Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANGAN LILY 3A RSUP. DR. TADJUDDIN


CHALID
MAKASSAR

Oleh :
UGIHRICNAWATI
NIM : A1C1231008

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
A. Konsep Medis

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang


disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta di kelenjar pancreas dan sangat berperan dalam metabolism
glukosa dalam sel tubuh. World Health Organization (WHO) dan American
Diabetes Association (ADA) telah menetapkan bahwa diabetes diindikasikan bila
nilai glukosa plasma puasa (fasting plasma glukoce, FGP) lebih atau sama dengan
7 mmol/L (Purwaningsih 2023).
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) atau biasa disebut juga dengan Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) merupakan tipe DM yang diakibatkan
oleh insentivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin
relative yang dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia. DM tipe 2 merupakan
penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di dunia. DM2 adalah penyakit
metabolisme gangguan sekresi insulin yang mengakibatkan resistensi insulin dan
kesalahan fungsi sel β pancreas (Delfina et al. 2021).
2. Etiologi

Berdasarkan tipenya, terdapat etiologi-etiologi atau penyebab-penyebab


mengapaorgan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin, yakni sebagai berikut:
a. DM tipe I

Faktor-faktor yang penyebabnya yaitu:

1) Faktor imunologi; Adanya respons abnormal pada automin saat antibodi


secara terarah bereaksi terhadap jaringan-jaringan yang dianggapnya asing.
Contohnya meliputi otoantibodi terhadap insulin endogen dan sel-sel pulau
Langerhans.
2) Faktor lingkungan: Pemeriksaan juga dilaksanakan pada kemungkinan-
kemungkinan faktor luar yang memungkinan menimbulkan dekstruksi sel
beta. Contoh virus- virus yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus yaitu
Human coxsackievirus B4, Mumps, dan Rubela.
b. DM tipe II

Diabetes ini dapat terjadi karena faktor genetik. Selain itu pola hidup yang
tergolong tidak sehat dapat memicu terjadinya diabetes tipe 2. Faktor-faktor
risiko yang memilikihubungan dengan penyebab mengalami diabetes mellitus
tipe 2 yaitu meliputi :
1) Usia: Terdapat kecenderungan adanya peningkatan resistensi insulin saat
berusialebih dari 65 tahun.
2) Obesitas: Seseorang dengan status gizi yang tergolong obesitas dengan
kadar lemak yang berlebih berdampak pada tingginya cadangan energi
dalam tubuh.
3) Riwayat keluarga

c. Diabetes mellitus gestasional

Diabetes gestational merupakan diabetes yang dialami oleh seseorang karena


terpicu kemahilan. Diabetes tipe ini terjadi karena adanya perubahan
metabolisme gula, yaitu hiperglikemia karena adanya sekreksi pada homron
plasenta. Selain itu, ada pendapat mengatakan bahwa diabetes ini baru mucul
pada kehamilan. sehingga perlu diperhatikan terutama bagi wanita dengan
status gizi gemuk, adanya riwayat diabetes di keluarga, melahirkan dengan
berat bayi hingga lebih dari 4 kg, kematian pada bayi yang lahir, dan riwayat
melakukan aborsi yangberulang-ulang.
d. Diabetes tipe lain

Selain tipe diabetes yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat tipe lain yaitu
diabetes yang disebabkan karena adanya penyakit lain. Penyakit tersebut
merupakan penyakit yang mengakibatkan terganggunya produksi insulin
hingga berpengaruh terhadap kinerja hormon insulin. Contoh dari penyakit
tersebutmeliputi, seperti peradangan pada pankreas (pankreatitis), penggunaan
hormon kortikosteroid, gangguan kelenjar adrenal, malnutrisi, penggunaan
obat antikolesterol dan antihipertensi, stroke, penderita kondisi kritis, infeksi
berat (Rima 2023).
3. Patofisiologi

a. DM Tipe I

Ketidakmampuan pankreas pada dalam memproduksi hormon insulin pada


diabetes tipe 1 dikarena sel beta mengalami kehancuran. Hal tersebut
berakibat pada terpicunya hiperglikemia puasa maupun post-prandial.
Tingginya kadar glukosa dalam darah atau glukosaria dan eskresi akan disertai
mengaluarnya elektrolit dan cairan yang berlebih yang mengakibatkan
peningkatan frekuensi penderita dalam buang air kecil (poliuri) dan merasakan
kehausan (polidipsi).
Kurangnya kadar hormon insulin berdampak pada terganggunya
metabolismpe pada lemak dan protein. Hal tersebut berisik pada menurunnya
massatubuh serta memicu rasa lapar yang berlebih (polifagi). Dampak lainnya
yaitu memicu proses terpecahnya glukosa yang tersimpan atau bisa disebut
glukogenolisis. Selain itu, hal ini memberi efek pada pemecahan lemak hingga
meningkatnya kadar keton yang berkaibat pada teganggunya keseimbangan
asam- basa. Hal ini berdampak pada memicunya ketoasidosis.
Timbulnya ketoasidoses dapat berakibat pada terjadinya mual hingga
muntah, hiperventilasi, nyeri pada abdomin yang apabila tidak tertangani akan
mengakibatkanya berubah kesedaran hingga mengalami koma dan kematian
(Rima 2023).
b. DM Tipe II

Resistensi dan terganggunya sekresi insulin merupakan 2 masalah yang


utama pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Secara normal, insulin memliki kurang
keterkaitan pada reseptir. Walaupun kadar insulin tinggi, akan tetapi glukosa
tetap tidak mampu masuk ke dalam sel hingga terjadi kondisi kurangnya
glukosa. Hal tersebutlah yang biasa disebut dengan resistensi insulin. Upaya
pencagahan yang dapat dilakukan dalam mengatasi resistensi insulin yaitu
jumlah insulin yangterekskresi juga harus meningkat. Akan tetapi, sel beta
yang tidak dapat berimbang memicu terjadinya peningkatan kadar glukosa
sehingga DM. Walalupun sekresi insulin terganggu, akan tetapi masih ada
insulin dengan jumlah yang cukup dalam penecagan terpecahnya lemak yang
diiringi dengan pembentukan keton. Dengan begitu, DM tipe 2 tidak
menimbulkan ketosiadosis diabetik. Walaupun demikian, kondisi DM Tipe 2
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan masalah-masalah lain. Salah satu
masalah yang timbuk yaitu terjadinya sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketotik. Upaya primer dlama menangani DM tipe 2 yaitu berupaya dalam
penurunan berat badan. Hal ini dikarenakan obesitas memiliki keterkaitan
dengan resistensi insulin (Rima 2023).
4. Manifestasi Klinik

Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita DM tipe (PERKENI, 2021)
yaitu :
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan cadangan


lemak dan protein digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan
tenaga akibat dan kekurangan glukosa yang masuk ke dalam sel.
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah melebihi nilai ambang
ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar bersama urine, untuk menjaga agar urine
yang keluar yang mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan
menarik air sebanyak mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang
keluar banyak dankencingpun menjadi sering terutama pada malam hari.
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)

Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada terjadinya dehidrasi
intrasel sehingga merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan
menimbulkan rasa haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh berkurang sehingga
energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga
dengan demikian otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang
makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasalapar (Gede 2023).
e. Lemah atau malaise

f. Merasakan kesemutan

5. Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagi


komplikasi yang akut dan kronik. Komplikasi akut yang terjadi akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung dan dalam jangka waktu yang pendek adalah:
a. Hipoglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah dibawah 50 atau 60 mg/dll (2,7- 3,3
mmol/L), dapat terjadi karena intake nutrisi tidak adekuat, latihan fisik yang
berlebihan serta efek pemberian insulin OHO.
b. DKA (Ketoasidosis diabetic)

Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
c. HHNK (Sindrom Hiperglikemia Hipeosmoler Nonketotik)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia


dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
Selain komplikasi akut, terdapat pula komplikasi kronik yang biasanya terjadi
10-15 tahun setelah diabetes mellitus mencakup:
1) Penyakit Makrovaskular (pembuluh darah besar)

a. Penyakit Arteri Koroner

b. Penyakit Serebrovaskuler

c. Penyakit Vaskuler Perifer

2) Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil):

a. Retinopati Diabetik

b. Nefropati

c. Neuropatik (Gede 2023).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan diagnostik yang dapat dilakukan agar dalam mengetahui terjadinya


diabetes melitus pada seseorang dapat dengan pemeriksaan seperti:
a. Peningkatan glukosa darah

Menurut WHO, diabetes melitus memliki karakteristik diagnosis yang


meliputi:
1) Gula darah sewaktu: >200 mg/dL (11,1 mmol/L).

2) Gula darah puasa : >140 mg/dL (7,8 mmol/L).

3) Gula darah 2 jam post prandial : >200 mg/dL.


b. Tes toleransi gula

Sebelum dilaksanakan tes, selama 3 hari pasien diankurkan untuk


konsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat dengan kisaran 100 hingga 300
gram. Setelah itu, hari esoknya dilakukan pengambilan darah pada sampel.
Lalu diberikan asupan karbohidrat sebesar 75 gram kepada pasien.
1) Asetin plasma: positif dengan mencolok

2) Peningkatan sebesar kurang dari 330 m os/l pada osmolaritas serum.

3) Rendahnya gas darah arteri pH dan menurunnya HCO3.

4) Alkalosis respiratorik.

5) Kemungkinan peningkatan pada trombosit darah, terjadinya leukositosis,


hemokosentrasi dan timbulnya respons terhadap infeksi/stress.
6) Menurunnya kinerja ginjal, meningkatnya uremin atau kreatinin.

7) Kemungkinan terjadi peningkatan amilase darah

8) Pada tipe 1 kemungkinan penurunan pada insulin darah hingga tidak


ada. Sedangkan pada tipe 2, insulin pada darah normal hingga meningkat
sebagaibentuk indikasi insulfisiensi insulin.
9) Meningkatnya aktivitas tiroid yang mengakibatkan terjadinya
peningkatanglukosa dan kebutuhan insulin.
10) Nilai positif pada pemeriksaan gula dan aseton pada urin. Massa jenis
danosmolaritas juga kemungkinan terjadi peningkatan
11) Kemungkinan terjadi infeksi pada saluran kemih dan juga luka.

c. HbA1c

Pengecekan dengan bahan darah agar mendapatkan kadar glukosa seutuhnya


yang dikarenakan ketidaktepatan pasien dalam pengntrolan hasil tes selama
kurun waktu 2 hingga 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar Hb terglikosilasi.
Pada orang normal yaitu pada rentangan 4 hingga 6%. Semakin tinggi
persentase tersebut, maka semakin dapat disimpulkan bahwa seseorang
mengalami diabetes mellitus (Gede 2023).
7. Penatalaksanaan

Terapi yang dinilai memiliki keefektivitasan pada semua tipe diabetes melitus
yaitu dibagi menjadi seperti yang dijabarkan berikut:
a. Non medis

1) Manajemen diet

2) Berolahraga atau beraktivitas fisik


3) Memantau kadar glukosa darah

4) Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)


b. Medis

1) Penanganan Diabetes Mellitus tipe I antara lain:

a) Pemberian terapi insulin, pemberian diet

b) Transplantasi pancreas

2) Penanganan Diabetes Mellitus tipe 2 antara lain:

Obat anti-diabetik oral sebagai instimulan pembentukan insulin endogen,


penigkatan daya sensitiv terhadap insulin, penekanan glukoenogenesis serta
melambatkan penyerapan Karbohidrat yang dapat dikombinasikan dengan
obat. Adapun obat-obat yang dianjurkan kepada penyandang DM Tiper 2
yaitu metformin dan glimepiride.
8. Prognosis

Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien
dalam mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c
< 7%), tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada
gangguan mikrovaskuler serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup
lebih lama. Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan
telah menderita diabetes lama (≥ 15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih
singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik ketat sekalipun. DM dapat
menyebabkan 15 mortalitas dan morbiditas karena dapat berkomplikasi pada
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah perifer,
gangguan saraf (neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik
merupakan cara efektif untuk pencegahan DM
WOC
Produksi insulin turun

Diabetes melitus tipe II

Sel tubuh kekurangan glukosa

Penggunaan protein dan tubuh produksi sortisol


glukogen oleh jaringan

Penurunan berat badan sortisol tidak diserap tubuh

Defisit nutrisi
berat badan menurun, tubuh
makin kurus Mudah lelah dan letih

Intoleransi aktivitas
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas umum:

Nama pasien, usia pasien, jenis kelamin, agama, status perkawinan,


Pendidikan, pekerjaan, alamat tempat tinggal, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien


mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.
2) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya


penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya Riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada


kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas.
Adanya Riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
Tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
4) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,


berat badan, dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,


telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) System integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban, dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM


mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/ bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, muntah, diare, konstipasi,


dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lebar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary

Poliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,


cepat lelah, lemah, dan nyeri, adanya gangrene di eksremitas.
9) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,


reflek lambat, kacau mental, disorientasi
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan nutrisi dan cairan: Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang
asupan makanan.
1) Penyebab :
a) kurangnya asupan makanan
b) ketidakmampuan menelan makanan
c) ketidakmampuan mencerna makanan
d) ketidakmampuan mengabsorsi nutrien
e) peningkatan kebutuhan betabolisme
f) faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
g) faktor psikologis (mis. Stres, keengangan untuk makan)
2) gejala dan tanda mayor
a) subjektif
(tidak tersedia)
b) objektif
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

3) gejala dan tanda minor


a) subjektif
cepat kenyang setelah makan
kram/nyeri abdomen
nafsu makan menurun
b) objektif
bising usus hiperaktif
otot pengunyah lemah
otot menelan lemah
membran mukosa pucat
sariawan
serum albumin turun
rambut rontok berlebihan
diare
b. Intoleransi Aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab:
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Mengeluh lelah
Objektif:
1) Frekuensi jantung meningkat ˃20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Dipsnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setela beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif:
1) Tekanan darah berubah ˃20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
3. Intervensi keperawatan
a. Defisit Nutrisi
1) Tujuan
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Kekuatan otot pengunyah meningkat
c) Kekuatan otot menelan meningkat
d) Nyeri abdomen menurun
e) Perasaan cepat kenyang menurun
f) Berat badan membaik
g) Indeks masa tubuh (IMT) membaik
h) Frekuensi makan membaik
i) Nafsu makan membaik
j) Bising usus membaik
k) Membran mukosa membaik
2) Intervensi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi makanan yang disukai
3) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
4) Monitor asupan makanan
5) Monitor berat badan
6) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
7) Sajikan makanan secaraa menarik dan suhu yang sesuai
8) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
9) Anjurkan pasien duduk, jika mampu
10) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
b. Intoleransi Aktivitas
1) Tujuan
a) Keluhan lelah menurun
b) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
c) Dispnea setelah aktivitas menurun
d) Tekanan darah membaik
2) Intervensi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor pola dan jam tidur
c) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
d) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
e) Lakukan latihan retang gerak pasif dan/atau aktif
f) Anjurkan tirah baring

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilah dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya adalah
membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang
telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
S (Subjektif) : informasi merupakan ungkapan yang didapatkan dari klien setelah
tindakan yang diberikan
O (Objektif) : informasi yang didapatkan berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat
A (Analisis) : suatu kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau
tidak teratasi
P (Planning) :rencana lanjutan yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Delfina, Seila, Irene Carolita, Shafa Habsah, and Syi’ta Ayatillahi. 2021.

“Analisis Determinan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Usia
Produktif.” Jurnal Kesehatan Tambusai 2(4):141–51. doi:
10.31004/jkt.v2i4.2823.

Gede, Rosoasih Ayu. 2023. “Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus


Dengan Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif Yang Diberikan SPA Dan
Senam Kaki DI RSUD Wangaya.” Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan


Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Purwaningsih. 2023. “Penerapan Senam Kaki Diabetes Untuk Meningkatkan


Sensitivitas Kaki Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Metro.”
Jurnal Cendikia Muda 3(2):235–44.

Rima, Astuti Widya. 2023. “Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa


Darah Dengan Pemberian Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Diabetes Melitus
Di Banjar Aseman Kangin Kabupaten Badung.” Politeknik Kesehatan Denpasar.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.H DI RUANGAN LILY 3A RSUP. DR. TADJUDDIN CHALID
MAKASSAR

Oleh :
UGIHRICNAWATI
NIM : A1C1231008

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H
DENGAN KASUS DM TIPE II
DI RUANG LILY 3B RSUP. DR TADJUDDIN CHALID
MAKASSAR

Unit : Lily 3A
Ruang/Kamar : 303
Tanggal Masuk RS : 3 Oktober 2023
Jam : 17:50
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2023
Waktu Pengkajian : 09:10
Autoanamnese : √
Alloanamnese : √

I. IDENTIFIKASI
A. Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 81 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Jandah
Agama/suku : Bugis
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bugis
Pendidikan : SLTA sederajat
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Makassar
Dx Medik : DM Tipe II
B. Penanggung Jawab
Nama : TN. K
Alamat : Makassar
Hubungan dengan pasien : Ibu
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : mual muntah
2. Riwayat kesehatan sekarang :pasien mengatakan mual muntah lebih dari 5 kali
dalam sehari sehingga nafsu makannya menurun,
pasien mengatakan nafsu makannya menurun
sejak masuk rumah sakit, dan merasa cepat
keyang
P : pasien mengatakan nyeri pada perutnya saat
mual
dan muntah nyeriya hilang saat tidak mual dan
muntah
Q: pasien mengatakan nyerinya seperti diremas
R: nyerinya hanya dibagian perut saja
S: dengan skala nyeri 2 (ringan)
T: hilang timbul

3. Riwayat kesehatan lalu : pasien mengatakan ada riwayat hipertensi sejak 4


tahun yang lalu, pasien mengatakan pernah
dirawat di Rumah Sakit karena perutnya
membesar selama 1 minggu
4. Riwayat kesehatan keluarga : ayah pasien menderita penyakit hipertensi sejak
30 tahun yang lalu
D. Genogram

G1 x x
x x

G2 x x x x x

G3
x 81

Keterangan:
Keterangan
Laki-laki :
Garis Keturunan :
Perempuan :
Garis Pernikahan :
Sakit :
Meninggal : x
Riwayat Genogram :
G1 : Nenek dan kakek pasien orang tua dari ayah dan ibu pasien telah meninggal
dunia
G2 : Ayah dan Ibu pasien telah meninggal dunia, ayah pasien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi sejak 30 tahun yang lalu
G3 : Pasien masuk Rumah Sakit pada tanggal 03 Oktober 2023, pasien di diagnosa
DM Tipe II dan pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 4 tahun
yang lalu sampai saat ini
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Kualitatif : √ composmentis somnolen
soporocomatous koma
Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow : - Respon motorik :6
- Respon bicara :5
- Respon Membuka Mata :4
Kesimpulan : 15 (Kesadaran Penuh)
2. Tekanan Darah : 148/78 mmHg
MAP : 101 mmHg
3. Suhu : 37,1 °C Oral Axillar Recta √ Temporal
4. Pernapasan : Frekuensi 20 x/menit
Irama : √ reguler irreguler
Jenis : dada perut
Pola napas : normal
5. Nadi : 89 x/menit
6. Spo2 : 99%
B. ANTROPOMETRI
1. Lingkar lengan atas : 68 cm
2. Tinggi badan : 155 cm
Berat sebelum sakit : 51 kg
Berat badan saat pengkajian 42 kg
3. IMT (Indeks Masa Tubuh) : 17,5 kg
Kesimpulan : pasien masuk kategori berat badan kurang dan pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 17,6%
C. PEMERIKSAAN FISIK (head to toe)
1. Kepala
- bentuk kepala : bulat lonjong
- kulit kepala : tidak terdapat lesi dan ketombe
- rambut : terdapat uban dan rambut pasien sedikit berminyak
2. Mata
- konjungtiva : tampak anemis
- sklera : ikterik
- kornea : tidak terdapat katarak
3. Hidung
- kebersihan : ada bulu hidung yang menjulur keluar
- cuping hidung : pasien tidak menggunakan cupping hidung saat bernapas
4. Telinga :tidak ada cairan
5. Mulut
- rongga mulut :
- gusi : berwarna merah gelap
- gigi : pasien menggunakan gigi palsu
- mukosa bibir : tampak basah
6. Leher : Distensi Vena Jugularis
7. Thorax (Paru-paru)
- inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada dada pasien
- palpasi : terdapat getaran pada paru-paru kanan dan kiri
- perkusi : batas hepar sonor
- auskultasi : vesikuler
8. Jantung
- inspeksi : ada kembang kempis di daerah dada
- palpasi : ada denyut jantung
- perkusi :
Batas kanan : pekak pada mid clavikula ics 2 kanan
Batas atas : pekak pada Ics 4
Batas kiri : pekak pada mid clavikula ics 2 kiri
- auskultasi : tidak dapat dikaji
9. Abdomen
- inspeksi : rata
- palpasi : terdapat nyeri tekan
- perkusi : pekak
- auskultasi : terdengar bising usus 35x/menit
10. Ekstrimitas
- edema : tidak ada edema
- capilary refill time (CRT) : <3 detik
- turgor kulit : kering
- luka : tidak ada luka

EKaA EKiA
- kekuatan otot : ( 5) (5 )

EKaB EKiB
( 3) (3 )

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN
No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Saat dirumah pasien rutin meminum Sejak sakit pasien mengatakan
obat Hipertensi yang diperoleh dari poli meminum obat Hipertensi yang
setiap 2 minggu sekali diberikan oleh perawat yaitu
Amlodipin 10mg 1x1/oral

B. POLA NUTRISI METABOLIK


No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. pasien mengatakan nafsu makan baik, pasien makan bubur hanya 1- 2
makan 3-4 kali sehari dan rajin minum sendok dalam sehari dan tidak
air, pasien mengatakan makanan memakan lauk yang diberikan dari
kesukaannya sup ayam kampung dan Rumah Sakit tanpak saat makan
bakso pasien mengunyah dengan lambat
dan terlihat lemah, makanan dan
minuman pantangan pasien saat
dirumah sakit yaitu makanan dan
yang mengandung banyak gula,
pasien mengatakan tidak memiliki
elergi makanan apapun
C. POLA ELIMINASI
No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pasien mengtakan sebelum masuk pasien Bab selama berada di Rs
Rumah Sakit BAB minimal 1 kali/hari sebanyak 1 kali dalam sehari dan
dan BAK paling sedikit 3 kali dalam Ba
sehari secara spontan tidak k
menggunakan alat bantu berkemih paling sedikit 4 kali dalam sehari

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. pasien mengatakan sebelum masuk Pasien mengatakan sejak sakit dan
Rumah Sakit aktivitas seperti mandi, dirawat di Rumah Sakit untuk
berpakaian, mobilisasi dilakukan secara aktivitas berpakaian dibantu oleh
mandiri tanpa bantuan orang lain dan anaknya dan saat melakukan
tanpa bantuan alat mobilisasi menggunakan alat bantu
berupa kursi roda, pasien
mengatakan merasa cepat lelah dan
sesak setelah berjalan, setelah di
ukur Tekanan Darahnya oleh
perawat di dapatkan hasil sebelum
berjalan 148/78 mmHg setelah
berjalan Tekanan darah meningkat
189/113 mmHg
E. POLA ISTIRAHAT TIDUR
No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pasien mengatakan tidur 4-6 jam pada pasien tidur 5-6 jam dimalam hari
malam hari dan jarang tidur siang dan tidur siang 30 menit- 1 jam
namun pasien tidur 30 menit saat tidur namun saat malam hari ketika pasien
siang tidur tiba-tiba terbangun karena
mersa sesak nafas

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. pasien mengetahui bahwa dirinya Pasien memahami saat memiliki
menderita penyakit Hipertensi setelah Penyakit Hipertensi harus rutin
masuk Rumah sakit 4 tahun yang lalu minum obat amlodipin 1x1 di
malam hari sebelum tidur

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pasien mengatakan mampu Pasien mengatakan masih mampu
bersosialisasi dengan orang rumah dan bersosialisasi
tetangganya Adapun konsep diri pasien :
a. Identitas diri : pasien mengenali
namanya dan mengetahui
penyakit yang diderita
b. Peran diri: pasien mengatakan
hanya Ibu Rumah Tangga dan
tinggal dirumah bersama
anaknya
c. Harga Diri: pasien merasa
penyakit yang dialaminya
adalah bentuk penggugur dosa
jadi pasien ikhlas menerima
keadaannya yang sekarang
d. Body Image : pasien
mengatakan menerima kaadaan
tubuhnya dengan rambut sedikit
beruban dan kulit tidak kencang
lagi karena itu semua faktor
umur.
e. Ideal diri: pasien hanya ingin
menjadi orang tua yang baik
tanpa menyusahkan kedua
anaknya
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pasien mampu menjalani peran dan pasien mampu berinteraksi secara
berinteraksi dengan baik kooperatif dengan perawat dan
keluarganya serta pasien yang ada
disebalah tempat tidurnya

I. POLA REPRODUKSI-SEKSUAL
No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pasien tidak mengidap penyakit pasien enggan untuk di kaji secara
menukar seksualitas mendalam mengenali resproduksi
dan seksualitasnya

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS


No Sebelum Sakit Selama Sakit
1. pasien sholat jika waktunya tiba pasien menyampaikan perasaan sakit
yang dialami kepada perawat bahwa
pasien menerima penyakit yang
dideritanya, untuk mengatasi stres
pasien berzikir dan menenangkan
diri dengan mencium aroma terapi
serta mendengarkan musik religi di
hp

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


No Sebelum Sakit Selama Sakit
pasien shalat 5 waktu dan selalu berdoa pasien tidak menjalankan ibadah
1. karena merasa dirinya najis akan
tetapi masih tetap berdoa untuk
kesembuhannya dan berzikir
IV. DATA PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium tanggal : 08 Oktober 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai anormal

Natrium Darah L 126.1 mmo1/L 135.0 – 148.0


Kalium darah L 3.30 mmo1/L 3.5 – 4.5
Klorida Darah 98 mmo1/L 98.0 - 107.0

D. TERAPI
No Obat Dosis Cara Pemberian Indikasi
1. Nacl 0.9% 500 ml Intravena 20 tpm 1. Untuk mengganti
cairan tubuh yang
2. Cefotaxime 1 gr Intravena/12 jam hilang akibat
3. Ondansentron 4 mg Intravena/12 jam dehidrasi
4. Loperamid 2 mg Oral/8 jam 2. Antibiotik
5. Domperidone 1 mg Oral/8 jam 3. Untuk mencegah
6. Fibumin 500mg Oral/8 jam mual dan muntah
4. Obat ini bekerja
dengan cara
memperlambat
gerakan saluran
pencernaan
5. Menghintikan
mual muntah

ANALISA DATA
Keluhan Nilai/kondisi Normal Klasifikasi data
1. pasien mengatakan mual 1. Pasien tidak mual Nutrisi Dan Cairan
muntah lebih dari 5 kali dan tidak muntah DS :
dalam sehari sehingga 2. Nafsu makan 1. pasien mengatakan mual
nafsu makannya menurun meningkat muntah lebih dari 5 kali
2. P: pasien mengatakan 3. Pasien tidak ada dalam sehari sehingga
nyeri pada perutnya saat keluhan nyeri nafsu makannya menurun
mual dan muntah nyeriya 4. Pasien tidak mudah 2. pasien mengatakan nyeri
hilang saat tidak mual dan kekenyangan dan pada perutnya saat mual
muntah, tidak mudah lapar dan muntah nyernya hilang
Q: pasien mengatakan 5. Pasien saat tidak mual dan
nyerinya seperti diremas menghabiskan muntah, pasien mengatakn
R: nyerinya hanya dibagian makanan sesuai nyerinya seperti diremas
perut saja porsinya dan hilang timbul hanya
S: dengan skala nyeri 2 6. Pasien tidak cepat dibagian perut saja dengan
(ringan) lelah saat skala nyeri 2 (ringan)
T: hilang timbul beraktivitas 3. pasien mengatakan cepat
3. pasien mengatakan cepat 7. Pasien mengunyah kenyang
kenyang makanan dengan 4. Pasien makan bubur hanya
4. lidah pasien tanpak pucak lahap 1 -2 sendok dalam sehari
5. Pasien makan bubur 8. Tidak ada dan tidak memakan lauk
hanya 1 -2 sendok dalam peningkatan tekanan yang diberikan dari Rumah
sehari dan tidak memakan darah Sakit
lauk yang diberikan dari 9. Kekoatan otot 5/5 DO :
Rumah Sakit tanpak saat kanan 5/5 kiri 1. tanpak saat makan pasien
makan pasien mengunyah 10. Berat badan pasien mengunyah dengan lambat
dengan lambat dan terlihat ideal dan terlihat lemah
lemah, makanan dan 11. Berat badan pasien 2. lidah pasien tanpak pucak
minuman pantangan bertambah 3. Rambut pasien tampak
pasien saat dirumah sakit 12. IMT : 18,5-25,0 rontok
yaitu makanan dan yang 13. Bising usus 4. pasien mengalami
mengandung banyak gula, 5-30x/menit penurunan berat badan
pasien mengatakan tidak 14. GDS :140 mg/dL sebanyak 17,6% dari BB
memiliki elergi makanan 15. TTV: 51 kg menjadi 42 kg
apapun 16. TD : 90/60 mmHg- 5. pasien masuk kategori
6. Pasien mengatakan 120/80 mmHg berat badan kurang dan
merasa cepat lelah 17. N : 85-155x/menit pasien mengalami
7. Rambut pasien tampak 18. S : 36,5-37,5˚c penurunan berat badan
rontok 19. RR : 12-20x/menit sebanyak 17,6%
8. Tekanan darah meningkat 20. Spo2 : 95-100% 6. IMT : 17,5 (kurus)
189/113 mmHg setelah 7. Bising usus : 35x/ menit
beraktivitas
9. Kekuatan Otot Aktivitas dan Istirahat
5 5 DS:
3 3 1. Pasien mengatakan
10. pasien mengalami merasa cepat lelah
penurunan berat badan
DO:
sebanyak 17,6% dari BB 51
1. Tekanan darah meningkat
kg menjadi 42 kg
189/113 mmHg setelah
11. IMT : 17,5 (kurus)
beraktivitas
12. Bising Usus 35x/menit
2. Kekuatan Otot
13. TTV :
5 5
TD : 148/78 mmHg
3 3
N: 85 x/menit
S : 37,1 ˚ C
RR : 18 x/menit
Spo2:99%

IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan yang Kemungkinan Diangkat
1. Defisit Nutrisi (D.0019)
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)

No Diagnosa Keperawatan yang akan Diangkat


1.
Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d tanda dan gejala

DS :

1. pasien mengatakan mual muntah lebih dari 5 kali dalam sehari sehingga nafsu
makannya menurun
2. P: pasien mengatakan nyeri pada perutnya saat mual dan muntah nyeriya
hilang saat tidak mual dan muntah,

Q: pasien mengatakan nyerinya seperti diremas

R: nyerinya hanya dibagian perut saja

S: dengan skala nyeri 2 (ringan)

T: hilang timbul
3. pasien mengatakan cepat kenyang
4. Pasien makan bubur hanya 1 -2 sendok dalam sehari dan tidak memakan lauk
yang diberikan dari Rumah Sakit

DO :

1. tanpak saat makan pasien mengunyah dengan lambat dan terlihat lemah
2. lidah pasien tanpak pucak
3. pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 17,6% dari BB 51 kg
menjadi 42 kg
4. pasien masuk kategori berat badan kurang dan pasien mengalami penurunan
berat badan sebanyak 17,6%
5. IMT : 17,5 (kurus)
6. Bising usus : 35x/ menit

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d tanda dan gejala


DS:
1. Pasien mengatakan merasa cepat lelah

DO:
3. Tekanan darah meningkat 189/113 mmHg setelah beraktivitas
4. Kekuatan Otot
5 5
3 3

Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tgl ditemukan Tgl teratasi
1 Defisit nutrisi b.d kurangnya 10/10/2023 Intervensi
asupan makanan d.d tanda dan ( jam 10:20) belum selesai
gejala karena pasien
2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan 10/10/2023 sudah pulang
d.d tanda dan gejala ( jam 10:26)

NURSING CARE PLANING


No Diagnosa perencanaan
DX Keperawaatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
b.d intervensi selama 3x 24 1. Identifikasi status nutrisi
kurangnya jam Status nutrisi membaik 2. Identifikasi makanan yang
asupan dengan kriteria hasil : disukai
makanan 1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi perlunya
d.d tanda dihabiskan meningkat penggunaan selang
dan gejala 2. Kekuatan otot nasogastrik
DS : pengunyah meningkat 4. Monitor asupan makanan
1. pasien mengatakan 3. Nyeri abdomen 5. Monitor berat badan
mual muntah lebih menurun Terapeutik
dari 5 kali dalam 4. Perasaan cepat 6. Lakukan oral hygiene
sehari sehingga nafsu kenyang menurun sebelum makan, jika perlu
makannya menurun 5. Berat badan membaik 7. Sajikan makanan secara
2. P: pasien 6. Indeks masa tubuh menarik dan suhu yang
mengatakan nyeri (IMT) membaik sesuai
pada perutnya saat 7. Frekuensi makan 8. Berikan makanan tinggi
mual dan muntah membaik (3 kali/hari) serat untuk mencegah
nyeriya hilang saat 8. Nafsu makan konstipasi
tidak mual dan membaik Edukasi
muntah, 9. Bising usus membaik 9. Anjurkan pasien duduk,
Q: pasien mengatakan (5-30x/menit) jika mampu
nyerinya seperti 10. Membran mukosa Kolaborasi
diremas membaik 10. Kolaborasi pemberian
R: nyerinya hanya medikasi sebelum makan,
dibagian perut saja jika perlu (Ondansentron 4
S: dengan skala nyeri 2 mg/IV/12 jam)
(ringan)
T: hilang timbul
3. pasien mengatakan
cepat kenyang
4. Pasien makan bubur
hanya 1 -2 sendok
dalam sehari dan
tidak memakan lauk
yang diberikan dari
Rumah Sakit
DO :
5. tanpak saat makan
pasien mengunyah
dengan lambat dan
terlihat lemah
6. lidah pasien tanpak
pucak
7. pasien mengalami
penurunan berat
badan sebanyak
17,6% dari BB 51 kg
menjadi 42 kg
8. pasien masuk
kategori berat badan
kurang dan pasien
mengalami
penurunan berat
badan sebanyak
17,6%
9. IMT : 17,5 (kurus)
10. Bising usus : 35x/
menit

