Oleh :
Nurdin Anwar
KELAS B
( 02202204073 )
2022/2023
KATA PENGANTAR
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA PASIEN SECSIO CAESARIA DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT (PEB) POST
Tugas ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri melainkan berkat
dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga penyusunan tugas
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju kearah yang lebih baik,
karenanya sumbangan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan dan semoga makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
C. Metode Penulisan.......................................................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Penyakit Pre eklamsia........................................................................... 6
B. Tinjauan Teori Penyakit secsio caesrea......................................................................... 15
C. Pertimbangan Anestesi.................................................................................................. 26
D. Woc............................................................................................................................... 33
E. Tinjauan Teori ASKAN................................................................................................. 36
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan Anestesi................................................................................. 38
B. Analisa Data.................................................................................................................. 48
C. Problem ( Masalah Kesehatan Anestesi)........................................................................ 51
D. Rencana Intervensi........................................................................................................ 52
E. Implementasi................................................................................................................. 57
F. Evaluasi......................................................................................................................... 60
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 64
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 65
B. Saran.............................................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dilakukan dua cara yaitu persalinan normal (Pervaginam) dan pembedahan (Sectio
Caesarea). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 4500 gram. Sectio caesarea
seperti pre-eklamsi, partus lama, ketuban pecah dini, letak sungsang, panggul
sempit (Padila Pratiwi, 2011). Preeklampsia Berat adalah sekumpulan gejala yang
timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
protein uria terapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
minggu atau lebih (Nanda, 2012). Di masyarakat terutama pada ibu hamil
berat badan, pusing, mual, muntah dan nyeri perut. Penanganan umumnya hanya
diberi kompres pada bagian yang bengkak namun tidak ada penaganan khusus
dianggapnya sebagai masalah yang normal yang dialami pada ibu hamil. Di
lingkungan yang terpencil jauh dari fasilitas kesehatan banyak ibu yang kurang
dengan ANC (Ante Natal Care) sehingga pengetahuan tentang mengatur jarak
kehamilan yaitu 2 tahun dengan umur yang kurang tepat yaitu usia yang beresiko
kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun serta kurangnya kepedulian kesehatan di
Berat(Prawiroharjo, 2008).
2
sebagai suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria) yang sering muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua kriteria
ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema tidak lagi
dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita
kehmilan di Dunia. Menurut organisasi WHO pada tahun 2012 angka kejadian Pre
Eklampsia Berat sekitar 0,51% - 38,4%. Di Indonesia hasil penelitian ibu yang
melahirkan dengan indikasi Pre Eklampsia Berat sebesar 23,91% (JKS, 2013).
Sedangkan ibu yang melahirkan dengan indikasi Pre Eklampsia Berat di Jawa
Timur di rumah sakit pemerintah rata-rata 19% dan di rumah sakit swasta lebih
dari 36% (Judhita, 2012). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea menurut
data survey nasional pada tahun 2011 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan
sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (IDI, 2012). Penyebab Preeklampsia belum
keadaan atau status sosial ekonomi yang rendah. Kemungkinan penyebab Pre
Eklampsia yaitu gangguan aliran darah ke plasenta atau uterus, kerusakan pada
pembuluh darah plasenta dan gizi buruk. Pada wanita dengan Preeklampsia
lorong pembuluh darah lebih sempit dari seharusnya serta melakukan reaksi
jumlah darah yang bisa dialirkan. Para ahli percaya bahwa masalah kelainan
plasenta, tinggi kandungan lemak tubuh, faktor keturunan dan kurangnya aliran
Tanda gejala Pre Eklampsia Berat tekanan darah diastolic>110 mmHg, kenaikan
nyeri epigastrik, hipertensi, produksi urin menurun, ada kandungan protein yang
tinggi dalam urin (Proteinuria). Salah satunya penanganan yang cepat dan tepat
adalah dengan operasi sectio caesarea karena jika tidak segera ditindak lanjuti
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya (Benson dan Pemol, 2010).
Dampak dari sectio caesarea terdapat infeksi puerperal yang terdiri dari
infeksi ringan dan infeksi berat, infeksi rigan ditandai dengan kenaikan suhu
beberapa hari dalam masa nifas, dan infeksi berat ditandai dengan kenaikan suhu
yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena partus lama dan
ketuban yang telah pecah terlalu lama infeksi pada janin, dapat terjadi infeksi
ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Dampak dari Pre
menganjurkan pola makan yang dapat dicapai secara umum dengan cara
menganjurkan pola makan yang beryodium rendah serta olahraga yang teratur saat
kehamilan (Benson dan Pemol, 2010). Cukup istirahat lebih banyak duduk atau
berbaring kearah punggung janin sehingga aliran darah ke plasenta tidak mengalami
gangguan dan pengawasan antenatal (Ferrer, 2001). Pada Pre Eklampsia tidak perlu
dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih normal. Untuk pasien post
sectio caesarea dengan indikasi Pre Eklampsia Berat dianjurkan minum air putih
(Syaifuddin, 2010).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan kepenataan anestesi pada pasien secsio Caesaria
dengan pre eklamsia berat (peb) post op regional anestesi di rsia prof dr.H. M . farid kota
makassar
2. Tujuan Khusus
C. METODE PENULISAN
Penulisan laporan kegiatan ini menggunakan Metode Studi Kasus yaitu rancangan penelitian
yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif terhadap satu klien.
Metode Penulisan :
b. Kasus ASKAN
5
c. Kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus (pengkajian, problem, perencanaan,
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan laporan terbagi dalam enam bab dengan rinciaan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang, Tujuan Penulisan metode penulisan laporan,
sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Menjelaskan Tentang Teori penyakit pre eklamsia berat, sesio caesaria, Woc,
Pertimbangan Anestesi, dan Teori Asuhan Kepenataan Anestesi
BAB III : TINJAUAN KASUS
Menguraikan asuhan keperawatan mulai dari pre anestesi, durante anestesi, dan
pasca anestesi
BAB VI : PEMBAHASAN
Kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus (pengkajian, problem,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)
BAB V : PENUTUP
Menguraikan kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria)
(POGI, 2016).
Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa
wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak
mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
7
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal
(POGI, 2016).
2. Klasifikasi
a. Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih
dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun
telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka
b. Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.
Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500
cc per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan
3. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui
secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya
kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan
1) Teori Genetik
membentuk sistem.
2) Teori Immunologis
1) Malnutrisi Berat.
Penyakit Ginjal.
5) Obesitas.
4. Manifestasi Klinis
atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2
kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan
4) Edema Paru.
6) Oligohidramnion
kondisi protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria
5. Patofisiologi
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar
lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-
6. Komplikasi
janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu
1) Bagi Ibu
janin.
13
2) Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
b. Urinalisis
15-45 u/ml).
2) Radiologi
a. Ultrasonografi
ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
8. Penatalaksanaan
sebagai berikut :
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
1. Pengertian
melahirkan anak melalui insisi dinding perut abdomen dan uterus (Oxorn
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
a. Struktur Eksterna
mons pubis.
fourchett.
perineum.
b. Struktur Interna
ovarium.
18
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus terdiri dari
dinding uterus.
19
struktur tubuh.
bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada
Menurut Oxorn & Forte, (2010) tipe – tipe Sectio Caesarian yaitu :
tidak menutupi lapang pandang. Keunungan tipe ini adalah otot tidak
tipe ini yaitu dapat memperlebar insisi keatas apabila bayinya besar,
prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam cavum
5) Histerectomi Caesaria
dan abruption placenta, ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki serta
atau janin dengan pertimbangan proses persalinan normal yang lama atau
persalinan.
d. Komplikasi preeklampsia.
f. Bayi besar.
g. Kelainan letak
c. Kehamilan kembar.
5. Komplikasi
sebagai berikut :
latum.
6. Pemeriksaan Penunjang
yaitu:
1) Laboratorium
pada pembedahan.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
2) Pemeriksaan ECG.
3) Pemeriksaan USG
7. Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan
2) Diet
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi
operasi.
menghembuskannya.
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca
operasi.
25
4) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
5) Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
b. Analgetik
c. Obat-obatan lain
6) Perawatan luka
balutan luka apakah ada rembesan darah atau cairan lainnya serta
8) Perawatan payudara
C. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis kegunaannya dibagi
menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi regional
dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan,
2011)
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
Dari beberapa definisi anestesi menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
Anestesti merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan atau
melakukan tindakan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit dengan cara trias
27
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi intravena atau melalui inhalasi (Royal
Intravenous Anesthesia)
b. Regional Anestesi
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang intratekal, secara
langsung ke dalam cairan serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level L1/2
Spinal anestesi merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang masih dalam
keadaan sadar untuk meniadakan proses konduktifitas pada ujung atau serabut saraf
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi spinal dapat digunakan
28
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi regional yang luas
seperti spinal anestesi tidak boleh diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut Sjamsuhidayat & De
c) Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini bergantung pada besarnya
diameter dan bentuk jarum spinal yang digunakan.
4) Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi lokal yang utama
digunakan untuk blockade spinal. Lidokain efektif untuk 1 jam, dan bupivacaine
serta tetrakain efektif untuk 2 jam sampai 4 jam (Reeder, S., 2011). Berikut ini
uraian obat spinal anestesi :
1. Lidokain
a) Onset kerja : cepat
b) Dosis maksimum : 3-5mg/kg
c) Durasi kerja : Pendek 60-180 menit tergantung penggunaan
d) Efek samping : toksisitas kardiak lebih rendah dibandingkan
bupivakain
e) Metabolisme : Hati
Lidocain sangat popular dan digunakan untuk blok saraf, infitrasi dan anestesi
regional intravena begitu juga topical, epidural dan itratekal.
2. Bupivakain
a) Onset kerja : blok nervous 40 menit, epidural 15-20 menit, intratekal 30 detik
b) Durasi kerja : blok saraf sampai 24 jam; epidural 3-4 jam; intrakardial 2-3
jam
29
krista iliaka akan berjalan melalui vertebra L4 atau 12 antar – ruang L4-5.
Tanda petunjuk ini digunakan untuk menentukan lokasi antar – ruang lumbal
tempat pungsi dilakukan.
c) Sebelum dilakukan pungsi, klien dibantu untuk menarik kedua lututnya
kearah dada dan menekuk kepala dan leher kearah dada. Dengan demikian,
punggung akan melengkung, sehingga prosesus spinalis terbuka secara
maksimum.
d) Prosedur pungsi spinal pada dasarnya sama dengan berbagai posisi klien,
baik posisi duduk atau ‘pisau lipat’. Klien dalam posisi duduk memerlukan
penopang yang kuat dibawah kaki mereka dan harus dibantu untuk condong
ke depan dengan lengan ditekuk agar punggung melengkung. Dalam posisi
ini, klien dapat ditopang oleh perawat atau oleh sebuah cantelan mayo yang
terpasang kuat.
e) Setelah pungsi dilakukan dan cairan serebrospinalis mengalir melalui aspirasi
lembut alat suntik yang dihubungkan dengan jarum spinal, obat anestetik
lokal dapat disuntikan dengan kecepatan sekitar 1 ml sampai 5 sampai 10
detik. Penyebaran anestetik lokal melalui cairan serebrospinalis dipengaruhi
oleh dosis total yang disuntikkan, konsentrasi larutan, keadaan kanalis
spinalis, dan posisi klien selama dan segera, setelah suntikan anestetik lokal.
f) Setelah obat disuntikkan di klien perlu diposisikan dengan ketinggian
anestesi yang dapat dicapai sehingga memblok serabut yang menpersarafi
kulit dan organ internal yang akan dikenal oleh prosedur operasi.
3. Teknik Anestesi
Sebelum memilih teknik anestesi yang digunakan, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya keselamatan dari ibu, keselamatan bayi, kenyamanan ibu serta
kemampuan operator di dalam melakukan operasi pada penggunaan anestesi tersebut.
Menurut Mangku G & Senapathi T tahun 2018 pada sectio caesarea terdapat dua kategori
umum anestesi diantaranya Generał Anesthesia (GA) dan Regional Anesthesia (RA)
dimana pada RA termasuk dua teknik yakni teknik spinal dan teknik epidural. Teknik
anestesi dengan GA biasanya digunakan untuk operasi yang emergensi dimana tindakan
tersebut memerlukan anestesi segera dan secepat mungkin. Teknik anestesi GA juga
diperlukan apabila terdapat kontraindikasi pada teknik anestesi RA, misalnya terdapat
peningkatan pada tekanan intrakranial dan adanya penyebaran infeksi di sekitar vertebra.
31
Terdapat beberapa resiko dari GA yang dapat dihindari dengan menggunakan teknik
RA, oleh karena itu lebih disarankan penggunaan teknik anestesi RA apabila waktu bukan
menupakan suatu prioritas. Penggunaan RA spinal dan RA epidural lebih disarankan untuk
digunakan dibandingkan dengan teknik GA pada sebagian kasus sectio caesarea. Salah satu
alasan utama pemilihan teknik anestesi RA dibandingkan dengan GA adalah adanya resiko
gagalnya intubasi trakea serta aspirasi dari isi lambung pada teknik anestesi GA. Selain itu,
GA juga meningkatkan kebutuhan resusitasi pada neonatus (Fyneface, S. O 2thed)
4. Rumatan Anestesi
a. Regional Anestesi
a) Oksigen nasal 2 Liter/menit
b) Obat Analgetik
c) Obat Hipnotik Sedatif
d) Obat merangsang kontraksi uterus ( Oxitocin dan Metylergometrine)
b. General Anestesi
a) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika inhalasi (VIMA=Volatile
Induction and Maintenance of Anesthesia).
b) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika intravena (TIVA=Total
Intravenous Anesthesia)
c) Obat Pelumpuh Otot
d) Obat Analgetik
e) Obat Hipnotik Sedatif
f) Obat merangsang kontraksi uterus (Oxitocin dan Metylergometrine)
D. Web of Caution(WOC)
CPD ( ChepaloPelvikDisproportion)
PEB (Pre-EklamsiBerat)
KPD (Ketuban PecahDini)
Etiologi
BayiKembar
Faktor Hambatan Jalan Lahir Kelainan letakkepala
Kelainan LetakJanin
Letak bayisungsang
General Anestesi
Resiko anestesi
Nyeri
Gg. Kardiovaskular
Resiko Infeksi
Gg. Termoregulasi Gg. Respirasi
35
a. Masalah Kesehatan
Anestesi PreAnestesi
Ansietas
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 15 menit
diharapkan rasa cemas yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil:
2) Kriteria hasil:
Intra Anestesi
Hipotensi
3). Rencanaintervensi:
70 – 80 mmhgNadi : 60 – 100
x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
Post Anestesi
Hipotermi
1).Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Anestesi selama 30 menit
diharapkan hipotermi pasien dapat teratasi dengan kriteri hasil :
2). Kriteria hasil :
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60– 100 x/menit
Suhu : 36,5-37,5°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
3). Rencanaintervensi:
a. Observasi TTV dan KU pasien
b. Selimuti pasien menggunakan kain
c. Atur suhu ruangan pasien sesuai dengan kondisi pasien
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny M
Umur : 33 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
SukuBangsa : WNI
Status perkawinan : Kawin
Golongandarah :O
Alamat : JL. Panampu lr 3 no 42, Makassar
No.CM : 238749
Diagnosa medis : G4P2A1 Uk 40 mg 1 hari T/H Letak Lintang + PEB
(PreEklamsia berat )
Tindakan Operasi : SC CITO
Tanggal MRS : 7/ 12/2022 (Pukul 20.10 WIB)
Tanggal pengkajian : 7/12/2022 (Pukul 20.30 WIB)
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur :-
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : WNI
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : JL. Panampu lr 3 no 42, Makassar
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSIA Prof dr H. Farid Makassar pukul 20.10 WIB dengan
keluhan keluar darah pervaginam sejak pukul 17.30 WIB (7/12/2022), Pasien
mengatakan mengeluh nyeri perut, keluar air pervaginam dan gerak bayi baik dan pasien
merasa pusing.. Setelah dilakukan perawatan di UGD PONEK di lakukan Tensi 170/100
mmhg, Nadi 110 x/mnit, pernafasan ,28 – 30 x/menit. pukul 20.30 atas instruksi dari
dokter spesialis obgyn, diputuskan akan dilakukan tindakan cito SC tgl 7/12/2022 pukul
39
20.30 WIB dengan jenis anestesi regional anestesi. Pasien makan terakhir pukul 17.00.
Pasien mengatakan takut dan cemas akan dilakukan tindakan operasi karena belum
pernah dilakukan operasi sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
hipertensi
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ibu miliki riwayat penyakit asma
5) Riwayat Kesehatan
a) Adakah penyakit keturunan? Tidak
b) Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
c) Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak? Tidak
d) Obat apa saja yang pernah digunakan? Vitamin yang diberikan oleh dokter obgyn
dan penambah darah.
e) Riwayat operasi, anestesi dan komplikasi anestesi sebelumnya. Tidak ada
f) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan
terlarang) Tidak ada
g) Riwayat alergi Tidak ada
h) Riwayat Penyakit sistemik Tidak ada
b) BAK
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 2-4 x/hari
(b) Konsistensi : cair
(c) Warna : bening kekuningan
(d) Bau : khas urine
(e) Cara : jongkok
(f) Keluhan : tidak ada
(2) Saat sakit
(a) Frekuensi : 4-5 X/hari
(b) Konsistensi : cair
(c) Warna : bening kekuningan
(d) Bau : khas urine
(e) Cara : Terpasang Kateter
41
b) Pemeriksaan Jantung
(1) Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran (tidak ada)
(2) Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Tidak teraba )
(3) Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
(4) Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm (-),
Murmur (- )
8) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
(1) Bentuk abdomen : (cembung)
(2) Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + )
(3) Bayangan pembuluhdarah vena (+)
b) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 18 x/menit. Borborygmi ( -)
c) Palpasi
(1) Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (tidak teraba).
(2) Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( - )
(3) Palpasi Appendik :
(a) Titik Mc. Burney nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar
kontralateral ( - ).
(b) Acites atau tidak : Shiffing Dullnes ( - ), Undulasi ( - )
(4) Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ).
9) Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia wanita
(1) Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan (-),
peradangan ( - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan (-), perdarahan pervagina
(+).
10) Pemeriksaan Anus
a) Inspeksi
45
(1) Edema :
3 3
3 3
4 4
4 4
e. Pemeriksaan neurologis
1) Menguji tingkat kesadaran secara kuantitaif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
a) Menilai respon membuka mata ( 4 )
b) Menilai respon Verbal ( 5 )
c) Menilai respon motorik ( 6 )
2) Pemeriksaan tingkat kesadaran secara kualitatif : Compos mentis
3) Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Peningkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-) kejang (-)
penurunan tingkat kesadaran (-)
4) Memeriksa nervus cranialis
a) Nervus I , Olfaktorius (pembau) : Dapat membedakan bau
b) Nervus II, Opticus (penglihatan): Dapat melihat dengan jelas
c) Nervus III, Ocumulatorius : Refleks pupil kiri kanan(+)
d) Nervus IV, Throclearis : Tatapan mata ke atas / bawah
e) Nervus V, Thrigeminus
(1) Cabang optalmicus : Sentuhan halus kornea (+)
46
3. Terapi Lain
Antibiotik Profilaksis : Ampicilin 2 gr
4. Pertimbangan Anestesi
a. Jenis Anestesi: Regional Anestesi
b. Teknik Anestesi: SAB
c. Obat2an Anestesi :
1) Pre-medikasi Ranitidin 50 mg, Ondancetron 4mg (IV), Dexametason
10 mg (IV), Asam traneksamat 500 mg dan antibiotic
ceftriakson 1 gr
B. Analisa Data
PRE OP
INTRA OP
PK. Disfungsi
Kardiovaskuler
POST OP
Risiko jatuh
51
D. Rencana Intervensi
Nama : Ny. M No.CM : 238749
Ruang : OK Umur : 33 Tahun
Diagnosa : G4P2A1 Uk 40 mg 1 hari T/H Letak Lintang + PEB (Preeklamsia berat )
PRE ANESTESI
INTRA ANESTESI
3 Risiko Cedera Trauma Setelah dilakukan tindakan kepenataan 1. Siapkan peralatan dan obat-obatan
Pembedahan anestesi diharapkan tidak terjadinya sesuai dengan perencanaan teknik
risiko cedera trauma pembedahan anestesi
dengan kriteria hasil : 2. Atur posisi pasien
1. Tidak adanya tanda-tanda 3. Bantu pemasangan alat
trauma pembedahan monitoring non invasif
2. Pasien tampak rilaks selama 4. Monitor vital sign
operasi berlangsung 5. Pantau kecepatan/kelancaran infus
3. Tanda – tanda vital dalam batas 6. Pasang nasal kanul 3 lt/menit
normal TD: 120 – 150 / 70 – 80
7. Bantu pelaksanaan anestesi
mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit
(Regional anestesi) sesuai dengan
Suhu : 36-37°C RR : 16 – 20
program kolaboratif spesialis
x/menit
anestesi
4. Saturasi oksigen >95%
8. Atur pasien dalam posisi
5. Pasien telah teranestesi, relaksasi pembedahan
otot cukup, dan tidak
9. Cek tinggi blok spinal
menunjukkan respon nyeri
10. Lakukan monitoring perianestesi
6. Tidak adanya komplikasi
11. Atasi penyulit yang timbul
anestesi selama operasi
12. Lakukan pemeliharaan jalan napas
berlangsung
13. Lakukan pemasangan alat
ventilasi mekanik
14. Lakukan pengakhiran tindakan
anestesi
4 PK. Disfungsi Setelah dilakukan tindakan kepenataan 1. Monitoring Vital sign
Respirasi anestesi diharapkan tidak terjadi 2. Monitoring saturasi oksigen
disfungsi respirasi dengan kriteria hasil: pasien
1. Tidak terjadinya high spinal 3. Atur posisi pasien
2. Pasien dapat bernafas dengan 4. Berikan oksigen
relaks 5. Kolaborasi dengan dokter anestesi
3. RR normal : 16-20 x/menit dalam pemasangan alat ventilasi
4. SaO2 normal : 95–100 % mekanik (k/p)
55
POST ANESTESI
E. Implementasi
Nama : Ny. M No.CM : 238749
Ruang : OK Umur : 33 Tahun
Diagnosa : G4P2A1 Uk 40 mg 1 hari T/H
Letak Lintang + PEB (Pre Eklamsia Berat)
Intra Anestesi
3 Selasa,7 Risiko Cedera Trauma 20.35 Menyiapkan peralatan dan obat-
Desember 2022 Pembedahan obatan untuk regional anestesi
20.40 a. Mengatur posisi pasien
b. Membantu pemasangan alat
monitoring non invasif
c. Monitor vital sign
d. Memantau kecepatan/kelancaran
infus
e. Memasang nasal kanul 3 lt/menit
58
Post Anestesi
6 Selasa,7 Nyeri pasca operasi 21.45 Mengobservasi TTV
Desember 2022 22.00 a. Melakukan pengkajian PQRST
b. Menganjurkan pasien mengatur
nafas
c. Mengajarkan teknik distraksi
relaksasi
22.15 Melakukan delegasi pemberian
analgetik (Fentanil 75 mg drips Nacl
59
F. Evaluasi
Nama : Ny. M No.CM : 238749
Ruang : OK Umur : 33 Tahun
Diagnosa : G4P2A1 Uk 40 mg 1 hari T/H
Letak Lintang + PEB (Pre eklamsia berat)
2 Selasa,7 Ansietas S:
Desember a. Pasien mengatakan bersedia menjalani operasi
2022 b. Pasien mengatakan merasa jauh lebih tenang
20.40 c. Pasien mengatakan telah memahami teknik
anestesi yang akan dilakukan
O:
a. Pasien tampak mampu melakukan teknik relaksasi
(mengatur nafas)
b. Pasien tampak tenang, tidak gelisah
c. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N :
80x/mnt, S: 36,5ºC, RR: 16 x/menit)
d. Pasien telah diberikan premedikasi midazolam
1mg/iv
A: Masalah ansietas teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
4 Selasa,7 PK. Disfungsi S:
Desember Respirasi a. Pasien mengatakan dapat bernapas dengan relaks
2022 b. Pasien mengatakan merasa tenang
21.45 O:
a. Tidak ada tanda-tanda high spinal
62
b. RR normal : 16 x/menit
c. Saturasi oksigen 99%
A:
PK disfungsi respirasi tidak terjadi, masalah teratasi
P:
Pertahankan kondisi pasien
5 Selasa,7 PK Disfungsi S : pasien mengeluh mual muntah, pasien mengeluh
Desember Kardiovaskuler pusing
2022 O : TD: 90/50 mmHg, N:127 x/menit
21.45
A : Pk. Hipotensi,
P:
1. Observasi TTV
2. Observasi kesadaran
3. Monitor cairan masuk dan cairan keluar
(loading cairan)
4. Monitor efek obat anestesi
5. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
tindakan perioperatif maintenance cairan
intravena dan vasopresor (effedrin 10 iu)
I:
6. Mengobservasi TTV
7. Mengobservasi kesadaran
8. Memonitor cairan masuk dan cairan keluar
(loading cairan)
9. Memonitor efek obat anestesi
10. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
tindakan perioperatif maintenance cairan
intravena dan vasopresor (effedrin 10 iu)
E : Pasien mengatakan sudah tidak mual, pasien
mengatakan sudah tidak merasa pusing , TD:
130/70 mmHg, N:80 x/menit
R : masalah pk hipotensi terartasi
A:
Nyeri pasca operasi teratasi
P:
Pertahankan kondisi pasien
7 Selasa,7 Risiko Jatuh S:
Desember Pasien mengatakan kaki dapat digerakkan
2022 O:
22.00 a. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg,
N : 80x/mnt, S: 36,5ºC, RR: 16 x/menit)
b. Bromage score <1
c. Pasien tampak tidak lemah
A:
Masalah risiko jatuh teratasi
P:
Pertahankan kondisi pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian sampai evaluasi pada asuhan keperawatan terhadap Pasien
G4p2a1 Uk 40 Mg 1 Hari T/H Letak Lintang + PEB (Pre Eklamsia Berat ) dengan Regional Anestesi
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Prof dr. H. M. Farid Makassar, maka dengan ini penulis akan
membahas dan menguraikan tentang tindakan anestesi yang diberikan terhadap klien , sebagai berikut:
A. PENATALAKSANAAN PRE OPERASI
64
Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dilakukan dengan cepat, karena pasien memerlukan
penanganan segera. Awal asuhan yang dilakukan pada Klien dan keluarga adalah diberikan penjelasan
oleh dokter anestesi tentang prosedur anestesi yang akan dilakukan dan persiapan-persiapan yang harus
dijalani. Penata anestesi mengkaji dengan cepat mulai dari keluhan yang dirasakan, mengkaji B6;
AMPLE. Kemudian setelah klien dan keluarga memberikan persetujuan tindakan anestesi, maka dokter
anestesi akan melakukan pemeriksaan fisik kepada klien, dan kemudian dokter anestesi akan
menyimpulkan status pasien. Dalam hal ini status klien PS ASA 2 E dengan PEB. Setelah memastikan
waktu makan minum terakhir pasien sudah dilakukan oleh klien, selanjutnya adalah menyiapkan mesin
anestesi, alat-alat dan obat-obat yang akan digunakan untuk tindakan anestesi. Untuk pengkajian
menyeluruh dilakukan sepanjang pembedahan berlangsung.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Kepenataan Anestesi merupakan pernyataan yang menguraikan sutau kualitas yang
diinginkan terhadap kegiatan asuhan kepenataan anestesi yang diberikan kepada pasien yang tidak
mampu menolong dirinya sendiri dalam tindakan pelayanan anestesi pada pre, intra, pasca anestesi.
65
Asuhan kepenatan anestesi merupakan suatu rangkaian kegiatan asuhan secara komprehensif
kepada pasien yang tidak mampu menolong dirinya sendiri dalam tindakan pelayanan anestesi pada
pre, intra,pasca anestesi atau situasi lainnya dengan pendekatan metode kepenataan anestesi meliputi
pengkajian, analisa dan penetapan masalah, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai teori dan studi kasus tentang Asuhan Kepenataan Anestesi . Dengan adanya pengetahuan
dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
2. Untuk Penata Anestesi
Diharapkan bagi penata anestesi makalah ini dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan
acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan anestesi khususnya pada pengkajian dan masalah
kesehatan.
3. Untuk pembaca
Kami menyadari jika asuhan keperawatan anestesi di atas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karenanya kami sangat membutuhkan banyak sumber serta
kritikan yang bersifat membangun untuk sempurnanya makalah ini.
DaftarPustaka
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf. 8
Januari 2020