TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
2. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus yaitu sebagai berikut :
a. Usia
Pada usia 40, orang lebih mungkin terkena diabetes mellitus tipe 2.
Jika dibandingkan dengan orang yang berusia di bawah 40 tahun,
peluang terkena diabetes mellitus tipe 2 lima kali lebih tinggi pada usia
tersebut. Mayoritas penderita diabetes berusia antara 51 dan 60 tahun.
(Betteng, Pangemanan, 2014).
6
7
b. Genetik
Diabetes tipe 1 tidak diturunkan dari generasi ke generasi, namun
ada kecenderungan atau kecenderungan genetik untuk mengembangkan
penyakit ini. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada orang yang
memiliki tipe HLA tertentu (Human Leukocyte Antigen). Antigen yang
diproduksi oleh mekanisme imunologi yang berbeda (Rendy &
Margareth, 2019).
c. Obesitas
Obesitas merupakan faktor utama dalam diabetes tipe 2 dengan
peningkatan resistensi insulin.
d. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Disfungsi pankreas dapat disebabkan oleh kekurangan protein
kronis. Infeksi virus Coxsackie pada orang yang secara genetik rentan
terhadapnya. Hormon stres diproduksi sebagai respons terhadap stres
fisiologis dan emosional, yang meningkatkan kadar gula darah (kortisol,
epinefrin, glukagon, dan hormon pertumbuhan) (Simamora dan Antoni,
2018).
e. Gaya hidup
Merokok, kurang olahraga, kurang istitahat dan stress (Brunner &
Suddarth, 2014).
f. Hipertensi
Pada orang dewasa jika tekanan darah ≥130/85mmHg, kolesterol
HDL ≥35 mgdL, serta kadar trigliderida ≥250 mg/dl.
3. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2021, ada
empat tipe utama dari penyakit diabetes mellitus, yaitu DM tipe I, DM tipe
II, Diabetes tipe spesifik, dan DM tipe gestasional.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM atau Diabetes Mellitus
Tipe I
Hilangnya sel beta pankreas menyebabkan insufisiensi insulin pada
diabetes jenis ini. Meskipun sumber IDDM tidak diketahui, diduga
8
tertentu yang dibutuhkan oleh sel dan jaringan. Sel beta, salah satu dari
empat pulau sel Langerhans pankreas, mensekresi insulin. Diabetes
menghasilkan tiga gangguan metabolisme: penurunan pemanfaatan
glukosa, peningkatan mobilisasi lemak, dan peningkatan konsumsi protein
karena penurunan insulin atau kekurangan insulin. (Setiawan F., 2019).
Hiperglikemia adalah salah satu aspek diabetes yang paling
mengkhawatirkan. Sumbu HPA dan sistem saraf simpatis keduanya
diaktifkan dalam kecemasan (Tsenkova V et al. 2013 dalam Gea, 2020).
Aktivasi sistem saraf simpatik dapat memicu respons melawan atau lari.
Respon ini didasarkan pada adrenalin, yang diproduksi ke dalam aliran
darah oleh kelenjar adrenal untuk meningkatkan pencernaan glikogen
(Anxiety Care UK, 2014 dalam Gea, 2020). Glikogen diubah menjadi
karbohidrat selama proses glikogenesis. Karbohidrat ini berpotensi masuk
ke aliran darah dan menaikkan kadar glukosa darah.
10
5. Pathway
Adapun pathway terlampir dalam gambar berikut :
Defisiensi Insulin
Glukogenesis Hiperglikemi
a
Glycosuria
Lemak Protein
Osmotic Diuresis
Ketogenesis BUN ↑
↓pH Hemokonsentrasi
Makrovaskular Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Nefropati
Miokard Stroke Ulkus pada
Retinopati
infark ekstremitas
diabetik Gagal ginjal
bawah
Resiko injuri
Ansietas/Kecemasan
6. Manifestasi Klinis
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
Ini adalah kondisi di mana ginjal tidak dapat menyerap cukup gula
dari darah. Glukosa ini akan menyebabkan jaringan kehilangan air.
Akibatnya, frekuensi buang air kecil seseorang meningkat, dan dia
mengalami dehidrasi (Tarwoto et al, 2012).
b. Polidipsi (meningkatnya rasa haus)
Dehidrasi ekstraseluler dapat disebabkan oleh peningkatan
substansial dalam haluaran urin. Dehidrasi intraseluler terjadi setelah
ekstraseluler, karena air intraseluler berdifusi ke bawah dari sel menjadi
plasma hipertonik. Rasa haus dipicu oleh dehidrasi intraseluler, yang
meningkatkan pelepasan ADH (Anggit, 2017).
c. Polifagia (meningkatnya rasa lapar)
Ini adalah gangguan di mana tubulus ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa, mengakibatkan glukosuria. Ketika glukosa
dikeluarkan dalam urin, pasien mengembangkan keseimbangan protein
negatif, kehilangan berat badan, dan berisiko mengembangkan
polifaghia (Tarwoto et al, 2012).
d. Menurunnya Berat Badan
Jaringan otot dan lemak yang dikonsumsi harus dipecah untuk
memasok energi karena otot tidak menyerap cukup glukosa untuk
mengubahnya menjadi energy ( Tarwoto et al, 2012).
e. Luka yang sulit sembuh
Ketika kadar gula darah tinggi, bakteri atau jamur dapat dengan
mudah berkembang biak, menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh darah, aliran turbulen di kapiler yang mengganggu
penyembuhan luka, kerusakan saraf, dan luka persisten yang dapat
dirasakan oleh penderita diabetes. Abaikan ketidaknyamanan dan
biarkan bernanah (Tarwoto et al, 2012).
12
5) Merokok
Menurut (Halim, C. 2017), merokok dapat menyebabkan
masalah kardiovaskular dengan mempengaruhi ketebalan pembuluh
darah plasma (aterosklerosis).
b. Faktor resiko yang tidak bisa di modifikasi
1) Umur
Penurunan sistem tubuh, khususnya sistem endokrin,
dipengaruhi oleh variabel terkait usia. Resistensi insulin
berkembang seiring bertambahnya usia, mengakibatkan kadar gula
darah rendah, itulah sebabnya diabetes mellitus sangat umum.
2) Riwayat keluarga
Menurut silsilah keluarga, diabetes mellitus dapat menurun.
Hal ini disebabkan DNA penderita DM juga dilaporkan pada gen
berikut yang berhubungan dengan penurunan produksi insulin.
8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk meringankan gejala, mencapai
status gizi dan berat badan yang optimal, dan menghindari masalah. Secara
umum menurut PERKENI (2015), pengobatan dilakukan dengan cara:
a. Pengelolaan makan
Rendah kalori, lemak, lemak jenuh, dan serat, merupakan diet yang
dianjurkan. Jumlah kalori yang Anda konsumsi harus sesuai dengan
target berat badan Anda. Berdasarkan jumlah, jadwal, dan jenis 3J yang
akan dikonsumsi, dapat dilakukan perawatan gizi.
1) Jumlah, angka tersebut mengacu pada jumlah kalori yang
dibutuhkan perhari untuk kebutuhan energy.
IMT = BB(kg)/TB(m²)
5) Kelainan kardiovaskuar
Arteri darah dapat rusak oleh kadar gula darah yang tinggi,
sehingga mengurangi aliran darah ke tubuh, termasuk jantung.
Penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan
saluran darah adalah semua komplikasi yang mempengaruhi jantung
dan pembuluh darah (aterosklerosis).
B. Konsep Ansietas
1. Definisi Ansietas
Menurut NANDA (2018), Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman
atau ketidaknyamanan yang samar-samar yang menyertai respons otonom
(sumbernya umumnya tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); Ini
adalah indikator peringatan yang mengingatkan seseorang akan bahaya dan
memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan saat dihadapkan dengan
ancaman.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), keadaan emosional
serta pengalaman subjektif individu dengan mengantisipasi bahaya dan
objek yang tidak jelas dan konkret dapat memberdayakan orang untuk
mengambil tindakan untuk memerangi ancaman.
Perasaan emosional serta tidak nyaman di mana orang tersebut
meningkatkan tingkat kewaspadaan dengan antisipasi. Orang dengan
gangguan kecemasan umumnya tidak merasa bebas, gugup, cemas, gelisah,
tegang, dan risau. Perasaan tidak aman ini biasanya tidak nyaman, yang
kemudian menyebabkan atau menyertai dengan perubahan fisiologis dan
psikologis (Iin, 2018).
19
3. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik Ansietas menurut NANDA (2018), yaitu
sebagai berikut :
a. Tingkah Laku, seperti produktivitas menurun, was-was, memandang
singkat, tampak waspada, sulit tidur.
20
4. Klasifikasi Ansietas
Menurut (Stuart, 2013), tingkatan ansietas terdiri dari :
a. Mild Anxiety
Kecemasan ringan berkaitan dengan stres sehari-hari. Akibat
kekhawatirannya, individu menjadi lebih waspada dan memperluas
bidang persepsinya. Kecemasan dapat digunakan untuk mendorong
pembelajaran, serta untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi.
Berikut ini adalah reaksi terhadap kecemasan ringan:
1. Reaksi Fisik, meliputi ketegangan otot ringan, kesadaran
lingkungan, santai atau sedikit gelisah, waspada, dan waspada
2. Reaksi Kognitif, meliputi lapang persepsi luas, nampak tentram,
waspada dan memperhatikan banyak hal.
3. Reaksi Emotional, meliputi perbuatan spontan, tidak sadar sedikit,
kegiatan memisahkan diri, sunyi.
b. Moderate Anxiety
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk fokus pada apa
yang penting sementara mengesampingkan orang lain, memungkinkan
mereka untuk membuat keputusan yang lebih selektif sambil bertindak
lebih sadar.
21
b. Faktor Presipitasi
Pemicu stress dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Ancaman Integritas Fisik. Integritas fisik terancam ketika ada risiko
ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.
2) Ancaman Terhadap Sistem Ego. Identitas individu, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi semuanya dapat terancam ketika
sistem ego terancam.
6. Tanda dan Gejala Ansietas
Berikut tabel tanda dan gejala kecemasan menurut Tim Pokja DPP
PPNI DPP SDKI (2017):
Subjective Objective
1. Merasa bingung 1. Nampak gelisah
2. Khawatir tentang efek 2. Nampak tegang
dari keadaan
3. Ketidakmampuan untuk 3. Insomnia
berkonsentrasi
Sumber : PPNI, 2017
Subjective Objective
Menderita pusing Laju pernafasan meningkat
Anoreksia nervosa Denyut nadi meningkat
Jantung berdebar-debar Tekanan darah tinggi
Rasa tidak berdaya Diaforesis
Gemetar
Wajah pucat
Suara gemetar
Kurangnya kontak mata
Buang air keci secara teratur
Orientasi pada masa lalu
Sumber : PPNI, 2017
24
7. Penatalaksanaan
Menurut (Hawari, 2016), pencegahan dan pengobatan keadaan
kecemasan memerlukan strategi komprehensif yang mencakup metode fisik
(somatik), psikologis atau psikososial, dan psiko-religius. Berikut ini adalah
contoh manajemen yang dapat dilakukan:
a. Usaha menaikkan daya tahan terhadap stress, dengan cara :
1) Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang
2) Tidur dengan cukup
3) Cukup olahraga
4) Hindari merokok
5) Hindari mengkonsumsi alkohol
b. Therapy Psikofarmakology
Yaitu perawatan kecemasan yang bekerja dengan memperbaiki
fungsi neurotransmitter (penghantar saraf) kelainan pada sistem saraf
pusat otak (sistem limbik). Ansiolitik seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobamate, dan
alfarazolam biasanya digunakan dalam psikoterapi.
c. Therapy Somatik
Indikasi atau masalah fisik sering disertai atau dianggap sebagai
akibat dari kecemasan yang berkelanjutan. Obat-obatan yang diberikan
ke organ yang terkena untuk meringankan ketidaknyamanan fisik ini.
d. Psikoterapi
Psikoterapi dilakukan sesuai dengan kebutuhan individu, meliputi:
1) Psikoterapi yang memberikan motivasi, dorongan, atau dorongan
agar pasien dapat memperoleh kepercayaan diri dan stabilitas tanpa
menjadi putus asa.
2) Psikoterapi pendidikan ulang, Ketika dinilai bahwa kecemasan tidak
dapat dikelola, kami memberikan pendidikan ulang dan koreksi.
3) Psikoterapi rekonstruktif untuk memulihkan (merekonstruksi)
kepribadian yang terguncang oleh stresor.
25
Anda bergerak ke kiri yang ekstrem, Anda menegaskan bahwa Anda "tak
kenal takut." (Misgiyangto & Susilawati, 2014).
(6) Telinga
(7) Hidung
(8) Mulut dan faring
(9) Thoraks
(10) Paru
(11) Jantung
(12) Abdomen
(13) Inguinal-genetalia-anus
16) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk diabetes mellitus menurut Padila
(2012), meliputi:
a) Gula darah semasa
b) Takaran gula darah puasa
c) Uji toleransi gula darah
Kadar gula darah (mg/dL) selama dan setelah puasa sebagai alat
skrining untuk diagnosa diabetes.
Setidaknya ada dua kali tes yang diperlukan oleh WHO untuk
mendiagnosis diabetes mellitus:
a) Glukosa plasma semasa >200 mg/dL (11.1 mmol/L)
b) Glukosa darah puasa >140 mg/dL (7.8 mmol/L)
31
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penentuan masalah kesehatan atau
proses hidup pasien yang nyata atau mungkin terjadi berdasarkan evaluasi
klinis dari reaksi pasien. Identifikasi respons unik pasien, keluarga, dan
komunitas terhadap situasi terkait kesehatan merupakan komponen
diagnosis keperawatan (PPNI, 2017).
Diagnosis dalam penelitian ini difokuskan pada kecemasan, yaitu
suatu kondisi emosional yang ditandai dengan pengalaman subjektif
seseorang terhadap objek yang tidak jelas dan detail sebagai akibat dari
kemampuan mendeteksi bahaya dan bertindak dalam menghadapi ancaman
(PPNI, 2017). Penyebab dari ansietas menurut PPNI (2017), yaitu
kurangnya informasi/pengetahuan tentang penyakit sehingga menimbulkan
kekhawatiran jika penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan.
Faktor yang relevan menurut NANDA (2018), konflik dengan
tujuan hidup, hubungan interpersonal, infeksi interpersonal, stresor,
pelecehan, ancaman kematian, ancaman saat ini.
Rumusan diagnosa keperawatan, yaitu ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, ketakutan akan
ketidakmampuan dalam mengatasi penyakit
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah terapi yang diberikan oleh perawat
berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinisnya untuk memenuhi hasil
yang diinginkan (PPNI, 2018).
a. Diagnosa
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, ketakutan
akan ketidakmampuan dalam mengatasi penyakit.
32
4. Implementasi Keperawatan
Komponen tahap implementasi meliputi melaksanakan dan
menyelesaikan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diharapkan dalam asuhan keperawatan (Debora, 2013). Tindakan
keperawatan merupakan kegiatan unik yang dilakukan oleh perawat dalam
rangka melakukan intervensi keperawatan (PPNI, 2018).
5. Evaluasi
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditunjukkan dengan
kriteria hasil sebagai berikut: Tingkat kecemasan berkurang dengan
indikator pasien mampu mengenali dan mengungkapkan gejala ansietas.
Pasien mampu mengenali, mengekspresikan, dan menunjukkan pendekatan
pengurangan kecemasan. TTV pasien, serta postur tubuhnya, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitasnya, semuanya dalam batas
normal, menunjukkan bahwa kecemasannya sudah berkurang (Kusuma,
2018).