Pada Tn. Z dengan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) di ruang ICU RSUD SLG
Kediri
OLEH:
Meri
(193210019)
JOMBANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut
(Lyndon Saputra, 2020)
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,
elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2020)
Sedangkan menurut Black (2019) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak
mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan
pengobatan berupa, trensplantasi ginjal, dialysisperitoneal, hemodialysis dan rawat
jalan dalam waktu yang lama (Lyndon Saputra ,2021)
B. Klasifikasi
Pada tahun 2002, KDOQI menerbitkan klasifikasi tahapan penyakit gagal ginjal
kronis, sebagai berikut:
1. Tahap 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (> 90 mL/min/1.73
m2)
2. Tahap 2: penurunan ringan pada GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
3. Tahap 3: penurunan moderat pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
4. Tahap 4: penurunan berat pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
5. Tahap 5: Gagal ginjal (GFR <15 mL/min/1.73 m2 atau dialisis)
Pada tahap 1 dan tahap 2 penyakit ginjal kronis, GFR saja tidak dapat dilakukan
diagnosis. Tanda lain dari kerusakan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah
atau urin atau kelainan pada studi pencitraan, juga harus ada dalam menetapkan diagnosis
tahap 1 dan tahap 2 penyakit ginjal kronis.
Pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium 1-3 umumnya asimtomatik, manifestasi
klinis biasanya muncul dalam tahap 4-5. Diagnosis dini, pengobatan dan penyebab atau
institusi tindakan pencegahan sekunder sangat penting pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis. Hal ini dapat menunda, atau menghentikan kemungkinan atau kemajuan gagal
ginjal. Perawatan medis pasien dengan penyakit ginjal kronis harus fokus pada hal-hal
berikut:
1. Menunda atau menghentikan perkembangan penyakit ginjal kronis.
2. Mengobati manifestasi patologis dari penyakit ginjal kronis.
3. Perencanaan yang tepat untuk terapi jangka panjang pengganti ginjal.
(PPNI, 2019)
C. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasiglomerulus
atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Ni Komang. A,M (2020):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik
ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah Aterosklerosis
pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratikprogresif pada pembuluh
darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu ataulebih artieri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi
yang disebabkan oleh hipertensi lamayang tidak di obati, dikarakteristikkan oleh
penebalan, hilangnya elastistisitassystem, perubahan darah ginjal mengakibatkan
penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascendendari traktus urinarius
bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut
dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan
oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logamberat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi keturunan
yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan di dalam
ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat konginetal
(hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.
D. Patofisiologi
E. Tanda dan gejala
Menurut perjalanan klinisnya (Lyndon Saputra (2021):
(1) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga
25% dari normal.
(2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nokturia, GFR
10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat
diatas normal.
(3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,letargi, anoreksia,
mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,neuropati perifer, pruritus, uremic
frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang
dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan
terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Laboraturium
1.Kadar BUN (normal : 5-25 ml/dL)2, Kreatini serum (normal: 0,5-1,5mg/dL; 45-
132,5 ᶙmol/L[unit SI] )2, Natrium ( normal : serum : 135-145 mmol/L; Urine : 40-220
mEq/L/24 jam), dan kalium ( normal: 3,5-5,0 mEq/L ; 3-5,0 mmol/L [unit SI])
2meningkat.
2.Analisa gas darah arteri menunjukan penurunan Ph arteri (normal :7,35-7,45)2 dan
kadar birkarbonat (normal : 24-28 mEq/L)2
3.Kadar hematocrit (normal : wanita = 36-46%, o,36-0,46 [unita SI] dan hemoglobin
(normal : wanita = 12-16 g/dL : pria 13,5-18 g/dL rendah :masa hidup sel darah merah
berkurang.
4. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan
5. Sekresi aldosterone meningkat
6. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
7. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)(normal : 29-77mg/dL)
8. Analisa gas darah (AGD) menunjukan asidosis metabolic
9. Berat jenis urine (normal : 1,005-1,030) tetapi pada angka 1.010
10. Pasien mengalai proteinuria, glikosuria, dan urine ditemukan sedimentasi, leukosit,
sel darah merah dan kristal.
b. Pencitraan
Radiografi KUB, Urografi ekskrektorik, nefrotomografi, scan ginjal, dan arteriografi
ginjal, menujunkkan penurunan ukuran ginjal.
c. Prosedur diagnostic
Biopsy ginjal memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakityang
mendasari .EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopatimetabolic
d. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolitdan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2020) :
1) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dannatrium dapat
dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metodeterpi
yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuangzat-zat
sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi
kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu
untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama
ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
(1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan mesin
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah
dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun
melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus
untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan
kembalikedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salitdan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam
(2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah
tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh
mesin dialysis
2) Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan
menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia
juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia,
maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intakekalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada
infusiensi coroner.
4) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan
100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan
dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis.
5) Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harushati-
hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut: Hipertensi, Infeksi traktus urinarius, Obstruksi traktus urinarius, Gangguan
elektrolit dan Gangguan perfusi ke ginjal. Ni Komang. A.M (2020)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengapsorsikan nutrisi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
gagal ginjal.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tengtang kondisi,
pemeriksaan diagnostic, rencana tindakan dan prognosis
7. Ketidak aktifan perfusi jaringan berhubungan dengan penyakit kronis
8. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Managemen jalan napas
efektif 2x24 jam . Pola nafas (1.01011)
berhubungan membaik dengan kriteria Monitor pola nafas
dengan hambatan hasil: Monitor bunyi nafas
upaya nafas Pola Napas (L.01004) Monitor sputum
1. Ventilasi semenit (jumlah, warna, aroma)
meningkat Pertahankan kepatenan
2. Kapasitas vital jalan nafas dengan had-
meningkat titl dan chin-lift
3. Tekanan ekspirasi Posisikan semifowler
meningkat an fowler
4. Tekanan inspirasi
Berikan minum hangat
meningkat
Berikan fisioterapi
5. Dyspnea menurun
dada bila perlu
6. Penggunaan otot bantu
Lakukan pengisapan
napas menurun
lender kurang dari 15
7. Kedalaman napas
detik
membaik
Berikan oksigen jika
perlu
Anjurkan asupan cairan
2000mil/hari jika tidak
kontra indikasi
Ajarkan teknik batuk
efektif
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan 2x24 jamstatus nutrisi Identifikasi status nutrisi
dengan ketidak membaik dengan Identifikasi alergi dan
mampuan kriteriahasil: intoleransi makanan
mengapsorsikan Status Nutrisi (L.03030) Identifikasi makanan
nutrien 1. Porsi makanan yang di
habiskan yang disukai
2. Kekuatan otot menelan Identifikasi kebutuhan
3. Menyiapkan dan kalori dan jenisnutrien
menyimpan minuman Identifikasi perlunya
yang aman penggunaan
selangnasogatrik
Monitor asupan makan
Monitor berat badan
Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
Fasilitasi menentukan
pedoman diet
(Mis.Piramida
makanan)
Sajikan makanan secara
menarik dan suhuyang
sesuai
Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan pemberian
makan melalui
selangnasogatrik jika
asupan oral
dapatditoleransi
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelummakan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik) jika perlu.
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenisnutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka (1.14564) :
integritas kulit keperawatanselama 2x24 Monitor karakteristik
berhubungan jam didapatkan luka
dengan pruritus PenyembuhanLuka Monitor tanda-tanda
sekunder (L.14130) adekuat dengan infeksi
terhadapgagal kriteriahasil : Lepaskan balutan dan
ginjal. 1. Penyatuan kulit (4) plester secara perlahan
2. Penyatuan tepi luka (4) Bersihkan dengan cairan
3. Jaringan granulasi (4) NaCl
ii. 4 = cukup meningkat Berikan salep yang
4. Edema pada sisi luka (4) sesuai
5. Peradangan luka (4) Pertahankan teknik steril
6. Nyeri (4) saat melakukan
iii. 4 = cukup menurun perawatan luka
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Kolaborasi pemberian
antibiotik
4 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemi
cairan keperawatan selama 2x24 (l.03114) :
jam didapatkan Periksa tanda dan
Keseimbangan Cairan gejala vipervolemia
(L.05020) adekuat dengan Monitor status
kriteriahasil : hemodinamik
1. Asupan cairan (4) Monitor intake dan
2. Keluaran urin (4) output cairan
3. Edema (4) Monitor tanda
4. Turgor kulit (4) hemokonsentrasi
Monitor evek samping
diuretic
Batasi asupan cairan
dan garam
5 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (l.05178)
aktivitas keperawatan selama 2x24 Identifikasi gangguan
berhubungan jam didapatkan fungsi tubuh yang
dengan ketidak Toleransi Aktivitas mengakibatkan
seimbangan antara ( L.05047) kelelahan
suplai dan 1. Saturasi oksigen (4) Monitor kelelahan fisik
kebutuhan oksigen 2. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas Monitor lokasi dan
sehari-hari (4) ketidaknyamanan
3. Warna kulit (4) selama melakukan
4. Tekanan darah (4) aktivitas
5. Frekuensi napas (4) Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkat asupan
makanan
6. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (1.09314) :
berhubungan keperawatan selama 2x24 Monitor tanda-tanda
dengan akan jam didapatkan Tingkat ansietas (verbal dannon
dilaksanakan Ansietas (L.09093) adekuat verbal)
operasi dengan kriteriahasil : Ciptakan suasana
1. Perilaku gelisah (4) terapeutik
2. Perilaku tegang (4) untukmenumbuhkan
3. Frekuensi pernafasan kepercayaan
(4) Jelaskan prosedur,
4. Frekuensi nadi (4) termasuk sensasi
5. Tekanan darah (4) yangakan dialami
iv. 4 = cukup menurun Informasikan secara
factual
mengenaidiagnosis,
pengobatan dan
prognosis
Latih teknik relaksasi
Kolaorasi pemberian
obat antiansietas
4. Implementasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia (2021). Buku Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Ni Komang. A.M (2020). Asuhan keperawatan medical bedah pada Tn. A dengan chronic
kidney disease(CKD) di ruangan Komodo RSUD. PROF.DR.W.Z. Johanes Kupang .
Politenik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Nanda International, (2021). Diagnosa keperawatan :definisi dan klasifikasi 2019-2020 (10th
ed). Jakarta: ECG
Pricilia Lemone RN, Karen M, Genere Bauldoff, (2020), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed5. Vol 3.Jakarta : EGC
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia