Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau

mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna

manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang

mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan

ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel

terhadap insulin (Corwin, 2016).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi &

Sukarmin, 2017). Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari

insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa. Diabetes Mellitus

adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang

berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2019).

4
5

2.1.2Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus menurut Sari (2015) yaitu sebagai

berikut :

a. Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes Melitus Tipe I ini pankreas benar-benar tidak

dapat menghasilkan insulin karena se-sel beta yang ada dalam

pankreas oleh virus atau autoimunitas. Jadi, antibodi yang ada

dalam tubuh manusia membunuh siapa saja yang tidak dikenalinya

termasuk zat-zat yang dihasilkan oleh tubuh dia anggap benda

asing termasuk zat-zat penghasil insulin maka dari itu Diabetes

Melitus Tipe I disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus).

b. Diabetes Melitus Tipe II

Ada 2 bentuk diabetes melitus tipe II yakni, mengalami

sekali kekurangan insulin dan yang ke-2 resitensi insulin. Pertama

berat badan cenderung normal, sedangkan yang ke-2 memiliki

berat badan besar atau gemuk. Diabetes melitus tipe II ini disebut

sebagai penyakit yang lama dan tenang karena gejalanya yang

tidak mendadak seperti tipe I, tipe II cenderung lambat dalam

pengeluaran gejala hingga banyak orang yang baru mengetahui

bahwa dirinya terdiagnosa berusia lebih dari 40 tahun. Gejala-

gejala yang timbul pun tidak terlalu nampak karena insulin di

anggap normal tetapi tidak dapat membuang glukosa kedalam sel-

sel sehingga obat-obatan yang diberikan ada 2 selain obat untuk


6

memperbaiki resistensi insulin juga ada obat yang merangsang

pankreas menghasilkan insulin.

c. Gastational Diabetes Mellitus(GDM)

Diabetes Melitus tipe ini menjangkit wanita setengah hamil.

Lebih sering menjakit dibulan 6. Resiko neonatal yang terjadi

keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem

nerves yang pusat, dan menjadi sebab bentuk cacat otot atau jika

GDM tidak bisa dikendalikan tidak normal yakni besar atau

disebutnya makrosomia yaitu berat badan bayi diatas 4 kg.

Pengendaliannya diabetes melitus harus mendapatkan pengawasan

semasa hamil, sekitar 20-25% dari wanita penderita GDM dapat

bertahan hidup.

2.1.3 Etiologi

Etiologi diabetes melitus menurut Tanda (2016) yaitu sebagai berikut :

a. Keturunan

Bila ada anggota keluarga terkena diabetes mellitus anda juga

beresiko menjadi pasien diabetes mellitus.

b. Ras atau etnis

Orang kulit hitam lebih mudah terkena penyakit diabetes

melitus dari pada kulit putih. Orang Asia juga punya resiko lebih

tinggi mengidap diabetes melitus.


7

c. Usia

Resiko terkena diabetes melitus akan meningkat dengan

bertambahnya usia. Terutama pada usia diatas 40 tahun.

d. Obesitas

Semakin banyak lemak menimbun diperut, semakin sulit

insulin bekerja, gula darah anda akan mudah naik.

e. Kurang gerak badan

Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena

diabetes melitus.

f. Kehamilan

Terkena diabetes melitus pada 2-5% dari wanita hamil.

g. Infeksi

Infeksi virus bisa menyerang pankreas, merusak sel pankreas

dan menimbulkan diabetes.

h. Stress

Stress menyebabkan hormon counter insulin (yang kerjanya

berlawanan dengan insulin) lebih aktif, glukos darah akan

meningkat.

i. Obat

Beberapa obat akan meningkatkan kadar gula darah.

Contohnya adalah : hormon steroid, beberapa obat anti hipertensi,


8

obat penurun kolesterol, obat tuberkulosa, obat asma, obat HIV

(pentamidine protease inhibitor), dan hormon teroid.

2.1.4 Patofisiologi dan Pathway

Patofisiologi menurut Subekti (2018) yaitu sebagai berikut :

Setiap makanan yang di santap akan berubah menjadi energi. Di

dalam lambung dan usus, makanan akan diuraikan termasuk menjadi

jenis gula yaitu glukosa. Organ pankreas dalam tubuh akan

menghasilkan insulin yang memecah gula dan mengalirkannya ke

dalam sel-sel tubuh. Kemudian, gula tersebut dapat diserap dengan baik

dalam tubuh dan dibakar untuk menghasilkan energi. Ketika seseorang

menderita diabetes maka pankreas orang tersebut tidak dapat

menghasilkan cukup insulin untuk menyerap gula yang diperoleh dari

makanan.

Hal inilah yang menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi

tinggi akibat timbunan gula dari makanan yang tidak dapat diserap

dengan baik dan dibakar menjadi energi. Penyebab lain adalah insulin

yang cacat atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin

denganbaik.Insulin adalah hormon yang dihasilkan pankreas yang

letaknya di samping lambung. Hormon ini melekatkan dirinya pada

reseptor-reseptor yang ada pada dinding sel. Insulin bertugas untuk

membuka reseptor pada dinding sel agar glukosa memasuki sel. Lalu

sel-sel tersebut mengubah glukosa menjadi energi yang diperlukan

tubuh untuk melakukan aktivitas, dengan kata lain, insulin membantu


9

menyalurkan gula ke dalam sel agar diubah menjadi energi. Maka

pankreas yang tidak berfungsi normal lagi akan menghasilkan jumlah

insulin yang tidak cukup, sehingga terjadi penimbunan gula dalam

darah dan inilah proses terjadinya penyakit diabetes


10

Pathway Diabetes Mellitus


Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

Kekurangan
volume
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Asidosis Trombosis


Kurang dari
kebutuhan

 Koma
 Kematian Aterosklerosis

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark diabetik
Stroke Gangren

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal
(Sumber Subekti 2018)
Resiko Injury
11

2.1.5 Manifestasi

Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Subekti (2018),

yaitu sebagai berikut :

a. Sering buang air kecil

b. Terus-menerus haus dan lapar

c. Berat badan menurun

d. Kelelahan

e. Penglihatan kabur

f. Infeksi pada kulit yang berulang

g. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni

h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun

i. Cepat lelah, kehilangan tenaga dan merasa tidak fit

j. Luka yang lama sembuh

k. Kaki terasa kebas, geli atau terasa terbakar

l. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita

m. Impotensi pada pria


12

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi diabetes melitus menurut Sari (2015) yaitu sebagai

berikut :

a. Komplikasi akut diabetes melitus

1) Hipoglikemia murni jika kadar glukosa darah kurang dari

50mg/dL

2) Reaksi hipoglikemia akibat menurunnya kadar glukosa darah

secara mendadak

3) Koma hipoglikemia akibat kadar glukosa darah yang sangat

rendah

4) Hipoglikemia relative jika gejala hipoglikemia terjadi 3-5 jam

setelah makan

5) Ketosidosis diabetik-komadiabetic

6) Koma hiperosmolernon ketotik (KHNK)

7) Koma lakto Asidosis

b. Komplikasi kronis diabetes mellitus

1) Bagian mata, kelainan lensa mata (katarak talentis), kelainan

retina (retinopati) dan gangguan saraf mata (neuropati).

2) Bagian mulut, kelainan gusi berupa radang (gingivitis) dan

kelainan jaringan ikat penyangga gigi berupa radang

(periodentitis).

3) Bagian jantung berupa gangguan saraf autonom jantung

(autonomic neuropatidiabetic).
13

4) Bagian uregenital berupa impotensi pada pria, tidak

berfungsinya saraf kandung kemih (diabetic neurogenic

vertical disfunction) dan penyakit ginjal (nefropatidiabetic).

5) Bagian saraf berupa gangguan saraf perifer, autonom dan

sentral

6) Bagian kulit berupa radang kulit (dermatitis) gangguan saraf

kulit dan gangren

2.2 Konsep Kadar Gula Darah

2.2.1 Pengertian

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang

tebentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen

di hati dan otot rangka. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel

manusia. Glukosa dibentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui

makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot. Gula darah

terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan

monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat

pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat

padasaat hamil dan laktasi. Sebagian besar karbohidrat yang dapat

dicerna di dalam makanan akan membentuk glukosa, yang kemudian

akan dialirkan kedalam darah, dan gula lain akan dirubah menjadi

glukosa dihati (Subekti, 2018).


14

2.2.2 Jenis-jenis Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Menurut Subekti 2018 jenis-jenis pemeriksaan kadar gula darah

diantaranya yaitu :

a. Jenis pemeriksaan gula darah

1) Glukosa darah puasa

Sebelum pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa 10 –

14 jam.

2) Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu

memperhatikan waktu terakhir pasien makan.

3) Glukosa darah 2 jam PP

Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena

makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar

disamakan dan juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2

jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama

menunggu pasien perlu duduk istirahat tenang dan tidak

melakukan kegiatan jasmani (berat) serta tidak merokok.

b. Metode pemeriksaan gula darah

1) Metode Kimia atau Reduksi

Prinsip: Proses Kondensasi dengan akromatik

amin dan asamasetat glacial pada suasana panas, sehingga

terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur


15

secara fotometris. Beberapa kelemahan / kekurangannya

adalah metode kimia ini memerlukan langkah

pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga

kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu

reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif.

2) Metode Enzimatik

a) Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)

Prinsip : Enzim glukosa oksidase menkatalisis

reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonolakton dan

hydrogen peroksida.

Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada

reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi pertama

spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa,

sedangkan reaksi kedua tidak spesifik, karena zat

yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil

pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat,

bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-

zat ini akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi

dengan hidrogen peroksida sehingga hasil

pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari

metode glukosa oksidase adalah karena murahnya

reagen dan hasil yang cukup memadai.


16

b) Metode Heksokinase

Prinsip: Heksokinase akan mengkatali

sreaksifosforilasi glukosa dengan ATP membentuk

glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu

glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalis

oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine

dinueleotide phosphate (NAPP+)

c) Reagen Kering (GlucoDR)

Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara

invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur kadar

glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening

pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat

dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena,

tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau

serum darah.

Prinsip : Tes strip menggunakan enzim

glukosaoksidase dan didasarkan pada teknologi

biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa,

tes strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah

utuh dari lokasi pengambilan/ tetesan darah kedalam

zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi

kemudian akan mengoksidasi glukosa didalam darah.

Intensitas arus electron terukur oleh alat dan terbaca

sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.


17

Pengendalian glukosa darah pada penderita DM dilihat

dari dua hal yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa darah jangka

panjang. Pemantauan glukosa darah sesaat dilihat dari glukosa

darah puasa dan 2 jam post prandial (PP), sedangkan

pengontrolan glukosa darah jangka panjang dapat dilakukan

dengan pemeriksaan HbA1c. pemeriksaan kadar HbA1c

mencerminkan rata-rata pengontrolan glukosa darah dalam 2-3

bulan terakhir. Tingginya kadar HbA1c berkorelasi positif

dengan terjadinya komplikasi DM, baik makro maupun

mikrovaskuler (Yuliana elin, 2019).

Saat ini banyak dipasarkan alat ukur kadar glukosa darah

yaitu Glukometer yang umumnya sederhana dan mudah dipakai.

Hasil pemeriksaan kadar gula darah memakai alat-alat tersebut

dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara

pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara

berkala, hasil pemantauan dengan alat glukometer perlu

dibandingkan dengan cara konvensional (Perkeni, 2015).

2.2.3 Penatalaksanaan
18

Penatalaksanaan menurunkan kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus menurut Maulana (2014) dan Hidayat (2016) yaitu

sebagai berikut :

a. Farmakologi

Upaya untuk mengendalikan diabetes melitus:

1) Periksa ke dokter sesuai jadwal/secara rutin

2) Minum obat sesuai petunjuk dokter

3) Obat hipoglikemik oral (OHO) : glipizid, gliburid,

tolburamid, klorpropamid (menurunkan kadar gula darah

dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas

dan meningkatkan efektivitasnya) dan metformin (tidak

mempengaruhi pelepasan insulin, tetapi meningkatkan

respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.

4) Pemeriksaan laboratorium untuk pengelolaan diabetes

mellitus

5) Pemeriksaan mikroalbumin : mendeteksi komplikasi

pada ginjal dan kardiovaskuler dengan pemeriksaan

nefropati diabetik, diagnosis nefropati diabetik (dengan

catatan tidak ditemukan penyebab albumin yang lain dan

mikro albuminuria)

(6) Pemeriksaan HbA1C atau A1C : dapat memperkirakan resiko

komplikasi akibat diabetes melitus


19

b. Non-Farmakologi

1) Olahraga teratur

2) Kontrol asupan karbohidrat

3) Tingkatkan asupan serat

4) Perbanyak minum air atau tetap terhidrasi

5) Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah

6) Kontrol porsi makan

7) Pantau kadar gula darah

2.2.4 KerangkaTeori

Faktor Ekstrinsik
Statusgizi
Polaistirahat
Aktivitasfisik
Emosi &stres
Asupannutrisi

Gula Darah
Diabetes Hipoglikemia
Melitus FaktorIntrinsiK Hiperglikemia
Usia
Jenis kelamin

Skema 2.1 Kerangka Konsep


(Subekti, 2018)

Anda mungkin juga menyukai