Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

(Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi masalah pada

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat

prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit

kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro,

2001).

Non Communicable Disease atau yang disebut juga dengan Penyakit

Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang berlangsung lama dan

bentuk dari hasil kombinasi faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan

perilaku. Berdasarkan data WHO tahun 2018 menunjukkan bahwa PTM setiap

tahunnya membunuh 41 juta orang atau sebesar 71% kematian di dunia.

Diabetes merupakan penyakit penyebab kematian keempat di dunia dengan

jumlah kematian sebesar 1,6 juta orang setiap tahunnya diikuti dengan

penyakit kardiovaskuler (17,9 juta), kanker (9,0 juta) dan penyakit pernafasan

(3,9 juta). Keempat kelompok penyakit ini mencangkup lebih dari 80% dari

semua kematian dini PTM (WHO, 2018).

1
2

Hari diabetes sedunia diperingati setiap tanggal 14 November, hal ini

memperlihatkan bahwa penyakit diabetes merupakan masalah global yang

terjadi di setiap negara, baik di negara maju ataupun di negara berkembang.

Secara global, pada tahun 2014 sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan

Diabetes Melitus (DM) atau sekitar 8,5% pada populasi orang dewasa. Angka

persentase kematian diabetes pada penderita usia Amerika Serikat, Brazil,

Rusia, dan Mexico pada tahun 2015. penderita. Sebanyak 90% prevalensi

penderita diabetes di dunia yaitu penderita Diabetes Melitus Tipe I2 (DMT2)

yang sebagian besar disebabkan oleh kelebihan berat badan dan kurangnya

aktivitas fisik. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memproyeksikan penyakit

diabetes akan menjadi salah satu penyebab kematian utama dikarenakan

jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa penderita DM di Indonesia

kecenderungan mengalami peningkatan yaitu dari 5,7% pada tahun 2007

meningkat menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013 dan kembali

meningkat menjadi 10,9% pada tahun 2018.

Proporsi penduduk ≥ 15 tahun dengan DM di Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 2013 sebesar 1,8% dan mengalami peningkatan menjadi 2,0%

pada tahun 2018. Sementara kasus DM di wilayah perkotaan Indonesia

mencapai 10,6% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Medan merupakan salah

satu kota dengan penyandang kasus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)

terbanyak yaitu sebesar 5,71% atau sebanyak 12.575 penderita yang tercatat

pada tahun 2019 (Dinkes, 2019). Sedangkan Prevalensi diabetes mellitus di


3

Aceh juga mengalami peningkatan. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018

menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus di Aceh tahun 2018

meningkat menjadi 2,5% (Riskesdas, 2018).

Diabetes mellitus apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat

buruk. Akibat yang akan terjadi dapat berupa kerusakan berbagai sistem tubuh

terutama syaraf dan pembuluh darah, yaitu meningkatkan resiko penyakit

jantung dan stroke, neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan

kejadian ulkus kaki, retinopati diabetikum, gagal ginjal dan risiko kematian

dua kali dibandingkan dengan bukan penderita DM. Untuk mencegah terjadi

komplikasi diperlukan pengendalian DM yang baik oleh penderita, salah

satunya dengan mengontrol gula darah dan menjaga tekanan darah tetap

stabil. (Sutrisno, 2016). Pengendalian/ pengontrolan gula darah dapat dicegah

dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi non-

farmakologi merupakan pengobatan hipertensi yang dilakukan dengan cara

menjalani pola hidup sehat yaitu diet rendah garam dan kolesterol,

menghentikan pemakaian zat yang membahayakan tubuh, istirahat yang

cukup, mengelola stres, aktivitas fisik (Fadilah & Suci, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putri Dafriani pengaruh rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar glukosa darah rata-rata

sebelum mengkonsumsi daun salam adalah 299,90 mg / dL sedangkan tingkat

glukosa darah rata-rata setelah mengkonsumsi daun salam 207,20 mg / dL.

Kadar glukosa darah pada kelompok kontrol 263,20 mg / dL. Setelah diuji
4

dengan T-test statistik independen diperoleh p value = 0,04 artinya ada

pengaruh penurunan kadar gula darah dengan terapi rebusan daun salam.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mereview “Terapi

nonfarmakologi untuk penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes

Mellitus”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana Terapi nonfarmakologi untuk penurunan

kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mereview

“Terapi nonfarmakologi untuk penurunan kadar gula darah pada pasien

Diabetes Mellitus”.

Anda mungkin juga menyukai