Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN KOLESISTITIS

Disusun Oleh :
II C
1. Moh. Subairi (23)
2. Rima Oktaviana (29)
3. Berlian Intan P.W. (05)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA
2005 / 2006
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KOLESISTITIS

A. KONSEP DASAR
PENGERTIAN
Kolisistitis adalah radang kandung empedu
 reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.

PATOFISIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis  stasis cairan
empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu penyebab utama 
batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan
stasis cairan empedu, sedang sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu
empedu (kolesistitis akut akal kulus). Bagaimana statis diduktus sistikus dapat
menyebabkan kolesistitis akut, masih belum jelas. Banyak faktor yang
mempengaruhi seperti : kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan
prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Kolesistitis akut akal kulus timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan
mendapat nutrisi secara parental, pada sumbatan karena keganasan kandungan
empedu, batu di saluran empedu / merupakan salah satu komplikasi penyakit lain
seperti : demam tifoid dan DM.
Perubahan susunan empedu

Gangguan metabolisme

Batu kandung empedu

Stasis cairan empedu Infeksi kuman

Iskemik dinding empedu

Kepekaan cairan kolesterol Lisolesitin


Empedu

Kolesistitis
ETIOLOGI
Batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor
predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, statis empedu dan infeksi kandung
empedu.
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada
pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati
penderita penyakit batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan
kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara
yang belum dimengerti sepenuhnya.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme sfingter oddi atau keduanya dapat
menyebabkan statis. Faktor hormonal, khususnya selama kehamilan, dapat
dikaitkan dengan perlambatan penggosongan kandung empedu menyebabkan
insidens yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam
pembentukan batu, melalui peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas, dan unsur selular atau bakteri dapat berperanan
sebagai pusat preripitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering menjadi akibat
dari pembentukan batu empedu, dari pada sebab pembentukan batu empedu.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala Klinis
Keluhan khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik. Perut di sebelah
kanan atas / epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Rasa sakit
menjalar ke pundak atau skapila kanan dan berlangsung 60 menit tanpa reda.
Berat ringan keluhan sangat bervariasai tergantung adanya kelainan inflamasi
ringan sampai dengan ganggren atau perforasi kandung empedu.
Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang difikirkan hal lain
seperti penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ di bawah diagfragma seperti
apendiks yang retrosekal, sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum pankreatitis
akut dan infark miokard.
Gambaran Klinis
Penderita batu empedu sering mempunyai gejala-gejala kolesistitis akut atau
kronik. Bentuk akut ditandai nyeri hebat yang timbul mendadak pada abdomen
bagian atas, terutama di tengah epigastrium, nyeri menyebar ke punggung dan
bahu kanan. Penderita dapat berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir
atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Nausea dan muntah
sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat kambuh
kembali setelah remisi parsial.
Bila penyakit mereda, nyeri dapat ditemukan di atas kandung empedu.
Kolesistitis akut disertai sumbatan batu dalam auktusistikus dan sering dinamakan
kolikbiliar.
Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan kolesititis akut, tetapi beratnya
nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Sering kali terdapat riwayat dispepsia,
intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama.
Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung
empedu dan tidak menimbulkan masalah atau dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesititis) dan
obtruksi pada duktusisitikus atau duktuskoledokus.
Obstruksi seperti ini dapat bersifat sementara, intermiten atau permanen.
Kadang-kadang, batu dapat menembus dinding kandung empedu dan
menyebabkan peradangan hebat, sering menimbulkan peritonitis, atau
menyebabkan ruptura dinding kandung empedu.

DIAGNOSTIK TEST
- Lab  darah lengkap, bilirubin dan amilase serum
- Foto  USG, foto dada, foto abdomen

PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Pengobatan yang lazim dilakukan adalah melakukan pembedahan untuk
mengangkat kandung empedu (kolesistektomi) atau pengangkatan batu dari
duktus koledukus (koledokolitotomi). Pada kasus kolesistitis akut yang disertai
gejala-gejala berat dan dugaan pembentukan nnah beberapa ahli bedah melakukan
operasi segera.
Pada sebagian besar px yang kronik dengan atau tanpa batu kandung empedu
yang simtomatik dianjurkan untuk kolesistektomi. Keputusan untuk
kolesistektomi sulit dilakukan untuk px dengan keluhan minimal atau disertai
penyakit lain yang mempertinggi resiko operasi.

Komplikasi
Demam typoid dan DM
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
b. Keluhan Utama : nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan kolesistitis mengeluh adanya nyeri pada perut kanan atas,
nyeri tekan dan panas badan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dahulu pernah menderita penyakit yang sama ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama ?
f. Riwayat Psikososial-Spiritual
- Psikologis : apakah klien menerima penyakit yang diderita ?
- Sosial : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitarnya ?
- Spiritual : apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat
sakit ?
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola nutrisi : terjadinya anoreksia
- Pola eliminasi : terjadinya perubahan warna urine dan fases,
urine gelap pekat, dan feses warna tanah liat,
steatorea
- Pola aktivitas : pasien dengan kolesistitis biasanya tidak bisa
beraktivitas terlalu lama (aktivitas terbatas)
- Pola istirahat dan tidur : terganggu atau tidak ?
h. Pemeriksaan fisik
Mengukur TTV, observasi tingkat kesadaran
TD :
N :
S :
RR :
i. Pengkajian Per sistem
a) Keadaan umum : lemah
Kesadaran komposmentis : 4 5 6

b) Sistem cardiovaskuler :
Peningkatan denyut jantung, nadi, tekanan darah menurun, nadi kecil
dan cepat, serta peningkatan suhu tubuh.
c) Sistem respirasi
Pernafasan cepat (takikardi) dalam, teratur, dan berkeringat.
d) Sistem perencanaan
Terjadi anoreksia, nyeri perut tekan, mual / muntah, dan penurunan
berat badan.
e) Pola eliminasi
Perubahan warna urine dan feses
f) Pola pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai oleh
nafas pendek, dangkal.
g) Sistem integumen
Kulit : turgor kulit menurun dan membran mukosa kering.

2. Kemungkinan Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan cedera biologis :
obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrosis
yang ditandai dengan :
- Laporan nyeri, kolik biller (gelombang nyeri)
- Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati
- Responds otonomik (perubahan TD, nadi)
- Fokus pada diri sendiri : fokus menyempit
2. Ganggaun keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan output
yang berlebihan yang ditandai dengan :
- Kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan
- Muntah
- Distensi
- Gangguan proses pembekuan
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan penurunan
intake yang ditandai dengan :
- Mual/muntah
- Dispepsia dan anoreksia
- Nyeri

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa I
Tujuan : rasa nyeri hilang / terkonrol dengan kriteria :
- px tidak mengeluh rasa nyeri yang berlebihan
- px dapat beraktivitas dengan baik
- px dapat tidur dengan nyaman
INTERVENSI
1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
(menetap, hilang/timbul, kolik)
Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
(informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi)
2) Catat respons terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri
hilang
Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut
3) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang
nyaman
Rasional : tirah baring pada posisi foculer rendah, menurunkan
tekanan abdomen, namun pasien akan melakukan posisi
yang menghilangkan nyeri secara alamiah
4) Gunakan sprei halus/katun; cairan kalamin : minyak; mandi (alpha
keri) : kompres dingin/lembab sesuai indikasi
Rasional : menurunkan iritasi/kulit kering dan sensasi gatal
5) Kontrol suhu lingkungan
Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan
ketidaknyamanan kulit
6) Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi
Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian
dapat meningkatkan koping
2. Diagnosa II
Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang dengan
kriteria :
- turgor kulit baik
- asupan dan pengeluaran seimbang
- membran mukosa lembab
INTERVENSI
1) Pertahankan masukan dan haluran akurat, perhatikan haluaran kurang
dari masukan, peningkatan berat jenis urine, kaji membran
mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang status cairan/vokume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian
2) Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah. Kram
abdomen; kelemahan; kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur,
parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.
Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan
masukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium
dan klorida
3) Hindarkan dari lingkungan yang berbau.
Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah
4) Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.
Rasional : menurunkan kekeringan membran mukosa, menurunkan
resiko perdarahan oral
5) Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas
suntikan lebih lama dari biasanya.
Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan
hematoma
6) Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus-menerus
pada gigi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie,
hemtemesis/melena.
Rasional : protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang
bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko
perdarahan/hemoragi.

3. Diagnosa III
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria :
- Mencapai berat badan yang sesuai
- Mempertahankan berat badan yang tepat
INTERVENSI
1) Kaji ditensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak
Rasional : tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan
gangguan pencernaan, nyeri gas
2) Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu
makan sampai minimal
Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi. Berfokus
pada masalah membuat suasana negatif dan
mempengaruhi masukan
3) Timbang sesuai indikasi
Rasional : mengawasi keefektifan rencana diet
4) Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien; makanan yang
menyebabkan distres, dan jadwal makan yang disukai
Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan
5) Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan
rangsangan berbau
Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual
6) Berikan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

4. Implementasi
Pelaksanaan dari intervensi yang telah direncanakan.

5. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan evaluasi
merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
kita terhadap intervensi yang telah dilaksanakan serta mengetahui
perkembangan klien yang perlu dievaluasi di sini adalah :
1. Apakah keadaan umum klien sudah membaik ?
2. Apakah keseimbangan cairan sudah membaik ?
3. Apakah pemenuhan kebutuhan nutrisi sudah kembali normal ?
4. Apakah nyeri sudah mulai berkurang bahkan sudah hilang ?
DAFTAR PUSTAKA

- Price A. Sylvia dan Wilson M. Lorraine. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta :


EGC.
- Saif Oellah Noer, M.H. dr. Prof, dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I, Edisi III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
- Doenges, Marilyn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC.
- http : //www.mediacastore.com/

Anda mungkin juga menyukai