Anda di halaman 1dari 10

LP SIROSIS HEPATIS

A. Pengertian
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

B. Etiologi
Ada banyak penyebab sirosis. Penyebab paling umum adalah kebiasaan meminum
alkohol dan infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati Anda berfungsi mengurai alkohol, tetapi
terlalu banyak alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C
menyebabkan peradangan jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan
sirosis. Sekitar 1 dari 5 penderita hepatitis C kronis mengembangkan sirosis. Tetapi hal
ini biasanya terjadi setelah sekitar 20 tahun atau lebih dari infeksi awal.
Penyebab umum sirosis lainnya meliputi:
- Infeksi kronis virus hepatitis B.
- Hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat antibodi untuk
menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada hepatitis autoimun,sistem
kekebalan tubuh membuat antibodi terhadap sel-sel hati yang dapat
menyebabkan kerusakan dan sirosis.
- Non-alcohol steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak
menumpuk di hati sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan
berat badan (obesitas) meningkatkan risiko mengembangkan non-alcohol steato-
hepatitis.
- Reaksi parah terhadap obat tertentu.
- Beberapa racun dan polusi lingkungan.
- Infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit.

C. Manifestasi Klinis

Pada stadium awal biasanya sirosis tidak menimbulkan gejala apapun. Namun semakin
banyak jaringan hati yang luka dan menimbulkan parut maka akan timbul gejala-gejala
berikut;

Penurunan nafsu makan


Penurunan berat badan
Mual
Timbul pembuluh darah vena seperti jaring laba-laba di bawah kulit
Letih, lemah
Kulit dan mata berwarna kuning, serta warna air seni seperti kola
Perdarahan pada lambung dan usus
Cairan di dalam rongga abdomen (asites)
Gatal pada tangan dan kaki yang dapat berlanjut ke seluruh tubuh
Bengkak pada tungkai dan kaki (edema)
Gangguan mental
D. Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi
dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang
dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali
lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel
hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang
masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit
yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
E. WOC

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laoboratorium : pemeriksaan darah , kenaikan kadar enzim
transaminase ( SGOT,SGPT, Billirubin ) albumin, pemeriksaan kadarelektrolit.
Pemanjangan masa protombin, peningkatan kadar gula darah pemeriksaan marker
serologi
2. Pemeriksaan jasmani : hati , limpa ( schuffer, hacket ), perut, dan ekstra
abdoment, manifestasi diluar perut.
3. Pemeriksaan penunjang laninya : Radiologi, esofagoskopi,sidikan
hati,tomografikomputerisasi, angiografi , punsi asites, pemeriksaan mikoskopis,
kultur cairan, pemeriksaan kadar protein, amylase dan lipase.

G. Pencegahan.
Meliputi :
a. Pencegahan primer : Mengurangi konsumsi alcohol
b. Pencegahan sekunder : Deteksi awal sirosis biasanya sulit karena tanda tanda
sirosis,perubahan fungsi fisiologis dari hati akan muncul bila hati telah mengalami
kerusakan bagian. Atas alasan ini pemantauan konsumsi alkohol menjadi fokus
pencegaha

H. Proses Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping
asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita
a) Data subjektif
Data yang dibutuhkan untuk mengetahui seorang pasien menderita kirosis adalah
sebagai berikut :
Tubuh.
Perubahan warna kulit, perubahan ciri-ciri seks sekunder (alat kelamin luar,
distribusi bulu tubuh, jaringan buah dada), perubahan ukuran perut (ukuran
pinggang), sejarah udem, dan berbagai keluhan gatal-gatal.
Perilaku social.
Penggunaan obat-obatan dan alcohol,m jumlah, faktor-faktor penggunaan yang
cepat, usaha untuk berhenti, limitasi-limitasi untuk sukses, alasan-alasan
kegagalan, waktu terakhir pasien mengkonsumsi alcohol, lingkungan kerja.
Sistim gastroenteritis
Keluhan mual, muntah, anoreksia, gangguan pencernaan, masuk angin dan
gangguan perut
Sejarah nutrisi
Nutrisi harian selama 3 hari terakhir, perubahan nafsu makan.
Eliminasi
Perubahan dan jumlah warna urin, perubahan geraan usus, atau perubahan
warna faeces.
Neuromuscular
Keluhan rasa lemah, lelah, perubahan kemampuan kerja, perubahan koordinasi
ingatan,atau perubahan getataran-getaran.
Seksualitas
Impotensi (laki-laki), turunnya libido(pria dan wanita), atau perubahan pola
menstruasi (wanita)
b) Data Objektif
Tanda-tanda vital, mencakup tekanan darah orthostatik dan nadi, temperatur,
berat badan
Kulit dan sclera.
Adanya penyakit kuning, memar, hematomas, petechiae spider angiomas,
palmar erythema, pembesaran pembuluh vena pada tubuh bagian atas atau
ekstremitas bawah, hilangnya rambut dada, gynecomastia, udem pada kaki
dan tangan, luka karena gatal-gatal.
Abdomen.
Bunyi-bunyi usus, adanya gelembung abdominal, asites, peningkatan ukuran
lilitan abdominal, pembesaran liver, hepatic bruit, pembesaran empedu dan
pembesaran pembuluh vena abdomen (capat medusae).
Neuromuscular
Otot melemah, memori dan koordinasi menurun, gemetaran, asteriks, refleks
tendon dalam yang membesar, perubahan oerintasi, perubahan perilaku
atau emosi, apraxia
Gastroenteritis/eliminasi.
Volume warna urin dan, faeces.
Respirasi.
Bunyi pernapasan, adanya warna pudar pada cuping kanan bawah.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan
2) Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis
3) Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
4) Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
5) Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta
nyeri tekan dan asites

