Agustin Rahayu
Anugrah Putri Syafira
Dinda Defara
Midadul Alim
Nadya Azzahra
Nafa Nurannisa
Nanda Dedy
Perdana Rizky
Rahma Winne E. A
Ririn Askuri
Shella Selvilia
Yani Ega Sari
Yusmanetti Rosya
Asuhan
Keperawatan
1. Faktor Biologi
• Jenis kelamin : Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-
laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun.
• Herediter : adanya anggota keluarga yang menderita kolitis
ulseratif akan meningkatkan resiko anggota keluarga lain
untuk menderita penyakit serupa.
• Alergi : beberapa penelitian menunjukan bahwa kolitis
ulseratif adalah bentuk respon alergi terhadap makanan
atau adanya mikroorganisme di usus.
• Autoimun/genetik : penelitian terbaru menunjukkan bahwa
kolitis ulseatif dapat merupakan suatu bentuk penyakit
kelainan genetik autoimun dimana sistem pertahanan
tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
Diantaranya adalah usus besar.
2. Faktor Lingkungan
• Lingkungan : beberapa peneliti menyatakan bahwa kolitis
ulseratif dapat berhubungan dengan beberapa infeksi
saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli.
Satu teori menjelaskan bahwa virus measles yang belum
dibersihkan dari tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan
inflamasi kronik ringan dari mukosa usus, hal ini juga
disebabkan oleh Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas
yang kurang baik
2. Penatalaksanaan Medis
• Terapi Obat – obatan
Terapi Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik
digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai
minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi
defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
(Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau
sulfisoxazol (gantrisin)
• Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi
kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan
kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya
diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi
seperti perforasi, hemoragi, obstruksi megakolon,
abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn
betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
Proses
Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare,
demam, anoreksia.
3 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh,
mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu
makan
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif.
Pengkajian predisposisi seperti genetik, lingkungan, infeksi,
imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan
tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
proferatif.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : compos mentis
b) Vital sign, meliputi :
- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/mnt)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan sistem tubuh
Sist. pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen,
- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35x/menit)
- Anoreksia
5. Pemeriksaan Diagnostik
• Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa
normal yang timbul di kolon kanan.
• Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan
sigmoidoskopi akan memperlihatkan perdarahan
mukosa disertai ulkus
• Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan
penurunan kadar kalium
B. Diagnosa