Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 3

BANGSAL INTERNE
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DAN CRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD)

ELSA MARSELLINDA 2030122019


HERA PURNAMASARI 2030122028
PUJI RAHMASARI 2030122046
RAHMAT HIDAYAT 2030122051
Gagal jantung
Abnormalitas dari struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan kegagalan
dari jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Secara klinis,
gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana seseorang
memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung; tanda khas gagal jantung dan
adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat
(PERKI,2020)

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka


mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia
Gagal Jantung merupakan kumpulan
Faktor Resiko
gejala klinis pasien dengan tampilan
(PERKI,2020): 1. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis
kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
1. Gejala khas gagal jantung: Sesak nafas saat
infark miokard, obesitas, diabetes.
istirahat atau aktivitas, kelelahan, edema
2. Faktor resiko minor meliputi merokok,
2. Tanda khas gagal jantung: takikardia, dislipidemia, gagal ginjal kronik,
takipnu, ronki paru, efusi pleura, albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang
peningkatan tekanan vena jugularis, edema buruk.
perifer, hepatomegali. 3. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.

3. Tanda objektif gangguan struktur atau 4. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit,
bakteri.
fungsional jantung saat istirahat,
5. Toksik yang disebabkan karena pemberian
kardiomegali, suara jantung tiga, murmur
agen kemoterapi (antrasiklin,
jantung, abnormalitas dalam gambaran siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker
ekokardiografi, kenaikan konsentrasi (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor),
peptida natriuretik. NSAID, kokain, alkohol.
6. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga
TATALAKSANA(PERKI, 2020)

Tatalaksana Non Tata Laksana Farmakologi


Farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal
jantung yaitu untuk mengurangi
Manajemen Perawatan morbiditas dan mortalitas.
Mandiri Angiotensin converting enzyme
Inhibitor (ACE I)/
Ketaatan pasien berobat
angiotensin II receptor blockers
Pemantauan berat badan (ARB)
mandiri Beta bloker
Asupan cairan Diuretik
Antagonis aldosteron
Pengurangan berat badan Digoksin
Latihan fisik Nitrat dan hidralazin
GAGAL GINJAL KRONIS
Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal
menurun secara bertahap akibat kerusakan jaringan
ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan
sebagai penurunan laju penyaringan ginjal selama 3
bulan atau lebih.
Gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan
global yang jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh
Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 0,2% dari seluruh
penduduk Indonesia menderita gagal ginjal kronis.
Gagal ginjal kronis disebabkan oleh kerusakan jaringan ginjal yang dipicu
oleh penyakit jangka panjang
Gejala yang ditemukan pada Gejala yang bisa muncul ketika
penderita GGK antara lain: fungsi ginjal sudah turun cukup
signifikan:
Tekanan darah tinggi yang Tekanan darah tinggi yang sulit
dikendalikan
tidak terkendali Hilang nafsu makan
Berat badan menurun
Bengkak di kaki dan Gangguan tidur atau insomnia
Sering merasa lelah
pergelangan kaki
Buang air kecil lebih sering, terutama
Buang air kecil menjadi sedikit di malam hari
Terdapat darah atau busa dalam urine
Ditemukan urine dalam darah Kulit kering dan gatal (pruritus) yang
berkepanjangan
Penyakit penyebab gagal ginjal kronis
meliputi
Diabetes
Hipertensi
Glomerulonefritis atau peradangan pada glomerulus ginjal
Nefritis intersititial
Infeksi ginjal berulang yang akhirnya merusak jaringan ginjal
Penyakit ginjal polikistik
Gangguan saluran urine yang berkepanjangan
Gagal ginjal akut yang tidak sembuh
Penggunaan obat-obatan yang berpotensi merusak ginjal,
Penyakit pembuluh darah ginjal
Lupus nefritis
Penyakit asam urat
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
 Menurut Natoinal Kidney Foundation Classification of Chronic Kidney
Disease, GGK dibagi dalam lima stadium:

