Kasus CKD

Ny.E, 32 tahun dirawat diruang rawat inap Penyakit Dalam. Klien mengeluh mual dan badan
bengkak. Pasien juga mengatakan bahwa sering merasakan gatal-gatal diseluruh tubuhnya.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus selama 10 tahun. Hasil pemeriksaan
penunjang USG di diagnosis Hydronefrosis bilateral sehingga dilakukan cuci darah. 
Berdasarkan TTV dan pemeriksaan fisik Ny.E saat ini TD 180/100, nadi 96x/menit, RR
24x/menit,T 36,5ºC. Konjungtiva anemis, Abdomen sedikit membuncit, tampak acites, tidak
terdapat nyeri tekan, bising usus 8x/menit. Edema pada bagian kaki grade 2. 
Berdasarkan pemeriksaan lab Hb 7,5 Ht 23. Leu 12400, Trom 55000, MCV 67, MCH 22,1,
MCHC 33. Kadar kreatinin 3,5,ureum 137.

Mendapatkan terapi farmakologis:

Furosemide 20 mg/amp 1x3 amp IV
Bicnat 500 mg tab       3x1 tab
Calos 3x1 tan
Folic Acid 5 mg 1x5mg po
Omeprazole 1x40mg IV
Sucralfat 4x10cc po

1. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada kasus!

2. Jelaskan definisi dari penyakit CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektolit sehingga menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitroen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare,2008).
3. Jelaskan faktor risiko dan manifestasi klinis pada kasus
(Novi) Faktor Risiko CKD:
 Riwayat Hipertensi
Dalam kasus di sebutkan bahwa Ny. E memiliki riwayat hipertensi selama 10 tahun,
yang mana Pasien dengan hipertensi itu mempunyai peluang atau risiko mengalami
gagal ginjal kronik 13x lebih besar dari pasien yang tidak memiliki hipertensi. Hal ini
menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko gagal ginjal kronik dimana
tekanan darah diarteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja
 lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Ginjal
merupakan salah satu pusat pengaturan tekanan darah sehingga apabila tekanan darah
tinggi terjadi terus-menerus melebihi normal > 140/90 mmHg maka kondisi ini dapat
mempengaruhi ginjal (hipertensi sekunder).
 Riwayat Diabetes Melitus
Dalam kasus di sebutkan bahwa Ny. E memiliki riwayat Diabetes melitus selama 10
tahun. Yang mana secara klinik pasien dengan diabetes mellitus mempunyai peluang
atau risiko mengalami gagal ginjal kronik 1,2x lebih besar dari pasien yang tidak
memiliki diabetes mellitus sehingga dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
merupakan faktor risiko gagal ginjal kronik. Pada penyakit diabetes melitus terjadi
gangguan pengolahan glukosa dalam darah oleh tubuh, yang lama–kelamaan dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya dapat menjadi penyakit ginjal kronik.
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah tersebut, bila tidak terkontrol dapat merusak
pembuluh darah ginjal dalam kurun bertahun–tahun sehingga menurunkan kemampuan
ginjal untuk menyaring darah dan membuang produk sisa diurin. Gangguan ginjal pada
penderita diabetes melitus dan hipertensi bukan karena obat–obatan yang dikonsumsi.
Namun karena kadar gula darah yang kerap tidak terkontrol secara menahun merusak
pembuluh darah ginjal.

4. Komplikasi apa yang mungkin terjadi pada kasus?

 Gangguan mineral dan tulang : Pasien gagal ginjal kronis mungkin sering
mengalami gangguan mineral dan tulang. Hal ini karena peran ginjal yang tidak dapat
menyeimbangkan kadar fosfat di tubuh bisa berbahaya bagi tulang. Saat kelebihan
mineral fosfor dan kekurangan vitamin D, tubuh mencoba memperbaiki masalah
tersebut dengan melepaskan hormon paratiroid. Pelepasan hormon tersebut akan
menarik kalsium dari tulang dan menyeimbangkan zat yang ada di darah. Namun,
kehilangan kalsium ini ternyata berdampak pada kesehatan tulang.

5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan
pada kasus
6. Patofisiologi dari penyakit CKD pada kasus
7. Diagnosa keperawatan untuk masalah keperawatan yang muncul pada kasus?
8. Nursing care plan yang tepat untuk menangani diagnosa keperawatan yang muncul