I. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. ( Price and Wilson, 2000 )
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer and Bare,2000)
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau resistansi
insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. (Paramita, 2011
II. ETIOLOGI
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas
disebabkan oleh :
a.Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /
kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan
proses imun lainnya.
b.Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin .
Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a.Usia
b.Obesitas
c.Riwayat Keluarga
d.Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II disbanding dengan golongan
Afro-Amerika ( Smeltzer and Bare, 2000 )
III.KLASIFIKASI
1.Diabetes mellitus
-Gemuk
-Tidak gemuk
c.DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
-Penyakit pancreas
-Hormonal
-Kelainan reseptor
3.Diabetes Gestasional
(Suyono, et al 2001)
IV.PATHOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi glukosa yang melebihi
kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses
glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat
defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi.
3.Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke
dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4.Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah
dari pemecahan asam amino dan lemak
(Long ,1996 )
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi
hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan
diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Akibat
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa
haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan
(polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi
insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra
sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya
sangat tinggi ) ( Smeltzer and Bare, 2000 )
Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron
Perubahan persepsi
Gangguan fungsi penglihatan sensori perabaan
•Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan keadaan katabolis
•Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir, dan kekencangan
kulit buruk
•Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan selalu lapar,
padahal ia sudah makan sangat banyak
(Paramita, 2011)
•Gejala klasik :
Poliuri
Polidipsi
Polifagi
•Lemah
•Keputihan
(Suyono, et al 2001)
VI.KOMPLIKASI
1.Akut
a.Ketoasidosis diabetik
b.Hipoglikemi
d.Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti peningkatan rebound
pada pagi hari )
e.Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang
tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
a.Makroangiopati
Stroke
b.Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati
VII.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain lebih dari 200
mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
3.HbA1C
(Carpenito, 2011)
VIII.PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik
pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu
diet, latihan,
1.Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan DM.
d.Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan mengupayakan kadar glukosa darah
mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
2.Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar glikosa darah dan
mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi
darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3.Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan hipoglikemi serta
hiperglikemia.
4.Terapi
a.Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
-Sulfonaria
•Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
-Biguanid
Metformin 500 mg
5.Pendidikan kesehatan
a.Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat, pengenalan dan
pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
IX.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot
2.Sirkulasi ;
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia,
krekles
3.Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
4.Eliminasi ;
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya asites
5.Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa / karbohidrat
Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton ).
6.Neurosensori :
7.Nyeri / kenyamanan ;
8.Pernafasan ;
9.Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang
gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam) ,demam, diaphoresis
10.Seksualitas ;
A. PERENCANAAN
Kolaborasi Untuk
dengan dokter mencegah
jika terjadi terjadinya
tanda-tanda malnutrisi.
kekurangan
nutrisi
4. DP 4 NOC NIC
Setelah diberikan Catat Untuk
askep selama 3x… karakteristik mengetahui
jam diharapkan luka, tentukan karakteristik
integritas jaringan ukuran dan luka pasien.
kulit membaik kedalaman luka Perbedaan
dengan kriteria Catat
cairan secret
hasil : karakteristik
menentukan
Luka bersih cairan secret
tingkat infeksi.
terawat yang keluar Agar luka
Jaringan Bersihkan dan
terawat dan
nekrosis rawat luka
mempercepat
berkurang dengan NaCl
Luka mengecil proses
0,9 %, tampon
dalam ukuran penyembuhan
dan dressing
dan peningkatan
dengan kasa
granulasi Untuk menjaga
steril setiap hari
jaringan Ajarkan teknik kebersihan
5. DP 5 NOC NIC
Setelah diberikan Monitor tanda Untuk
askep selama 3x… dan gejala mengetahui
jam diharapkan infeksi sedini mungkin
factor risiko infeksi apabila terjadi
Gunakan teknik
tidak terjadi dengan infeksi
septic dan Dapat
kriteria hasil :
aseptic selama
Klien terbebas mencegah
perawatan luka terjadinya
dari tanda dan
Bersihkan
gejala infeksi infeksi
lingkungan Untuk
Status imun
pasien meminimalkan
dalam batas
Ajarkan pada
normal (jumlah resiko infeksi
pasien dan Pasien dan
leukosit dalam
keluarga tanda, keluarga akan
batas normal).
gejala, dan cara memahami
pencegahan tentang infeksi
infeksi dan upaya
Kolaborasi pencegahan
(Mosby, 2013)
LAPORAN PENDAHULUAN
NAMA :
PEMILLA PUISENA GUSMAN
173210334
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
TAHUN 2019