Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS (DM)


DI DESA BUGANGAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik  Stase Keperawatan  Peminatan Paliatif

Disusun Oleh:
Titik Ulin Nuha
202102040074

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis
yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat
digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya
insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan
gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan
dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto et al, 2016).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme kabohidrat, lemak, protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) ( Hawks et al, 2014).
Menurut Smeltzer (2017) DM merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
2. Etiologi
a. Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha pancreas yang
bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominan sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali
dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
b. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan
oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon.
Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha
pulau pancreas.
c. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes
mellitus dan insulin insufisiensi relative.
d. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada
post reseptor.
3. Klasifikasi
a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus
tergantung Insulin (DMTI)
5%-10% penderita diabetic adalah tipe I. sel-sel beta dari pancreas
yang normalny amenghasilkan insulin dihancurkanoleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes
Melitus tak tergantung Insulin (DMTTI)
90%-95% penderita diabetic adalah tipe II.Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan
olahraga, jika kenaikan kadar gula darah menetap, suplemen dengan pre
parathipoglikemi (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemi).
c. DM tipe lain
Karenakelainan genetic, penyakit pancreas, obat, infeksi, anibodi,
sindrom penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
d. Diabetes kehamilan
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
4. Tanda dan Gejala
a. Diabetes Tipe I
1) Hiperglikemia berpuasa
2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) Keletihan dan kelemahan
4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas
amis buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian).
b. Diabetes Tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur
3) Komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
c. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, tempat akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan
dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
menawarkan gejala klinis 5 P yaitu :
1) Pain (nyeri)
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (kesemutan)
4) Pulselessness (denyut nadi hilang)
5) Paralysis (lumpuh).
5. Komplikasi
a. Komplikasiakut
1) Hipoglikemi
Merupakan kadar gula darah yang rendah, kadar gula darah yang
normal 60-100mg yang bergantug pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemi adalah koma hipoglikemi.Pada kasus
spoot atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai
sebagai salah satu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pemberian
glukosa. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karena terlambat makan
atau olahraga yang berlebih. Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan
gejala hipoglikemi terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg atau 40mg.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
a) Dapatdiberikan bolus glukosa40%
b) Tiap keadaan hipoglikemi harus diberikan 50cc D50 W dalam waktu
3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W
bergantung pada tingkat hipoglikemi
c) Pada hipoglikemi yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin
dan pemberian diabetik oral maka diperlukan infus yang berkelanjutan
d) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang
terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor
penyebab kegagalan ketiga organ ini.
2) Hiperglikemi hiperosmolar nonketotik (HHNK)
Sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik (HHNK) disebut
juga hyperosmolar hyperglycemic syndrome adalah kondisi yang terjadi
ketika kadar gula darah di dalam tubuh penderita diabetes meningkat
terlalu tinggi hingga jauh melebihi batas normal. Kadar gula darah yang
meningkat drastis akibat sindrom HHNK akan membuat tubuh
penderitanya banyak membuang cairan melalui urine guna mengeluarkan
gula darah yang menumpuk. Meski demikian, banyaknya cairan tubuh
yang terbuang ini kemudian dapat meningkatkan risiko
terjadinya dehidrasi.Jika dibandingkan dengan komplikasi diabetes lain,
seperti ketoasidosis diabetik, sindrom HHNK sebetulnya tergolong lebih
jarang terjadi. Meski begitu, sindrom HHNK berisiko tinggi menimbulkan
masalah kesehatan serius, seperti kejang, koma, atau bahkan kematian.
Sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik merupakan komplikasi
penyakit diabetes yang bisa terjadi ketika penyakit diabetes tidak
terkontrol atau tertangani dengan baik. Meski lebih banyak terjadi pada
penderita diabetes tipe 2, sindrom HHNK juga dapat terjadi pada diabetes
tipe 1.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat menyebabkan
terjadinya sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik, yaitu:
a) Infeksi, seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih
b) Efek samping obat-obatan, misalnya obat diuretik, kortikosteroid, dan
obat antikejang
c) Penyakit tertentu, seperti gagal jantung dan penyakit ginjal
d) Usia di atas 65 tahun
6. Patofisiologi
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat
sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang
sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai
dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik
dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun
jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab
seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti
neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi
yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki diabetik.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik
dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata
mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan
oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah
kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
7. Pathways

8. Komplikasi
a. Kerusakan saraf (Neuropathy)
b. Kerusakan ginjal (Nephropathy)
c. Kerusakan mata (Retinopathy)
d. Penyakit jantung
e. Penyakit pembuluh darah perifer
f. Gangguan saluran makan
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula
darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang
berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu
tidur.
b. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor
sebagai hasil dari glikolisis normal.
c. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk
memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas penderita : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan.
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telahdilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasadigunakan oleh
penderita.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang jugamenderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulinmisal hipertensi, jantung.
4) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hiperglikemi
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual
muntah

3. Intervensi
a. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi dengan Kriteria hasil :
 Pasien mengatakan bersedia patuh dalam pengobatan
 GDS <200
 Pasien dapat merubah pola hidup DM
intervensi:
1. Monitor tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan
R: Pasien patuh dalam pengobatan
2. Pendidikan Kesehatan tentang pengobatan DM
R: Pasien mengetahui pengobatan DM
3. Ajarkan pasien dan keluarga cara penggunaan injeksi novorapid selama
dirumah
R: Pasien dan keluarga dapat mengelola pengobatan DM selama di rumah
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 3x12 unit/SC
R: Pasien dan keluarga dapat mengelola pengobatan DM selama di rumah

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hiperglikemi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi dengan Kriteria hasil :
 TD normal (120/80 mmHg)
 Tingkat kesadaran membaik
 Tidak ada gerakan involunter
 Fungsi sensorik dan motorik tidak ada gangguan
Intervensi :
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap rangsangan panas
atau dingin
2. Periksa penyebab perubahan sensasi
3. Ajarkan klien untuk mengobservasi kulit pada daerah perifer
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nafsu makanmenurun dan mual muntah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Berat badan dan tinggi badan ideal.
2) Pasien mematuhi dietnya.
3) Kadar gula darah dalam batas normal.
4) Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapatdiberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinyahipoglikemia/hiperglikemia.
3) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan
merupakan salah satuindikasi untuk menentukan diet ).
4) Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
5) Kolaborasi pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehinggagula darah menurun, pemberian diet yang sesuai
dapat mempercepat penurunan gula darah danmencegah komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, hotma.2014. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin


Jakarta: EGC.

Nurarif Amin Huda. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
NANDA NIC NOC Jilid1. Yogyakarta: Mediaction

Tarwoto,wartoah,dkk.2016. keperawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin.jakarta:


Cv. Trans info media

Maghfuri, ali.2016. buku pintar perawatan luka diabetes melitus. Jakarta: salemba medika

Anda mungkin juga menyukai