Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MILITUS

OLEH:
ACH ARIFIN 193210002

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2023
KONSEP DASAR

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Diabetes mellitus ialah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan
Suddarth, dalam Yadi, 2018).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, dalam Yadi, 2018).
Diabetes mellitus adalah penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. (Mary, 2014).

2. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain
yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

3. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor
– faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma
tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah \ke kaki.
4. Pathway
Penyakit autoimun Obesitas, Gaya hidup, Usia, Riwayat Keluarga DM, Pola Makan

Insufisiensi insulin Resistensi Insulin

DM TIPE I DM TIPE II

Glukosa intrasel Glukoneogenesis ↑ Penggunaan glukosa Pankreas berhenti


otot & hati ↓ memproduksi insulin
Proses pembuatan Peningkatan metabolisme
ATP terganggu protein dan lemak Produksi glukosa hati ↑ Hiperglikemia

Lemah Cadangan lemak


& protein Pembatasan diit Kurang pengetahuan Komplikasi mikrovaskuler

MK :
Intileransi Intake tidak adektuat Renopati Nefropati Neuropati
BB menurun
MK :
aktivitas Resiko ketidak
MK : stabilan kadar gula Parastesia, Sesibilitas
darah Nyeri, Suhu menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang
MK :
dari kebutuhan Risiko infeksi
5. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak
dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehngga untuk
mengeimbangi klien lebih banyak minum
c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai
ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya kan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha
mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM banyak
makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan
katarak.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis
Menurut Wijaya (2016), obat dalam terapi Diabetes Mellitus
sebagai berikut:
1) Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya
dibagi menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau
insulin secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas
terhadap insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa =
penghambat glukosidae alfa.
2) Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
lakta, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress
berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard
Akut, stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang
telah terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal
atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
hipoglikemia oral : dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara
bertahap, harus diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan
efek samping obat tertentu, bila memberikanya bersama obat lain,
pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder
terhadap obat hipoglikemia oral golongan lain, bila gagal, baru beralih
pada insulin, uasahakan agar harga obat terjangkau.
b. Non Farmakologis
Menurut Wijaya (2016), terapi non farmakologi yang dapat diberikan
yaitu :
1) Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah
sudah berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan,
rencana makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
2) Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar
glukosa darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga
mendorong sel-sel otot skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa
dari aliran darah. Dengan lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa
menghasilkan lebih banyak energi sehingga otot akan bisa tetap
bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko
penyakit jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang
bisa bermanfaat besar bagi pengidap diabetes.
3) Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan
produksi glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer
yang diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan
membaiknya sensitivitas insulin.
4) Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung
kebutuhan pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk
Diabetes Meitus tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori
biasanya 50 sampai 60% dari karbohidrat kompeks, 20% dari protein,
dan 30% dari lemak. Diet juga mencakup serabut vitamin, dan mineral.
Peencanaan diet terutama panting untuk anak-anak pengidap Diabetes
Melitus tipe 1 untuk mamasok kalori dan mineral yang adekuat untuk
menjamin perubahan yang optimal (Corwin, 2015).
5) Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan
sehari-hari baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya
(kualitas). Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi ataupun
alcohol.

8. Komplikasi
Ketika terlalu banyak gula menetap dalam aliran darah untuk waktu
yang lama, hal itu dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf, mata,  ginjal
dan sistem kardiovaskular. Komplikasi termasuk serangan jantung dan stroke,
infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat mengakibatkan
amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi seksual. Setelah 10-15
tahun dari waktu terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi Diabetes
meningkat tajam.

B. KONSEP KEPERERAWATAN
1. Pengkajian primer
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan
catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat
catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasiengastritis yaitu sebagai
berikut:

a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis.
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Anoreksia, mual muntah tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, Penurunan berat badan haus lapar terus
distensi abdomen, kulit kering bersisik, turgor jelek, bau
halitosis/manis.bau buah (nafas aseton)
b) Eliminasi
Poliuri, nocturia disura sulit berkemih, ISK baru atau berulang,
diare, nyer tekan abdomen, urin encer, pucat, kuning, atau berkabut
dan berbau bila ada infeksi, bising usus melemah atau turun,
c) Pola aktivitas / istirahat
Lemah, letih sulit bergerak/berjalan, kram otot tonus otot menurun
gangguan tidur dan istirahat, takkikardi dan takipnea letargi,
disorientasi, koma penurunan tonus otot
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Menurut Doengoes (2016), data dasar pengkajian pasien
gastritis meliputi:
1. Keadaan Umum
a) Tanda-tanda vital
Yang terdiri dari tekanan darah, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien DM bisa tinggi maupun
normal nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai koma
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala dan Muka
Kaji bentuk kepala keadaan rambut biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening,
b) Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2016)
c) Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi
bibir dan personal hygiene) (Sukarmin, 2016).
d) Abdomen
- Inspeksi: Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar
dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut
sampai dada sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi: Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi: Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi: Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat
nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena distruksi asam
lambung) (Doengoes, 2016)
e) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2015).

2. Daftar Diagnosa
e. Diagnosa
Menurut SDKI (2016), masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dengan diabetes melitus yaitu sebagai berikut :
a) Intoleransi aktivitas b/d kondisi fisiologis
b) Ketidakstabilan Kadar Gula Darah b/d disfungsi pankreas
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d faktor biologis
atau ketidak mampuan mengabsorpsi makanan
d) Risiko infeksi b/d komplikasi mikrovaskuler
3. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Ketidakstabilan Kadar KESTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA (I.03115)
Gula Darah (D.0027) (L.03022) Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
kestabilan kadar glukosa darah menigkat dengan 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
kriteria hasil : (mis. Penyakit kambuhan)
1. Lelah/lesu menurun 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
2. Mulut kering menurun 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia ( mis. Polyuria, polydipsia,
3. Rasa haus menurun polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
4. Kadar glukosa dalam darah membaik 5. Monitor intake dan output cairan
5. Kadar glukosa dalam urine membaik 6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
6. Jumlah urine membaik ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
3. tetap ada atau memburuk
4. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik

Edukasi
1. Anjarkan pengelolaan diabetes ( mis. Penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan, pengganti karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi Aktivitas TOLERASI AKTIVITAS (L.05047) TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
(D.0056) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam toleransi aktivitas menigkat dengan 1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
1. Frekuensi nadi meningkat 3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
meningkat 5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
3. Keluhan lelah menurun 6. Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap
4. Perasaan lemah menurun aktivitas
5. Tekanan darah membaik
Terapeutik
1. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
2. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
4. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika
sesuai
5. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
6. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
Defisit Nutrisi : kurang STATUS NUTRISI (L.03030) MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
dari kebutuhan (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam status nutrisimembaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Identifikasi makanan yang disukai
tujuan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Berat badan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi membaik 6. Monitor asupan makanan
4. Pengetahuan tentang pemilihan makanan dan 7. Monitor berat badan
minuman yang sesuai dengan diit meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)


2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda


nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlU

Risiko infeksi (D.0142) KONTROL RISIKO (L.14128) PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam diharapkan risiko infeksi menurun 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
1. Kemauan mencari informasi meningkat 3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan
2. Kemampuan mengindentifikasi meningkat kesehatan
3. Kemampuan mengontrol risiko infeksi
meningkat Terapeutik
1. Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
5. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
yang spesifik untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2014).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan
teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keprawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping (Gaffar, 2014).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua
yaitu evalusai hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan evalusi proses atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon pasien paada tujuan khusus dan umum yang telah
di tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan SOP.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah atau ada masalah
yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisa responden
pasien
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III)) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P. 2019. Standart Luaran Leperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Raharjo, M. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Diabetes
Melitus di Ruang Kirana Rumah Sakit Tk. Iii Dr. Soetarto Yogyakarta.
(daring), (http://repository.poltekkes-jogja.ac.id,pdf, diakses pada 4 Oktober
2021)
Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
Sujono & Sukarmin (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Il

Anda mungkin juga menyukai