LEMAH
Seorang laki-laki berusia 37 tahun sedang dirawat di ruang interna dengan keluhan
lemah dan pusing.Hasil pengkajian ditemukan kulit menguning, sclera ikterik, mual, muntah-
muntah, anoreksia, bengkak (lengan dan tungkai), distensi abdomen (nyeri tekan kuadran
kanan atas). Nampak kurus (IMT 15,4), TD : 120/80 mmHg, nadi 90 kpm, RR 20 kpm, suhu
390C. keluarga menyatakan klien sering mengonsumsi alcohol. Bilirubin total 2,5 mg/dL.
Nyeri perut √ √
Lemah √ √
Demam √ √
Pusing √ √
Sklera ikterik √ -
Kulit menunging √ -
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Mengapa pada kasus diatas terjadi perubahan warna kulit menjadi kuning?
b. Mengapa pada kasus diatas terjadi penurunan berat badan?
5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Ikterus merupakan suatu kondisi klinis dimana terjadi perubahan warna kulit serta
mukosa menjadi kekuningan yang diakibatkan adanya peningkatan kadar bilirubin
didalam plasma yang kadarnya mencapai > 2 mg/dL. Keadaan ini merupakan tanda
penting adanya penyakit hati atau fungsi hati.
b. Beberapa penyakit kronis yang terjadi seperti hepatitis dapat menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan karena memicu terjadinya hipermetabolisme
dalam tubuh.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Diharapkan dapat mengerti tentang masalah sistem digestive
b. Diharapkan mampu menganalisis suatu kasus dengan masalah sistem digestive
c. Diharapkan mampu menegakkan diagnose dan intervensi keperawatan pada pasien
dengan masalah sistem digestive
7. INFORMASI TAMBAHAN
Menurut Maria Putri Sari Utami dkk, (2023). Dalam jurnalnya “Penerapan Terapi Spritual
Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sirosis Hepatis”
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Terapi SEFT berpengaruh pada pengurangan tingkat kecemasan pada pasien sirosis
hepatis karena SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan
terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping (ketukan ringan) dengan dua
ujung jari pada titik-titik tertentu dibagian tubuh. Titik-titik yang diketuk adalah titik-titik
kuncidari "The Major Energy Meridians" yang apabila diketuk beberapa kali akan
berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan. Hal ini
dikarenakan aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali
(Zainuddin, 2019).
Pada saat tapping terjadi peningkatan proses perjalanan sinyalsinyal neurotransmitter
yang menurunkan regulasi hipotalamicpitutiary-adrenal Axis (HPA axis) sehingga
mengurangi produksi hormon stres yaitu kortisol. Kortisol berperan sebagai penekan
sintesis protein, termasuk menekan imunoglobin, menurunkan populasi eosinofil, basofil,
limfosit dan makrofag dalam darah tepi. Kadar kortisol yang tinggi di dalam darah dapat
menimbulkan atropi jaringan limfosit dalam tymus, limfa dan kelenjar limfe akibatnya
daya tahan tubuh akan semakin turun (Dewi & Fauziah, 2017).
Penelitian Zainuddin (2019), mengatakan bahwa ketika seseorang dalam keadaan
cemas kemudian dilakukan tapping pada titik meridiannya maka terjadi penurunan
aktivitas gelombang otak (amygdala). Efek relaksasi pada Terapi SEFT dapat
menurunkan tingkat kecemasan karena membantu pasien dalam menetralisir dan
melepaskan beban emosional (pikiranpikiran negatif) yang bersumber baik dalam dirinya
sendiri maupun yang berasal dari lingkungannya dan dengan mengucapkan doa disertai
pikiran positif bahwa apapun yang dihadapi, rasa sakit yang dialami akan diikhlaskan
dan dipasrahkan kesembuhannya pada Allah SWT. Sehingga dengan terapi SEFT ini
aliran energi tubuh yang terhambat (blocking) dapat berjalan dengan normal dan
seimbang serta bahwasanya spiritual power juga berperan penting terhadap kesehatan
(Dewi & Fauzia, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan terapi SEFT
mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sirosis hepatis. Terbukti dengan
hasil implementasi sebelum diberikan terapi SEFT tingkat kecemasan pasien adalah skor
25 (kecemasan sedang) sedangkan setelah diberikan terapi SEFT tingkat kecemasan
menurun menjadi skor 20 (kecemasan ringan). Penelitian selanjutnya dapat menerapkan
intervensi selama 5-10 menit dalam waktu lebih dari satu hari guna mendapatkan efek
yang lebih baik dengan jumlah responden yang lebih banyak.
9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Berdasarkan data pasien pada skenario 4 di atas dan data-data penunjang yang
tertuang dalam materi ini dapat disimpulkan bahwa diagnosa medis yang tepat untuk
pasien dalam skenario 4 adalah Sirosis Hepatitis.
10. LAPORAN DISKUSI
KONSEP MEDIS
HEPATITIS
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Patofisiologi
D. Etiologi
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien dengan sirosis hepatis, pada stadium awal sering
tidak muncul gejala sehingga didapati ketika pasien berobat dan karena penyakit
lain. Gejala awal sirosis hepatis kompensata seperti fatique, selera makan
berkurang, perut kembung, nausea, penurunan berat badan, hilangnya dorongan
sexual. Sirosis hepatis dekompensata, gejala penyakit yang menonjol yaitu timbul
komplikasi kegagalan hati, hipertensi porta, hilangnya rambut badan, insomnia,
demam, gangguan pembekuan darah, ikterus, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan sikus haid, air kemih berwarna seperti teh, muntah darah, melena
hingga penurunan kesadaran dan koma (Hartoyo,dkk, 2023).
F. Pemeriksaan penunjang
G. Diagnosis
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
8
terhadap aliran darah porta akibat adanya nodul degeneratif, terjadi Asites, varises
esofagus, peritonitis bakterial, ensefalopati hepatikum, sindrom hepatorenal
(Hartoyo,dkk, 2023).
9
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Pengkajian primer dan sekunder:
Identitaspasien
Nama : Tn. A
JK : Laki-laki
Umur : 37 Tahun
Alamat :-
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama :-
2) Keluhanutama
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh lemah dan pusing
3) Riwayat penyakitsekarang
Klien mengeluh lemah dan pusing, kulit klien tampak menguning,sclera ikterik,
mual, muntah-muntah, anoreksia, bengkak pada lengan dan tungkai, distensi
abdomen (nyeri tekan kuadran kanan atas), klien tampak kurus.
4) Riwayat penyakitsebelumnya
Tidak dikaji
5) Aktivitas/istirahat
Klien mengeluh lemah dan pusing
6) Integritasego
Tidak dikaji
7) Eliminasi
Tidak dikaji
8) Makanan/cairan
Tidak dikaji
9) Hygine
Tidak dikaji
10) Neurosensori
Tidak dikaji
11) Nyeri/kenyamanan
Klien mengeluh nyeri tekan kuadran kanan atas
10
12) Interaksisocial
Tidak dikaji
13) PemeriksaanFisik
Tanda tanda vital :
a) TD : 120/80 mmHg
b) N : 90 x/m
c) R : 20 x/m
d) SB : 39,5oC
14) Pemeriksaan Penunjang
Bilirubin total 2,5 mg/dL
11
PATHWAY
Sirosis Hepatis
Fungsi hati
terganggu
Demam sub
febris
Gangguan pembentukan
Hati membesar, Hipertermia empedu
mendesak dan
terjadi demam
Nyeri Akut
Anoreksia, mual
muntah
Retensi cairan
Kelemahan, rasa
Hipervolemia capek, malaise
Keletihan
12
Analisa Data
13
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : - Sirosis hepatitis Defisit Nutrisi
Fungsi hati
Data Objektif : terganggu
1) Klien Nampak kurus (IMT
15,4) Gangguan
2) Anoreksia pembentukan
empedu
Anoreksia, mual
muntah
Defisit Nutrisi
Fungsi hati
terganggu
Data Objektif :
1) Suhu tubuh diatas normal
39˚C Demam sub febris
2) Bilirubin 2,5 mg/dL
3) Sklera ikterik
Hipertermia
3. Data Subjektif : Sirosis hepatitis Disfungsi
1) Nyeri tekan kuadran kanan Motilitas
atas Gastrointestinal
2) Klien mengeluh mual Fungsi hati
3) Klien mengeluh muntah terganggu
4) Keluarga mengatakan klien
sering mengonsumsi alkohol Gangguan
pembentukan
Data Objektif : empedu
1) Distensi abdomen
14
Anoreksia, mual
muntah
B. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
2) Hipertermia b.d proses penyakit (hepatitis)
3) Disfungsi Motilitas Gastrointestinal b.d malnutrisi
4) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
5) Hipervolemia b.d Gangguan aliran balik vena
6) Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Dan
Diagnosa Keperawatan Intervesi Keperawatan
Kriteria Hasil
NO. (PPNI, 2017) (PPNI, 2018)
(PPNI, 2018b)
Edukasi
7. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri)
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
2. intervensi selama
Definisi :Suhu tubuh 3x24 jam maka Observasi:
meningkat di atas rentang Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
normal tubuh Membaik dengan hipertermia
kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
Data Subjektif :- 1. Suhu tubuh 3. Monitor komplikasi akibat
15
Data Objektif : Membaik (5) hipertermia
1. Suhu tubuh diatas
Terapeutik
normal 39˚C
2. Bilirubin 2,5 mg/dL 4. Longgarkan atau lepaskan
3. Sklera ikterik pakaian
4. Kulit menguning 5. Berikan cairan oral
6. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebihan)
Edukasi:
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
Pemberian Obat
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat
2. Verifikasi order obat sesuai
dengan indikasi
3. Periksa tanggal
kadaluwarsa obat
4. Monitor tanda vital dan
nilai laboratorium sebelum
pemberian obat
5. Monitor efek samping,
toksisitas, dan interaksi
obat
Terapeutik
6. Perhatikan prosedur
pemberian obat yang aman
dan akurat
7. Hindari interupsi saat
mempersiapkan,
memverifikasi, atau
mengelola obat
16
8. Lakukan prinsip 6 benar
9. Perhatikan jadwal
pemberian obat jenis
hipnotik, narkotika, dan
antibiotic
10. Fasilitasi minum obat
11. Dokumentasikan
pemberian obat dan
respons terhadap obat
Edukasi
17
yang cukup
9. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
10. Ajarkan penggunaan
tekhnik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
(mis, relaksasi)
Kolaborasi
Manajemen Muntah
Observasi
1. Identifikasi karakteristik
muntah (mis, warna,
konsistensi ,adanya darah,
waktu, frekuensi dan
durasi)
2. Periksa volume muntah
3. Identifikasi faktor
penyebab muntah
Terapeutik
Edukasi
7. Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
8. Anjurkan memperbanyak
istrihata
18
9. Ajarkan penggunaan
tekhnik nonfarmakologis
untuk mengelola muntah
(mis, relaksasi)
Kolaborasi
Terapeutik
Data Subjektif :
4. Berikan tekhnik non
1. Klien mengeluh nyeri
tekan kuadran kanan farmakologis untuk
atas mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin)
Data Objektif :- 5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istrahat dan tidur
7. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
8. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
10. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
19
Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
5. intervensi selama
Definisi : Peningkatan 3x24 jam maka Observasi
volume cairan keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan gejala
intravascular, interstisial Menurun dengan hypervolemia
dan/atau intraseluler kriteria hasil: 2. Identifikasi penyebab
hypervolemia
Data Subjektif : 1. Edema
3. Monitor intake dan output
1 bengkak (lengan Menurun (5)
cairan
dan tungkai) 4. Monitor efek samping
diuretik
Data Objektif :- Terapeutik
5. Sediakan lingkungan
Data Objektif :- nyaman dan rendah
20
stimulus
6. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
7. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan (Implementasi Keperawatan) adalah pelaksanaan
tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal.Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan terhadap
pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat dalam rencana asuhan
keperawatan termasuk di dalamnya nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu
pelaksanaan asuhan keperawatan (Basri, Utami & Mulyadi, 2020).
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang meliputi subjek, objek,
pengkajian kembali (assessment), rencana tindakan (planning) (Basri, Utami & Mulyadi,
2020).
21
DAFTAR PUSTAKA
Hartayono, dkk. 2023. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah S1 Keperawatan Jilid II.
Jakarta : Mahakarya Citra Utama.
Utami, dkk. 2022. Penerapan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Sirosis Hepatis. Health Nursing Jurnal. Vol 5 No. 1 Hal
496-500.
22
23