Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM PADA ANAK

KEPERWATAN ANAK

DISUSUN OLEH

YUNI YULIANDA, S.kep

NPM

220269051

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Ns. Elmi Susanti, S.kep Ns.Moh Yulis Eka, S.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI HUSADA BENGKULU

2021/2022
LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM PADA An. G

KEPERWATAN ANAK

DISUSUN OLEH

YUNI YULIANDA, S.kep

NPM

220269051

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Ns. Elmi Susanti, S.kep Ns.Moh Yulis Eka, S.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI HUSADA BENGKULU

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori


1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Penerapan dan proses keperawatan pada pasien dengan masalah

neurologi memerlukan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem

persarafan. Sistem saraf bekerja sebagai konduktor sistem listrik, saraf

mengatur dan mengendalikan seluruh aktifitas tubuh. Aktifitas dapat

dikelompokkan dalam 4 fungsi berikut: menerima informasi ( stimulus ) dari

lingkungan internal dan eksternal melalui jalur sensori ( af-ferent ),

menghubungkan informasi yang diterima pada berbagai tingkat refleks (

medulla spinalis ) dan mengingatkan ( otak yang lebih tinggi ) untuk

menentukan respon yang sesuai dengan situasi, menghubungkan informasi

antara sistem saraf perifer dan pusat, menyalurkan informasi dengan cepat

melalui berbagai jalur motorik ( efferent ) ke organ tubuh. Dalam pembahasan

kejang demam ini akan diuraikan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.

( Dewi sartika, 2016 )

2. PENGERTIAN

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi

(suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam

atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan

suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).

Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat

paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya aktifitas listrik

abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).

dapat disumpulkan bahwa kejang demam adalah gangguan yang terjadi

akibat peningkatan suhu tubuh pada anak yang mengakibatkan kejang yang

disebabkan oleh proses ektrakranial,(Dewi Sartika,2016)


3. ETIOLOGI

Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,

namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul

secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada

umumnya berlangsung secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi

familiar. (Kusuma, 2015).

Menurut (Lestari, 2016) kejang demam dapat disebabkan infeksi

saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih,

sedangkan menurut (Ridha , 2014) mengatakan bahwa faktor resiko

terjadinya kejang demam diantaranya :

a. Faktor-faktor prenatal

b. Malformasi otak congenital

c. Faktor genetika

d. Demam

e. Gangguan metabolisme

f. Trauma

g. Neoplasma

h. Gangguan Sirkulasi
4. PATOFISIOLOGI

Infeksi bakteri virus dan


Rangsangan mekanik dan Kelainan neurologis
parasit
biokimia. Gangguan perinatal/prenatal
keseimbangan cairan dan
Reaksi inflamasi elektrolit

Perubahan konsentrasi
hipertermi ion diruang ektraseluler

Ketidakseimbangan potensial Perubahan difusi


Resiko kejang Na+ dan K+
membran ATP ASE

Resiko
keterlambatan Pelepasan muatan listrik Perubahan beda
semakin meluas keseluruhan potensial membran
sel sekitarnya dengan
Resiko cidera bantuan neurotransmiter kejang

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit

Reflek menelan Kontraksi otot Perubahan suplai


menurun meningkat darah ke otak

Resiko aspirasi
Metabolisme meningkat
Resiko kerusakan sel
nueron otak
Kebutuhan O2 meningkat
Hipertermi
Resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan otak
Resiko asfiksia
5. GEJALA KLINIS

Menurut (Dewanto, 2017) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada

kejang demam diantaranya:

a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

c. Kejang umumnya diawali kejang tinik kemudian klonik berlangsung 10-15 menit, bisa
juga lebih

d. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak

e. berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)

f. Kulit pucat dan membiru

g. Akral dingin

Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan ( > 1 jam)


Meningkatnya Menurunnya tekanan Hipotensi disertai
kecepatan denyut darah berkurangnya aliran drah
jantung serebrum sehingga terjadi
hipotensi serebrum
Meningkatkan Menurunnya gula Gangguan sawar darah otak
tekanan darah darah yang menyebabkan edema
serebrum
Meningkatkan Distritmia
kadar glukosa
Meningkatkan suhu Edema paru non
pusat tubuh jantung
Meningkatkan sek
darah putih
Sumber : Sylvia A. Price( 2016)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,

elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak

menunjukkan kelainan yang berarti.

2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada

pasien dengan kejang demam meliputi :

a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala

meningitis sering tidak jelas.

b. Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal

fungsi kecuali pasti bukan meningitis

3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.

4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI tidak dianjurkan pada pasien anak

tanpa kelainan nuerologist karena hampir semuanya menunjukkan

gambaran normal. CT-scan / MRI direkomendasikan untuk kasus kejang

demam fokal untuk mencari lesi organil di otak.

(Nurarif, 2015)

7. PENATALAKSANAAN

Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang perlu

dikerjakan yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

a. Memberantas kejang secepat mungkin


Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus

(kejang), obat pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang

diberikan secara intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang

disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB

dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5

mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali

dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan

10 mg pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara

intravena ditunggu 15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan

kedua dengan dosis yang sama juga melalui intravena. Setelah 15

menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan

ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara

intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga

berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara

intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk,

hipotensi, penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan melalui

intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan, cara

pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis

yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan

kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari

10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi

kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah

difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak


menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama

jantung.

b. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan penunjang

yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah

aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan

oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi

jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan dengan

dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah

klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis

20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya

dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

c. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepam

sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu

harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan

pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas

dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis

jangka panjang.
d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang

diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian

atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu

untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang

demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi

lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi

didalam otak misalnya meningitis.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Pengobatan fase akut

1) Airway

a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan

pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada

guedel lebih baik.

b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan

pakaian yang mengganggu pernapasan

c) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

2) Breathing

Isap lendir sampai bersih

3)Circulation

a) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif

b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat

( berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar)


dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti,

hubungi dokter apakah perlu pemberian obat

penenang.

b. Pencegahan kejang berulang

1) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata

0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak

berhenti tunggu 15 menit

B. KONSEP DASAR ASKEP

1) PENGKAJIAN

a) Identitas

Nama : An.g

Alamat : Slb

Ttl :Bengkulu,04-01-2021

Usia :9 bulan

Suku : lembak

Nama ibu :ny.s

Nama ayah : Tn.f

Pekerjaan ayah: PNS

Pekerjaan Ibu: IRT

b) Keluhan utama

Ibu pasien mengatakan pasien mendadak panas tinggi

disertai kejang ,tidak ada pilek ,batuk dan sesak

napas,kurang lebih 1 jam pasien kejang,kejang terjadi

seluruh tubuh ,tangan dan kaki pasien kaku mata melirik


ke atas.

c) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Prenatal : pemeriksaan dibidan frekuensi T1 1x

1bulan,T2 2x 1bulan , T3 2x 1bulan dan keluhan selama

kehamilan tidak ada

Internatal : pasien lahir dibidan dengan berat badan

3500gram panjang 47cm lahir spontan dan langsung

menagis.

Postnatal : rutin ke puskesmas setiap bulan untuk

mendapatkan imunisasi dan menimbang bb

d) Riwayat masa lampau

Penyakit waktu kecil : tidak ada penyakit lahir

sehat

Pernah di rawat di RS : belum perna dirawat di

rumah sakit

Obat-obatan yang di gunakan: sanmol

Imunisasi : lengkap

Genogram
Ket:

Laki-laki

Perempuan

tingal bersama

e) Riwayat sosial

Yang mengasuh : ibunya sendiri

Hubungan dengan angota keluarga : tidak ada amgota

keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya

Lingkaran rumah : bersih dan nyaman tertata dengan baik

sampah tersimpan pada tempatnya

f) Keadaan saat ini

Diagnosa medis : kejang demam

Status nutrisi : baik

Tindakan keperawatan : terapi o2 nasal 2lpm ,paractamol

peroral

Data tambahan : monitoring balance cairan per 8

jam

g) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : rewel dan penurunan kesadraan

Tb/bb : tb 58,5cm bb 7kg

Lingkar kepalah : 38,2 cm

Ttv : suhu 39.00C respirasi >49 x/m

nadi > 100x/m

Hidung : penciuman baik tidak ada

pernapasan cuping hidung


Mulut : mukosa bibir tampak kering

Telinga : simetris kiri kanan

Tenguk : normal

Dada : gerakan dada simetris

Jantung : peningkatan denyut jantung

Perut : diding dada setinggi dinding perut

Genitila : tidak ditemukan gangguan pd area

genetalia

Kulit : pucat

h) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Kemandirian dan bergaul : sangat aktif

Motorik halus : mengambil bendah

Kognitif dan bahasa : berkata ( spesipik )

Motorik kasar : duduk sendiri

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Risiko cidera b.d kejang

Do : ibu pasien mengatakan anaknya demam dengan suhu

tubuh 39.00C

Ds : mengalami penurunan kesadaran

 Hipertermia b.d proses penyakit infeksi

Do : kulit terasa hangat dan kejang

Ds : suhu tubuh di atas nilai normal


3) INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil intervensi

1.Risiko cidera b.d kejang - Kontrol kejang Observasi


- Kemampuan 1.monitor ttv
mengidentifikasi factor 2.monitor status neorologis
risiko kejang Teraupetik
1.Baringkan pasien agar tidak
jatuh
2.pasang side rail tempat tidur
Edukasi
1.Ajarkan pertolongan pertama
pada kejang
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antikkonvulsan jika perlu

2.Hipertermia b. d proses - Status nutrisi Observasi


penyakit (infeksi ). - Termoregulasi 1.monitor terjadinya kejang
2.monitor karaktrestik kejang
3.monitor ttv
Teraupetik
1.catatkan durasi kejang
2.pertahankan kepatenan jalan
nafas
Edukasi
1.pemberian antibiotik
2.kompres air hangat

4) IMPLEMENTASI

Diagnosa impementasi respon

1.Risiko cidera b.d kejang 1 mengidentifikasi tingkat cidera S: atur frekuensi makan
2 mengidentifikasi kinerja O : nafsu makan menurun
pengasuhan S: pola asuh anak
3 melaporkan kontrol kejang O: penyedian nutrisi sesuai usia
4 pemberian antibiotik S: mengurang munculnya kejang
O :kemampuan mencegah factor
risiko kejang
S: pemeberian obat
O: pemebrian antibiotik

2.Hipertermia b. d proses 1 menghidentifikasi hipertermia S: atur suhu tubuh agar tetap


penyakit (infeksi ). 2 mengidentifikasi status cairan berada pada rantang normal
3 mengidentifikasi statatus nutrisi O: muka pucat
S: priksa kondisi volume cairan
O: turgor kulit cukup menurun
S: priksa asupan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme
O: indek masa tubuh sedang

5) EVALUASI

Diagnosa evaluasi Ttd

1.Risiko cidera b.d kejang S: ibu pasien mengatakan anaknya demam


dengan suhu 39.00C
O: mengalami penurunan kesadaran
A: kontrol kejang
P: mengidentifikasi factor risiko kejang
I: monitor ttv
E: pemberian antikkonvulsan

2.Hipertermia b. d proses S: suhu tubuh diatas nilai normal


penyakit (infeksi ). O: status nutrisi kurang baik
A: monitor terjadinya kejang
P: catatkan durasi kejang
I:pertahankan jalan napas
E: kompres air hangat

Anda mungkin juga menyukai