Setelah dilakukan
Observasi
intervensi selama 3 x 24
1. Identifikasi gangguan
jam toleransi aktivitas
fungsi tubuh yang
Intoleransi aktivitas meningkat dengan kriteria
mengakibatkan kelelahan
b.d kelemahan d.d hasil :
2. Monitor lokasi dan
tanda dan gejala
1. Keluhan lelah ketidaknyamanan selama
DS:
menurun melakukan aktivitas
1. Pasien mengatakan
2. Kekuatan tubuh 3. Monitor tekanan darah
merasa cepat lelah
bagian bawah Terapeutik

meningkat 1. Lakukan rentang gerak

3. Dispnea setelah pasif dan/atau aktif


2. Fasilitasi aktivitas
aktivitas menurun
DO: ambulasi dengan alat
4. Tekanan darah
1. Tekanan darah bantu (mis. Tongkat, kruk,
membaik
meningkat kursi roda)
189/113 mmHg Edukasi
setelah 1. Anjurkan melakukan
beraktivitas aktivitas secara bertahap
2. Kekuatan otot 2. Anjurkan menghubungi
5 5 perawat jika tanda dan
3 3 gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cra
meningkatkan asupan
makanan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI I
Tgl DX Jam Implementasi

10/10/ 1 09:30 1. Mengidentifikasi status nutrisi


2023 Hasil :
Berat badan pasien tidak ideal, dan pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 17,6% dari Bb 51 kg
menjadi 42 kg

09:32 2. Mengidentifikasi makanan yang disukai


Hasil :
Pasien ingin memakan makanan yang berkuah seperti
bakso

09:33 3. Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang


nasogastric
Hasil :
Pasien tidak perlu menggunakan selang NGT karena
tingkat kesadaran pasien compos mentis

09:36 4. Memonitor asupan makanan


Hasil :
Pasien diberikan makanan dari petugas gizi bubur, sayur
bening, ikan masak 1 potong, buah apel dan pisang dari
dan pasien hanya memakan ½ dari bubur dengan
frekuensi 3 kali sehari

09:38 5. Memonitor berat badan


Hasil :
Berat badan pasien 42 kg

09:40 6. melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


Hasil :
Pasien melakukan oral hygiene sebelum makan di bed nya
dengan cara berkumur-kumur
09:41 7. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Hasil :
Makanan pasien disajikan secara terpisah dalam keadaan
hangat
09:42 8. Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Hasil :
Pasien diberikan buah pisang dan pepaya oleh keluarganya

09:43 9. Menganjurkan pasien duduk, jika mampu


Hasil :
Saat makan pasien duduk di tempat tidurnya

10. Penatalaksanaan pemberian medikasi sebelum makan,


jika perlu
09:45 Hasil :
Penatalaksanaan :
Ondansentron 4mg/12 jam/Iv
Fibumin 500mg /8 jam/oral

Tgl Dx Jam Implementasi


10/10/ 2 10:03 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
2023 kelelahan
Hasil :
estremitas bawah kaki kanan dan kiri kekuatan ototnya 3

2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan


10:05
aktivitas
Hasil :
Pasien terlihat tidak nyaman pada kedua kakinya saat berjalan

10:06
3. Memonitor tekanan darah
Hasil :
TD 189/113 mmHg

10:07 4. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif


Hasil :
Pasien mampu mengangkat kedua kakinya saat duduk dan
berbaring tanpa bantuan orang lain

5. Memfaasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.


10:09
Tongkat, kruk, kursi roda)
Hasil :
Pasien difasilitasi kursi roda saat ke kamar

10:11
6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Hasil :
pasien akan melakukan aktifitas secara bertahap dengan
memberikan jedah ke aktivitas berikutnya

10:14 7. Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala


kelelahan tidak berkurang
Hasil :
pasien mengatakan akan memencet bel jika membutuhkan
bantuan perawat

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI I
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan

1 Defisit nutrisi b.d 10/10/2023 S:


kurangnya
1. pasien mengatakan mual
asupan
muntah sudah berkurang
makanan d.d
menjadi 1 kali
tanda dan
2. Pasien mengatakan
gejala
nyerinya menurun
DS :
3. Pasien mengatakan tidak
1. pasien mengatakan mual
cepat kenyang
muntah lebih dari 5 kali
4. porsi makanan pasien
dalam sehari sehingga
meningkat
nafsu makannya menurun
5. frekuensi makan
2. P: pasien mengatakan
meningkat
nyeri pada perutnya saat
O:
mual dan muntah nyeriya
hilang saat tidak mual dan 1. Kekuatan otot pengunyah
muntah, meningkat
Q: pasien mengatakan 2. Membran mukosa
nyerinya seperti diremas membaik
R: nyerinya hanya dibagian 3. belum ada peningkatan
perut saja berat badan
S: dengan skala nyeri 2 4. IMT : 17,5
(ringan) 5. Bising Usus 29x/menit
T: hilang timbul A : Defisit Nutrisi
3. pasien mengatakan cepat P : status nutrisi membaik
kenyang dengan kriteria hasil:
4. Pasien makan bubur 1. Porsi makanan yang
hanya 1 -2 sendok dalam dihabiskan meningkat
sehari dan tidak memakan 2. Kekuatan otot
lauk yang diberikan dari pengunyah meningkat
Rumah Sakit 3. Nyeri abdomen menurun
DO : 4. Perasaan cepat kenyang
5. tanpak saat makan pasien menurun
mengunyah dengan 5. Frekuensi makan
lambat dan terlihat lemah
6. lidah pasien tanpak membaik
pucak 6. Bising usus membaik
7. pasien mengalami 7. Membran mukosa
penurunan berat badan membaik
sebanyak 17,6% dari BB intervensi yang dipertahankan :
51 kg menjadi 42 kg 2. Identifikasi makanan
8. pasien masuk kategori yang disukai
berat badan kurang dan 3. Identifikasi perlunya
pasien mengalami penggunaan selang
penurunan berat badan nasogastric
sebanyak 17,6% 6. Lakukan oral hygiene
9. IMT : 17,5 (kurus) sebelum makan, jika
10. Bising usus : 35x/ menit perlu
7. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
9. Anjurkan pasien duduk,
jika mampu
Intervensi yang dilanjutkan :
1. Identifikasi status nutrisi
4. Monitor asupan makanan
5. Monitor berat badan
8. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
10. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan


2. Intoleransi aktivitas b.d 10/10/2023 S:
kelemahan d.d tanda dan 1. Pasien masih cepat lelah
gejala setelah berjalan
DS:
O:
1. Pasien mengatakan
1. Tekanan darah
merasa cepat lelah
meningkat 189/113
mmHg setelah
DO:
beraktivitas
1. Tekanan darah
2. Kekuatan otot
meningkat 189/113
5 5
mmHg setelah
3 3
beraktivitas
2. Kekuatan otot
A: intoleransi aktivitas
5 5
P: toleransi aktivitas meningkat
3 3
dengan kriteria hasil :

1. Keluhan lelah menurun


2. Kekuatan tubuh bagian
bawah meningkat
3. Tekanan darah membaik

Intervensi yang dipertahankan :


5. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. Tongkat,
kruk, kursi roda)
6. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
7. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Intervensi yang dilanjutkan :
1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
3. Monitor tekanan darah
4. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI II
Tgl DX Jam Implementasi

11/10/ 1 09:30 1. Mengidentifikasi status nutrisi


2023 Hasil :
Berat badan pasien tidak ideal, dan pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 17,6% dari Bb 51 kg
menjadi 42 kg

09:32 4. Memonitor asupan makanan


Hasil :
Pasien diberikan makanan dari petugas gizi bubur, sayur
bening, ikan masak 1 potong, buah apel dan pisang dari
dan pasien hanya memakan ½ dari bubur dengan
frekuensi 3 kali sehari

09:3 5. Memonitor berat badan


Hasil :
Berat badan pasien 42,50 kg

09:36 8. Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah


konstipasi
Hasil :
Pasien diberikan buah pisang dan pepaya oleh keluarganya

10. Penatalaksanaan pemberian medikasi sebelum makan,


09:38 jika perlu
Hasil :
Penatalaksanaan :
Ondansentron 4mg/12 jam/Iv
Fibumin 500mg /8 jam/oral

Tgl Dx Jam Implementasi

11/10 2 10:20 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan


2023 kelelahan
Hasil:
estremitas bawah kaki kanan dan kiri kekuatan ototnya 3

2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan


aktivitas
10:22
Hasil:
Pasien terlihat masih tidak nyaman pada kedua kakinya saat
berjalan

3. Memonitor tekanan darah


10:25 Hasil:
TD 169/95 mmHg

4. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

10:26 Hasil:
Pasien mampu mengangkat kedua kakinya saat duduk dan
berbaring tanpa bantuan orang lain

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI II
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan
1 Defisit nutrisi b.d 11/10/2023 S:
kurangnya
1. pasien mengatakan mual
asupan
muntah sudah berkurang
makanan d.d
menjadi 1 kali
tanda dan
2. Pasien mengatakan
gejala
nyerinya menurun
DS :
3. Pasien mengatakan tidak
1. pasien mengatakan mual
cepat kenyang
muntah lebih dari 5 kali
4. porsi makanan pasien
dalam sehari sehingga
meningkat
nafsu makannya menurun
5. frekuensi makan
2. P: pasien mengatakan
meningkat
nyeri pada perutnya saat
O:
mual dan muntah nyeriya
hilang saat tidak mual dan 1. Kekuatan otot pengunyah
muntah, meningkat
Q: pasien mengatakan 2. Membran mukosa
nyerinya seperti diremas membaik
R: nyerinya hanya dibagian 3. belum ada peningkatan
perut saja berat badan
S: dengan skala nyeri 2 4. IMT : 17,5
(ringan) 5. Bising Usus 29x/menit
T: hilang timbul A : Defisit Nutrisi
3. pasien mengatakan cepat P : status nutrisi membaik
kenyang dengan kriteria hasil:
4. Pasien makan bubur 1. Porsi makanan yang
hanya 1 -2 sendok dalam dihabiskan meningkat
sehari dan tidak memakan 2. Kekuatan otot
lauk yang diberikan dari pengunyah meningkat
Rumah Sakit 3. Nyeri abdomen menurun
DO : 4. Perasaan cepat kenyang
1. tanpak saat makan pasien menurun
mengunyah dengan 5. Frekuensi makan
lambat dan terlihat lemah membaik
2. lidah pasien tanpak 6. Bising usus membaik
pucak 7. Membran mukosa
3. pasien mengalami membaik
penurunan berat badan Intervensi yang dilanjutkan :
sebanyak 17,6% dari BB 1. Identifikasi status nutrisi
51 kg menjadi 42 kg 4. Monitor asupan makanan
4. pasien masuk kategori 5. Monitor berat badan
berat badan kurang dan 8. Berikan makanan tinggi
pasien mengalami serat untuk mencegah
penurunan berat badan konstipasi
sebanyak 17,6% 10. Kolaborasi pemberian
5. IMT : 17,5 (kurus) medikasi sebelum makan,
6. Bising usus : 35x/ menit jika perlu

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan

2. Intoleransi aktivitas b.d 11/10/2023 S:


kelemahan d.d tanda dan 1. Pasien masih cepat lelah
gejala O:
DS: 1. Tekanan darah membaik
2. Pasien mengatakan 169/95 mmHg setelah
merasa cepat lelah beraktivitas
dan sesak setelah 2. Kekuatan otot meningkat
berjalan 5 5
DO: 4 4
3. Tekanan darah A: intoleransi aktivitas
meningkat 189/113 P: toleransi aktivitas meningkat
mmHg setelah dengan kriteria hasil :
beraktivitas 1. Keluhan lelah menurun
4. Kekuatan otot 2. Kekuatan tubuh bagian
5 5 bawah meningkat
3 3 3. Tekanan darah membaik
Intervensi yang dipertahankan :
4. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
Intervensi yang dilanjutkan :
1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
3. Monitor tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai