Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN CKD

( Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah )

Dosen Pembimbing Lapangan : Ns.Nurhidayati S.Kep.

Dosen Pembimbing : Dwi Retnaningsih.,Ns.,M.Kes.,M.Kep.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di Susun Oleh :

NOVI SEFIA TIFANI

NIM :1907044

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2022


A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014) .
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidakmampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanyadieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh
akibat gangguanekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan,elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015) .
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem perkemihan atau urinari (tractus
urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme
dari dalam tubuh. Ginjal merupakan salah satu organ terpenting bagi
kelangsungan hidup manusia. Namun pada ginjal dapat mengalami berbagai
masalah seperti gagal ginjal. Gagal ginjal dikategorikan menjadi dua yaitu gagal
ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal yang sering dihadapi
oleh masyarakat di negara maju maupun negara berkembang adalah penyakit
gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease). Gagal ginjal kronik atau penyakit
renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Nuari dan Widayati, 2017) .

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu, atas
dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas
dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :
LFG (ml/mnt/1,73m²) = (140 − umur)𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

72xkreatinin plasma (mg/dl)

3. ETIOLOGI
Etiologi Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan
laju filtrasiglomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal
2. terjadinya penebalan, tidak ada elastisitas system, perubahan darah ginjal
berakibat pada penurunan alirah darah dan terjadinya gagal ginjal
3. Gangguan imunologis : seperti glomerulonepritis
4. Infeksi: bakteri E.coli berpotensi masuk ke dalam ginjal melalui aliran darah
atau melalui ascenden dari traktus urinarius bawah lewat ureter ke ginjal
berakibat pada gangguan irrevesible ginjal yang disebut pielonefritis.
5. Gangguan metabolik: lemak yang meningkat mengakibatkan penebalan
membrane kapiler dan di ginjal berlanjut pada gangguan endotel
mengakibatkan nefropati amiloidosis disebabkan oleh endapan zat protinemia
pada dinding pembuluh darah sehingga merusak membrane glomerulus.
6. Gangguan tubulus primer : gangguan nefrotoksis akibat analgesik atau logam
berat
7. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi
uretra.
8. Kelainan kongential atau herediter : kondisi keturunan dikarakteristik oleh
terjadinya kista atau kantong berisi cairan di dalam ginjal atau pun organ yang
lain, dan tidak ada jaringan bersifat kongential .

4. PATOFISIOLOGI
GGK diakibatkan oleh beberapa masalah kesehatan, seperti masalah
metabolik, infeksi, obstruksi traktus urinarius, masalah imunologis, hipertensi,
gangguan tubulus primer dan masalah kongential yang berpengaruh pada GFR
yang menurun (Guswanti, 2019). Ketika terjadi kerusakan ginjal yang masih utuh
yaitu glomerulus dan tubulus sedangkan yang lain mengalami rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefronnefron yang utuh mengalami peningkatan volume cairan dan
volume filtrasi meningkat ditambah dengan reabsorbsi walau keadaan GFR
menurun. Bahan yang seharusnya terlarut menjadi lebih besar dari yang bisa di
reabsorbsi mengakibatkan dieresis osmotic disertai dengan poliuri dan muncul
rasa haus.
Selanjutnya akibat dari jumlah nefron yang rusak semakin bertambah maka
muncul retensi urin. Tanda dan gejala lebih jelas apabila fungsi ginjal berkurang
sebanyak 80%-90%. Pada tingkatan ini fungsi renal akan menjadi berkurang
(Barbara C Long dalam Guswanti 2019). Fungsi renal yang menurun, produk
akhir metabolism protein (ya ng harusnya diekskresikan de dalam urin) tertimbun
di dalam darah. terjadinya uremia akan berpengaruh pada setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan zat-zat sisa maka akan timbul gejala yang semakin
parah (Smeltzer dan Bare, 2011)
5. PATHWAT

MK Intoleransi
Aktivitas

MK Polanafas
tidak efektif

MK
Hipervolemia
6. MANISFETASI KLINIK
Gagal ginjal pada tahap awal pada umumnya tidak nampak tanda dan gejalanya.
Namun ada beberapa gejala yang dirasakan pada sakit ginjal yaitu gangguan
pernafasan, kencing darah terjadi odema dan badan kurang berenergi. Penderita
gagal ginjal kronis terjadinya sindrom uremia yaitu (Irwan, 2016):
1. Gastrointestinal Anoreksia, terjadi pendarahan gastrointestinal, mual, muntah,
mulut kering, lidah terasa pahit, pendarahan epitel, diare dan konstipasi.
2. Kulit Kering, atropi, warna kecoklatan dan gatal
3. Kardiovaskuler Hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung, pericarditis,
dan gagal jantung kongestif.
4. Darah Anemia, asidosis, pendarahan, kegiatan trombosit berkurang,
eritropoetin berkurang, dan trombositpenia.
5. Neurologi Apatis, neuropati, perifer, depresi, precoma.

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan yaitu untuk menjaga keseimbangan cairan dan mencegah
terjadinya komplikasi, yaitu (Mutaqin,2011) :
1. Dialisis Tindakan ini dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang Ada 2 macam terapi
dialisis yaitu :
a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser) Hemodialisis (HD)
merupakan terapi dialisis yang dilakukan pada penderita GGK untuk
bertahan hidup, disamping kelebihannya ada efek sampingnya terhadap
kondisi fisik dan psikologis penderita 13 GGK (Kemenkes, 2018)
b. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) Dialisis peritoneal atau yang
disebut dengan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
dilakukan dengan bantuan peritoneum (selaput rongga perut) yang sifatnya
semi permeable. Prinsip dasar dari dialisis peritoneal yaitu melalui proses
ultrafiltrasi dari cairan dialisis yang masuk ke dalam peritoneum dengan
plasma darah. Sehingga, darah tidak dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan oleh mesin dialysis
2. Koreksi hiperkalemi Hiperklemi dapat mengakibatkan kematian maka
hiperkalemi dapat dipantau dengan cara pemeriksaan darah, EEG dan EKG.
Bila terjadi hiperkalemi maka mengurangi intake kalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3. Koreksi anemia Langkah pertama ditujukan untuk mengatasi defisiensi, lalu
mencari ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal
ginjal akan membuat Hb naik. Tranfusi darah dapat diberikan jika ada indikasi
yang kuat, seperti infusiensi coroner.
4. Koreksi asidosis Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena secara berlahan, jika
diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat mengatasi
asidosis.
5. Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan
vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
6. Transplantasi ginjal Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal
ginjal kronik, maka seluruh ginjal diganti dengan ginjal yang baru .

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urin
a. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
b. Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porifin.
c. Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d. Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
dan rasio urine/serum sering 1:1.
e. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
f. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
g. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
a. BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
b. Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pH
kurang dari
7, 2.
c. Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat,
Kalsium menurun dan Protein (albumin) menurun.
3. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu,
hmaturia dan peningkatan tumor selektif.
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Haryono, 2013)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat, diagnosa medis, tanggal dan jam masuk.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, factor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan (bertahap, mendadak), upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, factor yang memperberat
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang)
b. Kecelakaan
c. Pernah dirawat : (penyakit, operasi, waktu)
d. Alergi (obat atau lainnya)
e. Imunisasi
4. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Susunan kesehatan keluarga (genogram: 3 generasi)
b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (Dx. Medis yang
berhubungan dengan penyakit klien)
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (Dx. Medis yang berhubungan
dengan penyakit klien)
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
b. Kemungkinan terjadinya bahaya

2. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan \
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan &
bagaimana kesehatannya dikelola
a. Persepsi klien tentang kesehatan diri
b. Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan (gizi
/makanan yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan
diri, imunisasi, dll )
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan
pasien bila sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/ jamu, konsumsi alkohol,
konsumsi rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga)
f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan (penghasilan,
asuransi/ jaminan kesehatan, keadaan lingkungan tempat tinggal)
2. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
a. Pola makan (frekwensi, porsi makan, jenis makanan yang biasa dimakan)
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/ minum
c. Makanan yang disukai pasien, adakah mkanan pantangan/ makanan
tertentu yang menyebabkan alergi, adakah makanan yang dibatasi.
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaruhi diet
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan (jumlah
yang dikonsumsi setiap hari, sudah berapa lama)
f. Keluhan dalam makan
1) Adakah keluhan anoreksia nervosa, bulimia nervosa
2) Adakah keluhan mual/ muntah (jika muntah berapa jumlahnya)
3) Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan
pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang
kolostomi/ileostomy)
b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
3) Berhajat (BAK/BAB)
4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
5) Mudah merasa kelelahan
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
b. Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, insomnia, dll)
6. Pola Kognitif-Perseptual sensori
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan,
pendengaran)
b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan memahami
pesan yang diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sementara)
c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap
nyeri dan panas/dingin)
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T
P = paliatif/profokatif yaitu yang meningkatkan atau mengurangi nyeri
Q = Qualitas/Quantitas yaitu frekwensi dan lamanya keluhan dirasakan ,
deskripsi sifat nyeri
R = Regio/tempat yakni lokasi sumber dan penyebarannya
S = Skala yaitu derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai
T = Time yaitu kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan berlangsung
7. Pola Kognitif-Perseptual sensori
a. Persepsi diri (hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani
perawatan, perubahan yang dirasa setelah sakit)
b. Status emosi: bagaimana perasaan klien saat ini, apakah perilaku non
verbal sesuai dengan perilaku verbalnya.
c. Konsep diri:
1) Citra diri/body image : bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya,
adakah pengaruh penyakit yang dialami terhadap persepsi klien
tersebut
2) Identitas : bagaimana status dan posisi klien sebelum dirawat,
bagaimana kepuasan klien terhadap status dan posisinya, bagaimana
kepuasan klien sebagai laki-laki dan perempuan.
3) Peran : tugas/peran apa yang diemban pasien dalam
keluarga/kelompok/masyarakat/, bagaimana kemampuan klien dalam
melaksanakan peran tersebut, apakah selama dirawat pasien
mengalami perubahan dalam peran.
4) IdeaL diri : bagaimana harapan klien terhadap tubuh/posisi/perannya,
bagaimana harapan klien terhadap lingkungan, bagaimana harapan
klien terhadap dirinya.
5) Harga diri : bagaimana penilaian/penghargaan orang lain terhadap
dirinya, apakah klien merasa rendah diri dengan keadaanya
8. Pola mekanisme koping
Menjelaskan tentang pola koping, toleransi terhadap stress dan support sistem
a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu)
b. Yang dilakukan jika menghadapi masalah (misal: memecahkan
masalah , mencari pertolongan/beerbicara dengan orang lain, makan,
tidur, minum obat-obatan, marah, diam dll)
c. Bagaimana upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang
d. Menurut klien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa
nyaman
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Bagaimana pemahaman klien tentang fungsi seksual.
b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai kondisi
(fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakian alat
kontrasepsi)
c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual (ejakulasi dini,
impotent, nyeri selama berhubungan, perdarahan dll) terutama terkait
dengan penyakit yang diderita.
d. Pengkajian pada perempuan terutama pada klien dengan masalah tumor
atau keganasan system reproduksi
1) Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi)
2) Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah anak)
3) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga, tenaga
kesehatan, pasien lain), apakah keadaan penyakitnya mempengaruhi hubungan
tersebut.
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi (relevan, jelas, mampu
mengekspresikan, mampu mengerti orang lain)
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada klien
c. Kepada siapa klien meminta bantuan bila mempunyai masalah.
d. Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orang tua,
hubungan dengan saudara, hubungan perkawinan)
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan.
b. Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat.
c. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan.
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani.
3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
1. Kesadaran
Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
2. Penampilan
Lemah, pucat, dll
3. Vitas sign
a. Suhu Tubuh
b. Tekanan Darah
c. Respirasi (jumlah, irama, kekuatan)
d. Nadi (jumlah, irama, kekuatan)
4. Kepala
Bentuk, rambut: warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll
5. Mata
Kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, konjungtiva
anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, alat bantu, adanya sekret.
6. Hidung
Bagaimana kebersihannya, adakah secret, epistaksis, adakah polip, adakah
nafas cuping hidung, pemakaian oksigen.
7. Telinga
Bentuk, hilang pendengaran, alat bantu dengar, serumen, infeksi, tinnitus
8. Mulut dan Tenggorokan
Kesulitan/ gangguan bicara, pemeriksaan gigi, warna, bau, nyeri, Kesulitan
mengunyah/ menelan, posisi trakea, benjolan di leher, pembesaran tonsil,
bagaimana keadaan vena jugularis.
9. Dada
Jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Paru- paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
10. Abdomen : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
11. Genetalia : kebersihan daerah genital, adanya luka, tanda infeksi, bila
terpasang kateter kaji kebersihan kateter dan adanya tanda infeksi pada area
pemasangan kateter, adanya hemoroid
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Inspeksi kuku, kulit (warna, kebersihan, turgor, adanya edema, keutuhan
dll)
b. Capilarry refill
c. Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstrimitas
yaitu kekuatan otot, koordinasi gerak dan keseimbangan, penggunaan alat
bantu.
d. Bila terpasang infus : kaji daerah tusukan infus, kaji tanda-tanda infeksi
pada daerah tusukan infus, adanya nyeri tekan yang berlebihan pada
daerah tusukan infus.
13. Kulit
Kaji kebersihan, warna, kelembaban, turgor, adanya edema
Bila terdapat luka maka kaji keadaan luka (kebersihan luka, adanya jahitan,
ukuran luka, adanya tanda infeksi pada luka, keadaan balutan luka).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
Pasienterhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)Proses
penegakan diagnosis atau mendiagnosis merupakan suatu proses sistematis yang
terdiri atas tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan perumusan
diagnosis. Metode penulisan pada diagnosis aktual terdiri dari masalah, penyebab, dan
tanda/gejala. Masalah berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan tanda/gejala
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Pola Napas tidak efektif behubungan dengan depresi pusat pernapasan.
(D.0005)
2. Hipervolemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis (D.0022)
3. Intoleransi Aktivitas behubungan dengan kelemahan (D.0056).

D. RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
Pola Napas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
efektif keperawatan selama 3x 24 jam, (1.01011)
behubungan maka status pernapasan Observasi
dengan depresi membaik dengan 1. Monitor pola napas
pusat Kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
pernapasan. 1. Tekanan usaha napas)
(D.0005) ekspirasi 2. Monitor bunyi napas
meningkat tambahan (mis. gurgling,
2. Tekanan mengi, wheezing,
inspirasi ronkhi)
meningkat
3. Dyspnea Terapeutik

menurun 1. Pertahankan kepatenan

4. Penggunaan jalan napas dengan head-

otot bantu tilt dan chin-lift (jaw-thrust

napas jika curiga trauma

menurun servikal)

5. Pemanjangan 2. Posisikan semi- Flower

fase ekspirasi atau Flower

menurun 3. Berikan minum hangat


4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
berhubungan keperawatan selama 2x24 Jam, Observasi:
dengan gagal maka hipervolemia menurun 1. Periksa tanda dan gejala
ginjal kronis dan dapat teratasi. hipervolemia (edema,
(D.0022) Kriteria hasil: dispnea, suara napas
1. Asupan cairan meningkat tambahan)
2. Haluaran urin meningkat 2. Monitor intake dan output
U
3. Edema menurun cairan
4. Tekanan darah membaik 3. Monitor jumlah dan warna
5. Turgor kulit membaik urin
Terapeutik
4. Batasi asupan cairan dan
garam
5. Tinggikan kepala tempat
tidur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian
diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kaliumn
akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replecement therapy
(CRRT), jika perlu

Pemantuan Cairan
Observasi:
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi-Monitor
frekuensi napas.
2. Monitor tekanan darah-
Monitor berat badan-
Monitor wakti pengisian
kapiler
3. Monitor jumlah, warna
dan berta jenis urine
4. Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia
(misdispnea, edema
perifer, edema
anasarca,JVP meningkat,
CVP meningkat,
reflekshepatojugular
positif, berat badan
menurundalam waktu
singkat)
Terapeutik
5. Atur interval waktu
pemantauan
sesuaidengan kondisi
pasien
6. Dokumtasikan hasil
pemantauanEdukasi
7. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
8. Informasikan hasil
pemantauan, jikap perlu

3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.


Aktivitas keperawatan selama 2X24 Jam 05178)
behubungan Observasi
dengan toleransi aktivitas meningkat. 1. Monitor kelelahan fisik
kelemahan Kriteria hasil: 2. Monitor pola dan jam
(D.0056). 1. Keluhan lelah menurun tidur Terapeutik
2. Saturasi oksigen dalam 3. Lakukan latihan rentang
rentang normal (95%-100%) gerak pasif/aktif
3. Frekuensi nadi dalam rentang 4. Libatkan keluarga dalam
normal (60-100 kali/menit) melakukan aktifitas, jika
4. Dispnea saat beraktifitas dan perlu
setelah Edukasi
beraktifitas menurun (16-20 5. Anjurkan melakukan
kali/menit) aktifitas secara bertahap
6. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)


Obsevasi
1. Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan.
2. Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang.
Terapeutik
3. Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
4. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan.

Edukasi
5. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
6. Anjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
8. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan

Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher.

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(Edisi 1). Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(Edisi 1.). Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
(Edisi 1.).Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai