Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA CKD (CONGESTIVE KIDNEY DIESEASE)

Oleh:
Sri Sukmaningsih,S.Kep
NIM.

Dosen Pembimbing :
Ns. Mizwar Taufik Firmansyah,S.Kep,M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA
TAHUN 2023
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi
melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa
(Abdul, 2015)

Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai
karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan
berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam
waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).

B. Etiologi
Menurut Prabowo (2014) Gagal Ginjal kronis sering menjadi penyakit kompliksi dari
penyakit lainya, sehingga merupakan penyakit sekunder atau secondary illness. Penyebab
yang sering ditemukan adalah hipertensi dan diabetes militus. Selain itu, ada beberapa
penyebab lain gagal ginjal kronis seperti :
1. Penyakit glomerular kronis ( glomerulonephritis)
2. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
4. Peyakit vaskuler (renal nephrosclerosis)
5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
6. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
7. Obat-obatan nefrotik (aminoglikosida)
C. Tanda dan Gejala
Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009) :
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga
25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nokturia, GFR
10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat
diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia,
mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic
frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang
dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

D. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik


Menurut wijaya dan putri (2013) dalam buku keperawatan medical bedah , gagal ginjal
kronik dibagi menjadi 3 stadium :
1. Stadium 1
Pada stadium 1, didapati ciri yaitu menurunnya cadangan ginjal, pada stadium ini
kadar kreatinin serum berbeda pada nilai normal dengan kehilangan fungsi nefron 40
sampe 75%. Pasien biasanya tidak menunjukkan gejala khusus, karena sisa nefron
yang tidak rusak masih dapat melakukan fungsi-fungsi ginjal secara normal.
2. Stadium 2
Pada stadium 2 terjadi insufisiensi ginjal, dima lebih dari 75% jaringan telah rusak,
Blood urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin serum meningkat akibat ginjal kehilangan
kemampuannya untuk memekatkan urin dan terjadi azotemia.
3. Stadium 3
Gagal ginjal stadium 3, atau lebih dikenal dengan gagal ginjal stadium akhir. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN (bood Urea Nitrogen) akan meningkat
dan menyolok sekali sebagai respon terhadap GFR (Glomerulo Filtration Rate) yang
mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen
darah dan elektrolit sehingga pasien diindikasikan untuk menjalani terapi dialysis atau
bahkan perlu dilakukantransplantasi ginjal.
E. Patofisiologi
Kondisi gagal ginjal disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu pre renal, renal dan post
renal. Pre renal berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah ke ginjal mengalami
penurunan. Kondisis ini dipicu oleh hypovolemia, vasokontriksi dan penurunan cardiac
output. Dengan adanya kondisi ini maka GRF (Glomerular Filtation Rate) akan
mengalami penurunan dan meningkatnya reabsorbsi tubular. Untuk faktor renal berkaitan
dengan adanya kerusakan pada jaringan parenkin ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh
trauma maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu sendiri. Sedangkan faktor post renal
berkaitan dengan adanya obstruksi pada saluran kemih, sehingga akan timbul stagnasi
bahkan adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan demikian beban tahanan/resistensi
ginjal akan meningkat dan akhirna mengalami kegagalan (Prabowo & Pranata, 2014).

F. Padway
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah
komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :
a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan mesin dialiser
yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar dari
tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan
dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan
khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan
kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan
setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
b. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan
menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
2. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada
keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila
ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
3. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq
natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
4. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan. Mengurangi
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
5. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

H. Pemeriksaan
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa
gagal ginjal kronis :
1. Biokimiawi Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan keratin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah dengan
analisa creatinine clearance (klirens kreatinin).
2. Urinalisasi Dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi ginjal atau perdarahan
aktif akibat infamasi pada jaringan ginjal.
3. Ultrasonografi Ginjal Memberikan informasi yang mendukung menegakkan diagnosis
gagal ginjal (Prabowo & Pranata, 2014).
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu dalam
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 :
Kinta, 2012).
1. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan
pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
4. Aktifitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau
samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
5. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina), hipertensi,
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
6. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan, menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
7. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat, oliguria.
8. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap
akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
9. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa
terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah,
gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
10. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhatihati/distraksi,
gelisah.
11. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak, takipnea,
dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum encer (edema
paru).
12. KeamanaN
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia
dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih
rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, keterbatasan
gerak sendi
13. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
14. Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
15. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin, contoh
obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif . diagnosis negatif menunjukkan bahwa
pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis
ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,
pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis
Resiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan
dapat mencapai kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan
Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015)

Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala.
Pada diagnosis resiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki faktor
resiko.

Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa


keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1. Hipervolemia
2. Defisit nutrisi
3. Nausea
4. Gangguan integritas kulit/jaringan
5. Gangguan pertukaran gas
6. Intoleransi aktivitas
7. Resiko penurunan curah jantung
8. Perfusi perifer tidak efektif
9. Nyeri akut

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT SDKI, SIKI, DAN SLKI


Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga, dan orang
terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami pasien. Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting,
diantaranya sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dan tim kesehatan lainnya,
meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi pasien, serta
mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.
Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat orioritas urutan diagnoa
keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan
intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
(SDKI) Indonesia (SLKI) Indonesia
(SIKI)
1 Hipervolemi (D.0022) Keseimbangan Cairan Manajemen hipervolemi (I.03114)
(L.03020) Observasi
Definisi: 1. Periksa tanda dan gejala
Peningkatan volume cairan Ekspektasi : meningkat hypervolemia
intravaskular, interstisial, 2. Identifikasi penyebab
dan/atau intraselular. Kriteria hasil : hypervolemia
1. Asupan cairan meningkat 3. Monitor status hemodinamik
Penyebab : 2. Haluaran urin meningkat 4. Monitor intake dan output cairan
1. Gangguan mekanisme 3. Kelembaban membran 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
regulasi mukosa meningkat 6. Monitor tanda peningkatan
2. Kelebihan asupan cairan 4. Asupan makanan meningkat tekanan onkotik plasma
3. Kelebihan asupan natruim 5. Edema menurun
7. Monitor kecepatan infus secara
4. Gangguan aliran balik 6. Dehidrasi menurun
ketat
vena 7. Asites menurun
8. Monitor efek samping diuretic
5. Efek agen farmakologis 8. Konfusi menurun
9. Tekanan darah membaik
Terapeutik
Gejala dan tanda mayor : 10. Denyut nadi radial membaik
1. Timbang berat badan setiap hari
Subjektif 11. Tekanan arteri ratarata
pada waktu yang sama
1. Ortopnea membaik
2. Batasi asupan cairan dan garam
2. Dyspnea 12. Membran mukosa membaik
3. Tinggikan keoala tempat tidur
3. Paroxysmal nocturnal 13. Mata cekung membaik
30-40°
dyspnea 14. Turgor kulit membaik
15. Berat badan membaik
Edukasi
Objektif
1. Anjurkan melapor jika haluaran
1. Edema anasarka dan/atau
urine 1 kg dalam sehari
edema perifer
2. Ajarkan cara mengukur dan
2. Berat badan meningkat
mencatat asupan dan haluaran
dalam waktu singkat
cairan
3. JVP atau CVP
4. Reflek hepatojugular
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
positif
Gejala dan Tanda Minor : Kolaborasi
Subjektif : 1. Kolaborasi pemberian diuretic
(tidak tersedia) 2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat diuretic
Objektif 3. Kolaborasi pemberian CRRT,
1. Distensi vena jugularis bila perlu
2. Terdengar suara nafas
tambahan Pemantauan cairan (I03121)
3. Hepaotomegali Observasi
4. Kadar Hb/Ht turun 1. Monitor rekuensi dan kekuatan
5. Oliguria nadi
6. Intake lebih banyak dari 2. Monitor frekuensi napas
output
3. Monitor tekanan darah
7. Kongesti paru
4. Monitor berat badanmonitor
waktu pengisian kapiler
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor jumlah, warna dan berat
jenis urine
7. Monitor kadar albumin dan
protein total
8. Monitor hasil pemeriksaan urine
9. Monitor intake dan output cairan
10. Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia
11. Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan

Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056)
Ekspektasi : meningkat Observasi
Definisi : 1. Identifikasi gangguan fungsi
Ketidakcukupan energi untuk Kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
melakukan aktivitas sehari- 1. Frekuensi nadi meningkat kelelahan
hari 2. Saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
3. Kemudahan dalam emosional
Penyebab : melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Ketidakseimbangan seharihari meningkat 4. Monitor lokasi dan
antara suplai dan 4. Kecepatan berjalan ketidaknyamanan selama
kebutuhan oksigen meningkat melakukan aktivitas
2. Tirah baring 5. Jarak berjalan meningkat
3. Kelemahan 6. Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
4. Imobilitas meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
5. Gaya hidup monoton 7. Kekuatan tubuh bagian rendah stimulus (mis. cahaya,
bawah meningkat suara, kunjungan)
Gejala dan Tanda Mayor 8. Toleransi dalam menaiki 2. Lakukan latihan rentang gerak
Subjektif : tangga meningkat pasin dan/atau aktif
1. Mengeluh lelah 9. Keluhan lelah menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang
10. Dipsnea saat aktivitas menenangkan
Objektif : menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
1. Frekuensi jantung 11. Dipsnea setelah aktivitas tidur, jika tidak dapat berpindah
meningkat > 20% dari menurun atau berjalan
kondisi istirahat 12. Perasaan lemah menurun
13. Aritmia saat beraktivitas Edukasi
Gejala dan Tanda Minor menurun 1. Anjurkan tirah baring
Subjektif : 14. Aritmia setelah beraktivitas 2. Anjurkan melakukkan aktivitas
1. Dispepsia disaat atau menurun secara bertahap
setelah aktivitas 15. Sianosis menurun 3. Anjurkan menghubungi perawat
2. Merasa tidak nyaman 16. Warna kulit membaik jika tanda dan gejala kelelahan
setelah aktivitas 17. Tekanan darah membaik tidak berkurang
3. Merasa lemah 18. Frekuensi napas membaik 4. Ajarkan strategi koping untuk
19. EKG Iskemia membaik mengurangi kelelahan Kolaborasi
Objektif: 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Tekanan darah berubah > tentang cara meningkatkan
20% dari kondisi istirahat asupan makanan
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemik
4. Sianosis
3 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi Perifer L.02011 Perawatan Sirkulasi (I.02079)
(D.0009)
Ekspektasi : Meningkat Observasi
Definisi : 1. Periksa sirkulasi periver (mis.
Penurunan sirkulasi darah Kriteria Hasil: Nadi perifer, edema, pengisian
pada level kapiler yang dapat 1. Denyut nadi perifer kapiler, warna, suhu, ankle
mengganggu metabolism meningkat brachial index)
tubuh 2. Penyembuhan luka 2. Identifikasi faktor resiko
meningkat gangguan sirkulasi ( mis.
Penyebab : 3. Sensasi meningkat Diabetes, perokok, orang tua
1. Hiperglikemia 4. Warna kulit pucat menurun hipertensi dan kadar kolestrol
2. Penurunan konsentrasi 5. Edema perifer menurun tinggi)
HB 6. Nyeri ekstremitas menurun 3. Monitor panans, kemerahan,
3. Peningkatan tekanan 7. Parastesia menurun nyeri atau bengkak pada
darah 8. Kelemahan otot menurun ekstermitas
4. Kekurangan volume 9. Kram otot menurun
cairan 10. Bruit femoralis menurun Teraupetik
5. Penurunan aliran arteri 11. Nekrosis menurun 1. Hindari pemasangan infus atau
dan/vena 12. Pengisian kapiler membaik pengambilan darah di daerah
6. Kurang terpapar 13. Akral membaik keterbatasan perfusi
informasi tentang factor 14. Turgor kulit membaik 2. Hindari pengukuran tekanan
pemberat 15. Tekanan darah sistolik darah pada ekstermitas dengan
7. Kurang terpapar tentang membaik keterbatasan perfusi
proses penyakit 16. Tekanan darah diastolik 3. Hindari penekanan dan
8. Kurang aktivitas fisik membaik pemasangan tourniquet pada area
17. Tekanan arteri rata-rata yang cidera
Gejala dan Tanda Mayor membaik 4. Lakukan pencegahan infeksi
Subjektif : 18. Indeks anklebrachial 5. Lakukan perawatan kaki dan
(Tidak tersedia) membaik kuku

Objektif : Edukasi
1. Pengisian kapiler >3 1. Anjurkan berhenti merokok
detik 2. Anjurkan berolah raga rutin
2. Nadi perifer menurun 3. Anjurkan mengecek air mandi
atau tidak teraba untuk menghindari kulit terbakar
3. Akral teraba dingin 4. Anjurkan minum obat pengontrol
4. Warna kulit pucat tekanan darah, antikoagulan,dan
5. Turgor kulit menurun penurun kolestrol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrl
Gejala dan Tnda Minor tekanan darah secara teratur
Subjektif : 6. Anjurkan menggunakan obat
1. Parastesia penyekat beta
2. Nyeri ekstremitas 7. Ajarkan program diet untuk
(klaudikasi inetrmiten) memperbaiki sirkulasi ( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
Objektif : ikam omega
1. Edema 8. Informasikan tanda dan gejala
2. Penyembuhan luka darurat yang harus dilaporkan
lambat (mis. Raasa sakit yang tidak
3. Indeks ankle-brachial hilang saat istirahat, luka tidak
<0,90 sembuh, hilangnya rasa)
4. Bruit femoral

D. IMPLEMENTAS
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap respon pasien pada
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses atau promotif dilakukan
setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola
pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak
teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien
BAB III
ARTIKEL PENELITIAN TERKAIT
DAFTAR PUSTAKA

Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep,M.Kes. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta.

Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

Corwin. EJ 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta

Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan Hemodialisa
di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas

Guswanti.(2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan


Hemodialisa Di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda..
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keprawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP

PPNI. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika

Smeltzer & Bare. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing volume 1). Philladelphia:
Lippincott Williams 7 Wilkins.

Toto, Abdul.(2015). Asuhan Keperawatan Pada Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info
Media

Wijaya & putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Askep. Yogyakarta. Nuha Medika. Cetakan Pertama.

Setiadi.(2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Nurlina.2018. Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y dengan Gagal Ginjal
kronik (GGK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang
Hemodialisa RSUD Labuang Baji Makasar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar Vol. 9 No 02 2018

Anda mungkin juga menyukai