dengan variable lain variable lain sehingga dapat mengetahui
sejauh mana efektifitas pemberian elevasi kaki, Leg Wrapping dan preloading
cairan Ringer laktat.
F. Lembar Observasi Pasien :
Diambil 9 pasien Sectio caesare yang dilakukan spinal anestesi dengan pembagian 3
pasien dilakukan intervensi elevasi kaki, 3 pasien dilakukan leg Wrapping dan 3 orang
dilakukan pemberian preloading cairan RL.
H. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien yang menjalani operasi sectio
caesarea dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain di ruang operasi RSWN Kota
Semarang periode 18 -23 Juli 2021, dapat disimpulkan bahwa :
1. Semua pasien yang mengalami penurunan TDS dan TDD akibat dilakukan spinal
anestesi mengalami kenaikan setelah dilakukan perlakuan baik elevasi kaki,
preloading cairan RL dan Leg Wrapping .
2. Kenaikan tertinggi pada TDS 18,18%. Terjadi pada pasien yang dilakukan preloading
cairan RL.
Preload cairan yang biasa digunakan adalah kristaloid seperti ringer laktat,
ringer laktat mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES). Keuntungan dari
ringer laktat antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat
kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok
anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama.
Waktu paruh cairan ringer laktat di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.6,7
Secara umum preload dilakukan 15-20 menit sebelum prosedur anestesi spinal di
lakukan dengan jumlah ringer laktat yang di berikan 10-15cc/kgbb.1
Tujuan preload cairan dengan menggunakan kristaloid adalah meningkatkan
volume sirkulasi untuk meringankan /melawan terjadinya hipovolemi relatif akibat
vasodilatasi yang terjadi karena blok simpatis oleh anestesi spinal.
Daftar Pustaka
Afrikadi (2010). Perbedaan Efek Preloading Cairan Kristaloid Ringer Laktat 1.500 ml
dengan Koloid HES 6% 500 ml terhadap Tekanan Darah dan Nadi Pasien Spinal
Anestesi. Yogyakarta.
Aya AGM, Vialles N, Tanoubi I, Mangin R, Ferrer J-M, Robert C, et al. Spinal anesthesia-
induced hypotension: a risk comparison between patients with severe preeclampsia
and healthy women undergoing preterm cesarean delivery. Anesth Analg
2005;101:869–75.
Caesarean section (editorial). Didapat dari : URL, : http://www.wikipedia.org. 1 Maret 2006
(diakses tanggal 13 Juli 2021)
Darovich, O. 2008. Haemodimanyc Monitoring : Invasive and
Noninvasive Clinical Aplication. WB Saunders Company.
Heriwardito A. Perbandingan hemodinamik saat anestesi spinal antara coloading ringer
laktat dan hes 130/0,4 untuk operasi bedah Sesar. Majalah Anestesia dan Critical
Care. 2010;28:1–8.
HIPKABI, 2012. Buku Pelatihan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar
Bedah. Jakarta:HIPKABI Press.