3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Intoleransi Tujuan: 1.Tawarkan diet tinggi 1. Memberikan kalori
aktivitas Peningkatan energi kalori, tinggi protein bagi tenaga dan
berhubungan dan partisipasi (TKTP). protein bagi proses
dengan dalam aktivitas penyembuhan.
kelelahan dan 2.Berikan suplemen
penurunan Kriteria Hasil: vitamin (A, B 2. Memberikan nutrien
berat badan kompleks, C dan K) tambahan.
Melaporkan
peningkatan 3.Motivasi pasien untuk 3. Menghemat tenaga
kekuatan dan melakukan latihan pasien sambil
kesehatan yang diselingi istirahat mendorong pasien
pasien. untuk melakukan
Merencanakan 4.Motivasi dan bantu latihan dalam batas
aktivitas untuk pasien untuk toleransi pasien.
memberikan melakukan latihan
kesempatan dengan periode waktu 4. Memperbaiki
istirahat yang yang ditingkatkan perasaan sehat
cukup. secara bertahap secara umum dan
percaya diri
Meningkatkan
aktivitas dan
latihan
bersamaan
dengan
bertambahnya
kekuatan.

Memperlihatkan
asupan nutrien
yang adekuat
dan
menghilangkan
alkohol dari diet.
Perubahan Tujuan: 1. Catat suhu tubuh 1. Memberikan dasar
suhu tubuh: Pemeliharaan suhu secara teratur. untuk deteksi hati
hipertermia tubuh yang normal 2. Motivasi asupan dan evaluasi
berhubungan Kriteria Hasil: cairan intervensi.
dengan proses Melaporkan 3. Lakukan kompres
inflamasi pada suhu tubuh dingin atau kantong 2. Memperbaiki
sirosis yang normal es untuk kehilangan cairan
dan tidak menurunkan akibat perspirasi
terdapatnya kenaikan suhu serta febris dan
gejala menggigil tubuh. meningkatkan
atau perspirasi. 4. Berikan antibiotik tingkat
Memperlihatkan seperti yang kenyamanan
asupan cairan diresepkan. pasien.
yang adekuat. 5. Hindari kontak
dengan infeksi. 3. Menurunkan panas
6. Jaga agar pasien melalui proses
dapat beristirahat konduksi serta
sementara suhu evaporasi, dan
tubuhnya tinggi. meningkatkan
tingkat kenyaman
pasien.

4. Meningkatkan
konsentrasi
antibiotik serum
yang tepat untuk
mengatasi infeksi.

5. Meminimalkan
resiko peningkatan
infeksi, suhu tubuh
serta laju metabolik.

6. Mengurangi laju
metabolik.
Gangguan Tujuan: 1. Batasi natrium 1. Meminimalkan
integritas kulit Memperbaiki seperti yang pembentukan
yang integritas kulit dan diresepkan. edema.
berhubungan proteksi jaringan 2. Berikan perhatian
dengan yang mengalami dan perawatan yang 2. Jaringan dan kulit
pembentukan edema. cermat pada kulit. yang edematus
edema. Kriteria Hasil: 3. Balik dan ubah mengganggu suplai
Memperlihatkan posisi pasien nutrien dan sangat
turgor kulit yang dengan sering. rentan terhadap
normal pada 4. Timbang berat tekanan serta
ekstremitas dan badan dan catat trauma.
batang tubun. asupan serta
Tidak haluaran cairan 3. Meminimalkan
memperlihatkan setiap hari. tekanan yang lama
luka pada kulit. 5. Lakukan latihan dan meningkatkan
Memperlihatkan gerak secara pasif, mobilisasi edema.
jaringan yang tinggikan
normal tanpa ekstremitas 4. Memungkinkan
gejala eritema, edematus. perkiraan status
perubahan 6. Letakkan bantalan cairan dan
warna atau busa yang kecil pemantauan
peningkatan dibawah tumit, terhadap adanya
suhu di daerah maleolus dan retensi serta
tonjolan tulang. tonjolan tulang kehilangan cairan
Mengubah posisi lainnya. dengan cara yang
dengan sering. paling baik.

