Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEFARMASIAN

.
PASIEN SIROSIS HATI
DEKOMPENSATA

DOSEN PENGAMPU : Apt. Marvel Chaidir, M.Farm


ANGGOTA KELOMPOK
AMANDA DWI ALEYNISSA 11171020000005

SYIFA FUADINA 11171020000006

DERY AKMAL ARHANDIKA 11171020000017

FERIZKI TRI DARMA 11171020000018

INDRIANI ROHMAWATI 11171020000052

WULAN SARI 11171020000069


KASUS SIROSIS
HATI
DEKOMPENSATA
Seorang pasien, laki-laki, usia 42 tahun, di diagnosis menderita sirosis hati dekompensata dan di rawat inap.
Pasien menderita asites dan edema. Pasien mengkonsumsi alkohol sejak umur 22 tahun, merokok, dan pernah
menggunakan narkotika suntik.

Keluhan utama : Pusing, mual, muntah Hb : 8 g/dL


Diagnosis : Jaundice, hepatomegali, sirosis hati Bilirubin total : 2 mg/dL
dekompensata AST / SGOT : 58 U/L
Alergi : Tidak ada ALT / SGPT : 62 U/L

Riwayat Penyakit Dahulu : Hepatitis B GGT : 52 U/L

Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi Albumin : 1,2 g/dL

Riwayat Pengobatan : tidak ada Trombosit : 125.000 / ml


PT (prothrombine time) pasien : 45 detik
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
PT control : 13 detik
Suhu : 370C
INR : 3,4
Nadi : 80 kali/menit
Respiratory Rate (RR) : 15 kali/menit Na+ : 147 mEq/L
K+ : 8 mEq/L Elektrolit
Berat badan : 39 kg
Tinggi badan : 173 cm Cl- : 97 – 110 mmol/L
IV. Terapi obat dan cairan
        Tanggal

Nama Obat Frek Dosis Rute 5 6 7 8          

Spironolactone 3x 1 tab Oral √ √ √ √        


 
tab 100 mg sehari

Furosemide 1x ½ tab Oral √ √ √ √        


 
tab 40 mg sehari
PENDAHULUAN
Anatomi Hati
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah
kanan atas rongga abdomen. Pada manusia hidup, hati berwarna
merah tua karena kaya akan persediaan darah (Sloane, 2004).
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan
berat kurang lebih 1,5 kg atau 2.5% dari total berat tubuh
manusia dewasa. Organ ini terletak di kuadran kanan atas rongga
abdomen, di bawah diafragma. Di rongga perut, organ ini
sebgaian besar dilapisi oleh peritoneum (Junqueira & Carneiro.,
2007).
Hati terbagi atas 4 lobus—kanan, kiri, kuadratus, dan kaudatus,
yang dipisahkan oleh ligamentum fasciformis.
Suplai darah hepar:
• Arteri hepatika (25% suplai darah)
• Vena porta (75% suplai darah)

Sumber: Widya Nugroho Putri, 2009


Fisiologi Hati

Vena porta hepatika mengalirkan darah keluar dari sistem venous usus
dengan membawa nutrien yang diserap di dalam saluran cerna ke hati.
Hati melaksanakan berbagai fungsi metabolik. Sebagai contoh, pada saat
puasa hati akan menghasilkan sebagian besar glukosa melalui
glukoneogenesis serta glikogenolisis, melakukan detoksifikasi,
menyimpan glikogen dan memproduksi getah empedu disamping
berbagai protein serta lipid (Berkowitz, 2013).
Sumber: Ozougwu, 2017

Fungsi Hati
• Sekresi empedu
• Metabolisme bilirubin
• Vaskular dan hematologi
• Metabolisme nutrisi:
- Lemak
- Protein
- karbohidrat
• Detoksifikasi metabolik
• Penyimpanan mineral dan vitamin
PENYAKIT HATI/LIVER
Penyakit hati adalah suatu istilah untuk
sekumpulan kondisi, infeksi yang
mempengaruhi sel-sel, jaringan-
jaringan, struktur dan fungsi dari hati
sehingga menyebabkan hati tidak dapat
berfungsi dengan baik. biasanya fungsi
hati akan mengalami penurunan kinerja
apabila terjadi kerusakan sel hati
mencapai 75%.
Tahap Kerusakan Hati
1. Inflamasi/peradangan hati
2. Fibrosis hati
3. Sirosis hati
4. Gagal hati

Sumber: American Liver Fondation


1. Peradangan Hati
Peradangan hati atau yang biasa disebut Hepatitis merupakan kelainan hati
berupa peradangan sel hati yang ditandai dengan meningkatnya kadar
enzim hati. Peradangan terjadi akibat respon tubuh dalam melawan infeksi
(virus, bakteri, parasite). Hepatitis virus akut disebabkan oleh beberapa
virus:
- Virus Hepatitis A (HAV)
- Virus Hepatitis B (HBV)
- Virus Hepatitis C (HCV)
- Virus Hepatitis D (HDV)
- Virus Hepatitis E (HEV)
- Virus Hepatitis G (ditularkan pasca transfuse)
Sumber: Infodatin, Kemenkes
Hepatitis Virus Akut. Sanityoso, 2009
Patofisiologi Peradangan Hati (Hepatitis)
Hepatitis dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obat dan bahan-bahan
kimia.
Virus/bakteri yang menginfeksi akan masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati. Di hati, agen
infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (terlihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). Kerusakan sel akan mengakibatkan penurunan penyerapan dan
konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik.

Sumber: Smeltzer dan Bare, 2002


2. Fibrosis Hati
Fibrosis hati adalah akumulasi berlebihan dari protein matriks ekstraseluler yang terjadi di kebanyakan penyakit
hati kronis. Fibrosis hati terjadi akibat kerusakan hati kronis dalam hubungannya dengan akumulasi protein
matriks ekstraseluler. Fibrogenesis hati dianggap sebagai proses yang pasif dan ireversibel, parenkim hati yang
kolaps akan digantikan oleh jaringan yang kaya akan kolagen.
Nonalcoholic Steatohepatitis (NASH) merupakan penyebab utama fibrosis hati. NASH merupakan bagian dari
penyakit perlemakan hati nonalkoholik. NASH adalah komponen dari sindrom metabolic yang ditandai
obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dengan resistensi insulin.

Sumber: Fibrosis hati, Oeij Anindita Andhika


Patofisiologi Fibrosis Hati
Setelah jejas/injury hati akut (ex: hepatitis), sel parenkim beregenrasi untuk menggantikan sel nekrotik atau
apoptotic (proses ini berhubungan dengan respon inflamasi dan deposisi terbatas dari Matriks Extraseluler
(ECM), jika jejas hati tidak terobati maka regenerasi hati gagal, hepatosit digantikan ECM sehingga memicu
terbentuknya fibrosis.

Sumber: Fibrosis hati, Oeij Anindita Andhika


3. Sirosis Hati
Sirosis hati adalah kelainan pada hati yang ditandai dengan fibrosis dan eprubahan
jaringan hati yang normal menjadikan jaringan abnormal dengan nodul-nodul. Pada
akhirnya akan terjadi pengahancuran hepatosit dan penggantian jaringan normal menjadi
jaringan fibrosa (Di piro et al., 2015). Pada sirosis struktur hati menjadi keras, berkerut
dan terdapat banyak nodul sehingga terjadi kerusakan fungsi hati karena penurunan
jumlah jaringan hati yang normal (Hammer dan Mcphee, 2014)
Klasifikasi Sirosis Hati
Secara klinis, sirosis hati dibagi menjadi 2 jenis (stadium):
Sirosis hati kompensata
Sirosis hati kompensata atau sirosis hati laten (latent liver cirrhosis) merupakan sirosis hati dengan belum
adanya gejala klinis yang nyata. Diagnosis untuk stadium ini ditegakkan pada saat melakukan evaluasi
terhadap fungsi hati pada penderita hepatitis kronik dengan gejala klinis yang kurang jelas.
Pada stadium ini, dapat terjadi kelemahan otot dan cepat Lelah akibat kekurangan protein dan adanya cairan
dalam otot penderita.
Sirosis hati dekompensata
Sirosis hati dekompensata merupakan sirosis hati yang ditandai dengan gejala yang jelas (ex: asites, edema
dan icterus. Terutama jika terjadi komplikasi insufisiensi hepatik dan hipertensi porta).

Sumber: Poluan, Pamela M. 2015


Komplikasi Sirosis Hati
Patofisiologi Fibrosis Hati
Perubahan hati normal menjadi sirosis diakibatkan peradangan aktivitas sel-sel
stellata hati dengan fibrogenesis, angiogenesis, dan lesi kepunahan parenkim yang
disebabkan oleh oklusi vaskular. Fibrosis menyebabkan kerusakan jaringan normal
di hati termasuk sinusoid, ruang disse dan perubahan resistensi terhadap aliran darah
portal yang menjadi factor utama peningkatan tekanan portal pada sirosis.

Sumber: Tsochatzis et al., 2014


4. Gagal hati/ Liver Failure
Gagal hati merupakan kondisi tahap akhir dari semua penyakit liver. Gagal hati terjadi ketika sebagian besar
bagian hati telah rusak sehingga organ ini tidak dapat bekerja lagi. Solusi dari keadaan ini adalah transplantasi
hati. 2 tipe gagal hati:
Gagal hati akut: kerusakan cepat fungsi hati (hitungan hari-minggu) yang dimana sebelumnya diketahui tidak
ada riwayat penyakit kronis yang mendasari.
Gagal hati kronis: kerusakan hati akibat dari penyakit-penyakit hati sebelumnya. Tipe ini biasanya terjadi
setelah beberapa tahun terjadinya penyakit-penyakit tersebut.

Sumber: Nanchal, Rahul. 2019


DATA
RISKESDAS
DATA RISET KESEHATAN DASAR
RISKESDAS Hepatitis
PENYAKIT LIVER

Sumber: Riskesdas Kemenkes, 2018


Sirosis hati
Belum ada data Riskesdas dari penyakit sirosis hati dikarenakan prevalensi sirosis di Indonesia masih
sangat terbatas. Terdapat 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam di rumah sakit
umum pemerintah Indonesia merupakan pasien sirosis.
Suatu penelitian di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa terdapat 4,1% pasien
dengan sirosis selama satu tahun dari seluruh pasien penyakit dalam yang dirawat.
Di Indonesia, sirosis yang disebabkan oleh alcohol jarang terjadi.

Sumber: Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, 2013


Pengumpulan Data
Subjektif
Pasien : Laki-laki
Usia : 42 tahun
Gejala : Asites dan Edema (Gejala sisrosis hati, dipiroed 7),
Pusing, mual, muntah (Keluhan utama)
Alergi : Tidak ada

Pasien mengkonsumsi alkohol sejak umur 22 tahun, (Etiologi


sisrosis hati, dipiro ed 7), merokok, dan pernah menggunakan
narkotika suntik.

Diagnosa Dokter:
Jaundice, hepatomegali, sirosis hati dekompensata

• Riwayat Penyakit Dahulu : Hepatitis B


• Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi
• Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Pengumpulan
Data
objektif
Hasil Lab
Pemeriksaan Lab Hasil Lab Nilai Normal Keterangan Sumber
Tekanan Darah 120/90 Hipertensi jika Normal (Depkes, 2008)
>140/90
Suhu 37°C 35,8°C – 37,5°C. Normal (Sherwood,
2014)
Nadi 80 kali/menit 60-100 kali/mnt Normal (Terry and Susan,
2014
Respiratory Rate 15 kali/menit 12-20 kali/mnt Normal (Agus
(RR) Sulistiowati,
2018)
Berat Badan 39 Kg
Tinggi Badan 173 Cm
IMT = BB (Kg)/TB2(M)
= 39 kg / (1,73)2M
= 13,031 kg /m2
IMT 13,031 kg /m2 18,5 – 25 kg /m2 Tidak Normal (Kemenkes,
2019)
Hasil Lab
Pemeriksaan Lab Hasil Lab Nilai Normal Keterangan Sumber
Hemoglobin 8 g/dL > 13,0 g/dL Tidak Normal (WHO, 2001)

Bilirubin Total 2 mg/dL 0,3—1,0 mg/dl Tidak Normal (Abdoerrachman et


al., 2007)

AST / SGOT 58 U/L 5-35 IU/L Tidak Normal (Friedly Pondaag


dkk, 2014)

ALT / SGPT 62 U/L 5-40 IU/L Tidak Normal (Friedly Pondaag


dkk, 2014)

GGT 52 U/L < 55 U/L Normal (Diasys, 2015)

Albumin 1,2 g/dL 3.5 – 5 mg/dL Tidak Normal (Ganong, 2003)

Trombosit 125.000 / ml 150.000— Tidak Normal (Sherwood, 2011)


400.000/uL
Hasil Lab
Pemeriksaan Lab Hasil Lab Nilai Normal Keterangan Sumber

PT (prothrombine 45 detik 66 - 123 Tidak Normal (P.M.Manucci,


time) 1970)

INR 3,4 0,8 - 1,2 Tidak Normal (Mishra N R et


al, 2013)
Elektrolit
Na+ 147 mEq/L 135- 145 mEq/L Tidak Normal (Pranata, 2013)

K+ 8 mEq/L 3,5 - 5,2 mEq/L Tidak Normal (Fink HH et al,


2006.)
Cl- 97 – 110 98-108 mEq/L Normal (Hardjoeno,
mmol/L 2007)
Assessment Kefarmasian
Tatalaksana

• Pada pasien dengan sirosis dekompensasi, faktor etiologi, harus dihilangkan,


terutama konsumsi alkohol dan infeksi virus hepatitis B atau C. Hal ini dikaitkan
dengan penurunan risiko dekompensasi dan peningkatan kelangsungan hidup.

• Strategi berdasarkan pada target abnormalitas pada aksis usus-hati dengan


pemberian antibiotik (yaitu rifaximin), perbaikan fungsi sirkulasi sistemik yang
terganggu (yaitu, pemberian albumin jangka panjang), penurunan keadaan
inflamasi (yaitu, statin), dan pengurangan hipertensi portal (yaitu, beta-blocker).
Pemberian terapi ini menunjukkan manfaat potensial untuk menurunkan
perkembangan sirosis pada pasien dengan sirosis dekompensasi.
(https://reference.medscape.com/viewarticle/906538#vp_1)
• Pada pasien ini komplikasi yang terjadi adalah asites dan
edema. Asites dan edema pada pasien ini ditandai dengan
adanya keluhan perut membuncit yang semakin lama
semakin membesar, pembesaran pada perut diikuti dengan
pembengkakan pada kedua tungkai. Pada perkusi abdomen
didapatkan adanya tanda shifting dullness yang mana
merupakan tanda khas dari asites.
• Adanya komplikasi seperti adanya asites, edema,
hepatomegaly dan jaundice menandakan bahwa pasien ini
telah memasuki fase dekompensasi
• Pengobatan yang dipilih yaitu spironolakton dengan
dosis 100-200 mg sekali perhari.
• Apabila pemberian spironolakton tidak adekuat dapat
diberikan kombinasi berupa furosemid dengan dosis
20-40mg/hari. Pemberian furosemid dapat ditambah
hingga dosis maksimal 160mg/hari.
(Rizki Putra Sanjaya, 2014)
Terapi kombinasi lebih disarankan untuk pasien
rawat inap yang menerima terapi intensif untuk
mencegah efek samping.
(
https://link.springer.com/article/10.1007/s00535-0
16-1216-y
)
• Asites harus diobati dengan pembatasan
garam dan diuretik. Regimen diuretik
biasanya mencakup kombinasi
spironolakton (Aldactone) dan diuretik
loop, kecuali jika kadar natrium serum
kurang dari 125 mEq per L (125 mmol per
L).
(
https://www.aafp.org/afp/2011/1215/p1353.ht
ml
)
Selama terapi diuretik, direkomendasikan
penurunan berat badan maksimum 0,5kg /
hari pada pasien tanpa edema dan 1kg /
hari pada pasien dengan edema.
Setelah asites sudah berangsur sembuh,
dosis diuretik harus dikurangi hingga dosis
efektif terendah.
(
https://reference.medscape.com/Viewarticl
e/906538#vp_2
)
• Diuretik: Diet rendah garam saja seringkali tidak berhasil
mengendalikan asites pada pasien dengan sirosis. Untuk
pemulihan gejala dan keseimbangan natrium yang lebih
cepat, diuretik digunakan dalam kasus asites Grade 2 atau 3.
Pemberian diuretik oral adalah standar, dan penggunaan
intravena tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan ginjal karena kehilangan cairan tubuh secara tiba-
tiba.
(https://www.aafp.org/afp/2011/1215/p1353.html)
DRUG RELATED PROBLEM
1. SPIRONOLACTONE
Problem P1.2 Effect of drug treatment not optimal
C3.4 Dosage regimen too frequent
Causes
Pemberian spironolakton tidak sesuai yaitu 3x1.
I3.4 Instructions for use changed to
Intervention Menurut guideline, spironolakton diberikan 1x1. Sehingga
pemberian spironolakton diubah menjadi 1x1
Acceptance of the Intervention proposals A1.1 Intervention accepted and fully implemented
Status of DRP O1.1 Problem totally solved

2. FUROSEMIDE
I0.1 No Intervention
Intervention
Tidak terdapat masalah dengan terapi Furosemide.
Acceptance of the Intervention proposals A1.1 Intervention accepted and fully implemented
Status of DRP O1.1 Problem totally solved
Terapi Farmakologi
Obat Dosis dan aturan Indikasi
pakai

Spironolak 100 mg, 1x1 pada Kombinasi terapi


ton pagi hari Presentation
PowerPoint
untuk Sirosis hati
dekompensata
dengan edema dan
Asites

Furosemid 40mg, 1x1 pagi hari


TERAPI
SIMPTOMATI
K
• Gejala: Mual dan muntah
- Obat: Ranitidin
- Untuk mengatasi mual, diberikan obat Ranitidine
dengan dosis 50mg/12 jam melalui rute intravena.
(Katzung, B. G. 2007)
Nama Obat Dosis Bentuk Frekuensi Durasi
INTERVENSI Sediaan /
KEFARMASIAN Rute
Pemberian

Spironolactone 1 tab Tablet (Oral) 1 x Sehari 3 – 5 hari


100mg (Pagi Hari)

Furosemide 40mg ½ tab Tablet (Oral) 1 x Sehari 3 – 5 hari


(Pagi Hari)

Ranitidine 50mg 50 mg Injeksi 2 x Sehari diberhentikan


(Tiap 12 setelah gejala
Jam) hilang
1.Informasi - Memberikan edukasi kepada pasien mengenai liver hati dan juga menyampaikan rencana
dan edukasi pengobatan yang akan dijalankan

- Melakukan konseling pada pasien mengenai regimen terapi pengobatan yang akan dijalankan

- Memberi motivasi kepada pasien agar mematuhi regimen terapi

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara mengonsumsi obat yang optimal

- Memberikan edukasi kepada pasien untuk berhenti kebiasaan merokok dan mengonsumsi
alkohol

- Memberikan sebuah edukasi kepada pasien untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran
2. Monitoring - Memonitoring kepatuhan pasien dalam memimun obat
Dan Evaluasi
- Melakukan evaluasi dari obat yang diminum pasien yang dapat dilihat dari kondisi pasien

- Melakukan monitoring terhadap keluhan pasien


3. Indikator - Melihat perkembangan pasien dari hasil pengobatan dari hari pertama ke hari selanjutnya

- Memastikan IMT pada pasien Kembali normal 18,5 – 25 kg/m2

- Memastikan Hemoglobin pada pasien Kembali normal > 13,0 g/dL

- Memastikan Bilirubin pada pasien Kembali normal 0,3 – 1,0 mg/dL

- Memastikan AST/SGOT pada pasien Kembali normal 5 – 35 IU/L

- Memastikan ALT/SGPT pada pasien Kembali normal 5 – 40 IU/L

- Memastikan Albumin pada pasien Kembali normal 3,5 – 5 mg/dL


Konseling
1 Pembukaan Peserta menyampaikan A: Resep atas nama Bapak Andi
4 dari aspek dibawah
ini : P: Ya, saya.

 Salam A: Apakah ibu mewakili Bapak Andi?


 Memperkenalkan P: Betul mba
diri
 Meminta waktu A: Selamat siang, Bu. Mohon maaf mengganggu waktunya. Saya
untuk konseling Wulan Sari apoteker di Instalasi Rumah Sakit Medika. Ada yang
mengenai obat ingin saya sampaikan terkait dengan obat yang akan pasien gunakan.
 Mempersilahkan Apakah ibu punya waktu sekitar 10 sampai 15 menit untuk konseling
duduk obat?
 
P: Bisa mba

A: “Baik bu silahkan duduk”

A: “apakah sudah nyaman dengan posisi duduknya?”

P: “Ya sudah”
1) Menyampaikan A: Baik bu. Jadi tujuan konseling ini adalah agar pasien mengetahui cara menggunakan
tujuan dari obat yang akan diterimanya, saya akan menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan
konseling dan menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin bapak miliki dalam menggunakan obat.
2) Konfirmasi resep :
Sebelum memulai konseling pada hari ini, saya perlu mengkonfirmasi resep Bapak Andi.
a. Atas nama pasien
Resep ini diperuntukkan kepada pasien Bapak Andi dengan umur 42 tahun yang diberikan
sendiri atau
oleh Dokter Iwan Spesialis Penyakit Dalam yang beralamat di Jalan Kertamukti no 100
diwakilkan
Ciputat.
Pendahulu b. Menanyakan riwayat
2 P : Betul mba
an alergi atau
penggunaan obat A: Apakah ibu istri dari pasien?
c. Menanyakan apakah
P: iya, saya istrinya mba
pasien hamil atau
menyusui atau A : Baik bu. Sebelum memulai diskusi, Saya perlu mengkonfirmasi beberapa hal terkait

merokok atau pengobatan. Namun, ibu tidak usah khawatir, informasi yang ibu sampaikan akan dijaga

menggunakan kerahasiannya.

alcohol P : Iya mba


A : Apakah bapak memiliki alergi terhadap obat seperti antibiotic atau
yang lainnya

P : tidak mbak

A : Maaf bu pertanyaannya agak sensitif, apakah bapak seorang


perokok atau peminum alcohol?

2 Pendahuluan P :Iya mba, suami saya merokok dan minum alcohol

A : apakah sebelumnya bapak mempunyai riwayat pengobatan?

P : ada mba, hepatitis B

A : Baik, apakah bapak menggunakan obat-obatan herbal, vitamin,


atau suplemen lain?

P : Tidak juga mbak


3 3 prime Peserta menyampaikan 3 aspek A : Baiklah pak. Sebelumnya informasi apa saja yang sudah
question dibawah ini : disampaikan oleh dokter tentang terapi yang diberikan?
 Menanyakan apakah yang P : Dokter sudah menjelaskan tentang obat-obatannya mbak
disampaikan dokter tentang tapi tidak terlalu jelas tadi. Saya hanya tau obatnya itu obat
obat yang diberikan buat mengobati gejala sirosis
 Menanyakan apakah dokter
A : Kemudian apakah dokter sudah menjelaskan cara
telah menyampaikan cara
pemakaian obat dan hasil yang diharapkan setelah
penggunaan obat
menggunakan obat-obatan ini?
 Menanyakan tujuan terapi
yang diberikan dokter P : Belum mbak
A : Sebelumnya kalau boleh tau, gejala-gejala apa yang
dialami oleh bapak?
P : mual, muntah, pusing, dan perutnya membengkak
 
4 KIE Peserta menyampaikan 4 aspek A : Baik bu, berdasarkan resep yang pasien terima, Bapak Andi
informasi dibawah ini : mengalami sirosis dekompensata atau kelainan pada hatinya.
 
obat Disini Pak Andi menerima 2 obat untuk mengobatinya yang
   Nama obat / komposisi
berbentuk tablet. Obatnya yaitu spironolakton 100 mg dan
 Penjelasan disertai dgn
  furosemid 40 mg. Kedua obat buat mengatasi gejala dari
mengeluarkan obat dari etiket
sirosis dekompensata seperti ascites dan edema ya bu. Obat
   Bentuk sediaan
spironolakton diminum sehari sekali setiap pagi 1 tablet,
 Indikasi
sedangkan furosemide diminum sehari sekali setiap pagi
setengah tablet, keduanya digunakan selama 3-5 hari. Sampai
disini apakah jelas bu?
P : Iya mbaa jelas mba
5 KIE Peserta menyampaikan 3 A : durasi penggunaan obatnya 3-5 hari ya bu. Jika
  aturan aspek dibawah ini: obatnya sudah habis sebaiknya Pak Andi datang lagi
pakai ke RS untuk berkonsultasi dengan dokter. Dan kedua
   Waktu minum obat
obat obat ini bentuknya tablet sehingga diminum bersama
 Durasi penggunaan
  dengan segelas air putih sebelum atau sesudah
 Tindakan jika lupa
minum obat makan. Selain itu obat- obat juga harus diminum
rutin ya bu. Kalau bapak lupa minum, silahkan
 Cara penggunaan obat
(diminum/inhaler/dll) langsung diminum segera setelah ingat, tapi jika
waktunya dekat dengan jadwal minum obat
 Bersamaan/sebelum/ses
udah makan berikutnya, dilewatkan saja. Sampai sini apakah
jelas bu?
 Cara penggunaan 2
obat atau lebih P : Ooh iyaa mba jelas
(bersamaan/dijeda)
6 KIE ESO, Peserta menyampaikan 3 A : baik kalau sudah jelas sekarang saya akan menyampaikan tentang efek
penyimpanan aspek dibawah ini : samping dari masing-masing obat yang perlu bapak ketahui. Obat
 
dan interaksi spironolakton dan furosemide ini mungkin bapak akan mengalami
   ESO yang terjadi
diantaranya sakit kepala, mual atau nyeri perut, diare dan kram. Tetapi Pak
 Cara mencegah atau
  Andi tidak perlu khawatir karena itu merupakan beberapa efek samping
mengatasi ESO
dari beberapa obat ini yang mungkin terjadi. Untuk mengatasinya jika Pak
   Cara penyimpanan
Andi masih mengalami sakit kepala maupun mual atau nyeri perut bisa
obat (suhu ruang,
  memakai minyak kayu putih atau minyak aromaterapi dan istirahat sejenak
keadaan cahaya, jauh
dari kegiatannya. Jika bapak khawatir mengenai efek samping obat-obat
  dari jangkauan anak2)
ini, konsultasikan langsung dengan dokter bapak
 
A: untuk penyimpanannya, obat -obat ini disimpan di kotak obat yang
 
terlindung dari cahaya dan jauh dari jangkauan anak-anak. Apakah di
rumah ibu ada kotak khusus obat?
P: iya ada
A: baik kalau begitu, apakah ada yang ingin ditanyakan bu?
P: tidak ada mba
7 KIE Peserta menyampaikan A : untuk mengoptimalkan terapi dari pengobatan
terapi aspek dibawah ini : yang bapak jalankan dengan membatasi konsumsi
non- garam dan kalori. Perbanyak makan buah dan
 Hal-hal yang harus
farmakol dihindari (makanan, sayuran. Selain itu juga mengenghentikan
ogi minuman, aktivitas, kebiasaan merokok dan meminum alcohol.
dll) P : Ooh seperti itu yaa mbak, iyaa mbak
 Hal-hal yang
dianjurkan (olahraga,
makanan yang
dianjurkan, dll)
8 KIE Peserta menyampaikan 3 aspek A : Nah mungkin cukup sekian informasi yang bisa saya berikan,
konfirmasi dibawah ini : untuk meyakinkan saya apakah bapak bisa mengulang bagaimana
akhir resep cara bapak menggunakan obat yang bapak dapatkan ditakutkan
 Konfirmasi akhir konseling
saya melewati informasi penting yang harus saya sampaikan
dari pasien (meminta pasien
untuk mengulang informasi P : spironolakton 100 mg dan furosemid 40 mg. Kedua obat buat
terkait obat) mengatasi gejala dari sirosis dekompensata seperti ascites dan
 Menyampaikan resep dapat edema ya bu. Obat spironolakton diminum sehari sekali setiap
diulang atau tidak (dalam pagi 1 tablet, sedangkan furosemide diminum sehari sekali setiap
bentuk iter atau tidak) pagi setengah tablet, keduanya digunakan selama 3-5 hari. Kalau
 Memberi nomor kontak yang lupa, segera minum jika ingat tetapi kalau waktunya berdekatan
bisa dihubungi untuk dilewatkan saja. Kalau suami saya masih mengalami pusing bisa
konsultasi terkait obat istirahat sebentar sambil pakai minyak kayuputih atau minyak
  aromaterapi.
  A : iyaa benar sekali bu. Oh iyaa bu untuk obat ini hanya bisa
ditebus sekali yaa kak. Sampai disini apa ada yang mau
ditanyakan?
P : engga mba sudah cukup
9 Penutupa Peserta menyampaikan A : baik bu, jika nanti di rumah ibu mempunyai
n minimal 3 aspek dibawah pertanyaan ibu bisa hubungi nomor telepon yang ada
ini : di label obat ini yaa bu. Terimakasih bu karena sudah
meluangkan waktunya untuk melakukan konseling
 Memberi kesepatan
ini, untuk pembayarannya bisa dilakukan di kasir
pasien untuk bertanya
langsung bu.
 Menyampaikan
terimakasih atas sudah P : baik mbaa, terimakasih juga mbaa
meluwangkan waktu A : iyaa bu sama -sama, semoga Pak Andi lekas
untuk konseling sembuh dan selamat siang.
 Mengucapkan ‘semoga
cepat sembuh’ kepada
pasien
 Salam
 
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA

• Abdoerrachman, M.H. et al. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
• Agus Sulistyowati. 2018. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital. Jawa Timur:
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
• Fink HH, Burgoon AL, Mikesky AE. 2006. Partical applications in sports
nutrition. Ontario: Jones and Bartlett Publishers.
• Friedly Pondaag dkk. 2014. GAMBARAN ENZIM HATI PADA DEWASA
MUDA DENGAN OBESITAS SENTRAL. Manado: Junal E-Clinic.
• Ganong, WF. 2003. Review of Medical Physiology, 21st Ed. McGraw-Hill
Companies.
DAFTAR PUSTAKA

• Hardjoeno, H. 2007. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Makassar:


Hasanuddin University press.
• Kemenkes. 2019. Tabel Batas Ambang indeks Massa tubuh (IMT).
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-
indeks-massa-tubuh-imt
• Mishra N R et al. 2013. PROTHROMBIN TIME & INTERNATIONAL
NORMALIZED RATIO IN PEDIATRIC LIVER DISEASE. Journal of Global
Biosciences
• Pranata, A. E. 2013. Manajemen Cairan dan Elektrolit. Yogyakarta: Nuha Medika.
• Sadikin M. Biokimia darah. Jakarta: Widya Medika; 2002.
• Terry, K. and Susan, C. 2014. Buku Ajar keperawatan pediatri. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
DAFTAR PUSTAKA

• Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology. United States: Lange


Medical Publications.
• Sanjaya, Rizki Putra. 2014. A 50 Years Old Man with Cirrhosis Hepatis
Dekompensata: Case Report. Lampung: Universitas Lampung.
DAFTAR PUSTAKA

• niversitas Kristen Maranatha


• Berkowitz, A., 2013, Patofisiologi Klinik DisertAndika, Oeij Anindita. Fibrosis Hati:
Uai Contoh Kasus Klinik, Diterjemahkan oleh Andry Hartono, Halaman 108,
Tangerang, Binarupa Aksara
• Nanchal, Rahul. 2019. Pathophysiology of Acute Liver Failure
• Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Artikel umum: Sirosis Hati, 2013.
• Poluan, Pamela M. 2015. Hubungan Derajat Keparahan Sirosis Hati dengan Nilai
Laju Glomerulus pada Sirosis Hati. Manado: Jurnal e-Clinic
• Putri, Widya Nugroho. 2009. Aktivitas Spesifik Katalase Jaringan Hati Tikus Yang Di
Induksi Hipoksia Hipobarik Akut Berulang. Jakarta: Universitas Indonesia.
• Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…
(dkk), EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai