Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Atika Nurmilanti

NIM. P1337420216017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2019

LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

A. Kosep Dasar Penyakit


1) Pendahuluan
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Restyana,
2015).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), 415 juta orang dewasa
dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada tahun 2040
diperkirakan jumlah akan menjadi 642 juta. Hampir 80% orang diabetes ada di
Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, presentase orang
dewasa dengan diabetes adalah 8,5% (1 diantaranya 11 orang dewasa
menyandang Diabetes). Pada tahun 2013, salah satu beban pengeluaran terbesar
di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar dolar, diestimasikan sekitar 11%
dari total pembelanjaan untuk langsung kesehatan dunia. Pada tahun 2012,
diabetes merupakan penyebab kematian kedelapan pada kedua jenis kelamin dan
penyebab kematian kelima pada perempuan. Pada tahun 2012 gula darah tinggi
bertanggungjawab atas 3,7 juta kematian di dunia, dari angka ini 1,5 juta kematian
disebabkan oleh diabetes. Dari tahun 2010 sampai 2030, kerugian dari gross
domestic product (GDP) di seluruh dunia karena diabetes diestimasikan sekitar
1,7 triliun dolar. Satu diatara dua orang penyandang diabetes masih belum
terdiagnosis dan belum menyadari bahwa dirinya diabetes.
Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia. Di dunia
untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan Cina, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko. Dengan jumlah ekstimasi orang
dengan diabetes sebesar 10 juta (IDF Atlas 2015). Diabetes dengan komplikasi
merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Presentase kematian
akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Sri Langka.
Prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukan kecenderungan
meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013). Dua per tiga orang
dengan diabetes di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes,
berpotensi mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan
komplikasi).
2) Definisi Penyakit
Diabetes Melitus berasal dari bahasa latin, yaitu diabetes yang berarti
penerusan, dan melitus yang berarti manis. Diabetes melitus atau DM merupakan
penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di dalam urine akibat
terganggunya metabolisme karena produksi dan fungsi hormon insulin tidak
berjalan dengan seharusnya (Syamsiyah, 2017).
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam
darah) (Damayanti, 2015).

3) Etiologi
Menurut Nurarif dan Hardhi (2015) penyebab Diabetes Melitus adalah sebagai
berikut :
a. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik penderita tidak mewarisi
diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes tipe I, faktor imunologi (autoimun), dan
faktor lingkungan yaitu virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.

4) Tanda dan Gejala


Tanda dan gelaja Diabetes Melitus menurut Black (2014) sebagai berikut :
a. Poliuria
Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktifitas osmotik
glukosa,mengarah kepada kehilangan air,glukosa dan elektrolit.Kekurangan
insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat.
b. Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktifasi menyebabkan
orang haus terus dan ingin selalu minum.
c. Polifagi
Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan menyebabkan rasa lapar.
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun
5) Patofisiologi
Menurut LeMone, Burken dan Bauldoff (2017) patofisiologi DM adalah :
a. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta islet Langerhans di
pankreas. Ketika sel beta rusak, insulin tidak lagi diproduksi. Penyakit ini
dimulai dengan insulitis, suatu proses inflamatorik kronik yang terjadi sebagai
respons terharhadap kerusakan autoimun sel islet. Proses ini secara berlahan
merusak produksi insulin, dengan awitan hiperglikemia terjadi ketika 80%
hingga 90% fungsi sel beta rusak. Proses ini biasanya terjadi selama periode
pra klinis yang lama. Dengan kekurangan insulin untuk menghantarkan
glukosa menembus membran sel ke dalam sel. Molekul glukosa menumpuk
dalam peredaran darah, mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia
menyebabkan hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruang interseluler
ke dalam sirkulasi umum. Peningkatan volume darah meningkatkan aliran
darah ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmotis. Diuretik
osmotis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urin. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar gulukosa darah melebihi ambang batas glukosa
biasanya sekitar 180 mg/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu
kondisi yang disebut glukosuria. Penurunan volume intraseluler dan
peningkatan haluaran urine menyebabkan dehidrasi atau rasa haus (polidipsia).
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin, produksi energi
menurun. Penurunan energi ini menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih
banyak (Polifagia). Meski asupan makan meningkat , berat badan menurun .
Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi.

b. Diabetes Melitus tipe 2

DM tipe 2 merupakan bentuk paling umum DM. Hereditas berperan


dalam transmisi kadar insulin yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda
dan meski ada, fungsinya dirusak oleh resistensi insulin di jaringan perifer.
Hati memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam makanan
tidak dimetabolisme dengan baik, dan akhirnya pankreas mengeluarkan
jumlah insulin yang kurang dari yang dibutuhkan. Apa pun penyebabnya,
terdapat cukup produksi insulin untuk mencegah pemecahan lemak yang dapat
menyebabkan ketosis, sehingga DM tipe 2 digolongkan sebagai bentuk DM
Non-ketosis. Namun, jumlah insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan
kadar glukosa darah melalui ambilan glukosa oleh otot dan sel lemak. Faktor
utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi selular terhadap efek insulin.
Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan , tidak berativitas, penyakit, obat-
obatan, dan pertambahan usia. Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan
manifestasi yang lambat dan sering kali tidak menyadari penyakit. Gejala yang
dialami pasien masih cukup ringan dan dapat mencakup poliuria, polidipsia,
penglihatan buram, keletihan dan infeksi kulit

6) Komplikasi
Komplikasi akut diabetes mellitus menurut Black, 2014
a. Hiperglikemia
Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena
kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel, hati
mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa ( glikogenolisis) dan
meningkatkan biosintesis glukosa (gluconeogenesis). Sayangnya namun,
respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar glukosa darah
bahkan lebih tinggi
b. Ketoasidosis
Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat keton asetaoasetat
dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut ketoasidosis diabetic.Asidosis
berat mungkin menyebabkan klien diabetes kehulangan kesadaran disebut
koma diabetic.Ketoasidosis diabetic selalu dinyatakan sebuah
kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian medis segera

c. Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi hipoglikemi)
adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai di dalam klien DM tipe 2
yang diobati insulin atau obat oral.Kurang hati – hati atau kesalahan sengaja
dalam dosis insulin sering menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain dalam
jadwal makan atau pemberian insulin dapat menyenankan hipoglikemia.

7) Pathway
Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

Kekuranga
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi
n volume
cairan
Mual
A. ↓p ↓ PH Hemokonsentrasi
muntah

B.
Ketidakseimba Asidosis Trombosis
C.ngan
D. Kurang  Koma
Aterosklerosis
Nutrisi  Kema
dari kebutuhan tian
Makrovask Mikrovas
tubuh
uler kuler
Reti Ginj
Jant Serebr Ekstremit na al
ung al as
Retinop
Miokard Stro Gangr ati Nefro
Infark ke en diabetik pati
Gaga
Kerusakan l
Ginja
Integritas Kulit Ggn.
l
Penglihatan
Resiko
8) Pemeriksaan Penunjang Injury

a. Tes kadar gula puasa


Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar gula darah pagi hari sebelum
makan atau pasien harus berpuasa tidak makan atau minum selama 8 jam. Jika
hasilnya menunjukan 126 mg/dL atau lebih, maka pasien di diagnosis
menderita diabetes.
Tabel : Hasil Tes Kadar Gula Puasa (Safira, 2018)
Hasil Tes Kadar Gula Puasa (mg/dL) Diagnosis
99 atau kurang Normal
100 sampai 125 Pra-diabetes
126 atau lebih Diabetes
b. Tes oral glucose tolerance test atau toleransi glukosa oral (OGTT)
Tes ini mengharuskan pasien untuk meminum minuman yang mengandung
glukosa dan kemudian diukur kadar glukosa darahnya setiap 30 sampai 60
menit, selama kurun waktu 3 jam. Jika kadar glukosa yang diukur menunjukan
angka 200 mg/dL atau lebih dalam 2 jam, maka pasien didiagnosis menderita
diabetes.
Tabel : Hasil Tes OGTT (Safira, 2018)
Hasil Tes OGTT (2 jam sesudahnya) (mg/DL) Diagnosis
139 atau kurang Normal
140 sampai 199 Pra-diabetes
200 atau lebih Diabetes

c. Tes kadar gula darah sewaktu-waktu


Tes ini dilakukan untuk memeriksa gula darah terlepas dari kapan pasien
terakhir kali makan untuk mendiagnosis diabetes dan bukan pra-diabetes.
Dengan demikian, tes ini dapat segera dilakukan (Safira, 2018).
d. Tes A1c
Tes A1c, tes hemoglobin, tes HbA1c, atau tes glikohemoglobin dilakukan
untuk mengetahui berapa jumlah gula darah seseorang dalam kurun waktu 2
sampai 3 bulan sebelumnya. Jika pasien memiliki kadar A1c sebesar 65% atau
lebih, maka ia didiagnosis menderita diabetes.
Tabel : Hasil Tes A1c (Safira, 2018)
Hasil Tes A1c (%) Diagnosis

5,7 atau kurang Normal

5,7 sampai 6,4 Pra-diabetes

6,5 atau lebih Diabetes

9) Penatalaksanaan
Menurut Damayanti (2015) penatalaksanaan dalam penanganan pasien DM
adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien DM meliputi :
1) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat alfa glukosidase
2) Insulin
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau
mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan sebagai
terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Pada
pasien DM tipe 2 kadang membutuhkan insulin secara temporer selama
mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian
stress lainnya.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat
DM. Ada lima komponen penatalaksanaan diabetes:
1) Manajemen Diet
Tujuan penatalaksanaan diet pada pasien DM antara lain : mencapai
dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal,
mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan kualitas hidup.
2) Latihan Fisik (Olah Raga)
Manfaat latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot. Latihan fisik yang
dimaksud adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan dasar misalnya
jalan, joging, berenang, bersepeda, senam.
3) Pemantauan (Monitoring) kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self-monitoring
blood glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan mencegah
hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi
komplikasi diabetik jangka panjang.
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan karena
penatalaksanaan DM memerlukan perilaku penanganan yang khusus
seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan untuk merawat diri
sendiri guna menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak,
tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.

B. Konsep Keperawatan
1) Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi,
koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi ;
Adanya riwayat hipertensi, MCI
Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
Ulkus, penyembuhan luka lama
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tak ada, disritmia, krekles
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

c. Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi ;
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras,
adanya asites
e. Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa
/ karbohidrat
Penurunan berat badan
Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi
abdomen
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton ).
f. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ),
kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
g. Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
h. Pernafasan ;
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
i. Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot
pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam,
diaphoresis

2) Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi akibat diabetes
mellitus (00046)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes mellitus (00004)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia: intake makanan yang tidak adekuat (00002)
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif (00027)

3) Perencanaan Tindakan
No. Diagnosa Rencana Perawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

I Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Perawatan Luka


integritas selama 1x3 jam diharapkan kerusakan (3660)
kulit integritas kulit dapat teratasi/berkurang  Monitor vilat sign
berhubungan dengan indicator sebagai berikut :  Angkat balutan dan plester
dengan perekat
NOC: Integritas Jaringan Kulit
gangguan  Bersihkan dengan normal
(1101)
sensasi saline atau pembersih yang
akibat tidak beracun, dengan
Indikator Awal Tujuan
diabetes tepat
Lesi pada kulit 2 5
mellitus  Berikan perawatan ulkus
Pengelupasan pada kulit, yang
(00046) 2 5
kulit diperlukaan
Eritema 2 5  Berikan balutan yang
Pigmentasi sesuai dengan jenis luka
2 5
abnormal
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5: Tidak

II Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Kontrol Infeksi


Infeksi selama 1x3 jam diharapkan tidak terjadi (6540)
berhubungan infeksi dengan indikator sebagai berikut  Bersihkan lingkungan
dengan NOC: Kontrol Resiko (1902) dengan baik setelah
penyakit Indikator Awal Tujuan digunakan untuk setiap
kronis Mengidentifikasi 2 5 pasien
diabetes faktor resiko  Cuci tangan sebelum dan
mellitus Memonitor faktor 2 5 sesudah kegiatan
(00004) risiko di lingkungan perawatan pasien
Mengenali 2 5  Pastikan teknik perawatan
perubahan status luka yang tepat
kesehatan  Pakai sarung tangan
Keterangan : sebagaimana dianjurkan
oleh kebijakan pencegahan
1: tidak pernah menunjukkan
universal
2: jarang menunjukkan
 Dorong untuk beristirahat
3: kadang-kadang menunjukkan
4: sering menunjukkan
5 :secara konsisten menunjukkan

III Ketidaksei Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Nutrition Management


mbangan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien  Kaji status nutrisi dan
nutrisi adekuat dengan indikator : kebiasaan makan.
kurang dari NOC : Nutritional status : food and  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan Fluid Intake mematuhi diet yang telah
tubuh diprogramkan.
berhubunga Indicator awal akhir  Identifikasi perubahan
n dengan - mual dan 2 5 pola makan.
anoreksia: muntah  Kerja sama dengan tim
intake berkurang kesehatan lain untuk
makanan - porsi makan pemberian insulin dan
yang tidak yang diet diabetik.
adekuat disediakan 2 5
(00002) habis
Indicator skala:
1 Tidak pernah menunjukkan
2 Jarang
3 Kadang-kadang
4 Sering menunjukkan
5 Selalu menunjukkan
IV Kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Fluid Manajement
volume diharapkan volume cairan pasien  Monitor tanda-tanda
cairan terpenuhi dengan indicator: dehidrasi
berhubunga NOC : Fluid Balance  Monitor intake dan
n dengan output.
kehilangan Indikator Awal Tujuan  Berikan cairan sesuai
volume - Klien dapat 2 5 kebutuhan dan yang
cairan aktif menjaga dipergunakan.
(00027) keseimbangan
cairan serta
elektrolit
- Tidak ada tanda- 2 5
tanda dehidrasi.
Indicator skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

4) Evaluasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi akibat diabetes
mellitus dapat teratasi/berkurang
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes mellitus dapat
teratasi/berkurang
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia: intake makanan yang tidak adekuat dapat teratasi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif dapat teratasi

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan medical bedah. Indonesia: CV Pentasada Media Eduksi.

Bulecheck, dkk. (2016). Nursing interventions classifications (NIC) edisi keenam.

Yogyakarta: Mocomedia.

Damayanti. (2015). Diabetes melitus dan penatalaksanaan keperawatan. Yogyakarta : Nuha

Medika.
LeMone, Burken & Bauldoff. (2017). Keperawatan medikal bedah (gangguan endokrin).

Jakarta: EGC.

Moorhead, dkk. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi kelima.

Yogyakarta: Mocomedia.

NANDA International.(2015).Diagnosis keperawatan, definisi& klasifikasi 2015-

2017.Jakarta: EGC.

Nurarif, A.H &Hardhi, K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnose medis dan nanda nic-noc. Yogyakarta: Medication Jogja.

Restyana, N F (2015). Diabetes melitus tipe 2. J majority. Vol.4 No.5, 94.

Safira, K. (2018). Buku pintar diabetes. Yogyakarta: Healthy.

Syamsiyah, N. (2017). Berdamai dengan diabetes. Jakarta: Bumi Medika.

World Health Organization (2015). Diabetes fakta dan angka.

(http://www.searo.who.int/indonesia/topics/8-whd2016-diabetes-factsand-numbers-

indonesian)

Anda mungkin juga menyukai