Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

OKY NIZARDI

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Ns. Angga Nugraha, S.Kep) (Ns. Irhan, S.Kep)

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM NERS KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA BENGKULU
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu spektrum proses-proses
patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal
dan penurunan progresif laju filtrasi glomerolus (LFG). (Jameson dan Loscalz,
2013)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah) . (Nuari dan Widayati, 2017)
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Chronic Kidney
Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi
pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

B. Etiologi
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi
dari penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary
illness). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain
itu ada beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1. Glomerulonefritis
2. Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3. Polikistik ginjal
4. Renal nephrosclerosis
5. Neprolithisis
6. Sysctemic lupus erythematosus
7. Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi
etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan
nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati urutan kedua.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
( 140−umur ) x berat badan
LFG (ml/mnt/1,73m²) = mg
72 x kreatinin plasma
dl( )
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2016 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2016) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

E. Patofisiologi
1. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen
urea darah (BUN) juga akan meningkat.
2. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, menyebabkan penurunan klirens
(subtansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
3. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsetrasi atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahan cairan dan natrium,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif
dan hipertensi.
4. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroprotein yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi pendarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan turun.
Dengan menurunnya GFR maka tejadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh
tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di dalam tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang
dan penyakit tulang.
6. Penyakit tulang uremik (osteodiostrofi)
Terjadi perubahan kompleks kalsium fosfat dan keseimbangan
parathormon.
F. Pathway
G. Pencegahan
1. Menjaga berat badan ideal.
2. Menghentikan kebiasaan merokok, karena rokok dapat memperburuk
kondisi ginjal.
3. Mengikuti petunjuk dokter dalam mengatur pola makan dan
mengonsumsi obat.
4. Menghindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat
memperburuk kondisi ginjal.
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama
mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001;
Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan
adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol
berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan
protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi <
50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori nonprotein yang adekuat
untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan
dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10
ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual, muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu
pada Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :

1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih,
dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi
dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan
retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak
seimbangan elektrolit).
K. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
O
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Fluid Management :
b.d penurunan haluaran urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji status cairan ; timbang berat
dan retensi cairan dan selama 3x24 jam volume cairan badan,keseimbangan masukan dan haluaran,
natrium. seimbang. turgor kulit dan adanya edema
Kriteria Hasil: 2. Batasi masukan cairan
 Terbebas dari edema, efusi, 3. Identifikasi sumber potensial cairan
anasarka 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
 Bunyi nafas bersih,tidak adanya pembatasan cairan
dipsnea 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
 Memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output
Hemodialysis therapy
jantung dan vital sign normal.
1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
(misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
mengevaluasi respon thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah untuk
mengevaluasi respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
pengobatan

2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutritional Management


1. Monitor adanya mual dan muntah
dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan
2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
anoreksia mual muntah. adekuat.
perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
 Nafsu makan meningkat
hematocrit level yang menindikasikan status
 Tidak terjadi penurunan BB
nutrisi dan untuk perencanaan treatment
 Masukan nutrisi adekuat
selanjutnya.
 Menghabiskan porsi makan
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Hasil lab normal (albumin, kalium) 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan mulut sering
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
sesuai terapi

3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Monitoring


berhubungan dengan selama 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
hiperventilasi paru Kriteria Hasil: respirasi
 Peningkatan ventilasi dan 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
oksigenasi yang adekuat penggunaan otot tambahan, retraksi otot
 Bebas dari tanda tanda distress supraclavicular dan intercostal
pernafasan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 Suara nafas yang bersih, tidak ada kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
sianosis dan dyspneu (mampu 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
mengeluarkan sputum, mampu tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
bernafas dengan mudah, tidak ada
Oxygen Therapy
pursed lips)
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
 Tanda tanda vital dalam rentang
2. Ajarkan pasien nafas dalam
normal
3. Atur posisi senyaman mungkin
4. Batasi untuk beraktivitas
5. Kolaborasi pemberian oksigen

4 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Circulatory Care


berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
penurunan suplai O2 dan adekuat. sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil: refil, temperatur ekstremitas).
 Membran mukosa merah muda 2. Kaji nyeri
 Conjunctiva tidak anemis 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan

 Akral hangat 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih

 TTV dalam batas normal. rendah untuk memperbaiki sirkulasi.


5. Monitor status cairan intake dan output
 Tidak ada edema
6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.

5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika
keletihan anemia, retensi adekuat. kletihan terjadi
produk sampah dan Kriteria Hasil:  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
prosedur dialysis.  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik  Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR  Anjurkan beristirahat setelah dialisis
 Mampu melakukan aktivitas  Beri semangat untuk mencapai kemajuan
sehari hari (ADLs) secara mandiri aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi
 Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Anita. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip


Ilmu Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses
pada tanggal 23 Februari 2014
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC. 2015
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2015
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2012.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2011
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2012
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2012
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2016

Anda mungkin juga menyukai