Stadium Deskripsi Istilah lain GFR


(ml/mnt/1,73m2)
Kerusakan ginjal dengan Beresiko
I GFR Normal >90
Kerusakan ginjal dengan Infusiensi ginjal
II GFR turun ringan kronik (IGK) 60-89
GFR turun sedang IGK, gagal
III ginjal kronik 30-59
GFR turun berat Gagal ginjal
IV Kronik 15-29
V Gagal ginjal Gagal ginjal tahap Akhir <15
(End Stage Renal Disease
Pengobatan dan Pencegahan Gagal Ginjal
Kronis
GGK dapat dicegah dengan menjalani pola
hidup sehat dan mengontrol penyakit yang Pemberian obat-
dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal


ginjal kronis.
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan dan
obatan
kondisi ginjal yang rusak tidak dapat kembali
seperti semula. Penanganan GGK yang Cuci darah
dilakukan oleh dokter bertujuan untuk:
Memperbaiki gangguan yang terjadi akibat
kerusakan ginjal, seperti ketidakseimbangan Transplantasi
mineral dan elektrolit, anemia, dan


hipertensi
Mengendalikan penyakit yang menyebabkan
ginja
gagal ginjal kronis
Menghambat perkembangan gagal ginjal
kronis menjadi lebih parah.
Mempertahankan laju filtrasi ginjal sebaik
mungkin
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
 Nama : Tn. H A
 Umur : 57 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki laki
 Alamat : Jl.xxx
 Tanggal masuk : 6 Oktober 2021
 Tanggal keluar : 11 Oktoberr 2021
 No. Rekam Medik : 0014xx
Anamnesa
Seorang pasien laki-laki berinisial HA dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Otak DR.DRS.M. Hatta Bukittinggi dengan
keluhan sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu,mual, muntah setiap makan.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Sesak memberat 3 hari Sebelum masuk RS
 Susah berjalan
 makan, minum dimuntakan
 Batuk (+)
 Riwayat Penyakit Dahulu
 -
 Riwayat Penyakit Keluarga
 -
 Riwayat Pengobatan
 Pasien sebelum masuk kerumah sakit telah melakukan pengobatan ke Puskesmas dan menggunakan obat herbal
Pemeriksaan Fisik b. Pemeriksaan Umum
Kepala : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Hasil pemeriksaan fisik di Rumah
Rambut : Warna : Hitam
Sakit pada tanggal 6 September 2021 Mudah dicabut : Tidak
: Muka : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mata : Tidak ditemukan kelainan (normal)
a. Pemeriksaan fisik Telinga : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Kondisi Umum : Sedang Hidung : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mulut : Tidak ditemukan kelainan (normal)
GCS : E : 4; M : 5; V: 6 Gigi : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Kesadaran : Compos Mentis Lidah :Tidak ditemukan kelainan (normal)
Frekuensi Nadi : 151x/ menit Tenggorokan :Tidak ditemukan kelainan
(normal)
Frekuensi Nafas : 40x / menit Dada : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Saturasi Oksigen : 98 % Respirasi : Dyspnea,
 Takpnea
Suhu : 36,5 oC
Jantung : Tackiardia
Tekanan Darah : 115/86 mmHg Abdomen : Tidak ditemukan kelainan ( normal)
Pemeriksaan Penunjang

•Pemeriksaan Kimia Klinik


•Pemeriksaan Hematologi Nama Test Hasil Nilai rujukan
Ureum 130 10-50 mg/dl
Kreatinine 1.7 0.7-1.2 mg/dl
Nama Test Hasil Nilai Rujukan
Glukosa sewaktu 95 <200 mg/dl
Hemoglobin 14.2 11.0-16.5 g/dl
Glukosa Puasa 136 70-110 mg/dl
Leukosit 11.57 3.50-9.50 ribu/ul
SGOT 7 <38u/l
Hematocrit 41 37-47 %
SGPT 25 <41 u/l
Eritrosit 4.96 4.5-6.5 juta/ul
Uric Acid 13.1 3.0-7.0 mg/dl
Trombosit 216 150-450 ribu/ul
Triglycerides 66 50-150 ng/dl
Cholesterol 132 <220 mg/dl
HDL Cholesterol 14 0-55 mg/dl
LDL Cholesterol 74 <150 mg/dl
Diagnosa Terapi pulang
 Diagnosa Utama : CHF dengan edema pulmonal  Asam folat 1 x tab
 Diagnose sekunder : CKD Stage 1 , AF RVR  NAC 1X 1
 Ramipril 1x1
PENATALAKSANAAN  Spironolactone 25 mg 1 x 1
Terapi/Tindakan yang diberikan  Simarc 1 x 1
 IVFD dextrose : EAS Pfrimmer 1: 1  Furosemide 40 mg 1 x 1
 ISDN  Digoxin 0.25 mg 1 x 1
 Asam Folat
 NAC
 Ramipril
 Ceftriaxon
 Furosemid
 Spironolakton
 Simarc
 Digoxin
Pemantauan
Hari ke-1 (6 Oktober 2021) Hari ke 3 ( 8 oktober 2021)
S: Sesak berkurang S : Sesak berkurang
O: BP : 139/90 O : KU : CM , GCS : E4V6M5, BP : 100/70 mmHg
A: CHF dengan edema pulmonal, AF RVR, Azotemia ec AKI A : CHF dengan edema pulmo, AF RVR Azotemia ec AKI dd
dd CKD CKD
P: inj D 5% : EAS 1 : 1 P : Terapi lanjut
 SP furosemide
 Inj digoxin Hari ke 4 ( 9 oktober 2021)
 Asam folat 1 x 2 tab S : Sesak berkurang , batuk berdahak
 Inj ceftriaxone O : KU : CM , GCS : E4V6M5, BP : 100/60
 Inj ranitidine A : CHF dengan edema pulmo CKD stage 1 AF RVR
 ISDN 3 x 5 P : asam folat 1 x 2 tab
 NAC 1 X 1  NAC 1 X1
 Ramipril 1 x 2,5 mg
Hari ke 2 ( 7 oktober 2021 )  Spironolacton 1 x 25 mg
S : Sesak berkurang , makan (+)\  Simarc 1 X 1
O : GCS : E4V6M6  ACC BLBP
A : CHF, AF
P : Terapi lanjut Hari ke 5 10 oktober 2021
S : Sesak berkurang
Hari ke 3 ( 8 oktober 2021) O : TD : 100/70 mmHg
S : Sesak berkueang A : CHF dengan edema pulmo, CKD stage 1, AF RVR
O : KU : CM , TD : 100/70 mmHg, N : 64x/i P : boleh pulang oleh DJDP
A : CHF,AF RVR  Aff infus
P : Simarc 1 x 2 mg  Inj furosemide stop
 Furosemide tab 1 x 40 mg
 Pasien boleh pulang
DISKUSI
DRUG RELATED PROBLEM
No Drug Teraphy Problem Check List Keterangan/Rekomendasi

1 Terdapat Obat Yang Tidak Diperlukan

Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Tidak ada terapi obat tanpa indikasi medis

Terapi/tindakan yang diberikan:


• ISDN 3x1 (PO) merupakam obat vasodilator,
Pemilihan vasodilator pada penderita gagal jantung
dilakukan berdasarkan gejala gagal jantung dan tanda
yang ada. Pada penderita dengan tekanan pengisian
tinggi sehingga sesak nafas, vasodilator dapat
membantu mengurangi gejala.
• Asam folat 1x1 (PO) malam merupakan suplemen
menstimulasi produksi sel darah
• Acetylsistein 1x1 (PO) malam Merupakan Obat Yang
bekerja sebagai mukolitik atau pengencer dahak,
sehingga dahak bisa lebih mudah dikeluarkan melalui
batuk. Perlu dicatat, obat ini tidak cocok diberikan pada
batuk kering
• Furosemid 40 1x1 (PO) pagi, Furosemid inj SP 200
mg kec 0,5 cc/jam :obat diuretik utama untuk
mengatasi gagal jantung akut yang selalu disertai
dengan kelebihan (overload) cairan yang menyebabkan
kongesti paru atau edema perifer. Penggunaan diuretik
dapat menghilangkan sesak nafas dan meningkatkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Diuretik
mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi
volume cairan ekstrasel, alir balik vena, dan tekanan
pengisian ventrikel (preload).
• Ramipril 1x2,5 mg (PO) merupakan ACE-Inhibitor:
ACE-inhibitor pada gagal jantung kongestif mengurangi
mortalitas dan morbiditas pada semua pasien gagal
jantung sistolik. Mekanisme kerja ACE-inhibitor
mengurangi pembentukan angiotensin II di reseptor AT1
maupun AT2.
• Spironolakton 1x25 mg (PO) diberikan Pada pasien
gagal jantung dan kadar plasma aldosteron meningkat
akibat aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron.
Digoxin 3x1/2 (IV) Digoksin pada pengobatan gagal
jantung yaitu inotropik positif, konotropik negatif
(mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada takikardi
atau fibrilasi atrium), dan mengurangi aktivitas saraf
simpatis.
• Ceftriaxon 1x2 gr (PO) merupakan antibiotik untuk
infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif
terhadap ceftriaxon seperti infeksi ginjal, saluran kemih
dan saluran pernafasan.
• Ranitidin inj SP 2x1 (IV), Injeksi Ranitidin untuk
mengatasi gejala nyeri lambung atau nyeri ulu hati
akibat peningkatan asam lambung

• Dextrosa 5% Eas primer/12 jam 1:1

• Untuk memenuhi cairan dan nutrisi tubuh

• Simarc notisil (Warfarin) 1x1 malam

• Merupakan obat antikoagulan dengan menghambat

koagulasi dengan mencegah reduksi vitamin K secara

enzimatik didalam hati.


Pasien mendapatkan terapi tambahan _ Pasien tidak mendapatkan terapi tambahan yang tidak
yang tidak di perlukan diperlukan
Pasien masih memungkinkan menjalani _ Pasien tidak memungkinkan menjalani terapi non
terapi non farmakologi farmakologi, pasien sangat memerlukam terapi
farmakologi
Terdapat duplikasi terapi _ Tidak terdapat duplikasi terapi
Pasien mendapatkan penanganan _ Selama pemantauan efek samping obat, pasien
terhadap efek samping yang seharusnya merasakan adanya efek samping angiodema akibat
dapat dicegah penggunaan ramipril.

2 Kesalahan Obat

Bentuk sediaantidak tepat _ Bentuk sedian sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
Terdapat kontraindikasi Tidak terdapat kontraindikasi antar obat dan kondisi
pasien
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan _ Kondisi pasien dapat disembuhkan dengan obat karena
oleh obat semakin hari keadaan pasien makin membaik
ditandai dengan sesak nafas berkurang
Obat tidak diindikasi untuk kondisi _ Tidak ada obat yang tidak diindikasikan untuk pasien,
pasien semua obat sudah diindikasikan untuk kondisi pasien
Terdapat obat lain yang efektif _ Obat yang diberikan sudah efektif dalam proses
pengobatan pasien, dimana terapi obat yang diberikan
telah sesuai dengan kondisi pasien yang dapat dilihat pada
follow up harian pasien
3 Dosis Tidak Tepat

Dosis terlalu rendah _ Dosis yang diberikan sudah tepat.


Dosis terlalu tinggi _ Dosis yang diberikan tidak melebihi dosis maksimal.
Frekuensi penggunaan tidak tepat _ Frekuensi sudah tepat
Durasi penggunaan tidak tepat _ Durasi penggunaan obat sudah tepat
Penyimpanan tidak tepat _ Penyimpanan obat sudah tepat, dimana obat disimpan
didalam tempat obat pasien yang telah disediakan

4 Reaksi Yang Tidak Diinginkan

Obat tidak aman untuk pasien _ Tidak ada obat yang tidak aman untuk pasien, pemberian
terapi pada pasien sudah disesuaikan dengan dosis yang
tepat untuk kondisi pasien
Terjadi reaksi alergi _ Tidak terjadi reaksi alergi, pasien tidak memiliki riwayat
alergi sehingga obat aman digunakan
Terjadi interaksi obat Terdapat interaksi obat
1. Digoxin – Furosemid (Sedang)
Interaksi antara digoksin dan furosemid meningkatkan
ekskresi kalium dan magnesium sehingga meningkatkan
toksisitas digoksin yang mengakibatkan hipokalemia,
untuk terapi pengobatan gagal jantung kombinasi antara
digoksin dan furosemid selalu diresepkan karena
mekanisme dari keduanya yang sangat cepat terutama pada
pasien gagal jantung parah. Hipokalemia dari efek
samping kedua obat tersebut dapat dicegah dengan
pemberian suplemen kalium atau diuretik hemat kalium.
2. ISDN (isosorbide dinitrat) – ramipril (Sedang)
Menggunakan isosorbidedinitrat dan ramipril bersama-
sama dapat menurunkan tekanan darah dan memperlambat
detak jantung.hal ini dapat menyebabkan sakit kepala
berdenyut, sulit atau lambat bernapas, pusing, pingsan, dan
detak jantung tidak teratur. Jika menggunakan kedua obat
bersama-sama, beri tahu dokter jika memiliki gejala-gejala
ini. mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau perlu
memeriksakan tekanan darah lebih sering.
3. Digoxin – ramipril (Sedang)
Ramipril dapat meningkatkan kadar darah dan efek
digoksin. Maka di perlukan penyesuaian dosis atau
pemantauan yang lebih sering oleh dokter untuk
menggunakan kedua obat dengan aman. Jika
mengalami mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan,
gangguan penglihatan (penglihatan kabur; lingkaran
cahaya di sekitar objek; penglihatan hijau atau kuning),
atau detak jantung yang cepat atau lambat atau tidak rata
secara tidak normal, karena ini mungkin merupakan tanda-
tanda. dan gejala kadar digoxin yang berlebihan.
4. Ceftriaxone  furosemide (Sedang)
Antibiotik sefalosporin seperti ceftriaxone terkadang dapat
menyebabkan masalah ginjal, dan menggunakannya
dengan furosemide dapat meningkatkan risiko tersebut.
interaksi lebih mungkin terjadi ketika sefalosporin
diberikan dalam dosis tinggi melalui injeksi ke dalam vena
atau ketika diberikan kepada orang tua atau individu
dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah ada
sebelumnya. tanda dan gejala kerusakan ginjal mungkin
termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
peningkatan atau penurunan buang air kecil, kenaikan atau
penurunan berat badan secara tiba-tiba, retensi cairan,
pembengkakan, sesak napas, kram otot, kelelahan,
kelemahan, pusing, kebingungan, dan irama jantung yang
tidak teratur.
Dosis obat dinaikan atau diturunkan _ Tidak terdapat dosis yang dinaikan ataupun diturunkan,
terlalu cepat semua dosis sudah di sesuaikan dengan kondisi pasien
Muncul efek yang tidak diinginkan _ Selama pemberian terapi tidak ada muncul efek yang
tidak diinginkan
Administrasi obat yang tidak tepat _ Administrasi obat yang diberikan telah tepat
5 Ketidaksesuaian Kepatuhan Pasien

Obat tidak tersedia _ Tidak ada obat yang tidak tersedia, semua obat yang
dibutuhkan oleh pasien tersedia di apotek rumah sakit
Pasien tidak mampu menyediakan obat _ Pasien mampu menyediakan obat karena ditanggung BPJS
Pasien tidak bisa menelan obat atau _ Pasien mampu mengkonsumsi obat dengan baik, karena
menggunakan obat pasien masih dalam kesadaran yang normal.
Pasien tidak mengerti intruksi _ Instruksi penggunaan obat sudah dijelaskan kepada
penggunanan obat keluarga pasien
Pasien tidak patuh atau memilih untuk _ Pasien patuh dalam menggunakan obat, obat-obatan untuk
tidak menggunakan obat pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk satu kali
pemakaian, sehingga ketidak patuhan pasien dapat teratasi.

6 Pasien Membutuhkan Terapi


Tambahan

Terdapat kondisi yang tidak diterapi _ Tidak ada kondisi yang tidak mendapatkan terapi, semua
Pasien membutuhkan obat lain yang kondisi pasien sudah mendapatkan terapi yang sesuai
sinergis dengan kondisi pasien.
Pasien membutuhkan terapi profilaksis _ Pasien tidak membutuhkan obat lain yang sinergis
_ Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis
Follow Up Pemakaian Obat
Nama Dagang/ Frekuensi Rute Tanggal Pemberian Obat
Generik 06/10 07/10 08/10 09/10 10/10 11/10
P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M P S SO M

1 ISDN 3x1 Po √ √ √   √ √ √   √   stopp              


2 Asam Folat 1x1 Po     √     √     √     √     √        
3 Acetylsistein 1 x 1 Po     √       √       √       √     √          
4 Furosemid (40 1 x 1 Po   √
mg)  
5 Ramipril (2,5 1 x 1 Po         √     √     √     √      
mg)
6 Spironolakton 1 x 1 Po           √     √       √       √              
(25 mg)
7 Digoxin 3x½ IV         √ √ √    
stopp            
8 Ceftriaxon Inj 1 x 2 gr IV √       √       √                        
9 Ranitidin Inj 2x1 IV √     √ √     √ √     √ √ stopp
      √            
10 Furosemid Inj 1 x 1 IV     √                                        

11 Dextrosa 5% 1:1 IV   √       stopp


√       √                            
Eas Primer/12
Jam
12 Simarc 1x1 Po                     √       √       √          
13 Furosemid 1x1 IV                 √     √       √              
Inj (40 mg)
Rencana Asuhan Kefarmasian
efek terapi
No Tujuan Terapi Rekomendasi Parameter Nilai yang diinginkan Frekuensi Pemantauan
IVFD
1. Menangani hipokalemia Cairan tubuh dan nutrisi Cairan tubuh dan nutrisi terpenuhi Tiap hari
Dektrosa 5 %
Memenuhi asam amino Berkurang/ tidak terjadi peradangan
2. EAS Pfrimmer Nutrisi terpenuhi Tiap hari
essensial pada glomerulus
Injeksi Keluhan nyeri Pasien tidak mengalami nyeri
3. Mencegah stress ulser Tiap hari
Ranitidin epigastrium,mual,muntah epigastrium,mual,muntah
Menurunkan preload
Mengurangi kongestif Injeksi
4. ventikuler serta mengatasi Udem berkurang Tiap hari
pulmonal furosemid
udema
5. Meningkatkan kerja jantung Digoxin Irama jantung Irama jantung normal 60-80x/menit Tiap hari
Meningkatkan ekskresi Penurunan curah jantung
6. Spironolakton Kondisi tungkai Tiap hari
natrium, air, klorida dan tekanan darah
Mencegah peningkatan Tekanan darah
7 Ramipril Tekanan darah normal 120/80 mmHg Tiap hari
tekanan darah
8 Mengatasi sesak napas ISDN Pemeriksaan fisik Frekuensi nafas normal 16-20x/menit Tiap hari
9 Mengatasi batuk NAC Pemeriksaan fisik Frekuensi batuk dan cairan batuk Tiap hari
10 Mencegah fibrilasi atrium SIMARC Nilai INR Nilai INR normal 0,8-1,2 Tiap hari
Mengurangi gejala yang
11 Mencegah anemia Asam Folat Tidak terjadi anemia Tiap hari
timbul
Injeksi Suhu tubuh pasien
 12 Antiinfeksi Suhu tubuh normal 36-37,5 ℃ Tiap hari
ceftriaxon
Pemantauan efek terapi
Hasil pemeriksaan
Frekuensi
Rekomendasi Parameter Nilai yang diinginkan
Pemantauan 06-10-21 07-10-21 08-10-21 09-10-21 10-10-21
IVFD
Dektrosa 5 %
Cairan tubuh dan nutrisi
: EAS Cairan tubuh dan nutrisi Tiap hari terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi Terpenuhi
terpenuhi
Pfrimmer 1 :
1
Mencegah strees ulcer Pasien tidak mengalami
Injeksi
Keluhan nyeri nyeri Tiap hari normal normal normla normal Normal
Ranitidin
epigastrium,mual,muntah epigastrium,mual,muntah
Injeksi
furosemide,
Menurunkan preload Udem Udem Udem Udem
furosemide Udem pada
ventikuler serta mengatasi Udem berkurang Tiap hari pada pada pada pada
oral, tungkai
udema tungkai tungkai tungkai tungkai
Spironolakto
n
Digoxin Irama jantung Irama jantung normal Tiap hari          
Tekanan darah Jam 8 :
132/97
Jam 10 Jam 9 :
mmHg
139/90 100/70
Jam 10 : Jam 14 : Jam 10 :
mmhg mmHg
Ramipril Tekanan darah normal Tiap hari 139/90 110/60 100/60
Jam 13 : Jam 12 :
mmHg mmHg mmHg
102/64 160/100
Jam 21 :
mmHg mmHg
109/64
mmHg
Pemeriksaan fisik Sesak Sesak Sesak Sesak
Sesak nafas
ISDN Sesak napas berkurang Tiap hari nafas nafas nafas nafas
berkurang
berkurang berkurang berkurang berkurang
Pemeriksaan fisik Frekuensi batuk dan Batuk Batuk Batuk Batuk Batuk
NAC Tiap hari
cairan batuk berkurang berkurang berkurang berkurang berkurang
SIMARC Nilai INR Nilai INR normal Tiap hari - - - - -
Asam Folat Mengurangi gejala timbul Mencegah anemia Tiap hari normal normal normal normal Normal
Injeksi Suhu tubuh pasien
Suhu tubuh normal Tiap hari normal normal Normal Normal Normal
ceftriaxone
Pembahasan
Seorang pasien berinisial HA dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Otak DR.DRS.M.HATTA. Pasien baru masuk ICU jam 17.00

pada tanggal 05 oktober 2021 dari IGD dengan keluhan utama sesak nafas saat beraktifitas selama ± 3 bulan ini dan bertambah

berat 3 hari ini dan nafsu makan berkurang. Kemudian pasien di pindahkan ke ruang rawat HCU pada tanggal 06 oktober 2021.

Hasil pemeriksaan fisik di IGD pada tanggal 05 Oktober 2021 didapatkan kondisi umum : Sedang, GCS : E4 M6 V5, kesadaran :

Compos Mentis, frekuensi nadi: 164 kali/menit, Frekuensi Nafas: 46 kali/menit, Suhu : 36 0C, Tekanan Darah : 115/85 mmHg,

saturasi : 98%, Berat Badan : 70 kg, Udem kedua kaki, Dekubitus tidak ada. Hasil pemeriksaan laboratorium di IGD tanggal 05

oktober 2021 didapatkan kadar leukosit 11, 57 ribu/uL , Netrofil 84,6 %, Eosinofil 0,3 %, Limfosit 9,1 %, Ureum 130 mg/dl,

Creatinine 1,7 mg/dl, Natrium 135 mmol/L.

Pasien di diagnosa utama oleh dokter adalah CHF (Congestive Heart Failure) atau Gagal Jantung Kongestif, dan diagonsa sekunder

adalah Atrial Fibrilasi (AF) atau Fibrilasi Atrium dan CKD (Chronic Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronis yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Terapi/tindakan yang diberikan adalah ISDN 3x1 (PO) merupakam obat vasodilator, Isosorbide dinitrate (ISDN) bekerja dengan

cara melebarkan pembuluh darah (vasodilator) agar aliran darah dapat mengalir lebih lancar ke otot jantung.

Acetylsistein 1x1 (PO) malam Merupakan Obat Yang bekerja sebagai mukolitik dengan memecah ikatan disulfida pada

mukoprotein dengan cara memisahkan agregasi  molekul glikoprotein inter dan intra disulfida.
Furosemid 40mg 1x1 (PO) pagi, Furosemid inj SP 200 mg kec 0,5 cc/jam : Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan tanda klinis atau gejala kongesti tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia dengan dosis yang
serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien untuk menghindari dehidrasi atau retensi. Pada golongan diuretik
penggunaan obat furosemid ini untuk mengurangi udema pada pasien Gagal Jantung.

Ramipril 1x2,5 mg (PO) Ramipril memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup. obat golongan ACE inhibitor yang bekerja dengan cara
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.
Spinorolakton 1x25 mg (PO) Spironolakton merupakan obat hemat kalium yang dapat dikombinasikan dengan furosemide.
Mekanisme kerja obat spironolakton adalah dengan cara memblokade ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga
meningkatkanekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik

Digoxin 3x1/2 (IV) Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoxin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel
yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan.

Ceftriaxon 1x2 gr (PO) merupakan antibiotik untuk infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap cetriaxon seperti
infeksi ginjal, saluran kemih dan saluran pernafasan.
Ranitidin inj SP 2x1 (IV), Injeksi Ranitidin untuk mengatasi gejala nyeri lambung atau nyeri ulu hati akibat peningkatan asam
lambung.
Simarc notisil (Warfarin) 1x1 malam Merupakan obat antikoagulan dengan menghambat koagulasi dengan mencegah reduksi
vitamin K secara enzimatik didalam hati.
Asam folat 1x1 (PO) malam merupakan suplemen penambah darah. Asam folat menstimulasi produksi sel darah putih, sel
darah merah, dan platelet.
 
Dextrosa 5% Eas primer/12 jam 1:1 Salah satu indikasi pemberian dextrosa adalah hipoglikemia. Peningkatan serum glukosa secara
cepat setelah pemberian bolus dextrosa melalui intravena akan menyebabkan peningkatan insulin secara mendadak dengan puncak
pada menit ke 3-5 dan mulai reda dalam 10 menit. Eas Pfrimmer digunakan sebagai terapi nutrisi pada pasien CKD. Cairan ini
mengandung asam amino karena pada pasien CKD protein dipecah dengan cepat menjadi asam amino, namun sel tidak dapat
menggunakan asam amino dengan efisien sehingga kadar ureum dalam darah meningkat.
Patogenesis gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) melibatkan penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti
kehilangan fungsi ginjal yang progersif. Total laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun, Blood Urea Nitrogen
dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak.
Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekresi, sejumlah besar urine dikeluarkan,
yang menyebabkan pasien mengalami kekurangan cairan.
 Penghitungan kreatinin klirens diperlukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami penurunan fungsi ginjal, serta

bagaimana regimen obat yang tepat untuk memperoleh tujuan terapi yang direncanakan.
 CrCl =

 =
 =
 = 47,46 ml/menit (Stage 3 Moderate/Sedang)
 Stage 3 penyakit ginjal kronis (CKD) terjadi ketika perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) turun antara 30-59,
menunjukkan kerusakan ginjal sedang dan kehilangan fungsi ginjal yang nyata. Tahap ini dipisahkan menjadi 2 sub-tahap:
gagal ginjal stage 3a dengan eGFR 45-59 dan stage 3b dengan eGFR 30-44.
EDUKASI
 Menjelaskan pada pasien cara pemakaian obat dan aturan pemakaiannya

 Lakukan diet dengan mengurangi makanan yang mengandung purin tinggi antara lain seperti seafood, junkfood, makanan asin dan jeroan

 Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa menyimpan obat pada tempat yang sejuk, kering dan terlindungi dari cahaya matahari

 Olahraga ringan pagi hari seperti jalan santai sebisanya

 Istirahat yang cukup

 Kontrol kesehatan secara rutin

 Hindari stress

KESIMPULAN
 Dari hasil pemeriksaan fisik dimana pasien mengalami sesak nafas dan udem pada aktifitas ringan, pasien didiagnosa menderita gagal

jantung kongestif (Congestive Heart Failure) derajat III


 Terdapat DRP pada terapi yang diberikan yaitu berupa interaksi obat antara digoksin dan furosemid, interaksi ISDN dan ramipril, interaksi

digoksin dan ramipril


 Pasien mengalami gagal ginjal kronis dengan hasil kreatinin klirens adalah 47,46 ml/menit (Stage 3 Moderate/Sedang) menunjukkan

kerusakan ginjal sedang dan kehilangan fungsi ginjal yang nyata

Anda mungkin juga menyukai