BANGSAL INTERNE
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DAN CRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD)
3. Tanda objektif gangguan struktur atau 4. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit,
bakteri.
fungsional jantung saat istirahat,
5. Toksik yang disebabkan karena pemberian
kardiomegali, suara jantung tiga, murmur
agen kemoterapi (antrasiklin,
jantung, abnormalitas dalam gambaran siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker
ekokardiografi, kenaikan konsentrasi (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor),
peptida natriuretik. NSAID, kokain, alkohol.
6. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga
TATALAKSANA(PERKI, 2020)
ginjal kronis.
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan dan
obatan
kondisi ginjal yang rusak tidak dapat kembali
seperti semula. Penanganan GGK yang Cuci darah
dilakukan oleh dokter bertujuan untuk:
Memperbaiki gangguan yang terjadi akibat
kerusakan ginjal, seperti ketidakseimbangan Transplantasi
mineral dan elektrolit, anemia, dan
hipertensi
Mengendalikan penyakit yang menyebabkan
ginja
gagal ginjal kronis
Menghambat perkembangan gagal ginjal
kronis menjadi lebih parah.
Mempertahankan laju filtrasi ginjal sebaik
mungkin
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. H A
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Jl.xxx
Tanggal masuk : 6 Oktober 2021
Tanggal keluar : 11 Oktoberr 2021
No. Rekam Medik : 0014xx
Anamnesa
Seorang pasien laki-laki berinisial HA dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Otak DR.DRS.M. Hatta Bukittinggi dengan
keluhan sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu,mual, muntah setiap makan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak memberat 3 hari Sebelum masuk RS
Susah berjalan
makan, minum dimuntakan
Batuk (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat Pengobatan
Pasien sebelum masuk kerumah sakit telah melakukan pengobatan ke Puskesmas dan menggunakan obat herbal
Pemeriksaan Fisik b. Pemeriksaan Umum
Kepala : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Hasil pemeriksaan fisik di Rumah
Rambut : Warna : Hitam
Sakit pada tanggal 6 September 2021 Mudah dicabut : Tidak
: Muka : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mata : Tidak ditemukan kelainan (normal)
a. Pemeriksaan fisik Telinga : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Kondisi Umum : Sedang Hidung : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mulut : Tidak ditemukan kelainan (normal)
GCS : E : 4; M : 5; V: 6 Gigi : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Kesadaran : Compos Mentis Lidah :Tidak ditemukan kelainan (normal)
Frekuensi Nadi : 151x/ menit Tenggorokan :Tidak ditemukan kelainan
(normal)
Frekuensi Nafas : 40x / menit Dada : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Saturasi Oksigen : 98 % Respirasi : Dyspnea,
Takpnea
Suhu : 36,5 oC
Jantung : Tackiardia
Tekanan Darah : 115/86 mmHg Abdomen : Tidak ditemukan kelainan ( normal)
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Tidak ada terapi obat tanpa indikasi medis
2 Kesalahan Obat
Bentuk sediaantidak tepat _ Bentuk sedian sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
Terdapat kontraindikasi Tidak terdapat kontraindikasi antar obat dan kondisi
pasien
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan _ Kondisi pasien dapat disembuhkan dengan obat karena
oleh obat semakin hari keadaan pasien makin membaik
ditandai dengan sesak nafas berkurang
Obat tidak diindikasi untuk kondisi _ Tidak ada obat yang tidak diindikasikan untuk pasien,
pasien semua obat sudah diindikasikan untuk kondisi pasien
Terdapat obat lain yang efektif _ Obat yang diberikan sudah efektif dalam proses
pengobatan pasien, dimana terapi obat yang diberikan
telah sesuai dengan kondisi pasien yang dapat dilihat pada
follow up harian pasien
3 Dosis Tidak Tepat
Obat tidak aman untuk pasien _ Tidak ada obat yang tidak aman untuk pasien, pemberian
terapi pada pasien sudah disesuaikan dengan dosis yang
tepat untuk kondisi pasien
Terjadi reaksi alergi _ Tidak terjadi reaksi alergi, pasien tidak memiliki riwayat
alergi sehingga obat aman digunakan
Terjadi interaksi obat Terdapat interaksi obat
1. Digoxin – Furosemid (Sedang)
Interaksi antara digoksin dan furosemid meningkatkan
ekskresi kalium dan magnesium sehingga meningkatkan
toksisitas digoksin yang mengakibatkan hipokalemia,
untuk terapi pengobatan gagal jantung kombinasi antara
digoksin dan furosemid selalu diresepkan karena
mekanisme dari keduanya yang sangat cepat terutama pada
pasien gagal jantung parah. Hipokalemia dari efek
samping kedua obat tersebut dapat dicegah dengan
pemberian suplemen kalium atau diuretik hemat kalium.
2. ISDN (isosorbide dinitrat) – ramipril (Sedang)
Menggunakan isosorbidedinitrat dan ramipril bersama-
sama dapat menurunkan tekanan darah dan memperlambat
detak jantung.hal ini dapat menyebabkan sakit kepala
berdenyut, sulit atau lambat bernapas, pusing, pingsan, dan
detak jantung tidak teratur. Jika menggunakan kedua obat
bersama-sama, beri tahu dokter jika memiliki gejala-gejala
ini. mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau perlu
memeriksakan tekanan darah lebih sering.
3. Digoxin – ramipril (Sedang)
Ramipril dapat meningkatkan kadar darah dan efek
digoksin. Maka di perlukan penyesuaian dosis atau
pemantauan yang lebih sering oleh dokter untuk
menggunakan kedua obat dengan aman. Jika
mengalami mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan,
gangguan penglihatan (penglihatan kabur; lingkaran
cahaya di sekitar objek; penglihatan hijau atau kuning),
atau detak jantung yang cepat atau lambat atau tidak rata
secara tidak normal, karena ini mungkin merupakan tanda-
tanda. dan gejala kadar digoxin yang berlebihan.
4. Ceftriaxone furosemide (Sedang)
Antibiotik sefalosporin seperti ceftriaxone terkadang dapat
menyebabkan masalah ginjal, dan menggunakannya
dengan furosemide dapat meningkatkan risiko tersebut.
interaksi lebih mungkin terjadi ketika sefalosporin
diberikan dalam dosis tinggi melalui injeksi ke dalam vena
atau ketika diberikan kepada orang tua atau individu
dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah ada
sebelumnya. tanda dan gejala kerusakan ginjal mungkin
termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
peningkatan atau penurunan buang air kecil, kenaikan atau
penurunan berat badan secara tiba-tiba, retensi cairan,
pembengkakan, sesak napas, kram otot, kelelahan,
kelemahan, pusing, kebingungan, dan irama jantung yang
tidak teratur.
Dosis obat dinaikan atau diturunkan _ Tidak terdapat dosis yang dinaikan ataupun diturunkan,
terlalu cepat semua dosis sudah di sesuaikan dengan kondisi pasien
Muncul efek yang tidak diinginkan _ Selama pemberian terapi tidak ada muncul efek yang
tidak diinginkan
Administrasi obat yang tidak tepat _ Administrasi obat yang diberikan telah tepat
5 Ketidaksesuaian Kepatuhan Pasien
Obat tidak tersedia _ Tidak ada obat yang tidak tersedia, semua obat yang
dibutuhkan oleh pasien tersedia di apotek rumah sakit
Pasien tidak mampu menyediakan obat _ Pasien mampu menyediakan obat karena ditanggung BPJS
Pasien tidak bisa menelan obat atau _ Pasien mampu mengkonsumsi obat dengan baik, karena
menggunakan obat pasien masih dalam kesadaran yang normal.
Pasien tidak mengerti intruksi _ Instruksi penggunaan obat sudah dijelaskan kepada
penggunanan obat keluarga pasien
Pasien tidak patuh atau memilih untuk _ Pasien patuh dalam menggunakan obat, obat-obatan untuk
tidak menggunakan obat pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk satu kali
pemakaian, sehingga ketidak patuhan pasien dapat teratasi.
Terdapat kondisi yang tidak diterapi _ Tidak ada kondisi yang tidak mendapatkan terapi, semua
Pasien membutuhkan obat lain yang kondisi pasien sudah mendapatkan terapi yang sesuai
sinergis dengan kondisi pasien.
Pasien membutuhkan terapi profilaksis _ Pasien tidak membutuhkan obat lain yang sinergis
_ Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis
Follow Up Pemakaian Obat
Nama Dagang/ Frekuensi Rute Tanggal Pemberian Obat
Generik 06/10 07/10 08/10 09/10 10/10 11/10
P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M
pada tanggal 05 oktober 2021 dari IGD dengan keluhan utama sesak nafas saat beraktifitas selama ± 3 bulan ini dan bertambah
berat 3 hari ini dan nafsu makan berkurang. Kemudian pasien di pindahkan ke ruang rawat HCU pada tanggal 06 oktober 2021.
Hasil pemeriksaan fisik di IGD pada tanggal 05 Oktober 2021 didapatkan kondisi umum : Sedang, GCS : E4 M6 V5, kesadaran :
Compos Mentis, frekuensi nadi: 164 kali/menit, Frekuensi Nafas: 46 kali/menit, Suhu : 36 0C, Tekanan Darah : 115/85 mmHg,
saturasi : 98%, Berat Badan : 70 kg, Udem kedua kaki, Dekubitus tidak ada. Hasil pemeriksaan laboratorium di IGD tanggal 05
oktober 2021 didapatkan kadar leukosit 11, 57 ribu/uL , Netrofil 84,6 %, Eosinofil 0,3 %, Limfosit 9,1 %, Ureum 130 mg/dl,
Pasien di diagnosa utama oleh dokter adalah CHF (Congestive Heart Failure) atau Gagal Jantung Kongestif, dan diagonsa sekunder
adalah Atrial Fibrilasi (AF) atau Fibrilasi Atrium dan CKD (Chronic Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronis yang diperoleh dari
Terapi/tindakan yang diberikan adalah ISDN 3x1 (PO) merupakam obat vasodilator, Isosorbide dinitrate (ISDN) bekerja dengan
cara melebarkan pembuluh darah (vasodilator) agar aliran darah dapat mengalir lebih lancar ke otot jantung.
Acetylsistein 1x1 (PO) malam Merupakan Obat Yang bekerja sebagai mukolitik dengan memecah ikatan disulfida pada
mukoprotein dengan cara memisahkan agregasi molekul glikoprotein inter dan intra disulfida.
Furosemid 40mg 1x1 (PO) pagi, Furosemid inj SP 200 mg kec 0,5 cc/jam : Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan tanda klinis atau gejala kongesti tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia dengan dosis yang
serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien untuk menghindari dehidrasi atau retensi. Pada golongan diuretik
penggunaan obat furosemid ini untuk mengurangi udema pada pasien Gagal Jantung.
Ramipril 1x2,5 mg (PO) Ramipril memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup. obat golongan ACE inhibitor yang bekerja dengan cara
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.
Spinorolakton 1x25 mg (PO) Spironolakton merupakan obat hemat kalium yang dapat dikombinasikan dengan furosemide.
Mekanisme kerja obat spironolakton adalah dengan cara memblokade ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga
meningkatkanekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik
Digoxin 3x1/2 (IV) Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoxin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel
yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan.
Ceftriaxon 1x2 gr (PO) merupakan antibiotik untuk infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap cetriaxon seperti
infeksi ginjal, saluran kemih dan saluran pernafasan.
Ranitidin inj SP 2x1 (IV), Injeksi Ranitidin untuk mengatasi gejala nyeri lambung atau nyeri ulu hati akibat peningkatan asam
lambung.
Simarc notisil (Warfarin) 1x1 malam Merupakan obat antikoagulan dengan menghambat koagulasi dengan mencegah reduksi
vitamin K secara enzimatik didalam hati.
Asam folat 1x1 (PO) malam merupakan suplemen penambah darah. Asam folat menstimulasi produksi sel darah putih, sel
darah merah, dan platelet.
Dextrosa 5% Eas primer/12 jam 1:1 Salah satu indikasi pemberian dextrosa adalah hipoglikemia. Peningkatan serum glukosa secara
cepat setelah pemberian bolus dextrosa melalui intravena akan menyebabkan peningkatan insulin secara mendadak dengan puncak
pada menit ke 3-5 dan mulai reda dalam 10 menit. Eas Pfrimmer digunakan sebagai terapi nutrisi pada pasien CKD. Cairan ini
mengandung asam amino karena pada pasien CKD protein dipecah dengan cepat menjadi asam amino, namun sel tidak dapat
menggunakan asam amino dengan efisien sehingga kadar ureum dalam darah meningkat.
Patogenesis gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) melibatkan penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti
kehilangan fungsi ginjal yang progersif. Total laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun, Blood Urea Nitrogen
dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak.
Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekresi, sejumlah besar urine dikeluarkan,
yang menyebabkan pasien mengalami kekurangan cairan.
Penghitungan kreatinin klirens diperlukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami penurunan fungsi ginjal, serta
bagaimana regimen obat yang tepat untuk memperoleh tujuan terapi yang direncanakan.
CrCl =
=
=
= 47,46 ml/menit (Stage 3 Moderate/Sedang)
Stage 3 penyakit ginjal kronis (CKD) terjadi ketika perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) turun antara 30-59,
menunjukkan kerusakan ginjal sedang dan kehilangan fungsi ginjal yang nyata. Tahap ini dipisahkan menjadi 2 sub-tahap:
gagal ginjal stage 3a dengan eGFR 45-59 dan stage 3b dengan eGFR 30-44.
EDUKASI
Menjelaskan pada pasien cara pemakaian obat dan aturan pemakaiannya
Lakukan diet dengan mengurangi makanan yang mengandung purin tinggi antara lain seperti seafood, junkfood, makanan asin dan jeroan
Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa menyimpan obat pada tempat yang sejuk, kering dan terlindungi dari cahaya matahari
Hindari stress
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan fisik dimana pasien mengalami sesak nafas dan udem pada aktifitas ringan, pasien didiagnosa menderita gagal