5. Meningkatkan
mobilisasi edema.

6. Melindungi tonjolan
tulang dan
meminimalkan
trauma jika
dilakukan dengan
benar.
Perubahan Tujuan: Perbaikan 1. Motivasi pasien untuk 1. Motivasi sangat
status nutrisi, status nutrisi makan makanan dan penting bagi
kurang dari Kriteria Hasil: suplemen makanan. penderita anoreksia
kebutuhan Memperlihatkan dan gangguan
tubuh asupan makanan 2. Tawarkan makan gastrointestinal.
berhubungan yang tinggi makanan dengan
dengan kalori, tinggi porsi sedikit tapi 2. Makanan dengan
anoreksia dan protein dengan porsi kecil dan
gangguan jumlah memadai. sering. sering lebih ditolerir
gastrointestina Mengenali oleh penderita
l. makanan dan 3. Hidangkan makanan anoreksia.
minuman yang yang menimbulkan
bergizi dan selera dan menarik 3. Meningkatkan
diperbolehkan dalam penyajiannya. selera makan dan
dalam diet. rasa sehat.
4. Pantang alkohol.
Bertambah berat 4. Menghilangkan
tanpa 5. Pelihara higiene oral makanan dengan
memperlihatkan sebelum makan. kalori kosong dan
penambahan menghindari iritasi
edema dan 6. Pasang ice collar lambung oleh
pembentukan untuk mengatasi mual. alkohol.
asites.
7. Berikan obat yang 5. Mengurangi
Mengenali dasar diresepkan untuk citarasa yang tidak
pemikiran mengatasi mual, enak dan
mengapa pasien muntah, diare atau merangsang selera
harus makan konstipasi. makan.
sedikit-sedikit
tapi sering. 8. Motivasi peningkatan 6. Dapat mengurangi
asupan cairan dan frekuensi mual.
Melaporkan latihan jika pasien
peningkatan melaporkan 7. Mengurangi gejala
selera makan konstipasi. gastrointestinal dan
dan rasa sehat. perasaan tidak
9. Amati gejala yang enak pada perut
Menyisihkan membuktikan adanya yang mengurangi
alkohol dari perdarahan selera makan dan
dalam diet. gastrointestinal. keinginan terhadap
makanan.
Turut serta dalam
upaya 8. Meningkatkan pola
memelihara defekasi yang
higiene oral normal dan
sebelum makan mengurangi rasa
dan menghadapi tidakenak serta
mual. distensi pada
abdomen.
Menggunakna
obat kelainan 9. Mendeteksi
gastrointestinal komplikasi
seperti yang gastrointestinal
diresepkan. yang serius.

Melaporkan
fungsi
gastrointestinal
yang normal
dengan defekasi
yang teratur.

Mengenali gejala
yang dapat
dilaporkan:
melena,
pendarahan
yang nyata.
Nyeri dan Tujuan: 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi
gangguan rasa Peningkatan rasa baring ketika pasien kebutuhan
nyaman kenyamanan mengalami gangguan metabolik dan
berhubungan Kriteria Hasil: rasa nyaman pada melindungi hati.
dengan hati Mempertahanka abdomen.
yang n tirah baring 2. Mengurangi
membesar dan mengurangi 2. Berikan antipasmodik iritabilitas traktus
serta nyeri aktivitas ketika dan sedatif seperti gastrointestinal
tekan dan nyeri terasa. yang diresepkan. dan nyeri serta
asites Menggunakan gangguan rasa
antipasmodik 3. Kurangi asupan nyaman pada
dan sedatif natrium dan cairan abdomen.
sesuai indikasi jika diinstruksikan.
dan resep yang 3. Memberikan dasar
diberikan. untuk mendeteksi
lebih lanjut
Melaporkan kemunduran
pengurangan keadaan pasien
rasa nyeri dan dan untuk
gangguan rasa mengevaluasi
nyaman pada intervensi.
abdomen.
4. Meminimalkan
Melaporkan pembentukan
rasa nyeri dan asites lebih lanjut.
gangguan rasa
nyaman jika
terasa.

Mengurangi
asupan natrium
dan cairan
sesuai
kebutuhan
hingga tingkat
yang
diinstruksikan
untuk mengatasi
asites.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai