Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

OLEH :
NAMA : LIS PRY MANDARI
NIM : P20620623013

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2023
BAB I
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan
progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk
dalam Dwy Retno Sulystianingsih, 2018)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :

(140 − umur) x Berat badan


LFG (ml/mnt/1,73m²) =
72 x Kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C. PATOFISOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

E. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra
(2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
2. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
3. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
7. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urine
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
c. Ureum dan Kreatinin
Ureum: Kadar ureum yang tinggi melebihi batas normal didapatkan pada pasien
ginjal kronik.
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
pada tahap akhir (mungkin rendah yaitu :).
1) Hiponatremia
2) Hiperkalemia
3) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
4) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
5) Gula darah tinggi
6) Hipertrigliserida
7) Asidosis metabolik

G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS KE PERAWATAN
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami
CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.

d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien dengan gagal ginjal kronik yaitu:
1. D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler.
2. D.0005 Pola napas tidak edektif berhubungan dengan ansietas, hiperventilasi,
keletihan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan sindrom
hipoventilasi.
3. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arter/vena,
penurunan konsentrasi hemoglobin.
4. D0002 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan, kelebihan asupan cairan
5. D0019 Risko Defisit nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (keengganan untuk makan)
Rencana Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi
o Keperawatan (SIKI)
1 (D.0003) Gangguan pertukaran gas L.01003 Pertukaran Gas I.01014 Pemantauan Respirasi Observasi
berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat - Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas
ketidakseimbangan ventilasiperfusi, Kriteria hasil - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
perubahan membrane alveolus- - Tingkat kesadaran meningkat hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- Stokes, Biot, ataksik)
kapiler. - Dispnea menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
Data Mayor : - Bunyi napas tambahan menurun - Monitor adanya produksi sputum
DS : - Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Dispnea - Penglihatan kabur menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
DO :
- Diaforesis menurun - Auskultasi bunyi napas
- PCO2 meningkat/menurun - Gelisah menurun - Monitor saturasi oksigen
- PO2 menurun - Napas cuping hidung menurun - Monitor nilai AGD
- Takikardi - PCO2 membaik - Monitor hasil x-ray toraks Terapeutik
- pH arteri meningkat/ menurun - PO2 membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Bunyi napas tambahan - Takikardia membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
Data Minor
DS :
- pH arteri membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Pusing - Sianosis membaik - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Penglihatan kabur - Pola napas membaik - Kolaborasi
DO : - Warna kulit membaik - Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Sianosis - Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
reguler/irreguler,dalam/dangkal
- )
- Warna kulit abnormal (pucat,
kebiruan)
- Kesadaran menurun
2. D.0005 Ketidakefektifan pola napas Manajemen Jalan Napas (I.01011)
L.01004 Pola nafas
berhungan dengan ansietas, Observasi
Ekspektasi: membaik
hiperventilasi, keletihan, nyeri,
Kriteria Hasil :
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
obesitas, posisi tubuh yang - Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling,
menghambat ekspansi paru dan - Dispnea menurun
mengi, wheezing, ronchi kering)
sindrom hipoventilasi - Penggunaan otot bantu napas menurun
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun Terapeutik
- Frekuensi napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
- Kedalaman napas membaik chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. (D.0009) Perfusi perifer tidak efektif L.02011 Perfusi Perifer I.02079 Perawatan Sirkulasi Observasi
berhubungan dengan penurunan Ekspektasi: meningkat Observasi
aliran arter/ vena, Kriteria hasil: - Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi perifer,
Penurunan konsentrasi hemoglobin. - Denyut nadi perifer meningkat - edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial
Data Mayor - Penyembuhan luka meningkat index)
DS : - Sensasi meningkat - Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi ( mis.
DO : - Warna kulit pucat menurun Diabetes, perokok, orang tua hipertensi dan kadar
- CRT > 3 detik - Edema perifer menurun kolestrol tinggi)
- Nadi perifer menurun/ tidak teraba - Nyeri ekstremitas menurun - Monitor panans, kemerahan, nyeri atau bengkak
- Akral teraba dingin - Parastesia menurun pada ekstermitas
- Warna kulit pucat - Kelemahan otot menurun Teraupetik
- Turgot kulit menurun - Kram otot menurun - Hindari pemasangan infus atau pengambilan
Data Minor darah di daerah keterbatasan perfusi
- Bruit femoralis menurun
DS : - Hindari pengukuran tekanan darah pada
- Nekrosis menurun
- Parastesia ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
- Pengisian kapiler membaik
- Nyeri ekstremitas - Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
DO :
- Akral membaik pada area yang cidera
- Edema - Turgor kulit membaik - Lakukan pencegahan infeksi
- Penyembuhan luka lama - Tekanan darah sistolik membaik - Lakukan perawatan kaki dan kuku Edukasi
- Bruit femoralis - Tekanan darah diastolik membaik - Anjurkan berhenti merokok
- Tekanan arteri rata-rata membaik - Anjurkan berolah raga rutin
- Indeks ankle-brachial membaik Edukasi
- Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,
antikoagulan,dan penurun kolestrol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah secara
teratur
- Anjurkan menggunakan obat penyekat beta 2.15
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
( mis. Rendah lemak
- jenuh, minyak ikam omega 3)
4. (D.0022) Hipervolemia berhubungan L.03020 Keseimbangan Cairan I.03114 Manajemen Hipervolemia
dengan gangguan mekanisme Ekspektasi: meningkat Observasi
regulasi, kelebihan asupan cairan, Kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea,
Data Mayor - Asupan cairan meningkat dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular
DS : - Haluaran urin meningkat positif, suara npas tambahan)
- Ortopnea - Kelembaban membran mukosa meningkat - Identifikasi penyebab hipervolemia
- Dispnea - Asupan makanan meningkat - Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
- Paroxymal nocturnal dyspnea - Edema menurun tekanan darah, MAP, CVP,
- (PND) - Dehidrasi menurun - PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia
DO : - Asites menurun - Monitor intake dan output cairan
- Edema anasarka dan/atau edema - Konfusi menurun - Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN,
perifer - Tekanan darah membaik hematokrit, berat jenis urine)
- Berat badan meningkat dalam - Denyut nadi radial membaik - Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis.
waktu singkat kadar protein dan albumin meningkat)
- Tekanan arteri rata-rata membaik
- Jugular venous pressure (JVP) - Monitor keceptan infus secara ketat
- Membran mukosa membaik
dan/atau Central Venous Pressure - Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi ortostatik,
(CVP) meningkat
- Mata cekung membaik
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
- Refleks hepatojugular positif - Turgor kulit membaik
Terapeutik
Data Minor - Berat badan membaik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
DS : - - Batasi asupan cairan dan garam
DO : - Tinggikan kepala tempat tidur 30- 40°
- Distensi vena jugularis Edukasi
- Terdengar suara napas - Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam
tambahan 6 jam
- Hepatomegali - Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
- Kadar Hb/ Ht menurun - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
- Oliguria cairan
- Intake lebih banyak daripada output - Ajarkan cara membatasi cairan
(balans cairan positif) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
5. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan I.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mengabsorbsi Ekspektasi: membaik Observasi
nutrient, ketidakmampuan mencerna Kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
makanan, factor psikologis - Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(keengganan untuk makan). - Kekuatan otot pengunyah meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
Data Mayor - Kekuatan otot menelan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
DS : - - Serum albumin meningkat - Monitor asupan makanan
DO :
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan - Monitor berat badan
- Berat badan menurun nutrisi meningkat
minimal 10% dibawah
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Pengetahuan tentang pilihan makananyang Teraupetik
rentangideal
sehat meningkat - Lakukaoral hygiene sebelum makan, jikaperlu
Data Minor
DS :
- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang - Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis. Piramida
sehat meningkat makanan)
- Cepat kenyang setelah
makan
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
tepat meningkat - Berikan makanantinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Kram/nyeri abdomen
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Nafsu makan menurun
aman meningkat - Berikan makanan rendah protein
DO :
- Penyiapan dan penyimpanan minuman yang Edukasi
- Bising usus hiperaktif
aman meningkat - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
- Otot pengunyah lemah - Sikap terhadap makanan/minuman sesuai - Anjurkan diet yang diprogramkan
- Otot menelan lemah dengan tujuan kesehatan meningkat
- Membran mukosa pucat Kolaborasi
- Perasaan cepat kenyang menurun - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
- Sariawan - Nyeri abdomen menurun
- Serum albumin turun Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
- Sariawan menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori dan
- Rambut rontok berlebihan - Rambut rontok menurun jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
- Diare - Diare menurun
- Berat badan membaik
- Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
- Frekuensi makan membaik Nafsu makan
membaik
- Bising usus membaik
- Tebal lipatan kulit trisep membaik
- Membran mukosa membaik
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC. 2010

Anda mungkin juga menyukai