Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TIPE 2


Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase
Keperawatan Medikal Bedah I

OLEH :

KELOMPOK 4

1. NUR RAHMATIA U ZUMRAH (14420231004)


2. THANIA SUMANTA (14420231007)
3. NURMALA LATEMBO (14420231012)
4. ALFIAN (14420231014)
5. ALFIRA AYUNINGSIH BAMBANG (14420231015)
6. DILLY RAHMAWATI SOPALU (14420231017)
7. ADE VAHIRAH LESTARI (14420231018)
8. FIKA NURFIKRIAH (14420231020)
9. RATU ANANDA TRIA SARMAN (14420231035)
10. NINA G (14420231073)

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

(………………………...) (Sudarman, S.Kep., Ns., M.Kes.,M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
A. Konsep Medis
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta di kelenjar pancreas dan sangat berperan dalam metabolism
glukosa dalam sel tubuh. World Health Organization (WHO) dan American
Diabetes Association (ADA) telah menetapkan bahwa diabetes diindikasikan bila
nilai glukosa plasma puasa (fasting plasma glukoce, FGP) lebih atau sama dengan
7 mmol/L (Purwaningsih 2023).
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) atau biasa disebut juga dengan Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) merupakan tipe DM yang diakibatkan
oleh insentivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin
relative yang dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia. DM tipe 2 merupakan
penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di dunia. DM2 adalah penyakit
metabolisme gangguan sekresi insulin yang mengakibatkan resistensi insulin dan
kesalahan fungsi sel β pancreas (Delfina et al. 2021).
2. Etiologi
Berdasarkan tipenya, terdapat etiologi-etiologi atau penyebab-penyebab
mengapaorgan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin, yakni sebagai berikut:
a. DM tipe I
Faktor-faktor yang penyebabnya yaitu:
1) Faktor imunologi; Adanya respons abnormal pada automin saat antibodi
secara terarah bereaksi terhadap jaringan-jaringan yang dianggapnya asing.
Contohnya meliputi otoantibodi terhadap insulin endogen dan sel-sel pulau
Langerhans.
2) Faktor lingkungan: Pemeriksaan juga dilaksanakan pada kemungkinan-
kemungkinan faktor luar yang memungkinan menimbulkan dekstruksi sel
beta. Contoh virus- virus yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus yaitu
Human coxsackievirus B4, Mumps, dan Rubela.
b. DM tipe II
Diabetes ini dapat terjadi karena faktor genetik. Selain itu pola hidup yang
tergolong tidak sehat dapat memicu terjadinya diabetes tipe 2. Faktor-faktor
risiko yang memiliki hubungan dengan penyebab mengalami diabetes mellitus
tipe 2 yaitu meliputi :
1) Usia: Terdapat kecenderungan adanya peningkatan resistensi insulin saat
berusialebih dari 65 tahun.
2) Obesitas: Seseorang dengan status gizi yang tergolong obesitas dengan
kadar lemak yang berlebih berdampak pada tingginya cadangan energi dalam
tubuh.
3) Riwayat keluarga
c. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes gestational merupakan diabetes yang dialami oleh seseorang karena
terpicu kemahilan. Diabetes tipe ini terjadi karena adanya perubahan
metabolisme gula, yaitu hiperglikemia karena adanya sekreksi pada homron
plasenta. Selain itu, ada pendapat mengatakan bahwa diabetes ini baru mucul
pada kehamilan. sehingga perlu diperhatikan terutama bagi wanita dengan
status gizi gemuk, adanya riwayat diabetes di keluarga, melahirkan dengan berat
bayi hingga lebih dari 4 kg, kematian pada bayi yang lahir, dan riwayat
melakukan aborsi yangberulang-ulang.
d. Diabetes tipe lain
Selain tipe diabetes yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat tipe lain yaitu
diabetes yang disebabkan karena adanya penyakit lain. Penyakit tersebut
merupakan penyakit yang mengakibatkan terganggunya produksi insulin
hingga berpengaruh terhadap kinerja hormon insulin. Contoh dari penyakit
tersebut meliputi, seperti peradangan pada pankreas (pankreatitis), penggunaan
hormon kortikosteroid, gangguan kelenjar adrenal, malnutrisi, penggunaan
obat antikolesterol dan antihipertensi, stroke, penderita kondisi kritis, infeksi
berat (Rima 2023).
3. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Ketidakmampuan pankreas pada dalam memproduksi hormon insulin pada
diabetes tipe 1 dikarena sel beta mengalami kehancuran. Hal tersebut
berakibat pada terpicunya hiperglikemia puasa maupun post-prandial.
Tingginya kadar glukosa dalam darah atau glukosaria dan eskresi akan disertai
mengaluarnya elektrolit dan cairan yang berlebih yang mengakibatkan
peningkatan frekuensi penderita dalam buang air kecil (poliuri) dan merasakan
kehausan (polidipsi).
Kurangnya kadar hormon insulin berdampak pada terganggunya
metabolismpe pada lemak dan protein. Hal tersebut berisik pada menurunnya
massa tubuh serta memicu rasa lapar yang berlebih (polifagi). Dampak lainnya
yaitu memicu proses terpecahnya glukosa yang tersimpan atau bisa disebut
glukogenolisis. Selain itu, hal ini memberi efek pada pemecahan lemak hingga
meningkatnya kadar keton yang berkaibat pada teganggunya keseimbangan
asam- basa. Hal ini berdampak pada memicunya ketoasidosis.
Timbulnya ketoasidoses dapat berakibat pada terjadinya mual hingga
muntah, hiperventilasi, nyeri pada abdomin yang apabila tidak tertangani akan
mengakibatkanya berubah kesedaran hingga mengalami koma dan kematian
(Rima 2023).
b. DM Tipe II
Resistensi dan terganggunya sekresi insulin merupakan 2 masalah yang
utama pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Secara normal, insulin memliki kurang
keterkaitan pada reseptir. Walaupun kadar insulin tinggi, akan tetapi glukosa
tetap tidak mampu masuk ke dalam sel hingga terjadi kondisi kurangnya
glukosa. Hal tersebutlah yang biasa disebut dengan resistensi insulin. Upaya
pencagahan yang dapat dilakukan dalam mengatasi resistensi insulin yaitu
jumlah insulin yangterekskresi juga harus meningkat. Akan tetapi, sel beta yang
tidak dapat berimbang memicu terjadinya peningkatan kadar glukosa
sehingga DM. Walalupun sekresi insulin terganggu, akan tetapi masih ada
insulin dengan jumlah yang cukup dalam penecagan terpecahnya lemak yang
diiringi dengan pembentukan keton. Dengan begitu, DM tipe 2 tidak
menimbulkan ketosiadosis diabetik. Walaupun demikian, kondisi DM Tipe 2
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan masalah-masalah lain. Salah satu
masalah yang timbuk yaitu terjadinya sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketotik. Upaya primer dlama menangani DM tipe 2 yaitu berupaya dalam
penurunan berat badan. Hal ini dikarenakan obesitas memiliki keterkaitan
dengan resistensi insulin (Rima 2023).
4. Pathway/Penyimpangan KDM
DMT1 DMT2

Reaksi autoimun Usia, Obesitas, genetic,


kurang olahraga dan pola
makan tidak sehat
Sel ß pancreas
hancur
Jumlah sel ß
pancreas
menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Glikogen Anabolisme


meningkat protein menurun

Viskositas darah
meningkat Hiperglikemia Kerusakan pada
antibody

Aliran darah Ketidakstabilan Risiko


lambat Kadar Glukosa Kekebalan tubuh
Infeksi
Darah menurun

Suplai O2
menurun Neuropati sensori
perifer

Hipoksia
Nekrosis luka

Perfusi Perifer Gangguan Integritas


Ganggren
Tidak Efektif Kulit/Jaringan
5. Manifestasi Klinik
Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita DM tipe (PERKENI, 2021)
yaitu :
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan cadangan
lemak dan protein digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan
tenaga akibat dan kekurangan glukosa yang masuk ke dalam sel.
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah melebihi nilai ambang
ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar bersama urine, untuk menjaga agar urine
yang keluar yang mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan
menarik air sebanyak mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang
keluar banyak dankencingpun menjadi sering terutama pada malam hari.
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada terjadinya dehidrasi
intrasel sehingga merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan
menimbulkan rasa haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh berkurang sehingga
energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga
dengan demikian otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang
makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasalapar (Gede 2023).
e. Lemah atau malaise
f. Merasakan kesemutan
6. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagi
komplikasi yang akut dan kronik. Komplikasi akut yang terjadi akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung dan dalam jangka waktu yang pendek adalah:
a. Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah dibawah 50 atau 60 mg/dll (2,7- 3,3
mmol/L), dapat terjadi karena intake nutrisi tidak adekuat, latihan fisik yang
berlebihan serta efek pemberian insulin OHO.
b. DKA (Ketoasidosis diabetic)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
c. HHNK (Sindrom Hiperglikemia Hipeosmoler Nonketotik)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
Selain komplikasi akut, terdapat pula komplikasi kronik yang biasanya terjadi
10-15 tahun setelah diabetes mellitus mencakup:
1) Penyakit Makrovaskular (pembuluh darah besar)
a. Penyakit Arteri Koroner
b. Penyakit Serebrovaskuler
c. Penyakit Vaskuler Perifer
2) Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil):
a. Retinopati Diabetik
b. Nefropati
c. Neuropatik (Gede 2023).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan diagnostik yang dapat dilakukan agar dalam mengetahui terjadinya
diabetes melitus pada seseorang dapat dengan pemeriksaan seperti:
a. Peningkatan glukosa darah
Menurut WHO, diabetes melitus memliki karakteristik diagnosis yang
meliputi:
1) Gula darah sewaktu: >200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2) Gula darah puasa : >140 mg/dL (7,8 mmol/L).
3) Gula darah 2 jam post prandial : >200 mg/dL.
b. Tes toleransi gula
Sebelum dilaksanakan tes, selama 3 hari pasien diankurkan untuk
konsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat dengan kisaran 100 hingga 300
gram. Setelah itu, hari esoknya dilakukan pengambilan darah pada sampel.
Lalu diberikan asupan karbohidrat sebesar 75 gram kepada pasien.
1) Asetin plasma: positif dengan mencolok
2) Peningkatan sebesar kurang dari 330 m os/l pada osmolaritas serum.
3) Rendahnya gas darah arteri pH dan menurunnya HCO3.
4) Alkalosis respiratorik.
5) Kemungkinan peningkatan pada trombosit darah, terjadinya leukositosis,
hemokosentrasi dan timbulnya respons terhadap infeksi/stress.
6) Menurunnya kinerja ginjal, meningkatnya uremin atau kreatinin.
7) Kemungkinan terjadi peningkatan amilase darah
8) Pada tipe 1 kemungkinan penurunan pada insulin darah hingga tidak
ada. Sedangkan pada tipe 2, insulin pada darah normal hingga meningkat
sebagaibentuk indikasi insulfisiensi insulin.
9) Meningkatnya aktivitas tiroid yang mengakibatkan terjadinya
peningkatanglukosa dan kebutuhan insulin.
10) Nilai positif pada pemeriksaan gula dan aseton pada urin. Massa jenis
danosmolaritas juga kemungkinan terjadi peningkatan
11) Kemungkinan terjadi infeksi pada saluran kemih dan juga luka.
c. HbA1c
Pengecekan dengan bahan darah agar mendapatkan kadar glukosa seutuhnya
yang dikarenakan ketidaktepatan pasien dalam pengntrolan hasil tes selama
kurun waktu 2 hingga 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar Hb terglikosilasi.
Pada orang normal yaitu pada rentangan 4 hingga 6%. Semakin tinggi
persentase tersebut, maka semakin dapat disimpulkan bahwa seseorang
mengalami diabetes mellitus (Gede 2023).
8. Penatalaksanaan
Terapi yang dinilai memiliki keefektivitasan pada semua tipe diabetes melitus
yaitu dibagi menjadi seperti yang dijabarkan berikut:
a. Non medis
1) Manajemen diet
2) Berolahraga atau beraktivitas fisik
3) Memantau kadar glukosa darah
4) Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)
b. Medis
1) Penanganan Diabetes Mellitus tipe I antara lain:
a) Pemberian terapi insulin, pemberian diet
b) Transplantasi pancreas
2) Penanganan Diabetes Mellitus tipe 2 antara lain:
Obat anti-diabetik oral sebagai instimulan pembentukan insulin endogen,
penigkatan daya sensitiv terhadap insulin, penekanan glukoenogenesis serta
melambatkan penyerapan Karbohidrat yang dapat dikombinasikan dengan
obat. Adapun obat-obat yang dianjurkan kepada penyandang DM Tiper 2
yaitu metformin dan glimepiride.
9. Prognosis
Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien
dalam mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c
< 7%), tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada
gangguan mikrovaskuler serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup
lebih lama. Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan
telah menderita diabetes lama (≥ 15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih
singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik ketat sekalipun. DM dapat
menyebabkan 15 mortalitas dan morbiditas karena dapat berkomplikasi pada
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah perifer,
gangguan saraf (neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik
merupakan cara efektif untuk pencegahan DM
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas umum:
Nama pasien, usia pasien, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
Pendidikan, pekerjaan, alamat tempat tinggal, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya
penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya Riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas.
Adanya Riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
Tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
4) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan, dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) System integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban, dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/ bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lebar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah, dan nyeri, adanya gangrene di eksremitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer tidak Efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai
dengan CRT >3dtk, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin,
turgotr kulit menurun dan edema
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubugan dengan
hipoglikemia/hiperglikemia ditandai dengan mengantuk, pusing, kadar glukosa
darah rendah/tinggi, Lelah atau lesu
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan neuropati perifer ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit,
nyeri, kemerahan
4. Risiko Infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)
3. Intervensi Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1. Perfusi Perifer tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan hiperglikemia selama …. x24 jam Tindakan
ditandai dengan CRT >3dtk, nadi diharapkan perfusi perifer Observasi
perifer menurun atau tidak teraba, meningkatdengan kriteria - Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema,
akral teraba dingin, turgotr kulit hasil: pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
menurun dan edema - Kekuatan nadi perifer - Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes,
meningkat perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
- Warna kulit pucat - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
menurun ekstremitas
- Pengisian kapiler Terapeutik
membaik - Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
- Akral membaik keterbatasan perfusi
- Turgor kulit membaik - Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
berhubugan dengan selama …. x24 jam Tindakan
hipoglikemia/hiperglikemia ditandai diharapkan Kestabilan Observasi
dengan mengantuk, pusing, kadar Kadar Glukosa Darah - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa darah rendah/tinggi, Lelah meningkat dengan kriteria - Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
atau lesu hasil: meningkat (mis: penyakit kambuhan)
- Koordinasi meningkat - Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Mengantuk menurun - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria,
- Pusing menurun polydipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan
- Lelah/lesu menurun kabur, sakit kepala)
- Keluhan lapar menurun - Monitor intake dan output cairan
- Kadar glukosa dalam - Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah, elektrolit,
darah membaik tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika
perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis: penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional kesehatan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
Gangguan integritas kulit berhubungan selama ….x24 jam Tindakan
dengan neuropati perifer ditandai Integritas Kulit dan Observasi
dengan kerusakan jaringan/lapisan Jaringan Meningkat - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis:
kulit, nyeri, kemerahan dengan kriteria hasil : perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
- Kerusakan jaringan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim, penurunan
menurun mobilitas)
- Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
menurun - Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
4. Risiko Infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
penyakit kronis (mis. diabetes keperawatan selama …x24 Tindakan
mellitus) jam Tingkat Infeksi Observasi
Menurun dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
hasil: Terapeutik
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan menurun - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Bengkak menurun dan lingkungan pasien
- Kadar sel darah putih - Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
membaik Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Oleh karena itu, jika
intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau
diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut dikatakan implementasi
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Delfina, Seila, Irene Carolita, Shafa Habsah, and Syi’ta Ayatillahi. 2021.
“Analisis Determinan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Usia Produktif.” Jurnal Kesehatan Tambusai 2(4):141–51. doi:
10.31004/jkt.v2i4.2823.

Gede, Rosoasih Ayu. 2023. “Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus


Dengan Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif Yang Diberikan SPA Dan
Senam Kaki DI RSUD Wangaya.” Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan


Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Purwaningsih. 2023. “Penerapan Senam Kaki Diabetes Untuk Meningkatkan


Sensitivitas Kaki Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Metro.”
Jurnal Cendikia Muda 3(2):235–44.

Rima, Astuti Widya. 2023. “Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa


Darah Dengan Pemberian Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Banjar Aseman Kangin Kabupaten Badung.” Politeknik
Kesehatan Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai