Oleh:
RIYANTI IRAWAN
2214901070
( ) ( )
Sedangkan menurut Black (2020) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak
mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan
memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialysis peritoneal,
hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).
B. PATHWAY
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic
(DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis,
Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang
menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban
bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat
dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long).
B. Diagnosis
Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan
garam
2. Tinggikan kepala tempat tidur
30-40º
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urine <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
2. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
urine
3. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasai pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x8 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan pemenuhan 2. Identifikasi alergi dan
kebutuhan nutrisi pasien intoleransi makanan
tercukupi dengan 3. Identifikasi makanan yang
kriteria hasil: disukai
1. intake nutrisi tercukupi 4. Identifikasi perlunya
2. asupan makanan penggunaan selang
dan cairan nasogastrik
tercukupi 5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antimietik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Nausea Setelah dilakukan Manajemen
tindakan keperawatan Mual
selama 3x8 jam maka Observasi
nausea membaik dengan 1. Identifikasi pengalaman mual
kriteria hasil: 2. Identifikasi dampak mual
1. Nafsu makan terhadap kulitas hidup (mis.
membaik Nafsu makan, aktivitas,
2. Keluhan mual kinerja, tanggung jawab peran
menurun dan tidur)
3. Pucat membaik 3. Identifikasi faktor penyebab
4. Takikardia mual (mis. Pengobatan dan
membaik (60-100 prosedur)
kali/menit) 4. Identifikasi antiemetik untuk
mencegah mual
5. Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
6. Monitor asupan nutrisi
dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab (mis.
Bau tak sedap, suara, dan
rangsangan visual yang
tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
3. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau dan
tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
3. Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
yang di prioritaskan. Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor- keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al.,
2018)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus
terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi
atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2018). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika