Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK (CKD)

Oleh:
Muthia Helmi, S.Kep
2314901046

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
T.A. 2022/2023
A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma,
2017).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,
serta asam basa (Abdul, 2016),
Sedangkan menurut Black (2020) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai
karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan mmemerlukan pengobatan
berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam
waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).
Penyakit ginjal cronis didefinisikan sebagai kerusakan fungsi ginjal yang terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural maupun fungsional ginjal dengan atau
tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi kelainan patologis
atau terdapat tanda2 kelainan ginjal, termasuk dalam kelainan komposisi kimia darah,
urine atau kelainan radiologis (Bare, 2019).
B. PATHWAY

Pathway Gagal Ginjal Kronik


(Sumber: Brunner&Sudart, 2017 dan SDKI, 2018)
C. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic
(DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis,
Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang
menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban
bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat
dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat
ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2018)
D. ETIOLOGI
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik
ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah Aterosklerosis
pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh
darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang
disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan oleh
penebalan, hilangnya elastistisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatkan
penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius
bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh
endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi
uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.
E. Tanda dan Gejala
Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2019):
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang
sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,
kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan
biokimia dan gejala yang komplek.
F. PENATALAKSAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :
(1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan mesin dialiser
yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar dari
tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan
dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu
cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah
dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
(2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan
membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
a) Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah
jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
b) Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian
mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian
gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi
coroner.
c) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq
natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat
diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
d) Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati
karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
e) Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu dalam
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan (Smeltezer and Bare, 2018 :
Kinta, 2017).
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
4. Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan
pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
5. Aktifitas/istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau
samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
6. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina), hipertensi,
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
7. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes,
8. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa
terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas
bawah, gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis
9. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati- hati/distraksi,
gelisah.
10. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak, takipnea,
dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum encer (edema
paru).
11. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur
tulang, keterbatasan gerak sendi
12. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
13. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
14. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic)
15. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tandatanda vital
seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
b) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
1) Kepala
Rambut, rambut berserabut, kusam, kusut, kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi.
2) Muka/ Wajah
- Simetris atau tidak?
- Apakah ada nyeri tekan? penampilan berminyak, diskolorasi bersisik,
- bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar
pada kulit Sekitar hidung dan mulut
3) Mata
Apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
4) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
5) Hidung
- Apakah ada pernapasan cuping hidung?
- Adakah nyeri tekan?
- Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah
7) Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda infeksi faring,
cairan eksudat?
9) Leher
- Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid?
- Adakah pembesaran vena jugularis?
10) Thorax
- Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale?
- Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
- Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
11) Jantung
- Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
- Adakah bunyi tambahan?
- Adakah bradicardi atau tachycardia?
12) Abdomen
- Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
- Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?
- Adakah tanda meteorismus?
- Adakah pembesaran lien dan hepar?
13) Kulit
- Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
- Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
14) Ekstremitas
- Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstermitas?
15) Genetalia
- Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
- Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
B. Diagnosis
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2017 dan SDKI, 2018):
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Nausea
4) Gangguan integritas kulit/jaringan
5) Gangguan pertukaran gas
6) Intoleransi aktivitas
7) Resiko penurunan curah jantung
8) Perfusi perifer tidak efektif
9) Nyeri akut
C. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal
Kronik (sumber: SIKI, 2018).
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen
tindakan keperawatan Hipervolemia
selama 3x8 jam maka Observasi:
hipervolemia meningkat 1. Periksa tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: hipervolemia (edema,
1. Asupan dispnea, suara napas
cairan tambahan)
meningkat 2. Monitor intake dan output
2. Haluaran urin cairan
meningkat 3. Monitor jumlah dan warna urin
3. Edema menurun Terapeutik
4. Tekanan darah 4. Batasi asupan cairan dan garam
membaik 5. Tinggikan kepala tempat tidur
5. Turgor kulit membaik Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
9. Kolaborasi pemberian
continuous renal replecement
therapy
(CRRT), jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x8 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan pemenuhan 2. Identifikasi makanan yang
kebutuhan nutrisi pasien disukai
tercukupi dengan kriteria 3. Monitor asupan makanan
hasil: 4. Monitor berat badan
1. intake nutrisi tercukupi Terapeutik
2.asupan makanan 5. Lakukan oral hygiene
dan cairan sebelum makan, jika perlu
tercukupi 6. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
9. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
11.Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan

. Nausea Setelah dilakukan Manajemen


tindakan keperawatan Mual Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Identifikasi pengalaman mual
nausea membaik dengan 2. Monitor mual (mis.
kriteria hasil: Frekuensi, durasi, dan
1. Nafsu makan membaik tingkat keparahan)
2. Keluhan mual Terapeutik
menurun 3. Kendalikan faktor
3. Pucat membaik lingkungan penyebab (mis.
4. Takikardia Bau tak sedap, suara, dan
membaik (60-100 rangsangan visual yang
kali/menit) tidak menyenangkan)
4. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Edukasi
5. Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
6. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan integritas
integritas tindakan keperawatan kulit Obsevasi
kulit selama 3x8 Identifikasi penyebab
jam diharapkan integritas gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan
1. kulit dapat terjaga dengan status nutrisi) Terapeutik
kriteria hasil: Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
1. Integritas kulit yang baik baring
bisa dipertahankan Lakukan pemijataan pada area
2. tulang, jika perlu
2. Perfusi jaringan baik Hindari produk berbahan dasar
3. Mampu melindungi kulit alkohol pada kulit kering
Bersihkan perineal dengan air
3.
hangat
dan mempertahankan Edukasi
kelembaban kulit Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion atau
4. serum) Anjurkan mandi dan
5 menggunakan sabun
. secukupnya Anjurkan minum
air yang cukup Anjurkan
menghindari terpapar suhu
. ekstrem
5. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan
pertukaran tindakan keperawatan respirasi Observasi
gas selama 3x8 jam 1. Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran irama, kedalaman dan upaya
gas tidak terganggu napas
dengak kriteria hasil: 2. Monitor pola napas
1. Tanda-tanda vital 3. Monitor saturasi oksigen
dalam rentang normal 4. Auskultasi bunyi napas
2. Tidak terdapat otot Terapeutik
bantu napas 5. Atur interval
3. Memlihara pemantauan respirasi sesuai
kebersihan paru dan kondisi pasien
bebas dari tanda- 6. Bersihkan sekret pada mulut
tanda distress dan hidung, jika perlu
pernapasan 7. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
11. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
6. Intoleran Setelah dilakukan Manajemen
si tindakan keperawatan Energi Observasi
Aktivitas selama 3x8 jam 1. Monitor kelelahan fisik
toleransi aktivitas 2. Monitor pola dan jam tidur
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil: 3. Lakukan latihan rentang
1. Keluhan lelah gerak pasif/aktif
menurun 4. Libatkan keluarga dalam
2. Saturasi oksigen melakukan aktifitas, jika
dalam rentang perlu
normal (95%- Edukasi
100%) 5. Anjurkan melakukan
3. Frekuensi nadi aktifitas secara bertahap
dalam rentang 6. Anjurkan keluarga untuk
normal (60-100 memberikan penguatan
kali/menit) positif
4. Dispnea saat Kolaborasi
beraktifitas dan
setelah beraktifitas 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun (16-20 tentang cara meningkatkan
kali/menit) asupan makanan
7. Resiko Setelah dilakukan Perawatan
penurunan asuhan keperawatan Jantung
curah jantung selama 3x8 jam Observasi:
diharapkan penurunan 1. Identifikasi tanda dan gejala
curah jantung meningkat primer penurunan curah
dengan kriteria hasil: jantung (mis. Dispnea,
1. Kekuatan nadi kelelahan)
perifer meningkat 2. Monitor tekanan darah
2. Tekanan darah 3. Monitor saturasi oksigen
membaik 100-130/60- Terapeutik:
90 mmHg 4. Posisikan semi-fowler
3. Lelah menurun atau fowler
5. Berikan terapi oksigen
4. Dispnea menurun Edukasi
dengan frekuensi 16- 6. Ajarkan teknik relaksasi
24 x/menit napas dalam
7. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
Kolaborasi
8. kolaborasi pemberian
antiaritmia,
jika perlu
8. Perfusi Setelah dilakukan Perawatan
perifer tidak tindakan perawatan sirkulasi
efektif selama 3x8 jam maka Observasi
perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan (mis. Nadi perifer, edema,
kriteria hasil: pengisian kapiler, warna,
1. denyut nadi suhu)
perifer 2. Monitor perubahan kulit
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
2. Warna kulit nyeri atau bengkak
pucat menurun 4. Identifikasi faktor
3. Kelemahan risiko gangguan
otot menurun sirkulasi
4. Pengisian Terapeutik
kapiler 5. Hindari pemasangan infus
membaik atau pengambilan darah di
5. Akral membaik area keterbatasan perfusi
6. Turgor kulit membaik 6. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
7. Lakukan pencegahan infeksi
8. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
9. Anjurkan berhenti
merokok 10.Anjurkan
berolahraga rutin
11.Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar
12.Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
Kolaborasi
13.Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
9. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen
tindakan keperawatan Nyeri Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Identifikasi factor pencetus
tautan nyeri meningkat dan pereda nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kualitas nyeri
1. Melaporkan nyeri 3. Monitor lokasi dan
terkontrol penyebaran nyeri
meningkat 4. Monitor intensitas nyeri
2. Kemampuan dengan menggunakan skala
mengenali onset 5. Monitor durasi dan
nyeri meningkat frekuensi nyeri
3. Kemampuan Teraupetik
menggunakan 6. Ajarkan Teknik
teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis untuk mengurangi
meningkat rasa nyeri
4. Keluhan nyeri 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
penggunaan Edukasi
analgesik menurun 8. Anjurkan memonitor
5. Meringis menurun nyeri secara mandiri
6. Frekuensi 9. Anjurkan
nadi menggunakan
membaik analgetik secara tepat
7. Pola nafas membaik Kolaborasi
8. Tekanan 10. Kolaborasi pemberian
darah obat analgetik
membaik

D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang di prioritaskan.
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2018)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap
respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses
atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul
masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2018). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Asmadi. (2019). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG
Black, J & Hawks, J. (2020). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Kinta, (2017). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal
Ginjal Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November 2018
Kozier, Barbara (2018). Fundamentals of Canadian Nursing: Concepts, Process and
Practice, edisi2. Pearson Education Canada
Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2010). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer & Bare. (2018). Textbook of Medical Surgical Nursing volume 1).
Philladelphia: Lippincott Williams 7 Wilkins.
Toto, Abdul.(2015). Asuhan Keperawatan Pada Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info
Media
Yuliana, Lina. (2018). Karya Tulis Ilmiah Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang
Discharge Planning Pasien Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Diakses
pada tanggal 02 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai