TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Henderina, 2010).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer Suzzane C & Brenda G.Bare, 2001).
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolic yang berlangsung kronik dimana penderita
diabetes tidak bias memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu
menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula didalam darah (Harrison,
2001).
Diabetes Melitus Tipe II/NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) adalah diabetes
yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer Suzzane C & Brenda G.Bare, 2001).
Diabetes Melitus Tipe II/NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) adalah
diabetes yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin
Smeltzer (2002) adalah usia, obesitas, genetik dan diet atau pola makan yang salah, yang akan
1. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 30 tahun, pada kelompok usia ini
jumlah insulin yang terdapat dalam tubuh berjumlah banyak, namun kurang dapat menjalankan
2. Faktor Genetik
Orang tua yang memiliki riwayat diabetes melitus cenderung akan menurunkan kepada anaknya
karena diperkirakan genetik locus yang menurunkan penyakit diabetes melitus tipe II yaitu
3. Obesitas
Orang yang gemuk, insulin yang beredar didalam tubuh menjadi tidak efektif, yang disebabkan
banyaknya glukosa didalam tubuh meskipun pankreas telah bekerja keras mengeluarkan insulin
Orang yang mengkonsumsi lemak yang lebih tinggi dari kebutuhannya akan mempunyai resiko
yang tinggi terkena penyakit diabetes melitus. Diet atau pola makan yang salah dengan
mengkonsumsi lemak yang tinggi akan menurunkan kepekaan reseptor di pankreas untuk
menghasilkan insulin. Hal ini akan diperburuk dengan mengkonsumsi gula yang tinggi.
C. Patofisiologi
1. Proses penyakit
Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) disebabkan oleh adanya faktor usia, genetik, obesitas,
diet/pola makan yang salah. Pola makan yang salah seperti mengkonsumsi makanan yang
mengandung terlalu banyak gula, dapat menyebabkan penumpukan glukosa sehingga terjadi
insulin, dari faktor usia, keturunan, obesitas dapat menyebabkan kerusakan sel pankreas yang
dapat menimbulkan kerusakan pada sel beta, yang dapat mengakibatkan sensitivitas insulin
menurun dan terjadi gangguan sekresi insulin dan dapat terjadi defisiensi insulin sehingga dapat
meningkatkan kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia. Dari glukosa yang tidak bisa
masuk dalam sel lemak dan protein diperoleh sehingga terjadi peningkatan lipolisis.
Peningkatan oksidasi asam lemak dan pembentukan keton sehingga produksi badan keton
meningkat dan terjadi ketoasidosis. Akibat dari hiperglikemia dan defisiensi insulin dapat
mengakibatkan tidak efektifnya kerja insulin untuk mengantarkan glukosa ke dalam sel,
sehingga sel kelaparan (asthenia) sehingga timbul rasa lapar yang terus-menerus (poliphagi).
Selain itu juga dapat mengakibatkan energi sel berkurang, mengakibatkan metabolisme
meningkat, metabolisme lemak meningkat dan biasanya terjadi penurunan berat badan dan
lemah. Glukosa tidak masuk dalam sel dapat juga mengakibatkan hipoglikemia, ini dikarenakan
Karena kurangnya insulin sehingga nutrisi tidak dapat msuk kedalam sel, sehingga sel lapar
(astenia) sebagai respon klien pun merasa lapar dan ingin makan terus.
Karena pada klien diabetes melitus terjadi hiperosmolar vaskular (melebarnya dinding
pembuluh darah) akibat hiperglikemia yang menyebabkan glukosa plasma melebihi ambang
batas ginjal sehingga terjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel sehingga klien
sering BAK.
d. Respon ini terjadi karena sering BAK, mengakibatkan klien merasa haus terusKesemutan
Peningkatan gukosa darah dalam waktu yang lama mengakibatkan terjadinya perubahan
e. Kelelahan/kelamahan tubuh
Disebabkan glukosa didalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal ini disebabkan
karena tubuh kekurangan insulin sehingga untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan
untuk beraktifitas tubuh membakar cadangan lemak yang ada. Jika cadangan lemak dibakar
dalam jumlah yang berlebihan menimbulkan ketoasidosis diabetik yang ditandai dengan
1). Hipoglikemia
kadar glukosa darah turn dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
dan lemak. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel juga
akan berkurang dan prosuksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Dua faktor ini
akan menimbulkan hiperglikemia. Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium) yang menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan
lemak (lipolisis) menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas diubah
menjadi badan keton oleh hati. Bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
menimbulkan asidosis metabolik. Jadi, tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
1). Mikroangiopati
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
2). Makroangiopati
dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufiensi insulin dapat menjadi penyebab
c. Neuropati
sistem saraf termasuk saraf perifer (sensori motor), otonom dan spinal.
Kerusakan saraf perifer terjadi karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal dan
karena aliran darah ke kulit berkurang dan hilangnya rasa yang menyebabkan cedera
Gangrene adalah kelainan pada syaraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian
gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh
darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh, karena
aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba,
kulit tampak pucat atau kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi jaringan
busuk kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur sehingga menjadi gangrene. Hal ini
akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis).
(bergesernya sendi), kaput metatarsal, charcaot (perubahan bentuk kaki), kematian saraf.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi insulin
Indikasi pemberian insulin pada pasien diabetes melitus yang berusia lanjut sama
seperti non usia yanitu adanya kegagalan terapi otoketoasidosis, koma hiperoosmolar,
adanya infeksi (stres). Dianjurkan memakai insulin intermediet acting yang dicampur dengan
insulin short-acting dan dapat diberikan 1-2x/hari, dengan dosis tetap serta kalori dalam
Obat hipoglikemia oral diberikan jika pengaturan diet dan latihan tidak berhasil. Di
3. Pemberian Analgetik
E. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik :
Gejala : lemah letih, sulit bergerak atau berjalan, kram, otot, tonus otot
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaaan istirahat atau dengan aktifitas,
b. Sirkulasi
ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan serta bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain dan masalah finansial yang
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuri), nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri atau dapat berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk
atau infeksi abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun.
Gejala : hilang nafsu makan, mual, muntah, haus, tidak mengikuti diet,
Tanda : kulit kering atau bersisik, turgor kulit buruk, kekakuan atau distensi
dengan peningkatan gula darah / bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
f. Neurosensori
Gejala : pusing atau pening sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
gangguan memori (baru atau masa lalu), kacau mental, aktivitas kejang (tahap
h. Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen
i. Kemanan
umum atau rentang gerak, parastesia atau paralisis otot, termasuk otot-otot
j. Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria, kesulitan
diminimalkan.
2) Stadium luka
a) Anatomi kulit
lapisan subcutan).
epidermis
(c) Stadium III : Rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan
subcutan.
epitalisasi, vaskuterisasi.
apaskularisasi.
(a) Stadium 0 : Tidak terjadi lesi, kulit dalam keadaan baik, tapi dengan
menonjol.
(3) Gangrene
kering.
3) Status Vaskuler
oksigen yang adekuat, keseluruhan lapisan sel dan merupakan ungsur penting dalam
proses penyembuhan luka. Pengkajian status vaskuler meliputi : palpasi, pengisian kapiler,
edema, temperatur.
4) Status neurologik
Klien diabetic sangat beresiko terhadap kejadian luka kaki oleh karena
tidak terasa. Pengkajian status neurologik terbagi dalam pengkajian status fungsi
Infeksi merupakan masalah yang paling serius pada klien dengan luka diabetic
patogenik yang paling sering muncul saat perawatan luka, penilaian terhadap ada
tidaknya infeksi pada luka kronik adalah jenis luka yang terkontaminasi oleh adanya
2. Pemeriksaan Diagnostik
bulan terakhir.
(asidosis metabolik).
l. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
F. Diagnosa Keperawatan
diobati.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
G. Perencanaan Keperawatan
menetapkan tujuan, kriteria hasil dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
d. Intervensi :
membrane mukosa.
takikardia.
hidrasi.
masukan oral.
klien terpenuhi.
b. Kriteria hasil : Berat badan stabil, menghabiskan diet sesuai porsi, nilai
c. Intervensi :
2) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntah.
5) Kolaborasi
tidak terjadi.
c. Intervensi :
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua
5) Kolaborasi :
klien.
keseimbangan dipengaruhi
Intervensi :
hari.
positif
dapat diobati.
c. Intervensi :
frustasi
pengobatan bertambah
c. Intervensi :
diharapkan.
pencegahannya
penyuluhan kesehatan
H. Pelaksanaan Keperawatan
keperawatan yang ada dalam teori disesuaikan dengan prioritas keadaan klien.
b. Tindakan Keperawatan
mengevaluasi tindakannya :
tempat tidur.
terhadap klien yang dirawat, contoh : pemberian obat analgetik untuk mengatasi
I. Evaluasi
Evaluasi terhadap klien diabetes melitus tipe II (NIDDM) disesuaikan dengan masalahnya :
menghadapi perasaan.
meningkat.