Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 1

Agustin Rahayu
Anugrah Putri Syafira
Dinda Defara
Midadul Alim
Nadya Azzahra
Nafa Nurannisa
Nanda Dedy
Perdana Rizky
Rahma Winne E. A
Ririn Askuri
Shella Selvilia
Yani Ega Sari
Yusmanetti Rosya
Asuhan
Keperawatan

Pada Pasien dengan


Penyakit Colitis
Ulseratif
Pengertian
Kolitis Ulseratif adalah suatu penyakit
inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa
kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau
lesi dan berlangsung lama yang menghasilkan
keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan demam
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini masih belum bisa
diketahui secara pasti. Teori tentang apa penyebab
kolitis ulseratif sangat banyak, tetapi tidak satupun
dapat membuktikan secara pas. Penelitian-penelitian
telah dilakukan dan membuktikan adanya
kemungkinan lebih dari satu penyebab dan efek
akumulasi dari penyebab tersebut adalah akar dari
keadaan patologis. Namun ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan resiko terkena penyakit colitis
ulseratif.
Adapun faktor resiko yang memicu timbulnya penyakit
colitis ulseratif adalah sebagai berikut:

1. Faktor Biologi
• Jenis kelamin : Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-
laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun.
• Herediter : adanya anggota keluarga yang menderita kolitis
ulseratif akan meningkatkan resiko anggota keluarga lain
untuk menderita penyakit serupa.
• Alergi : beberapa penelitian menunjukan bahwa kolitis
ulseratif adalah bentuk respon alergi terhadap makanan
atau adanya mikroorganisme di usus.
• Autoimun/genetik : penelitian terbaru menunjukkan bahwa
kolitis ulseatif dapat merupakan suatu bentuk penyakit
kelainan genetik autoimun dimana sistem pertahanan
tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
Diantaranya adalah usus besar.
2. Faktor Lingkungan
• Lingkungan : beberapa peneliti menyatakan bahwa kolitis
ulseratif dapat berhubungan dengan beberapa infeksi
saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli.
Satu teori menjelaskan bahwa virus measles yang belum
dibersihkan dari tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan
inflamasi kronik ringan dari mukosa usus, hal ini juga
disebabkan oleh Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas
yang kurang baik

3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas), Merokok,


(psikosomatik) Stress / emosi, Pemakaian laksatif yang
berlebihan, Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi
gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn, makanan pedas,
Kurang kesadaran untuk berobat dini, Keterlambatan dalam
mencari pengobatan, Tidak melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan merupakan faktor perilaku yang dapat memicu
timbulnya penyakit colitis ulseratif.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya
adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala
yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut
dan diare berdarah. Selain itu pasien juga dapat
mengalami :
• Anemia
• Fatigue/ kelelahan
• Berat badan menurun
• Hilangnya nafsu makan
• Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
• Lesi kulit ( eritoma nodusum )
• Lesi mata ( uveitis )
• Buang air besar beberapa kali dalam
sehari ( 10-20 kali sehari )
• Terdapat darah dan nanah dalam
kotoran
• Perdarahan rektum
• Kram perut
• Sakit pada persendian
• Anoreksia
• Dorongan untuk defekasi
• Hipokalsemia
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Patofisiologi
Proses penyakit colitis ulseratif dimulai pada
rektum yang mengalami Perdarahan yang terjadi sebagai
akibat dari ulserasi dan akhirnya dapat mengenai seluruh
kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan
menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi
pada ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah
ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi
inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal,
pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler
terutama pada kolon distal dan rektum. Terjadinya
striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini,
melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan
muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut,
abses kriptus pecah menembus dinding kriptus
dan menyebar dalam lapisan submukosa,
menimbulkan terowongan dalam
mukosa. Mukosa kemudian terlepas menyisakan
daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak
mula- mula tersebar dan dangkal, tetapi pada
stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa
yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga
menyebabkan banyak kehilangan jaringan,
protein dan darah. (Harrison, 2000, hal 161)
Komplikasi
• Hemorragic / Perdarahan
• Kolitis Toksik
• Kanker Kolon (Kanker Usus Besar).
• Fistula dan fisura abses rectal
• Dilatasi toksik atau megakolon toksik
• Perforasi usus
• Karsinoma kolon
• Neoplasma malignan
• Pielonefritis
• Nefrolitiasis
• Kalanglokarsinoma
• Artritis
• Retinitis, iritis
• Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
• Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi
kalori, dan terapi suplemem vitamin dan pengganti
besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi.
Ketidak- seimbangan cairan dan elektrolit yang
dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi
dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan.
Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus
dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada
individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan
dingin dan merokok juga dapat dihindari, karena
keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi
parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth,
2002, hal 1106-1107).
• Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang
menyebabkan stres pada pasien, kemampuan
menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung
karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal
1108).

2. Penatalaksanaan Medis
• Terapi Obat – obatan
Terapi Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik
digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai
minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi
defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
(Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau
sulfisoxazol (gantrisin)
• Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi
kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan
kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya
diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi
seperti perforasi, hemoragi, obstruksi megakolon,
abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn
betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
Proses
Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare,
demam, anoreksia.

3 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh,
mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu
makan
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif.
Pengkajian predisposisi seperti genetik, lingkungan, infeksi,
imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan
tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
proferatif.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : compos mentis
b) Vital sign, meliputi :
- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/mnt)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan sistem tubuh
Sist. pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen,
- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35x/menit)
- Anoreksia

Sist. pernafasan : Respirasi normal (16-20 x/menit).


Sist. kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardi)

Sist. neurologi : - Peningkatan suhu tubuh (demam)


- Kelemahan pada anggota gerak

Sist. integumen : Kulit dan membran mukosa kering danturgornya jelek.

Sist. musculoskeletal : Kelemahan otot dan tonus otot buruk

Sist. eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare


- Feses mengandung darah
d) Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :
- Aspek biologi : Keletihan, kelemahan, anoreksia,
penurunan berat badan.
- Aspek psiko : Perilaku berhati-hati, gelisah.
- Aspek sosio : Ketidakmampuan aktif dalam sosial.

5. Pemeriksaan Diagnostik
• Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa
normal yang timbul di kolon kanan.
• Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan
sigmoidoskopi akan memperlihatkan perdarahan
mukosa disertai ulkus
• Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan
penurunan kadar kalium
B. Diagnosa

• Diare ( 00013 ) b/d proses inflamasi, iritasi,


ansietas, dan malabsorpsi
• Kekurangan volume cairan ( 00027 ) b/d
anoreksia, mual dan kehilangan cairan aktif
• Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh ( 00002 ) b/d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient, dan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
• Kerusakan integritas kulit ( 00046 ) b/d
gangguan metabolik dan perubahan status
cairan
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan&Kriteria hasil Intervensi

1. Diare ( 00013 ) Setelah dilakukan asuhan 1. kaji dan dokumentasikan,


Definisi : fasase feses keperawatan selama 3x24 frekuensi, warna, konsisten,
yang lunak dan tidak jam diharapkan masalah jumlah ( ukuran ) feses
berbentuk klien dapat teratasi.
Factor berhubungan : Kriteria hasil : nyeri 2. bantu klien untuk
•Proses inflamasi abdomen pada klien mengidentifikasi stressor yang
•Iritas berkurang berperan terhadap terjadinya
•Ansietas diare
•Malabsorpsi
Batasan karakteristik : 3. informasikan klien tentang
•Nyeri abdomen kemungkinan obat yang
•Sedikitnya tiga kali mengakibatkan diare
defekasi per hari
4. konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan gejala
diare tetap
No Diagnosa Tujuan&Kriteria hasil Intervensi

2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. pantau warna, jumlah,


( 00027) keperawatan selama 3x24 dan frekuensi kehilangan
Definisi : penurunan cairan jam diharapkan cairan
intravaskuler, interstisial, kekurangan volume cairan 2. pantau status hidrasi (
dan.atau intraseluler. Ini klien dapat terpenuhi mis: kelembapan membrane
mengacu pada dehidrasi, Kriteria hasil : mukosa, keadekuatan nadi,
kehilangan cairan saja  Membrane mukosa dan tekanan darah
tanpa perubahan pada kembali normal ortostastik )
natrium 3. tentukan jumlah cairan
Factor berhubungan : masuk dalam 24 jam, hitung
 Anoreksia asupan yang di inginkan,
 Mual sepanjang shift pagi, sore
 Kehilangan cairan aktif dan malam
Batasan karakteristik : 4. berikan terapi IV
 Penurunan berat 5. anjurkan pasien untuk
badan menginformasikan perawat
 Penurunan tugor kulit bila haus
 Kelemahan kulit kering
No Diagnosa Tujuan&Kriteria hasil Intervensi

3. Ketidakseimbangan nutrisi, Setelah dilakukan asuhan 1. pantau perilaku pasien


kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 yang berhubungan dengan
tubuh ( 00002) jam diharapkan masalah penurunan berat badan
Definisi : asupan nutrisi klien dapat teratasi 2. komunikasikan harapan
tidak cukup untuk dengan terhadap kesesuaian asupan
memenuhi kebutuhan Kriteria hasil : makanan dan cairan serta
metabolic Massa tubuh dan berat jumlah latihan fisik
Factor berhubungan : badan dalam batas 3. instruksikan pasien untuk
 Ketidakmampuan normal menarik nafas dalam secara
mengabsorpsi nutrient perlahan dan menelan
 Ketidakmampuan secara sadar untuk
untuk mencerna mengurangi terjadinya mual
makanan dan muntah
Batasan karakteristik : 4. berikan obat antiemetic
 Ketidakmampuan dan analgesic sebelum
untuk makan dan sesuai dengan
mempertahankan jadwal yang dianjurkan
mengisap yang efektif
No Diagnosa Tujuan&Kriteria Intervensi
hasil
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. kaji luka terhadap karakteristik
kulit ( 00046 ) asuhan seperti: lokasi, luas, dan kedalaman
Definisi : keperawatan 2. lakukan perawatan luka atau
perubahan/gangguan selama 3x24 jam di perawatan kulit secara rutin dan
epidermis atau dermis harapkan kerusakan dapat melindungi pasien dari ekskresi
Factor berhubungan : integritas kulit luka slang drain pada luka
 Gangguan dapat berkurang 3. ajarkan perawatan luka pada
metabolic Kriteria hasil : pasien dan keuarga, termasuk tanda
 Perubahan status Kulit kembali dan gejala infeksi, dan cara
cairan normal mempertahankan luka tetap kering
Batasan karakteristik : pada saat mandi
 Kerusakan lapisan 4. rujuk ke perawat terapi
kulit enterostoma untuk mendapatkan
 Gangguan bantuan dalam pengkajian,
permukaan kulit penentuan derajat luka, dan
 Invasi struktur dokumentasi perawatan luka atau
tubuh kerusakan kulit
KESIMPULAN
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar
pada kolon dan rektum yang berlangsung lama yang
menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif
belum diketahui. Faktor yang berperan dalam penyakit
kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun
dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang
menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam
dinding usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh
misalnya diet, diet rendah serat makanan dan menyusui.
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri
abdomen, tanesmus, dan perdarahan rektal. Tindakan
medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-
obatan dan dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan
keperawatannya masukan diet dan cairan dan psikoterapi.

Anda mungkin juga menyukai